Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ridarson
"Program klinik sanitasi bertujuan untuk meningkatkan derajad kesehatan masyarakat melalui upaya preventif dan kuratif yang dilakukan secara terpadu, terarah dan terus menerus dengan sasarannya adalah para pasienlpenderita penyakit yang berhubungan dengan masalah kesehatan lingkungan yang datang berobat ke Puskesmas serta masyarakat umum (klien) yang datang berkonsultasi mengenai masalah kesehatan lingkungan.
Di Propinsi Sumatera Barat pelaksanaan kegiatan telah dimulai sejak tahun 1997, secara kuantitatif sebanyak 65 Puskesmas telah melaksanakan kegiatan ini, dengan rata-rata jumlah kunjungan pasien yang dirujuk ke klinik sanitasi di Puskesmas setiap bulan berkisar 20 sampai 25 pasien, sementara klien/masyarakat yang berkunjung khusus untuk berkonsultasi tidak ada sama seka]i. Petugas klinik sanitasi ke lapangan dalam rangka menindak lanjuti kasus, rata-rata baru terlaksana 4 kasus sampai 6 kasus dari 20 kasus per bulannya atau sekitar 20 %, hal ini sangat rendah kalau dibandingkan dengan beberapa daerah lain yang melaksanakan kegiatan ini.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kinerja dan faktor-faktor yang berhubungan dengan kinerja petugas dalam pelaksanaan kegiatan klinik sanitasi pada Puskesmas di Propinsi Sumatera Barat, dengan menggunakan rancangan cross sectional. Sampel yang diambil adalah total populasi, dengan jumlah sampel sebanyak 65 orang petugas klinik sanitasi di Puskesmas. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dengan menggunakan instrument berupa kuesioner.
Hasil penelitian temyata kinerja petugas yaitu 55,4 % baik dan 44, 6 % kinerja petugas kurang. Pada tingkat kepercayaan 95 % terdapat hubungan yang signifikan antara variabel motivasi, sarana, buku pedoman kerja dan supervisi terhadap kinerja petugas klinik sanitasi. Dari hasil analisis multivariat didapat bahwa variabel yang paling berperan dalam menentukan kinerja petugas klinik sanitasi adalah supervisi, buku pedornan dan sarana. Diantara tiga variabel ini yang paling besar pengaruhnya didalam menentukan kinerja adalah supervisi.
Upaya yang dapat dilakukan untuk mendukung pelaksanaan kegiatan klinik sanitasi, terutama didalam meningkatkan kinerja petugas adalah dengan meningkatkan kegiatan supervisi secara berkesinambungan oleh pimpinan puskesmas terhadap petugas, Dinas kesehatan Kabupaten/Kota ke Puskesmas dan Dinas Kesehatan Propinsi ke Kabupaten/Kota serta menyiapkan sarana penunjang program dengan melakukan perencanaan yang tepat dengan didukung dana dari Pemerintahan Daerah.

Factors Analyze related to Official Clinic Sanitation Performance towards Implementation of Clinic Activities Sanitation in Society Healthy Center Province Of West Sumatra 2003Sanitation Clinic Program purpose to increasing society's healthy standard through preventive and curative attempts that could be done with integrated, directed and continuously with subjects is patient 1 medical patient related to environmental healthy issues who come to Healthy Center and general people (clients) who came to assist about environmental healthy problems.
In province of West Sumatra, its implementation has been started since 1997, quantitatively in 65 Society Healthy Center, average patient's pay a visit referred to clinic sanitation is 20 - 25 patients each month, while general people 1 clients especially who come to assist (consultation) is zero. Clinic sanitation officials sent to field in order to taking measure this case, then average 4 - 6 done of 20 cases each month or about 20%. It is very low rate than other regions where to do these activities.
This research purpose to know drawn of performance and factors related to official performance within implementation of clinic sanitation activities in Healthy Center at province of West Sumatra, used a cross sectional program. Sample whose take is population rate with 65 samples of sanitation clinic officials in Health Center. To collect data by interview with questioners instrument uses.
Research's outcome, obviously a large part is 55.4% of officials performance categorized good, and 44.6% is less. In confident shape 95% there is significance related between motivation variable, facilities, working handbook and supervision towards clinic sanitation official performance. From a multivariate analysis that dominance variable to determine clinic sanitation official performance is supervision, working handbook and facilities. From these variables that had greatest influence to determine the performance is supervision.
Attempts that can do to support the implementation clinic sanitation activities, mainly to increase official performance is by increase supervision activities constantly and continuously by the leaders or head of Health Center, Department of Healthy in district to sub-district, Department of Healthy in Province to its district, also to prepare facilities which support the program with carry as fund from local government.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2004
T12881
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Daniel Hendrawidjaja
"ABSTRAK
Rumah sakit Panti Waluyo Solo, merupakan salah satu Unit Kerja dari Yayasan Kristen Untuk Kesehatan Umum (Yakkum) cabang Solo. Yakkum mempunyai Misi melayani masyarakat menengah kebawah dalam bidang kesehatan dan pendidikan/pelatihan dengan Kasih Tuhan.
Rumah sakit Panti Waluyo sendiri merupakan rumah sakit type C dengan seratus tempat tidur, Bed Occupation Rate (BOR) rata-rata 50-60% dan Average Length Of Stay (ALOS) 5-7 hari. Pembagian tempat tidur, 78% untuk kelas II dan III. 22% untuk Kelas I dan Utama. Dengan komposisi tempat tidur yang demikian, sesuai dengan Misi rumah sakit untuk melayani masyarakat menengah kebawah. Misi yang dijalankan ini, membawa dampak, bahwa sisa hasil usaha rumah sakit kecil, padahal rumah sakit juga ingin berkembang maju.
Menurut pandangan manajemen rumah sakit, sumber daya manusia adalah yang terpenting, untuk menentukan sumber daya manusia mana yang akan dikembangkan, diambil pedoman penderita macam apa yang terbanyak dirawat di rumah sakit Panti Waluyo dan trendnya terus meningkat tiap tahun.
Untuk keperluan tersebut ditelaah pola penyakit dari data sekunder yang terdapat di catatan medik rumah sakit Panti Waluyo mulai dari Januari 1990-Desember 1994. Ternyata penyakit-penyakit yang frekuensinya paling tinggi dan trendnya terus meningkat dari tahun ketahun adalah Commotio Cerebra, Fraktur dan Luka Terbuka. Penyakit-penyakit ini disebabkan oleh penyebab yang lama yaitu trauma karena kecelakaan lalu lintas atau kecelakaan kerja. Hal tersebut dimungkinkan, karena letak rumah sakit Panti Waluyo di pinggir kota, dijalan masuk kota dari Utara Jurusan Yogjakarta dan Semarang. Juga disekitarnya banyak pabrik yang karyawannya banyak mengalami kecelakaan kerja.
Dari telaah pola penyakit ini disimpulkan, bahwa sumber daya manusia yang akan dikembangkan adalah sumber daya untuk menangani penderita-penderita Traumatologi, mulai penderita masuk rumah sakit, dibantu satpam, kemudian diterima di Unit Gawat Darurat, dilayani oleh dokter jaga dan perawat unit, jika perlu dilakukan tindakan di Kamar Operasi lalu dilakukan Rehabilitasi. Jadi sumber daya manusia yang akan dikembangkan mulai dari satpam, petugas Unit gawat Darurat, petugas Kamar Operasi dan petugas di Rehabilitasi Medik.
Pengembangan sumber daya manusia merupakan upaya peningkatan sumber daya baik peningkatan jumlahnya, maupun peningkatan kenampuanya. Supply dari sumber daya manusia bisa dari rumah sakit sendiri (internal), atau melalui rekruitmen (eksternal). Untuk maksud tersebut mula-mula dilakukan inventarisasi dan pemetaan dari sumber daya manusia yang ada dirumah sakit, sehingga diketahui siapa-siapa yang sudah waktunya mendapat promosi, mutasi atau ingin pindah kebagian lain.
Setelah mendapat pendidikan/pelatihan, mereka yang memenuhi syarat diminta untuk menanda tangani kontrak minimal bekerja dua tahun di rumah sakit, dan untuk mengganti mereka ini, serta mengisi kekurangan tenaga ditempat yang akan dikembangkan, dilakukan rekruitmen yang melalui tahap-tahap pemanggilan, tes tertulis, tes psikologi, wawancara, tes kesehatan dan penerimaan. Setelah diterima mereka yang mau menanda tangani kontrak untuk bekerja minimal dua tahun, diberikan pendidikan/pelatihan.
Sejalan dengan pengembangan sumber daya manusia, rumah sakit Panti Waluyo juga harus mengembangkan Unit Gawat Darurat, yang tadinya masih menjadi satu dengan Kamar Terima, sebaiknya dibuatkan ruangan tersendiri, didekat Kamar Terima dan dekat pintu masuk. Unit ini hendaknya mempunyai crew tersendiri yang terlatih dan sarana yang memadai.
Juga Kamar Operasi yang sekarang hanya satu, ditambah satu lagi. Dan sistem jaga yang sekarang berlaku, dimana jika ada operasi cite petugas Kamar Operasi dipanggil (perlu waktu), diganti dengan sistem tiga angkatan, sehingga Kamar Operasi selalu slap setiap waktu. Dengan berkembangnya sumber daya manusia di Unit Rehabilitasi Medik, memerlukan tambahan ruangan untuk melayani penderita yang memerlukan fisioterapi. Juga mereka yang sudah pulang dapat datang kembali untuk meneruskan latihan.
Semua diatas hanya bisa berjalan dengan baik jika tenaga perawat cukup, maka dihimbau agar pemerintah menambah pendidikan perawat, sehingga problem kekurangan perawat bisa teratasi.

ABSTRACT
Panti Waluyo Hospital, Solo was a branch of Yakkum, that had a mission to serve the lower class of the Society in Health Services and Education by the Grace of God.
Panti Waluyo Hospital was a Type C hospital that had 100 beds consist of 78% bed for second and third class, 22% for first and Utama Class. Average bed Occupational Rate ($OR) is around 50-60%. Average Length of Stay (ALOS) is 5-7 DAYS. The bed composition fit to the mission of Yakkum, which is to serve the lower class of the society. But that also means that the hospital profit become low.
On the other hand the hospital had to be improved or it can not survive in current situation. According to the management point of view the most important thing is to develop human resources. How and what kind of human resources has to be developed, depends on its pattern of diseases. develop human resources. How and what kind of human resources has to be developed, depends on its pattern of diseases.
The frequency distribution of diseases was analyzed from the Medical Record of Panti Waluyo Hospital from January 1990 to December 1994. The diseases that had the highest frequency and had the trend to increase every year were Commotio Cerebri, Fracture and Open Wound. The conclusion was that the human resources who have to be developed were, those who served the cases, which were nurses and doctors in the Emergency Room, in the Operation Room, in the Rehabilitation Room, and also front Security.
Developing human resources means developing the number of personal and their ability or skill. The resource may come from inside the hospital or from new recruiting.
In the same time Panti Waluyo Hospital also have to improve the building and equipment for emergency room, operational room, and rehabilitation room.
"
Depok: Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
German Town, Maryland: Aspen Systems Corp., 1980
362.110 683 EMP
Buku Teks  Universitas Indonesia Library