Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 16 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dirman Siswoyo
Abstrak :
ABSTRAK
Pengelolaan Program Perumahan dan Permukiman khususnya dalam melakukan pemantauan melalui indikator yang telah ditetapkan memerlukan data secara berkala. Pengelola program sampai saat ini masih mengalami kesulitan dalam penyediaan data terutama karena laporan rutin yang ada belum berjalan dengan baik. Padahal di lain pihak Susenas yang dilaksanakan olen BPS menghasilkan data yang secara teratur diperbaharui, tetapi data mentah yang ada belum dimanfaatkan secara optimal.

Untuk mengatasi hal itu, diperlukan suatu model analisa yang mencakup langkah-langkah bagaimana memanfaatkan data perumahan dan permukiman dalam Susenas tersebut supaya menjadi informasi yang dapat digunakan untuk pemantauan program. Maka yang menjadi tujuan dalam pengembangan model ini adalah mendapatkan cara pengembangan dan jenis indikator kesehatan lingkungan berdasarkan data yang ada; dan mendapatkan bentuk analisis yang dapat memberikan gambaran perbedaan kondisi antar wilayah Kabupaten/Kota, Propinsi, Nasional, dan antara desa dengan perkotaan, serta kecenderungan perubahan antar waktu.

Proses pengembangan model ini dilakukan melalui kajian tentang sumber dan jenis data yang ada; indentifikasi kebutuhan informasi; penentuan indikator yang telah dikonfirmasikan dengan para pengelola program; penyusunan bentuk analisis; kemudian dilakukan uji coba pengolahan data mentah hasil Susenas tahun 1995 mengenai data pembuangan kotoran yang ada pada data perumahan dan permukiman.

Indikator yang dihasilkan sejauh mungkin ada kesesuaian dengan prinsip-prinsip dari indikator itu sendiri seperti sederhana dan murah; mudah dalam memperoleh data dan cepat; fokus pada elemen-eiemen kunci, relevant spesifik. Dari segi sensitive, pengolahan data pembuangan kotoran menunjukkan angka-angka indikator bervariasi antar daerah. Mengenai validitas, dari pengukuran tidak langsung, angka cakupan jamban yang rendah secara konsisten diikuti dengan tingginya angka kematian bayi, demikian pula sebaliknya.

Hasil yang diperoleh berupa cara mengkonversikan dari data perumahan dan permukiman menjadi indikator kesehatan lingkungan. Beberapa indikator tersebut antara lain. Cakupan air bersih; cakupan pembuangan kotoran; cakupan penggunaan air minum yang memenuhi syarat secara fisik; pembuangan limbah; cakupan pembuangan sampah; presentase rumah dengan dengan ruang tidur yang mempunyai ventilasi; presentase rumah dengan lantai memenuhi syarat; presentase rumah yang mempunyai ruang dapur sendiri. Penyajian masing-masing indikator tersebut dalam bentuk tabel, dart visualisasi sehingga memudahkan pengguna dalam melakukan analisis.

Disarankan perlu adanya peningkatan pemanfaatan data perumahan dan permukiman dalam Susenas untuk memenuhi kebutuhan informasi melalui pembentukan tim pengolah dan analisa data; dibuat publikasi hasil olahan dan analisa; dibuat petunjuk atau pedoman teknis pemanfaatan data tersebut; dan perlu dibuat suatu paket program komputer yang memudahkan pengguna dalam pemanfaatan data.
ABSTRACT
A Model of Analysis of Housing and Settlement Health Using Susenas Data To monitor indicators of Housing and Settlement Programs, the Managers need accurate data and information. The managers have problems with getting adequate data, as the routine information system is not running properly. On the other.hand, the national economic social survey (SUSENAS), conducted annually by Central Statistics Bureau (BPS) provides complete renewable raw data.

To resolve the gap, it is necessary to develop a model of data analysis on how to use the data available in susenas for monitoring the indicators of housing and settlement programs. The model should be able to analyze the environmental health indicators showing housing and settlement condition at district/municipality, province, and national levels; housing and settlement condition in rural and urban areas; and trend of the condition's change.

The development of the model was conducted through some activities which includes to 1) reviewing the sources and type of the data, 2) identifying information needed, 3) determining indicators which have been discussed with program managers, 4) arranging forms of analysis, and 5) doing a field trial on analyzing of the 1995 susenas data, particularly data on human excreta disposal.

Indicators identified are in line with the principles of the indicators, namely, simple, low cost, easy and quick to obtain, focused on key elements, relevant, and specific. From the sensitivity point of view, the analysis of the human excreta disposal data showed the variation of indicators among provinces. From the validity perspective, provinces with low coverage of sanitary latrine consistently followed with high infant mortality rate (IMR), and conversely.

The result obtained was to convert the housing and settlement data into the environmental health indicators. Those indicators include 1) coverage of water supply, 2) coverage of human excreta disposal, 3) coverage of water supply physically meets the requirement, 4) coverage of waste water, 5) coverage of refuse disposal, 6) percentage of housing which their bedrooms have an adequate ventilation, 7) percentage of housing which their floor meet requirement, and 8) percentage of housing having separate kitchen. The display of each indicators are in tables and visual in order to be easy to analyze.

It is suggested to use more frequently the susenas data, especially data on housing and settlement, through the establishment Team designated to collect and analyze the data, to publish the information obtained, to prepare manual on how to work on it, and to develop software enabling users to operation it easily.
2000
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Didik Supriyono
Abstrak :
Penyakit tuberkulosis paru di Kabupaten Bogor merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang sangat serius dengan jumlah kasus TB Paru BTA (+) tentu meningkat dari 744 tahun 1999 menjadi 1410 tahun 2002. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara faktor risiko lingkungan fisik rumah, karakteristik individu dan kebiasaan kegiatan yang dilakukan penghuni di dalam rumah dengan kejadian penyakit TB Paru BTA (+). Studi kasus kontrol telah dilaksanakan di Wilayah Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor dengan 125 kasus TB Paru BTA (+) dart 125 kasus TB Paru BTA (-). Untuk menentukan kasus dan kontrol dilakukan pengambilan data dari register TB 01, TB 03, TB 04 dan TB 06 yang berasal dari puskesmas. Data faktor risiko lingkungan fisik rumah dikumpulkan dengan cara observasi dan pengukuran meliputi sinar matahari masuk ke dalam ruangan rumah, sinar matahari masuk ke kamar tidur, luas ventilasi rumah, kelembaban rumah, kepadatan hunian, keadaan terbukanya jendela ruangan rumah, keadaan terbukanya jendela kamar tidur, jenis lantai dan jenis dinding rumah. Data karakteristik individu dikumpulkan dengan cara wawancara meliputi umur, jenis kelamin, dan status imunisasi. Data faktor risiko kebiasaan kegiatan yang dilakukan penghuni di dalam rumah dikumpulkan dengan cara observasi, meliputi kebiasaan merokok, penggunaan obat nyamuk bakar, penggunaan bahan bakar untuk memasak dan kebiasaan membersihkan lantai rumah. Seluruh data yang terkumpul selanjutnya dianalisis secara bivariat dan multivariat. Hasil analisis bivariat menunjukan bahwa ada 5 variabel faktor risiko lingkungan fisik rumah yang menunjukan hubungan bermakna dengan kejadian penyakit TB Part BTA (+) yaitu sinar matahari masuk ke dalam ruangan rumah (p = 0,000, OR = 5,525 & 95% CI = 3,155-9,674), sinar matahari masuk ke dalam kamar tidur (p = 0,000, OR = 7,098 & 95% CI = 4,045-I2,455), luas ventilasi rumah (p = 0,000, OR = 5,196 & 95% CI = 2,992-9,026), keadaan terbukanya jendela ruangan rumah (p = 0,000, OR - 3,218 & 95% CI = 1,875-5,521) dan keadaan terbukanya jendela kamar tidur (p = 0,000, OR = 6,780 & 95% CI = 3,887-12,140). Dari faktor risiko kebiasaan kegiatan yang dilakukan penghuni di dalam rumah hanya kebiasaan membersihkan lantai rumah yang bermakna (p = 0,003, OR = 4,319 & 95% CI = 1,188-15,701). Selanjutnya, analisis multivariat menunjukan bahwa variabel yang paling dominan dalam mempenganihi terjadinya penyakit TB Paru BTA (+) adalah luas ventilasi rumah. Model persamaan regresi logistik menunjukan bahwa seseorang dengan faktor risiko tinggal di rumah dengan tidak ada sinar matahari yang masuk ke kamar tidur, luas ventilasi rumah yang tidak memenuhi syarat dan tidak terbukanya jendela kamar tidur mempunyai probabilitas untuk menderita penyakit TB Pani sebesar 19 kali lebilh besar dibandingkan dengan seseorang yang tidak mempunyai faktor risiko tersebut. Dapat disimpulkan bahwa lingkungan fisik rumah merupakan faktor risiko yang terbesar dalam mempengaruhi kejadian penyakit TB Paru BTA (+) dibandingkan dengan faktor risiko karakteristik individu dan kebiasaan kegiatan yang dilakukan penghuni di dalam rumah. Daftar bacaan ; 43 ( 1980 - 2002 )
Physical Environments of House as Risk Factors of Positive Acid Fast Bacilli (AFB+) TB at Ciampea Subdistrict, District of Bogor, 2002 In Bogor District Tuberculosis is a serious problem of public health with AFB+ cases increasing from 744 in 1999 to 1410 in 2002. Previous researches indicate that TB is associated with physical environments, individual characteristics and daily habit in the house. This research is intended to investigate the association of physical environments of house with AFB+ TB cases. A case-control study has been carried out in Ciampea Subdistrict, District of Bogor, with 125 respondents of AFB+ as cases and 125 respondents of negative AFB as control. Register Form of TB 01, TB 03, TB 04, and TB 06 filled up by Health Center (Puskesmas) was used to determine the case and control. Data on sunlight into dining room, sunlight into bedroom, ventilation width, relative humidity, window opening of dining room, window opening of bedroom, type of wall, type of floor, and house density as physical environments were collected by direct observation and measurement, while data on age, sex and immunization status as individual characteristics were collected by interview. In addition, smoking, use of mosquito coil, use cooking fuels, and floor cleaning as daily habits were collected by observation. Bivariate and multivariate analysis were employed to all collected data. Bivariate analysis shows that five physical environments of house are significantly associated with AFB+ TB cases, i.e. sunlight into dining room (p = 0.000, OR = 5.25, 95% CI = 3.155 - 9.674), sunlight into bedroom (p = 0.000, OR = 7.098, 95% CI = 4.045 - 12.455), width of house ventilation (p = 0.000, OR = 5.196, 95% CI = 2.992 - 9.026), window opening of dining room (p = 0.000, OR = 3218, 95% CI = 1.875 - 5.521), and window opening of bedroom (p = 0.000, OR = 6.780, 95% CI = 3.887 - 12140). In addition, of daily habit factors only floor cleaning is significantly associated (p = 0.003, OR = 4.319, 95% CI = 1.188 - 15.701). Further, multivariate analysis shows that the dominant risk factor associated with AFB+ TB is house ventilation. Meanwhile, logistic regression model indicates that probability of having AFB+ TB of those who reside in a house with no sunlight coming into bedroom, under standard ventilation width, and closed bedroom window is 19 fold higher than (hose with no such risk factors. It is concluded that physical environments of house are major risk factors compared with individual characteristics and daily habitual activities. References: 43 (1980 2002)
Depok: Universitas Indonesia, 2002
T11254
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alfitra Firizkia Luthfiana Dewi
Abstrak :
Perilaku kesehatan merupakan aspek penting dalam upaya pemeliharaan kesehatan rumah. Dalam teori Health Belief Model, faktor pendorong perilaku kesehatan seseorang yang berasal dari faktor pengubah yakni status sosial ekonomi dan pengetahuan menjadi penting untuk diteliti khususnya pada kondisi penghuni rumah susun. Tujuan dari penelitian ini untuk menganalisis hubungan antara status sosial ekonomi dan pengetahuan kesehatan lingkungan dengan perilaku ibu rumah tangga dalam pemeliharaan rumah sehat di Rusunawa Jatinegara Barat. Penelitian ini menggunakan studi cross-sectional dengan pengambilan data primer melalui wawancara kepada ibu rumah tangga pada bulan Mei hingga Juni tahun 2023. Sebanyak 137 ibu rumah tangga terpilih secara simple random sampling. Hasil analisis bivariat menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan pada variabel tingkat pendidikan ibu rumah tangga (OR= 2,883; 95% CI= 1,339−6,209), tingkat pendidikan kepala keluarga (OR= 3,856; 95% CI= 1,711−8,690), dan pengetahuan kesehatan lingkungan ibu rumah tangga (OR= 2,687; 95% CI= 1,304−5,294) dengan perilaku ibu rumah tangga. Sedangkan pada analisis multivariat, variabel tingkat pendidikan kepala keluarga (OR= 3,390; 95% CI= 1,478−7,776) dan pengetahuan kesehatan lingkungan ibu rumah tangga (OR= 2,253; 95% CI= 1,088−4,666) merupakan faktor-faktor dominan memengaruhi perilaku ibu rumah tangga dalam pemeliharaan rumah sehat di Rusunawa Jatinegara Barat. Maka dari itu, Unit Pengelola Rumah Susun Jatinegara Barat diharapkan dapat mengadakan penyuluhan terkait pengetahuan kesehatan di rumah susun guna meningkatkan pengetahuan ibu rumah tangga dalam pemeliharaan rumah sehat di Rusunawa Jatinegara Barat. ......Health behavior is an important aspect in efforts to maintain home health. In the theory of the Health Belief Model, the driving factors for a person's health behavior come from modifying factors, namely socioeconomic status and knowledge, which are important to study, especially in the conditions of apartment dwellers. The purpose of this study was to analyze the relationship between socioeconomic status and knowledge of environmental health with the behavior of housewives in maintaining healthy homes in Rusunawa Jatinegara Barat. This study used a cross-sectional study with primary data collection through interviews with housewives from May to June 2023. A total of 137 housewives were selected by simple random sampling. The results of the bivariate analysis showed that there was a significant relationship between the education level of housewives (OR= 2.883; 95% CI=1.339−6.209), the education level of the head of the family (OR= 3.856; 95% CI=1.711−8.690), and environmental health knowledge housewives (OR= 2.687; 95% CI=1.304−5.294) with housewife behavior. Meanwhile, in the multivariate analysis, the variable level of education of the head of the family (OR= 3,390; 95% CI= 1,478−7,776) and knowledge of environmental health of housewives (OR= 2,253; 95% CI= 1,088−4,666) were the dominant factors influencing the behavior of housewives in maintaining healthy homes in Rusunawa Jatinegara Barat. Therefore, the Rusunawa Jatinegara Barat Management Unit is expected to be able to conduct counseling related to health knowledge in flats to increase the knowledge of housewives in maintaining healthy homes in Rusunawa Jatinegara Barat.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Fitriani
Abstrak :
Rumah adalah suatu naungan untuk manusia melepas lelah setelah melakukan berbagai aktivitas dan juga sebagai sarana interaksi antar sesame penghuni rumah atau bahkan dengan lingkungannya. Sebagai tempat manusia melepas lelah, sebaiknya rumah mampu memenuhi kebutuhan manusia tersebut, agar saat memulai aktivitas lagi mereka sudah kembali bersemangat dan penuh tenaga. Sedangkan sebagai sarana interaksi, rumah juga harus mampu menghadirkan kualitas ruang yang ideal untuk manusia berinteraksi atau nyaman dari segi fisik dan mental. Secara keseluruhan rumah harus mampu membuat penggunanya ?betah? berada didalamnya. Kebutuhan manusia akan naungan yang nyaman, aman, dan sehat tidak terhindarkan lagi.

Jumlah manusia yang terus bertambah di dalam kota, memaksa banyak keluarga muda dengan penghasilan menengah memilih bertempat tinggal di pinggiran kota. Keterbatasan dana mendorong optimalisasi setiap jengkal lahan, fungsi setiap ruang, dan penggunaan bahan. Dengan iklim tidak bersahabat dan berbagai polusi yang mencemari, perlu usaha lebih untuk mendapatkan hunian yang sehat.

Oleh karena itu, pembahasan saya dalam skripsi ini adalah bagaimana ilmu arsitektur membantu mewujudkan rumah sederhana sehat dengan tetap mengembangkan kreatifitas desain rumah yang menarik.
Home is a shelter for human to release weary after many activities and as interaction medium among denizen and also their surroundings. As a human place to release weary, home should fulfill those necessary, so when human start the activities again they are completely relief, enthusiastic and powerful. As an interaction medium, home must presents ideal quality space for human interaction or feel comfortable physically and mentally. Over all, home should be capable make the dweller feels totally comfortable on it. The human necessity of comfortable, secure and healthy shelter becomes irresistible.

The amount of people in town that continuously increasing makes many young families with middle income chooses to live in sub urban area. The limitation of fund urges people optimizes each land span, space function, and material utilization. With unfriendly climate and much pollution, need extra effort to get a healthy dwelling space.

In conclusion, my research is about how architecture helps build a healthy simple home while still creating an interesting home design.
2008
R.05.08.06 Fit r
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Herbet Barimbing
Abstrak :
Penelitian ini menggambarkan tentang proses program penyediaan rumah berbasis masyarakat dan manfaatnya bagi kesejahteraan masyarakat di Kecamatan Mauk, Kabupaten Tangerang. Program ini dilakukan oleh sebuah lembaga non pemerintah yang bernama Habitat For Humanity Indonesia. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang menggunakan teknik pemilihan sampel purposif. Pengambilan data dilakukan dengan metode wawancara, observasi, serta studi litratur dan dokumen. Penelitian ini mendapati ada 6 tahapan dalam proses penyediaan rumah bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) yang dilakukan Habitat For Humanity Indonesia yaitu: Survey dan Assessment, Pembentukan Komite Lokal, Seleksi Keluarga Mitra, Persiapan Sosial, Pelaksanaan, Monitoring dan Evaluasi. Di setiap tahapan program tersebut Habitat For Humanity Indonesia melakukan pendekatan berbasis masyarakat sebagai upaya pemberdayaan masyarakat. Implikasi hasil penelitian ini menunjukkan bahwa program penyediaan rumah bagi masyarakat berpenghasilan rendah memang perlu dilakukan dengan pendekatan berbasis masyarakat, dalam bentuk partisipasi masyarakat dan peningkatan kapasitas MBR. Penelitian ini juga menemukan bahwa program yang dilakukan Habitat For Humanity Indonesia membawa manfaat pada kesejahteraan masyarakat khususnya di bidang kesehatan, pendidikan, ekonomi, psikis dan sosial. Hasil penelitian ini menunjukkan Habitat For Humanity Indonesia membutuhkan perencanaan exit strategy atau tahapan terminasi sebagai bagian dari strategi keberlanjutan program. Salah satu yang bisa dilakukan adalah melembagakan komite lokal secara resmi dan meningkatkan kapasitas mereka untuk menjadi sebuah lembaga berbasis komunitas yang terorganisir (Community Based Organization/CBO). Jenis CBO tersebut bisa berupa Koperasi atau Lembaga Keuangan Mikro (LKM) yang juga sebagai bagian untuk pemberdayaan ekonomi. Melalui LKM atau Koperasi tersebut dapat dikombinasikan program penyediaan rumah dan pemberdayaan ekonomi. Misalnya, dengan menyediakan produk pinjaman untuk pembangunan atau perbaikan rumah bagi anggotanya. Dengan demikian masyarakat dapat mandiri untuk menyelesaikan masalah perumahan dengan sumber daya yang mereka miliki sendiri. ......This thesis describes the process and benefits of the community-based housing program and its benefits on the welfare of the community in Mauk Sub-district, Tangerang District, conducted by a non-governmental organization, Habitat For Humanity Indonesia. This qualitative research was conducted by using purposive sampling techniques. The methods of data collection were carried out through interviews, observation, and literature and documentation studies. This study found that the program is carried out in 6 stages, namely: Survey and Assessment, Local Committee Formation, Home Partner Selection, Social Preparation, Program Implementation, and Monitoring and Evaluation. Habitat For Humanity Indonesia has been implementing the community-based approach in each stage as an effort to empower the community. This study also found that the community-based housing program brings benefits for the community’s welfare in the areas of health, education, economy, psychic, and social. Yet, the study revealed that Habitat For Humanity Indonesia needs a exit strategy plan or termination phase as a part of the program's sustainability strategy. One of the things that Habitat For Humanity should do is, the local committee needs to be officially and legally institutionalized and build their capacity to become a Community Based Organization (CBO). The CBO could be a cooperative or microfinance institution as part of their economic empaowerment. Through the cooperative or the microfinance institution the program of housing and economic empowerment could be combined. For instrance, it can provide loan for building new housing or housing renovation for its members. Therefore, the community can be independent to to solve housing problems with their own resources.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Ilham Akbar
Abstrak :
Skripsi ini membahas faktor-faktor yang mempengaruhi implementasi program rehabilitasi Rumah Tidak Layak Huni di Kelurahan Mekarsari Kecamatan Cimanggis oleh Dinas Perumahan dan Permukiman Kota Depok dengan menggunakan konsep implementasi kebijakan publik dari George C. Edwards III (1980). Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah post positivist sehingga penelitian akan disusun dengan data, bukti, dan pertimbangan ilmiah yang mempunyai dasar teori dan bersifat logis. Data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dengan teknik pengumpulan kualitatif melalui wawancara mendalam dan studi kepustakaan (library research). Hasil penelitian menunjukkan bahwa implementasi rehabilitasi rumah tidak layak huni di Kelurahan Mekarsari Kecamatan Cimanggis oleh Dinas Perumahan dan Permukiman Kota Depok berdasarkan empat faktor yang mempengaruhi implementasi program menurut George Edwards III belum diterapkan dengan baik oleh para pelaksana. Terdapat permasalahan pada indikator kejelasan komunikasi dan tidak adanya SOP pada pelaksanaan program rehabilitasi rumah tidak layak huni. Saran yang dapat diberikan mengenai proses implementasi program Rehabilitasi Rumah Tidak Layak Huni di Kelurahan Mekarsari Kecamatan Cimanggis oleh Dinas Perumahan dan Permukiman Kota Depok adalah dengan memperbaiki beberapa kekurangan terkait dengan proses transmisi dalam mengkomunikasikan isi pesan kebijakan dan penerapan SOP pada pelaksanaan program rehabilitasi rumah tidak layak huni agar menciptakan keseragaman cara kerja antar pelaksana program. ......This thesis discusses about the factors that affecting the implementation of the rehabilitation program for Uninhabitable Houses in Mekarsari Sub-District, Cimanggis District by the Depok City Housing and Settlements Department by using the concept of implementing public policies from George C. Edwards III (1980). The approach used in this research is post positivist so that the research will be arranged with data, evidence, and scientific considerations that have a theoretical basis and are logical. The data used in this study were obtained by qualitative collection techniques through in-depth interviews and library research. The results showed that the implementation of rehabilitation of uninhabitable houses in Mekarsari Subdistrict Cimanggis District by the Department of Housing and Settlements of the City of Depok based on four factors that influenced the implementation of the program according to George Edwards III had not been implemented well by the implementers. There are problems with communication clarity indicators and the absence of Standard Operating Procedures (SOP) on the implementation of an uninhabitable housing rehabilitation program. Suggestions that can be given regarding the implementation process of the Uninhabitable Housing Rehabilitation Program in the Mekarsari Sub-District Cimanggis District by the Depok City Housing and Settlements Department is to correct some of the deficiencies associated with the transmission process in communicating the contents of the policy message and the application of Standard Operating Procedures (SOP) in the implementation of the uninhabitable housing rehabilitation program in order to create a uniformity way of working between program implementers.

Depok: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Basuki Kartono
Abstrak :
Dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2006 telah terjadi Kejadian Luar Biasa (KLB) difteri di Kabupaten Tasikmalaya pada kelompok umur 1 ? 15 tahun sebanyak 55 anak (15 kasus meninggal, AR = 0,45% dan CFR = 31,91%). Pada Januari 2007 juga telah terjadi KLB difteri di Kabupaten Garut pada kelompok umur kasus 2 ? 14 tahun sebanyak 17 anak (2 kasus meningal, CFR = 11,76%, AR = 1,5%). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan lingkungan rumah dengan kejadian difteri pada Kejadian Luar Biasa (KLB) difteri tersebut. Penelitian menggunakan desain kasus kontrol. Kasus berasal dari 15 desa lokasi KLB difteri sebanyak 72 anak dan kontrol berasal dari 1 desa terpilih secara random yang bukan dari kecamatan lokasi KLB difteri sebanyak 72 anak. Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara dengan ibu anak pada kelompok kasus maupun kelompok kontrol menggunakan kuesioner untuk mendapatkan data lingkungan rumah, sumber penularan, status imunisasi dan pengetahuan ibu. Hasil analisis multivariat menunjukkan bahwa variabel yang berhubungan bermakna dengan kejadian difteri adalah kepadatan hunian ruang tidur, kelembaban dalam rumah, jenis lantai rumah, sumber penularan, status imunisasi dan pengetahuan ibu. Disimpulkan bahwa lingkungan rumah, pengetahuan ibu dan sumber penularan bukanlah faktor utama yang mempengaruhi terjadinya difteri, sedangkan yang paling dominan dalam mempengaruhi kejadian difteri adalah status imunisasi, yaitu risiko terjadinya difteri pada anak dengan status imunisasi DPT/DT yang tidak lengkap 46,403 kali lebih besar dibandingkan dengan anak dengan status imunisasi yang lengkap. Untuk itu cakupan program imunisasi hendaknya makin ditingkatkan sehingga semua anak terlindungi oleh imunisasi difteri.

Since 2005 up to 2006 diphtheria out break had occur in Tasimalaya District among 1 ? 15 year old children. Total cases are 55 children with cases died with the Case Fatality Rate (CFR) 31.91%. Further on, January 2007 the same out break occur in Garut District, with 17 cases and 2 cases died (CFR 11.76%). Research objective is to identify the correlation of housing environmental condition with the diphtheria out break. Design study was case control study. The amount of 72 cases had taken from the 15 villages on the out break areas and the same amount (72) non cases taken from the village out of the out break areas. Data were collected through interviewed with structure questioner with the mother as the respondent. Data collected were housing environment, the source of infection, immunization status, and mother knowledge concerning the diphtheria. Research conclude that factors involved in diphtheria out break are housing member room density, housing humidity, quality of the floor, the source of the infection, immunization status of the children, and mother knowledge about the disease. The importance factors for the diphtheria out break are immunization status, with the OR of 46.403 greater of non immunization children compare with those had immunization. Therefore immunization program should be further intensified in order to give fully diphtheria protection for the hole children population in those areas.
Tasikmalaya: Dinas Kesehatan Kabupaten Tasikmalaya, 2008
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Fatmi Yumantini Oktikasari
Abstrak :
Pada Oktober 2006, di Kota Depok terjadi Kejadian Luar Biasa (KLB) chikungunya yang menyerang 200 warga di Kelurahan Cinere, Kecamatan Limo, Kota Depok. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor sosiodemografi dan lingkungan serta faktor dominan yang mempengaruhi KLB chikungunya di Kelurahan Cinere Kecamatan Limo Kota Depok. Desain studi yang digunakan adalah kasus kontrol dengan jumlah kasus dan kontrol masing-masing sebanyak 118 kasus. Faktor yang diteliti adalah pendidikan, pengetahuan, kepadatan hunian, umur, pekerjaan, jenis kelamin, mobilitas, perilaku penggunaan obat anti nyamuk, keberadaan jentik nyamuk, ketersediaan Tempat Penampungan Air, dan ketersediaan kasa nyamuk. Hasil penelitian menunjukkan empat variabel berhubungan dengan KLB chikungunya, yaitu pendidikan (OR=1,9: 1,12-3,23), umur (OR= 2,1: 1,22-3,46), dan kepadatan hunian (OR=2,2: 1,25-3,80). Dari hasil analisis multivariat didapatkan faktor yang paling dominan adalah kepadatan hunian dan diikuti oleh pendidikan. Probabilitas KLB chikungunya sebesar 2,1 kali pada subyek yang huniannya tidak padat dan berpendidikan rendah.

On october 2005, in Depok occured chikungunya outbreaks that attack 200 citizen at Cinere, Limo Sub District, Depok City. This study purpose is to know the impact of sosidemographic and enviromental factor on chikungunya outbreaks at Cinere, Limo Sub District, Depok City. Research design is case control study. The number of case group and control group is 118 patient. Factor studied are education, knowlwdge, house density, age, occupation, sex, mobility, anti-mosquito chemical, existance of mosquito-larva, container, and wire netting. The result of the study suggest that there are three variabels that involved in chikungunya outbreaks, namely education (OR=1,9: 1,12-3,23), age (OR= 2,1: 1,22-3,46), and house density (OR=2,2: 1,25-3,80). Multivariat analysis showed that the most dominant factors are house density, and followed by education. Probability of chikungunya outbreaks is 2,1 for low house density and low educatio
Universitas Indonesia, 2008
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Djasmihul Ashary
Abstrak :
Perumahan adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal yang dilengkapi sarana dan prasarana. Pada saat ini banyak pengembang yang mencoba mendesain sebuah kompleks perumahan yang sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakat perkotaan. Kebakaran adalah suatu peristiwa yang terjadi akibat tidak terkendalinya Sumber energi. Siklus ini berisi rangkaian demi rangkaian panjang peristiwa (event dinamic) yang dimulai dari prakejadian, kejadian dan siklusnya serta konsekuensi yang mengiringinya. Kejadian tersebut akan tercipta apabila kondisi dan beberapa syarat pencetusnya terpenuhi, utamanya pada saat prakejadian. Ada poin-poin yang menjadi persyaratan dasar yang apabila gagal dilakukan pengendalian akan memicu peristiwanya, kemudian akan memasuki tahapan tidak terkendali dan sukar dipadamkan. Syarat kondisi tersebut di antaranya adalah terdapat bahan yang dapat terbakar, misalnya minyak, gas bumi, kertas, kayu bahkan rumput kering dan sebagainya. Landasan yang mendasari adalah tentang peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 26/PRT/M/2008, tanggal 30 Desember 2008 tentang Persyaratan Teknis dan Pengaturan Pelaksanaan Sistem Proteksi Kebakaran pada Bangunan Gedung dan Lingkungan, pasal 1 dan pasal 3. Pokok-pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah 1) Apa yang menyebabkan tidak tersedianya prasarana sistem proteksi kebakaran atau hidran pada kompleks perumahan dan lingkungannya? 2) Bagaimana upaya penyediaan sistem proteksi kebakaran atau hidran pada kompleks perumahan dan lingkungannya? Untuk membahas lebih jauh dilakukan observasi dan wawancara langsung dengan penghuni permukiman apakah sarana dan prasarana pada permukiman tersebut telah memenuhi Peraturan Menteri tentang proteksi kebakaran.
Bandung: Pusat Penelitian dan Pengembangan permukiman, Badan Penelitian dan Pengembangan, Kementerian Pekerjaan Umum , 2022
690 MBA 57:2 (2022)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Yulinda Rosa
Abstrak :
Housing careers merupakan pergerakan seseorang untuk mendapatkan rumah, menggambarkan seseorang atau pasangan muda mulai meninggalkan rumah orang tua dan pindah menyewa rumah di tempat. Informasi housing careers dapat digunakan sebagai dasar dalam penyediaan perumahan yang memandang kebutuhan rumah sebagai sesuatu yang bersifat dinamis bergantung pada siklus hidup, kondisi sosial dan ekonomi keluarga. Informasi housing careers di Indonesia masih sangat terbatas, oleh karena itu untuk mendapatkan data objektif perlu disusun instrumen ukur. Dalam tulisan ini akan membahas tahapan awal penyusunan alat ukur housing careers sampai penyusunan item-item pertanyaan berdasarkan tahapan sistematis, sehingga item pertanyaan dapat mengukur secara optimal informasi-informasi yang perlu dijaring berdaarkan teori yang ada, dengan menggunakan kajian pustaka.
Bandung: Pusat Penelitian dan Pengembangan permukiman, Badan Penelitian dan Pengembangan, Kementerian Pekerjaan Umum , 2020
690 MBA 55:1 (2020)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>