Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Berman, Howard J.
Ann Anbor: The University of Mincigan, 1982
362.1 BER f
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Alifah
Abstrak :
Pemda DKI mewujudkan tujuan pembangunan kesehatan dengan menyediakan dana JPK Gakin. Peserta program JPK Gakin adalah keluarga miskin di DKI Jakarta yang terdata oleh BPS, pemegang kartu sehat serta Surat Keterangan Tidak Mampu yang memiliki KTP DKI Jakarta. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui penerapan manajemen piutang pasien JPK Gakin dan SKTM. Penelitian dilaksanakan di RSUD Koja. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif analitik dengan pengamatan langsung disertai wawancara mendalam dengan pegawai RS dan pasien JPK Gakin dan SKTM. Metode penelitian yang digunakan adalah metodologi penelitian kualitatif. Hasil penelitian ini adalah penerapan manajemen piutang pasien JPK Gakin dan SKTM di RSUD Koja pada tahun 2009 tidak sepenuhnya sesuai dengan kebijakan yang dikeluarkan oleh Dinas Kesehatan DKI Jakarta. Saran yang diberikan adalah memperbaiki sistem manajemen piutang dari unsur masukan dan proses. ......The governor of DKI Jakarta implement the goals of healthy development by providing some fund allocation of JPK Gakin. The people who involved JPK Gakin program are the underprivileged family in DKI Jakarta who listed in BPS, had healthy card, SKTM, and DKI Jakarta ID. The aim of this research is to study the application of account receivable management for JPK Gakin and SKTM patients. This research held in Koja Hospital. The type of this research is descriptive analytic with observation and depth interview with hospital staff and JPK Gakin and SKTM patients. The method of this research is qualitative method. The result of this research is the application of account receivable management for JPK Gakin and underprivileged patient at Koja Hospital in 2009 not fully based on policy from Health Department of DKI Jakarta. The advice for this research is to fix the system of account receivable management from input and process.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2009
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ika Yulianti Adam
Abstrak :
BOR sebagai salah satu indikator pelayanan Rumah Sakit jika mengalami peningkatan, maka akan diikuti dengan peningkatan pendapatan Rumah Sakit. Oleh karena itu, tidak jarang Rumah Sakit terus berupaya meningkatkan kunjungan, dalam hal ini pemanfaatan layanan Rawat Inap (BOR) agar pendapatan juga mengalami peningkatan. Rasio Lancar sebagai salah satu indikator penilaian keuangan Rumah Sakit, dalam hal ini Likuiditas Rumah Sakit merupakan indikator penilaian yang sering digunakan untuk menggambarkan kondisi likuiditas suatu perusahaan (Newmann, 1988). Melalui Rasio Lancar inilah suatu perusahaan, dalam hal ini Rumah Sakit dapat menilai seberapa jauh Rumah Sakit mampu memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Jika Rasio Lancar berada di atas nilai 2 (dua), maka perusahaan memiliki kemampuan yang baik untuk memenuhi kewajiban lancarnya, dan begitu pula sebaliknya, jika Rumah Sakit memiliki nilai Rasio Lancar di bawah 2 (dua), maka Rumah Sakit akan mengalami kesulitan dalam memenuhi kewajiban lancarnya. Untuk itu, Rasio Lancar dalam suatu perusahaan (Rumah Sakit) sangat dibutuhkan oleh pihak internal Rumah Sakit untuk menilai kondisi likuiditas Rumah Sakit, mengambil keputusan dan kebijakan. Sementara, oleh pihak eksternal Rumah Sakit, Rasio Lancar dibutuhkan untuk menilai kondisi likuiditas Rumah Sakit dan sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil sikap terhadap Rumah Sakit seperti apakah akan memberikan pinjaman, dan sebagainya. Bila BOR dikaitkan dengan Rasio Lancar, maka keduanya adalah sebuah ?nilai? yang dapat digunakan untuk menilai dan mengevaluasi kinerja Rumah Sakit. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di Rumah Sakit B, diperoleh hasil BOR Rumah Sakit B dari tahun 2003 sampai tahun 2004 mengalami penurunan, yaitu dari 59,07% tahun 2003 menjadi 53,75% tahun 2004. Penurunan nilai BOR ini juga diikuti dengan penurunan Rasio Lancar, yaitu 3,93 kali tahun 2003 menjadi 2,21 kali tahun 2004. Sementara itu, pada tahun 2005 BOR mengalami peningkatan menjadi 56,60% bila dibandingkan dengan BOR tahun 2004, yaitu 53,75%. Peningkatan ini juga diikuti dengan peningkatan Rasio Lancar, yaitu dari 2,21 kali pada tahun 2004 menjadi 2,28 kali pada tahun 2005. Berdasarkan data yang diperoleh tersebut, seolah-olah mengindikasikan bahwa ada hubungan antara BOR dengan Rasio Lancar. Namun, sejauh ini belum diketahui secara pasti apakah BOR berhubungan dengan Rasio Lancar dan sejauhmana hubungan di antara keduanya, seberapa jauh BOR mempengaruhi Rasio Lancar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah BOR berhubungan dengan Rasio Lancar dan mengatahui sejauhmana hubungan di antara keduanya, berapa persen BOR berpengaruh terhadap Rasio Lancar. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan desain crosssectional dan menggabungkan teknik analisis kuantitaif dan kualitatif. Penelitian ini dilakukan selama bulan Oktober sampai November dengan mengambil data sekunder 24 Rumah Sakit yang ada di Indonesia dan melakukan wawancara mendalam terhadap dua Rumah Sakit sebagai sampel dari 24 Rumah Sakit yang diteliti. Kemudian di lakukan analisis univariat dan bivariat dengan menggunakan korelasi dan regresi linier untuk mengetahui apakah ada hubungan antara BOR dengan Rasio Lancar dan untuk mengetahui sejauhmana hubungan BOR dengan Rasio Lancar. Dari hasil penelitian diperoleh hasil bahwa hubungan BOR dengan Rasio Lancar tidak terbukti secara statistik. Tidak ada jaminan jika terjadi peningkatan BOR sebagai indikator penilaian kinerja layanan akan meningkatkan Rasio Lancar sebagai indikator penilaian likuiditas. Pengaruh BOR terhadap Rasio Lancar hanya sebesar 4,8%, dan sisanya 95,2% Rasio Lancar dipengaruhi oleh variabel lain. Dari hasil penelitian yang dilakukan (dalam hal ini dari hasil wawancara yang dilakukan), peningkatan BOR tidak serta merta mengakibatkan terjadinya peningkatan Rasio Lancar karena banyaknya variabel yang mempengaruhi rasio lancar, seperti waktu pengembalian piutang, dan pemanfaatan kas yang kurang maksimal. Karena hubungan BOR dengan Rasio Lancar tidak terbukti secara statistik, maka diharapkan Rumah Sakit dan pihak-pihak yang berkepentingan seperti kreditur, tidak hanya memperhatikan indikator penilaian kinerja, dalam hal ini BOR untuk menilai likuiditas Rumah Sakit, tetapi memperhatikan Rasio Lancar sebagai indikator penilaian likuiditas dan aspek-aspek lain yang mempengaruhinya seperti waktu pengembalian piutang, dan pemanfaatan kas pada Rumah Sakit.
Depok: Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library