Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 61 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sudihati Hamid
Abstrak :
Anemia Gizi yang disebabkan karena kekurangan zat besi masih merupakan salah satu masalah gizi utama di Indonesia. Survai Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1995 menunjukkan bahwa 57,1% Remaja Putri (usia 10-14 tahun) dan 39,5% Wanita Usia Subur (WUS) menderita anemia. Hasil penelitian pada remaja putri di SMUN 3 Padang tahun 1999 juga menunjukkan angka anemia yang cukup tinggi yaitu 25,6%. Namun sejauh ini belum diketahui faktor-faktor apa yang berhubungan dengan terjadinya anemia atau rendahnya kadar hemoglobin pada siswi tersebut. Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran asupan zat gizi terutama energi, protein, vitamin C, dan zat besi serta faktor lainnya yang berkaitan dengan kejadian anemia. Penelitian dilakukan pada siswi SMUN 3 Kota Padang Provinsi Sumatera Barat Desain penelitian adalah cross sectional. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara purposive sampling sedangkan pengambilan sampel dilakukan secara systematic random sampling dengan jumlah sampel sebanyak 192 orang siswi. Hasil penelitian menunjukkan besarnya prevalensi anemia sebesar 29,2%. Terdapat hubungan bermakna antara asupan zat gizi (energi,protein, zat besi) dengan kadar Hb siswi (p< 0,05). Faktor pendapatan per kapita berhubungan secara bermakna terhadap kadar Hb, sedangkan tingginya konsumsi bahan makanan penghambat absorbsi zat besi, rendahnya konsumsi bahan makanan peningkat absorbsi zat besi, pola haid yang lama, dan pendidikan ibu yang rendah menunjukkan persentase kejadian anemia yang lebih tinggi walaupun tidak bermakna secara uji statistik. Dan uji multivariat ditemukan 2 (dua) faktor yang berhubungan secara bermakna dengan kadar Hb yaitu asupan protein dan pendapatan per kapita keluarga. Asupan protein merupakan faktor dominan berhubungan dengan kadar Hb. Dari hasil penelitian disarankan kepada sekolah untuk mengembangkan program pencegahan dan penanggulangan anemia dengan pendidikan kesehatan dan gizi melalui diskusi peer group secara berkala, pengembangan materi KIE yang menarik sesuai dengan minat remaja, pengadaan dan pemberian tablet tambah darah bagi siswi pada saat haid, pemeriksaan Hb secara berkala, dan pemberian tablet tambah darah bagi yang anemia. Kegiatan ini dilaksanakan bekerja sama dengan organisasi BP3,OSIS, Puskesmas/Dinas Kesehatan Kota Padang, Akademi Gizi Padang, dan Distributor obat. Perlu penelitian dengan ruang lingkup lebih luas untuk mengetahui besarnya permasalahan anemia gizi di Kota Padang, khususnya pada remaja putri sebagai calon ibu agar mutu SDM dapat lebih dioptimalkan. ......Nutritional Anemia, and specifically iron deficiency anemia remains one of the most severe and important nutritional deficiencies in Indonesia to day. The household health survey (SKRT) conducted in 1995 showed that 57,1% of adolescent girls (10-14 years old) and 39,5% women of reproductive age (15-44 years old) suffered from anemia. The result of survey on adolescent school girls at SMUN 3 Padang in 1999, showed that prevalence of nutritional anemia among that girls was 25,6%. So far, the factors which are related to that problem not yet known. The potential consequences of anemia in adolescent girls may include fatigue, impaired physical performance, lowered endurance, reduced attention span, decreased school performance and leads to increased risk for morbidity and mortality among pregnant women. The objective of this study was to find out the description of nutrients intake (energy, protein, vitamin C, iron) and other factors related to hemoglobin concentration in adolescent school girls. The study has been done for adolescent school girls at SMUN 3 Padang, West Sumatera. Research designed was using cross sectional study and location of the study based on purposive sampling. Sampling used by systematic random sampling and sample size were 192 adolescent school girls. The results indicates that 29,2% of adolescent schoolgirls was suffered from anemia (Hb concentration < 12 g/dl) and nutrients intake (energy, protein, iron) had significant relation to concentration of hemoglobin of adolescent schoolgirls (p<0,05). The household income per capita also had statistically significant relation to concentration of hemoglobin, while high consumption of inhibitor factor of iron absorption, low consumption of enhancer factor of iron absorption, length of menstruation patterns, and low level of mother education had relation to concentration of hemoglobin but non significant by using statistics. Results of multivariate statistics showed that 2 (two) factors which are protein intake and household income per capita were related significantly with hemoglobin concentration. Protein intake was dominant factor related to hemoglobin concentration. According to the results of the study the author suggests to school to develop preventive and curative program through health and nutrition education with peer group discussion regularly, to develop the attractive material for IEC, to provide and gives iron supplementation to menstrual school girls, to assess hemoglobin concentration regularly, and gives iron supplementation to anemic girls. The activity can be done by teamwork with BP3 organization, OSIS, Public Health Center/Padang Health District, Academy of Nutrition, and Pharmacy Distributor. It needed a study with wide-scale to investigate the problem of nutritional anemia in Padang city, especially in adolescent girls as future mothers in order to make human resources optimalized.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2001
T2678
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Safyudin
Abstrak :
Ruang Lingkup dan Cara Penelitian: Populasi Melayu di propinsi Sumatera Selatan memiliki frekuensi pembawa sifat thalassemia-R sebesar 9% (tertinggi di Indonesia) dan frekuensi Hb E sebesar 6% (Sofro, 1995). Oleh karena itu diperlukan program pencegahan thalassemia-3 berupa skrining pembawa sifat yang efektif dan efisien dengan biaya relatif murah serta spesifik untuk populasi Melayu di Sumatera Selatan, konsultasi genetik, dan diagnosis prenatal. Dengan latar belakang tersebut, dilakukan penelitian yang bertujuan untuk: (1) Menentukan nilai MCV dan MCH yang paling optimal untuk skrining pembawa sifat thalassemia-P pada populasi Melayu di Sumatera Selatan, (2) Mengetahui spektrum mutasi pembawa sifat thalassemia-P pada populasi Melayu di Sumatera Selatan, dan (3) Memperoleh kemampuan untuk memprediksi jenis mutasi thalassemia-R hanya berdasarkan nilai hematologi dan hasil analisis Hb. Pendekatan yang dilakukan terdiri dari skrining dan pengelompokan data nilai hematologi dan analisis Hb, analisis DNA dengan menggunakan teknik PCR﷓RFLP, ARMS, dan sekuensing, serta analisis korelasi terhadap hasil pemeriksaan. Hasil dan kesimpulan: Frekuensi pembawa sifat thalassemia-P pada populasi Melayu di Sumatera Selatan didapatkan sebesar 8% (termasuk Hb E). Hasil ini mengoreksi studi Sofro yang pemah dilaporkan sebelumnya. Pada penelitian ini direkomendasikan nilai MCV < 80 fL dan MCH < 27 pg untuk skrining pembawa sifat thalassemia-p pada populasi Melayu di Sumatera Selatan. Spektrum mutasi thalassemia-P pada populasi Melayu di Sumatera Selatan didominasi oleh Hb E (36,3%) dan Hb Malay (34,1%) yang merupakan jenis mutasi thalassemia-R+ ringan sehingga permasalahan thalassemia-p di propinsi Sumatera Selatan tidak sebesar yang diperkirakan. Nilai MCV dan MCH juga dapat digunakan untuk prediksi jenis mutasi thalassemia-43. Sedangkan kadar Hb A2 tidak dapat digunakan untuk prediksi jenis mutasi thalassemia-P. Kadar Hb tidak berperan dalam skrining pembawa sifat thalassemia-II.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2003
T11301
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Nurdjunaida
Abstrak :
Prevalensi anemia pada anak umur 5-14 tahun di Indonesia adalah 28,3 % (SKRT,2001). Kelompok remaja putri merupakan kelompok yang rentan terhadap anemia karena mereka dalam per3iode pertumbuhan fisik yang cepat dan karena kehilangan darah pada saat siklus; menstruasi. Sementara upaya penanggulangan anemia pada remaja putri belum diprioritaskan seperti pads ibu hamil. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan pengaruh suplementasi Tablet Tambah Darah yang mengandung 60 mg Ferous Sulfat dan 0,25 mg Asam Folat satu kali per minggu dan dua kali per minggu terhadap kenaikan kadar Hb siswi kelas 1,2 dan 3 yang sudah menstruasi dan anemia di SLTP Muhamadiyah 4 Kota Tangerang. Desain penelitian ini adalah Experimental Randomised non Blinded, Sampelnya adalah siswi yang sudah mendapat menstruasi dan anemia. Sampel dikelompokan menjadi dua kelompok vaitu: kelompok perlakuan suplementasi TTD satu kali per minggu dengan samapel 41 orang dan kelompok yang mendapat perlakuan suplementasi TTD dua kali per minggu dengan jumlah siswi 40 orang. Pemberian suplementasi TTD diberikan selama 11 minggu. Variabel dependennya adalah kenaikan kadar Hb dan variazbel independennya adalah kadar Hb awal, dengan variabel confounding :pengetahuan siswi tentang anemia dan TTD, pendidikan dan pekerjaan ibu dan ayah, jumlah keluarga, frekuensi, lama dan banyaknya haid, dan umur menarche siswi. Analisis data dilakukan dengan Paired t-test, Independent test dan Regresi Linier Ganda. Hasil penelitian menunjukkan presentase anemia pada 254 siswi SLTP Muhamadiyah 4 Kota Tangerang adalah sebesar 31,89 %. Setelah intervensi suplementasi TTD selama 11 minggu hanya tinggal 4 orang siswi (1,6 %) yang masih anemia. Rata-rata kenaikan kadar Hb antara kadar Hb sebelum dan sesudah suplementasi TTD adalah bermakna (p,00). Rata-rata kenaikan kadar Hb siswi pada kelompok suplementasi 1 kali per minggu adalah 2,20 gr/dl, sedangkan pada kelompok suplementasi TTD yang 2 kali per minggu adalah 2,28 gr/dl. Tetapi perbedaan kenaikan kadar Hb antara kelompok intervensi suplementasi TTD I kali dan 2 kali per minggu adalah tidak bermakna (p=0,31). Variabel yang paling berpengaruh terhadap kenaikan kadar Hb siswi adalah kadar Hb awal siswi. Suplementasi TTD selama 11 minggu dapat menaikkan kadar Hb siswi secara berrnakna. Bila kita memperhitungkan waktu dan biaya maka suplementasi TTD satu kali per minggu lebih efisien daripada yang dua kali per minggu.
The Effect Of "TTD" Supplementation Once A Week And Twice A Week Against Increment Of Hemoglobin Content Of Students (Girls) With Had Menstruation Cycle And Anemia In Muhamadiyah 4 Junior High School City Tangerang, 2004 Prevalence of anemia in young population age 5 -- 14 years in Indonesia is 28,3 % (SKRT,2001). The groups of adolescent girls are vulnerable group with anemia, because they are in physical growth acceleration and blood losses in menstruation cycle. While preventive of anemia in adolescent girls are not priorities like in pregnancy women. The purpose of this research is to know of effect TTD supplement (contain 60 mg Ferrous Sulfate and 0,200 mg Folic Acid) once a week and twice a week against the increment of Hemoglobin content of students(girls) with had menstruation cycle and anemia in Muhamadiyah 4 Junior High School in City Tangerang, grade 1,2 and 3. Research design is Experiment Randomised Non Blinded. This sample were girls with had menstruation cycle and anemia_ Sample were divided into two group : group with intervention TTD supplementation once a week with sample 41 persons and group with intervention TTD suplentation twice a week with sample 40 persons. TTD supplementations were given for eleven weeks. The dependent variable of this research is the increment of Hb content girls and the independent variable are pre Hb content, with counfounding variable : girl's knowledge about TTD and anemia, education and occupation of the girls' father and mother, number of her family, frequency, duration and quantity of menstruation and age of menarche. Analysis of the data with Paired t -test, Independent test, and Double Linier Regretion. The results of the research have demonstrated that girls with anemia were 31,89 % from 275 sample in Muhamadiyah 4 Junior High School, city Tangerang. After eleven weeks TTD supplementation intervention only four sample with anemia. Mean of the increment Hb content was significantly among pre Hb content and post TTD supplementation (p=0,00). Mean of the increment Hb content of the girl was 2,20 grldl in group TTD supplementation once a week, while in group TTD supplementation twice a week was 2,28 grldl. But the difference of increment HB content among group intervention YID supplementation once a week and twice a week was not significant (p=0,31), The most effect of the variable against to the mean increment Hb content the girl was pre lib content the girl. TTD supplementation for eleven weeks could increase the mean of Hb content the girl significantly. If we consider time and cost, so TTD supplementation once a week more efficient than twice a week.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2004
T 12842
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sadono Mulyo
Abstrak :
Secara konseptual udara di tempat penambangan, dapat terpajan logam Hg total. Maknanya bahwa lingkungan kerja ataupun lokasi kerja penambangan emas termasuk kategori tidak sehat. Pajanan logam Hg tersebut dapat masuk ke dalam tubuh penambang, sehingga dapat berakibat coda kerusakan organ tubuh secara permanen. Dalam kaitannya dengan usaha memahami keberadaan Hg di dalam tubuh penambang, perlu dilakukan dengan pemantauan dan pengukuran biomarker, Salah satunya kadar Hg total dalam urine penambang. Selama ini di Kulon Progo yang merupakan daerah penambangan emas yang belum pernah dilaksanakan pengukuran kadar Hg total dalam urine serta dampaknya. Untuk itu perlu dilakukan penelitian yang rnencoba mengetahui gambaran beberapa faktor yang berhubungan dengan kadar Hg total dalam urine penambang emas, di desa Kalirejo Kokap Kulon Progo Daerah Istimewa Yogyakarta. Penelitian ini merupakan penelitian dengan disain kohort retrospektif yang melibatkan 32 responden penambang dan 32 responden non penambang yang masing masing dilakukan wawancara, observasi dan pengambilan sampel urine sewaktu, dan analisis laboratorium. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel tempat kerja penambang merupakan variabel berpengaruh dan menunjukkan kebermaknaan (p-0,050 dan RR = 3,37), yang sekaligus merupakan faktor yang paling dominan bagi kadar Hg dalam urine. Hasil analisis multivariat menunjukkan model matematis sebagai berikut: Logit (p) kadar Hg total dalam urine - 0,251 + 1,215 (Tempat kerja penambang). Peran faktor lain seperti aspek-aspek dan manifestasi klinis, diluar yang telah diteliti, masih perlu untuk diteliti. Sedangkan untuk pencegahan dan pengendaliannya diperlukan pemantauan Hg secara rutin dan intensif dan upaya-upaya intervensi secara teknik diantaranya adalah penerapan daur ulang Hg (amalgam retort) perlu ditingkatkan. ......Factors Related to Total Amount of Hg in Urine of Traditional Gold Miner in Kalirejo Village, Kokap Kulon Progo, Province of YogyakartaConceptually, air in mining location, could be exposed to Hg, which mean gold mining area included to unhealthy environment category. Hg exposure can enter to miner's body and damage body organ permanently. In order to examine Hg status in miner's body, it is necessary to monitor and measuring biomarker, one of this is amount of Hg in urine. No previous measurement of Hg in urine in Kulon Progo which is gold mining area. It is important to conduct study about description of some factors which related to total amount of Hg in urine of gold miner in Kalirejo, sub district of Kulon Progo, Province of Yogyakarta. This study used cohort retrospective design, involve 32 miners and 32 non miner as respondent each interviewed, observed and respondent's urine and laboratory analysis. Result of this study showed that work site variable is most influencing variable and significant ( p-value = 0.05 and RR = 3.370 ) and became most dominant variable to amount of Hg in urine. Multivariate analysis showed mathematics model; logit (p) total amount Hg in urine= 0.251 + 1.215 ( work site ). Other factor role such as aspects and clinical manifestation, out of this study, should be examined. While to prevent and control need monitoring Hg routinely and intensive and intervention effort technically, like implementing Hg recycling (amalgam retort )
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2003
T12689
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
B. Hendy Budiman
Abstrak :
Anemia pada ibu hamil sampai sekarang masih merupakan masalah kesehatan masyarakat, karena mempunyai dampak yang buruk selain terhadap ibunya juga terhadap bayi yang dikandungnya. BBLR adalah salah satu akibat yang bisa terjadi dari ibu hamil yang menderita anemia, dimana BBLR itu sendiri merupakan suatu keadaan yang harus dicegah karena dapat memberikan dampak yang buruk terhadap kelangsungan hidup bayi selanjutnya, sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan angka kesakitan dan angka kematian bayi. Penelitian ini bertujuan ingin mengetahui hubungan antara kadar Hb selama kehamilan dengan kejadian BBLR dan faktor-faktor lain yang mempengaruhinya. Sebenarnya penelitian yang mempelajari hubungan tersebut telah banyak dilakukan, akan tetapi dari penelitian-penelitian tersebut tidak diperoleh informasi bagaimana perjalanan kadar Hb selama kehamilan dalam hubungannya dengan kejadian BBLR. Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Garut Propinsi Jawa Barat. Pemilihan Kabupaten Garut sebagai tempat penelitian atas dasar bahwa prevalensi anemia pada ibu hamil dan angka kejadian BBLR di Kabupaten Garut masih cukup tinggi. Rancangan penelitian ini adalah Kasus-Kontrol dengan jumlah sampel seluruhnya 184 orang yang terdiri dari 92 orang masuk kedalam kelompok kasus dan 92 orang masuk kedalam kelompok kontrol. Analisa data dilakukan dengan metoda Unconditional Logistic Regression. Sedangkan hipotesa yang diajukan adalah terdapat hubungan antara kadar Hb selama kehamilan dengan kejadian BBLR. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa OR ibu-ibu yang mempunyai kadar Hb rendah saat kehamilan dan persalinan adalah 2,61 (95% CI : 168--6,22) dibandingkan dengan ibu-ibu yang mempunyai kadar Hb tinggi saat kehamilan dan persalinan. Faktor lain yang berpengaruh terhadap kejadian BBLR adalah umur, pekerjaan ibu, paritas, pemberian tablet besi dan tekanan darah tinggi., dimana faktor yang paling berpengaruh terhadap kejadian BBLR adalah pemberian tablet besi. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ibu hamil yang menderita anemia sepanjang kehamilannya yang dapat mempengaruhi kejadian BBLR, sehingga disarankan agar pemberian tablet besi hanya diberikan kepada ibu hamil dalam kelompok tersebut. ......The Association Between Hb Content During Pregnancy And Low Birth Weight Occurrence At Garut Regency In 1995-1996Anemia in pregnant is still a public health problem, due to its ill effects on the mother or on the infant being carried. Low Birth Weight is one consequence that could happen to pregnant with anemia, where low birth weight it self is one situation that has to be prevented due to the possible ill effects on the further life of the infant, so that it can increase the infant morbidity and mortality rate. The objective of this study is to know the association between the Hb content during pregnancy and low birth weight occurrence and other factors affecting it. Essentially, much a study this association has been done, but no information bass been acquired on the course of Hb content during pregnancy in its association to the low birth weight occurrence. This study was performed in the Garut Regency in the West Java Province. The choice of the Garut Regency as a location of study is based on the still rather high anemia prevalence in pregnant and the low birth weight occurrence in the Garut Regency. The study design is the Case-Control by a total sample of 184 people consisting of 92 people in the case group and 92 people in the control group. The data analysis is done by the Unconditional Logistic Regression method. While the hypothesis carried forward is that there is a association between the Hb content during pregnancy and low birth weight occurrence. The result of this study indicate that the OR of mothers having a low Hb content at time pregnancy and childbirth is 2.61 (95% CI : 1.68-6.22) compared to mothers with high Hb content at time of pregnancy and childbirth. Other factors affecting the low birth weight occurrence is age, occupation of mother, parity, the administration of iron tablets and hypertension, where the factor mostly affecting the low birth weight occurrence is the administration of iron tablets. The conclusion of this study is that pregnant with anemia during their pregnancy can effect the low birth weight occurrence, so that it is suggested that the administration of iron tablets are only given to pregnant in this group.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1996
T1098
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Helda Khusnun
Abstrak :
ABSTRACT
The overall objectives of this study is to examine whether a population of healthy University of Indonesia students have different hemoglobin distribution from that of American population and if there was difference whether it is appropriate to set up a new cut-off point for anemia as a screening tools for iron deficiency in population.

This study is designed as a cross-sectional study using convenience sampling procedure. A total of 214 males and 190 females were studied from January to February 1997. After data cleaning, 203 healthy Indonesian males and 170 females were eligible for data analysis.

Blood samples of the subjects was drawn to analyze hemoglobin and hematocrit level, red and white blood cell count, erythrocyte sedimentation rate, serum iron concentration and total iron binding capacity, serum ferritin and zinc protoporphyrin concentration. A structured questionnaire was administered to investigate factors that could influence hemoglobin level. The mean hemoglobin was compared with that of the United States population using results of NHANES III.

The result showed that the mean hemoglobin of Indonesian male was the same with the American population in NHANES Ill. While for female there are difference in mean hemoglobin between the Indonesian and American, which could lead to different cutoff criteria for anemia. However when specificity and sensitivity of the new cutoff (Hb < 11.3 g/dl) and the WHO cutoff (Hb < 12 g/dI) were compared, the result showed that the latest had a more favorable sensitivity and specificity. Thus, this survey confirmed that there is no need to develop different cutoff points for anemia as a tool for iron deficiency screening.
1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shanti Iswara
Abstrak :
ABSTRAK Ruang lingkup dan cara penelitian Tingginya prevalensi anemia defisiensi besi pada wanita usia reproduksi di Indonesia. Asupan zat besi melalui makanan dan aktifitas fisik/olahraga yang berat dapat merupakan salah satu faktor penyebab anemia defisiensi besi. Telah dilakukan penelitian quasi eksperimental pada 60 siswa wanita untuk melihat pengaruh latihan fisik yang teratur dan konsumsi makanan yang didapat setiap hari terhadap kadar hemoglobin dan feritin serum di suatu pendidikan khusus selama 12 minggu. Pada awal dan akhir penelitian, kepada subjek dilakukan pemeriksaan; kesehatan, antropometri, kadar hemoglobin dan feritin serum. Sedangkan asupan makanan dan kegiatan 24 jam dinilai selama masa penelitian berlangsung. Dengan metode 3 days record dan metode faktorial. Hasi1 dan Kesimpulan Pada awal dan akhir penelitian didapatkan kejadian defisiensi besi dengan atau tanpa anemia dan anemia bukan defisiensi besi yang cukup tinggi. Kualitas makanan yang diterima mempunyai imbangan sumber energi yang sesuai dengan anjuran, dan kuantitas asupan zat gizi yang diteliti (lemak, protein, zat besi dan vitamin C) berada di atas nilai kebutuhan yang disesuaikan dengan kecukupan yang dianjurkan, kecuali asupan energi dan karbohidrat sedikit di bawah nilai kecukupan. Jenis aktifitas/kegiatan yang dilakukan to nnasuk kategori jenis aktifitas berat dengan keluaran energi dalam sehari sebesar 3496,88+134,21 Kal. Latihan fisik dan asupan makanan yang diterima selama penelitian ini berlangsung, dapat menurunkan berat badan dan indeks masa tubuh (p<0,05), tetapi meningkatkan kadar hemoglobin (p;0,05) dan feritin serum (p<0,05). Perubahan ini dipikirkan karena selain adanya efek konsumsi zat besi dari makanan yang diterima, jenis intensitas dan lama latihan fisik yang dilakukan, distribusi populasi subjek berdasarkan kadar hemoglobin dan feritin serum turut pula mempengaruhinya.
ABSTRACT Scope and Method of Study: The prevalence of iron deficiency anaemia in reproductive age women in Indonesia is high. Two factors involved on causing iron deficiency anaemia are food intake and hard physical training. A quacy experimental study was done on 60 women to investigate the changes of hemoglobin and serum ferritin on women student who had regular meals and taking basic physical training during 12 weeks in special education. Physical, anthropometric examination, hemoglobin and serum ferritin concentration determination were done on each subject at the beginning and at the end of the basic special education. The evaluation of food intake and 24 hours activities were done using three days record and factorial method during this study. Result and Conclusions: The incidence of iron deficiency at the beginning and at the end of study were quite high, both among the anaemic and the non anaemic group. The quality of food intake was well balanced and the quantity of each nutritional element under study (fat, protein, iron and vitamin C) were above the optimal requirement, except calorie and carbohydrate were slightly below the optimal requirement. The exercises done by the subjects were categorized as heavy exercise with energy expenditure of 3496.88±134.21 calories per day. Heavy exercise and food intake during the study managed, to lower the body weight and body mass index (p<0.05) and increased the hemoglobin and serum ferritin concentrations (p<0.05). The changes were thought due to iron consumption, intensity and duration of physical training, subject population distribution according to hemoglobin and serum ferritin concentrations.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Moeke Mahyastuti
Abstrak :
Pada penerjunan High Altitude Low Opening, pasukan dipaparkan pada ketinggian 20.000 kaki. Pada ketinggian tersebut, manusia tanpa tambahan O atau alat pelindung masih dapat melaksanakan tugasnya dengan efektif (WSE: Waktu Sadar Efektif) selama 10-20 menit. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi WSE adalah kadar Hb. Penelitian ini memilih disain studi korelasi dengan jenis eksperimen laboratorium tanpa kontrol, yaitu dengan memaparkan sejumlah 100 anggota PASKHAS TN1-AU sebagai subyek dalam simulator ruang udara bertekanan rendah (RUBR) setara 20.000 kaki selama 26 menit, guna meneliti tentang hubungan antara kadar Hb dan WSE, serta melihat beberapa faktor faali terhadap WSE. Subyek diminta mengerjakan soal-soal tes penjumlahan secara vertikal sepasang angka random dua digit. Apabila subyek salah menjawab dua nomor berturut-turut, atau diam tidak mengerjakan soal selama 15 detik, atau tidak melaksanakan perintah pengawas berarti titik akhir WSE tercapai. Selanjutnya dibuat analisa hubungan antara kadar Hb dan WSE, serta dilihat pengaruh beberapa faktor faali terhadap WSE. Hasil dan kesimpulan: Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata WSE 15,46 menit, rata-rata Hb 15.08 g% (Hb 12.2 - 17.8 g%). Secara statistik univariat Hb mempunyai regresi positif sedang ( B = 0,55, p = 0,08). Pada model multivariat, Hb tidak dipengaruhi oleh variabel umur, sistolik, diastolik, denyut jantung, FVC). Denyut jantung mempunyai garis regresi negatif sedang (B =- 0,07, p = 0,05), FVC mempunyai regresi positif lemah (B= 0,55 , p = 0,56), Sistolik (B = - 0,05, p = 0,30) dan diastolik (B = -0,08, p = 0,28) kedua-duanya mempunyai regresi negatif lemah. ......During HALO dropping, the troops were deployed at the height of 20,000 feet. It was discovered that in this altitude without extra oxygen or any other protective equipment, human being can still survive and do their task effectively for and around 10 - 20 minutes. Hb content was concluded to be one of the factors that can influence the TUC. Correlative study design with laboratory experiment without control was chosen for this research. One hundred subjects (IAF - HALO - Paratroops Candidates) were deployed for 26 minutes into altitude chamber at simulated 20,000 feet high, to investigate the correlation between Hemoglobin and TUC. Other physiological factors, which might influence the TUC, were also investigated. The subjects were requested to do kind of additive test two digits paired random numbers, vertically arranged. The end points for determination of the TUC were either (1) two consecutive mistakes in the addition test, or (2) subject stop writing for more than 15 seconds or (3) subject did not respond to the observer's instructions. The result was analyzed to evaluate the correlation between Hemoglobin and TUC, and other physiology factors, which might influence the TUC. Result and conclusion: The mean value of TUC was 15,46 minutes, the mean value of the Hemoglobin was 15.08 g . Statistically Hemoglobin has moderate positive regression (B = 0,55, p = 0.08). The result of multivariate and univariate model analysis towards correlation between Hb and TUC were almost similar. This mean, Hb is not influence by other variables (age, systolic, diastolic, heart rate, FVC). It was concluded that Hemoglobin has moderate correlation with TUC, and heart rate has moderate negative regression (B = - 0.07, p = 0.05). FVC has weak positive regression (B = 0,55, p = 0,56), systolic (B = - 0,05, p = 0,30) and dyastolic ( B = - 0,08, p = 0,28) has weak negative regression.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1994
T4428
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fielda Djuita
Abstrak :
ABSTRAK
Terapi radiasi nerupakan salahsatu cara mengobati penyakit kanker. Telah banyak usaha untuk memperbaiki teknik ini setiap waktunya terutama untuk mengurangi efek samping yang mungkin timbul selama pengobatan. Maka, pasien selama pengobatan radiasi diamati keadaan umum dan status nutrisinya, termasuk meninjau berat badan dan nilai hemoglobinnya.
1989
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ballada Santi
Abstrak :
Anemia didetinisikan sebagai suatu keadaan kadar hemoglobin (Hb) dalam darah lcbih rcndah daripada nilai normal untuk kclompok orang yang bersangkutan. Anemia ibu hamil berdasarkan SKRT tahun |995 sebesar 50,9%; prevalensi anemia ibu hamil di Kabupaten Kuningan tahun 2005 sebesar 62,5 %. Salah satu upaya untuk pencegahan dan penanggulangan anemia ibu hamil dengan pemberian suplemen tablet besi-folat. Selain suplemen tablet besi folat, pemerintah daerah juga menyediakan suplemcn multivitamin mineral. Tujuan penelitian untuk mengetahui perbedaan pengaruh konsumsi supiemen tablet besi-folat dan suplemen multivitamin mineral terhadap kadar hemoglobin pada ibu hamil anemia di Kabupaten Kuningan Tahun 2006. Penelitian ini menggunakan desain ekspcrimen dengan randomisasi, dilakukan pada ibu hamil anemia dengan umur kehamilan trimester ll (minggu kc 16 sampai minggu ke 24) yang menderita anemia di Wilayah Kabupaten Kuningan Tahun 2006. Jumlah sampel 138 terdiri : 70 diberi suplemen tablet besi folat dan 68 diberi saplemen multivitamin mineral. Data yang dikumpulkan dam primer yang diperoleh melalui wawancara dan pengukuran. Data diuji dengan 1.1851 berpasangan dan Lies! dna mean independent. Hasil penelitian diperoleh : proporsi anemia pada ibu hamil trimester ll di Kabupaten Kuningan masih cukup tinggi (59,57 %); karakteristik ibu hamil yaitu usia ibu hamil, jamk kehamilan, paritas, latar belakang pendidikan, pekerjaan, asupan makanan, pola konsumsi makanan dan status gizi ibu hamil tidak ada perbedaan yang bermakna pada kedua kelompok pcrlakuan atau dapat dikatakan homogen; terdapat perbedaan yang bermakna kadar Hb sebelum dan setelah perlakuan; terdapat kcccndcrungan pcningkatan :ata-rata kadar Hb lebih tinggi pada ibu hamil yang dibcri suplemen tablet besi folat dibandingkan ibu hamil yang diberi suplemen multivitamin mineral, tidak ada pcrbedaan yang bcmiakna kenaikan kadar Hb antara ibu hamil yang diberi suplemen tablet besi folat dan ibu hamil yang diberi suplemen multivitamin mineral, peningkatan kadar Hb lebih tinggi pada ibu hamil anemia dengan kadar llb awal yang lebih rendah karena kebutuhan tubuh akan besi berpengaruh besar terhadap absorpsi besi. Disimpulkan terdapat perbedaan yang bemtakna rata-rata kaclar Hb sebelum dan sesudah pcrlakuan pada ibu yang diberi suplemen tablet besi folat dan ibu yang diberi suplemen multivitamin mineral, tidak ada pcrbedaan yang bemtakna kenaikan kadar Hb ibu hamil yang diberi suplemen tablet besi folat dan ibu hamil yang diberi suplemen multivitamin mineral, kecendemngan peningkatan kadar Hb lebih tinggi pada ibu hamil anemia yang diberi suplemen tablet besi folat dibandingkan dengan ibu hamil anemia yang diberi suplemen multivitamin mineral, suplemen tablet besi folat maupun suplemen multivitamin mineral dapat meningkatkan kadar Hb ibu hamil anemia sama baiknya, peningkatan Radar Hb lebih tinggi pada ibu hamil anemia dengan kadat' Hb awal yang lebih rendah karena kebutuhan tubuh akan besi berpengaruh besar terhadap absorpsi besi. Disarankan penanggulangan ibu hamil anemia dapat dengan pemberian suplemen tablet besi folat maupun suplemen multivitamin mineral tetapi perlu dipertimbangkan efektivitas dari segi finansial, perlu penekanan dalam keteraturan minum suplemen. Pcmilih suplemen multivitamin mineral perlu dipertimbangkan dengan kandungan besi sesuai dengan standar WI-IO (60 mg besi) dan unsur vitamin lain yang berguna untuk meningkatkan kadar Hb ibu hamil serta mengurangi efek, melakukan penyuluhan tentang asupan makanan yang mengandung zat besi.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2006
T34501
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7   >>