Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ratih Purwarini
Abstrak :
Kepuasan seksual perempuan dalam masyarakat, selama ini lebih banyak dipahami melalui aspek biologis dan psikologis, tanpa melibatkan pengalaman perempuan secara langsung. Hal ini berimplikasi pada pengabaian hak seksualitas perempuan seperti yang tercantum dalam ICPD 1994, dan hak keadilan hukum bagi perempuan yang mengeluarkan cairan di vagina pada kasus perkosaan. Penelitian ini diharapkan dapat berkontribusi pada pemaknaan kepuasan seksual perempuan secara konstekstual yang berkesetaraan gender, serta digunakan untuk aspek praktis terkait permasalahan kepuasan seksual perempuan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif studi kasus berperspektif feminis dengan metode pengambilan data melalui wawancara mendalam, observasi dan pengamatan. Subjek penelitian terdiri dari lima orang subjek utama dan satu orang subjek pendukung. Subjek utama dalam studi ini merupakan perempuan heteroseksual yang aktif melakukan hubungan seksual, sedangkan subjek pendukung adalah dokter perempuan yang pernah menangani kasus disfungsi seksual dan menjadi saksi ahli dalam kasus perkosaan, yang berada di Jakarta dan Tangerang. Dalam melihat kompleksitas pemaknaan kepuasan seksual perempuan, digunakan teori kepuasan seksual dalam perspektif medis Rosemary Basson, teori Politik Seksual Kate Millett, teori orgasme dalam perspektif feminis Anne Koedt, konsep seksualitas dalam perspektif psikologis dari Joan Rollins, serta konsep Sexual Compliance Impett dan Peplau. Berdasarkan hasil penelitian ini diperoleh bahwa orgasme perempuan adalah sebuah kondisi yang terjadi pada aktivitas seksual yang diinginkan perempuan, yang ditandai dengan perasaan kenikmatan yang luar biasa dan tidak dapat dijelaskan secara tepat, tanpa perubahan ciri pada vagina dan bagian tubuh lainnya yang khas. Orgasme perempuan hanya dapat didefinisikan oleh perempuan yang mengalaminya, karena orgasme bersifat unik dan individual. Pemaknaan kepuasan seksual perempuan dipengaruhi oleh konstruksi sosial budaya yang ada di sekitarnya. Dalam hubungan seksual, perempuan membutuhkan orgasme, dan melakukan berbagai upaya untuk mendapatkannya. ...... Women's sexual pleasure in society have been understood mostly through biological and psychological aspects, without involving direct experience of women. This has implications for the abandonment of women 39 s sexuality rights as stated in the ICPD 1994 and the right of legal justice for women who secrete vaginal fluids in cases of rape. This research is expected to contribute to the interpretation of women's sexual pleasure in the contextual of gender equality, and used for practical aspects related to women's sexual pleasure problem. This research uses qualitative approach of case study with feminist perspective and using in depth interview and observation methods to collecting data. The subjects consist of five main subjects and one supporting subject. The main subjects in this study were heterosexual women who were sexually active, while the supporting subjects were female physicians who had treated sexual dysfunction and became expert witnesses in cases of rape, located in Jakarta and Tangerang. In looking at the complexity of the meaning of women's sexual pleasure, there are some theories used as analysis tool i.e. the sexual pleasure theories by Rosemary Basson in the medical perspective, Sexual Politics theory by Kate Millett, orgasm theory in the feminist perspective by Anne Koedt, the concept of sexuality in the psychological perspective by Joan Rollins, and the concept of Sexual Compliance by Impett and Peplau. The results of this study found that women's orgasm is a condition that occurs in the desired sexual activity of women, characterized by a feeling of pleasure that is extraordinary and can not be described precisely, without typical change from the characteristics of vagina and other body parts. Women's orgasm can only be defined by women who experience it, because orgasm is unique and individual. The meaning of sexual pleasure of women is influenced by socio cultural constructions that surround it. In sexual relationships, women need orgasm, and make every effort to get it.
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2018
T51338
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizky Aulia Brilianti
Abstrak :
Fokus penelitian tesis ini adalah permasalahan seksualitas perempuan. Dalam masyarakat yang berideologi patriarki perempuan selalu diposisikan sebagai objek. Begitu pula dalam hal seksualitas. Nilai-nilai seksualitas yang diadopsi masyarakat mengandung karakter objektitikasi terhadap perempuan. Sebagai individu yang bebas, perempuan memiliki keinginan dan kapasitas untuk menjadi subjek. Narasi 10 orang perempuan informan dalam penelitian ini memperlihatkan perjuangan untuk menjadi subjek dalarn konteks relasi perempuan dengan Dasangannya. Sebagai subjek, perempuan ingin hasrat dan keinginan pribadinya dikenali, dihormati, mendapat prioritas yang sama penting dengan laki-laki. Akan tetapi, ideologi patriarki yang tertanam kuat masih memerangkap perempuan dalam posisi dan sudut pandang sebagai objek. ......The focus of this study is the problem of women sexuality. Women are always positioned as the object in the society which hold the ideologyof patriarchy. Similarly, in terms of sexuality. The values of sexuality adopted by the society contains the character of objectitication of women. As free individuals, women have the will and capacity to become the subject. The naration of ten women in this study showed the struggle to become subjects in the context of -women`s relationships with their partners. As a subject women wants their own passion and desire recognized, respected, and become a priority that is as important as men. However, the ideology of patriarchy is still lirmly believed and adopted, so women are still trapped in the positions and point of view as an object.
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2010
T33846
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Long Meilin
Abstrak :
Penelitian ini membahas konstruksi gender non-normatif dalam film Indonesia Kucumbu Tubuh Indahku (2018), dengan menggunakan teori performativity gender Judith Butler, sementara menganalisis hubungan sistem patriarki dan norma heteroseksual terhadap konstruksi gender di Indonesia. Hasil penelitian ini adalah: film ini membangunkan tiga jenis gender, yaitu lelaki heteroseksual yang maskulin, perempuan heteroseksual yang feminin (dengan sedikit petunjuk yang tidak langsung tentang homoseksual/lesbian), lelaki homoseksual yang ekspresi gendernya cair. Perempuan dalam film Kucumbu Tubuh Indahku utamanya ada dua macam. Semacam adalah perempuan rumah tangga yang sesuai persyaratan patriarkal, yang lain adalah yang aktif dalam politik, ambisius dan penuh perhitungan, melihat meningkatkan posisi keluarga sebagai tugasnya, dan memiliki orientasi seksual yang berubah-ubah. Konstruksi gender untuk lelaki heteroseksual dalam film ini utamanya hanya satu macam, yaitu lelaki sebagai pemimpin keluarga yang sesuai persyaratan patriarkal, mengelola istri dan laki-laki muda. Konstruksi gender untuk lelaki homoseksual adalah identitas gendernya di luar biner gender, dan tidak memenuhi persyaratan norma heteroseksual, sebagai objek seksual melayani laki-laki heteroseksual yang sebagai subjek seksual, dan menginternalisasi logika budaya patriarki dan norma heteroseksual sebagai nilai- nilainya sendiri. ......This article examines the construction of non-normative gender in the Indonesian film Memories of My Body (2018), using Judith Butler's theory of gender performativity, while analyzing the relationship of the patriarchal system and heterosexual norms to gender construction in Indonesia. The results of this study are: this film awakens three types of gender, namely masculine heterosexual men, feminine heterosexual women (with a few indirect hints of lesbianism), homosexual men whose gender expression is fluid. There are mainly two kinds of women in the film, some are household women who conform to patriarchal requirements, others are politically active, ambitious and calculating, see improving the family's position as their duty, and have variable sexual orientations. The gender construction for heterosexual men in this film is mainly of only one kind, namely men as family leaders who comply with patriarchal requirements, managing wives and young men. Gender construction for homosexual men is his gender identity outside of the gender binary, and not meeting the requirements of heterosexual norms, as sexual objects serving heterosexual men, and internalizing the logic of patriarchal culture and heterosexual norms as his own values. 
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2022
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library