Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yayang Bayu Tria Arisandi
Abstrak :
Angiografi Koroner dan Intervensi Koroner Perkutan Transradial adalah salah satunya pengobatan penyakit jantung koroner. Penggunaan akses transradial ini bisa menimbulkan beberapa komplikasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambarannya komplikasi akses radial pada angiografi pasca koroner dan/atau pasien Intervensi Koroner Perkutan di salah satu rumah sakit rujukan nasional. Penelitian dilakukan secara retrospektif menggunakan desain penampang berurutan pengambilan sampel melibatkan 111 responden. Hasil penelitian menunjukkan kejadian itu Komplikasi akses radial terjadi pada 33 (29,7%) responden dengan jenis komplikasi ini bervariasi yaitu obstruksi arteri radial (5,4%), spasme arteri radial (8,1%), perdarahan area insersi (8,1%), hematoma area insersi (10,8%) dan ekimosis (23,4%). Studi ini merekomendasikan perlunya peran perawat, terutama dalam asesmen dan pemantauan pasien untuk mendeteksi komplikasi setelah angiografi Intervensi Koroner dan/atau Perkutan. ......Coronary Angiography and Transradial Percutaneous Coronary Intervention is one of the treatments for coronary heart disease. The use of transradial access can cause several complications. This study aims to describe the complications of radial access in post-coronary angiography and/or Percutaneous Coronary Intervention patients at one of the national referral hospitals. The study was conducted retrospectively using a sequential cross-sectional design. Sampling involved 111 respondents. The results showed that the incidence of radial access complications occurred in 33 (29.7%) respondents with varied types of complications, namely radial artery obstruction (5.4%), radial artery spasm (8.1%), bleeding. insertion area (8.1%), insertion area hematoma (10.8%) and ecchymosis (23.4%). This study recommends the need for a nurse role, especially in the assessment and monitoring of patients to detect complications after coronary and/or percutaneous interventional angiography.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adrian Himawan Singgih
Abstrak :
Tuberkulosis (TB) paru merupakan penyakit infeksi dengan prevalensi tinggi di Indonesia. Berbagai studi meneliti tentang faktor risiko TB, antara lain diabetes melitus (DM) dan kadar hemoglobin. Studi cross-sectional analitik ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara kadar hemoglobin terhadap prevalensi TB paru pada penderita DM tipe 2. Dari hasil penelitian diketahui bahwa tidak terdapat perbedaan yang bermakna secara statistik antara kadar hemoglobin <10 g/dL dan 210 g/dL terhadap prevalensi TB paru pada diabetes melitus tipe 2 di RSCM pada tahun 2010. Hasil penelitian menyarankan dilakukannya penelitian serupa di rumah sakit lainnya pada tahun tertentu.
Pulmonary tuberculosis (TB) is one of the infectious diseases with high prevalence in Indonesia. Many studies observe the risk factors of TB such as diabetes mellitus (DM) and hemoglobin level. This analytic cross-sectional study observes whether there is an association between hemoglobin level and pulmonary TB prevalence in patients with DM type 2. From this study, there is no statistically significant difference between hemoglobin level <10 g/dL compared to 210 g/dL to the pulmonary TB prevalence in patients with DM type 2 in Cipto Mangunkusumo Hospital in 2010. It is suggested to do same studies at other hospitals in other year.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Erick
Abstrak :
Diabetes mellitus menyebabkan seseorang menjadi lebih rentan untuk terkena infeksi tuberkulosis paru. Tuberkulosis sendiri merupakan penyakit yang dapat dicegah dengan mengendalikan faktor risiko yang ada, salah satunya adalah konsumsi alkohol. Studi cross-sectional analitik ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara konsumsi alkohol dengan prevalensi tuberkulosis pada pasien diabetes mellitus di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo tahun 2010. Data yang diperlukan diperoleh melalui rekam medis, dan didapatkan 462 data. Sebanyak 89.39% pasien tidak mempunyai riwayat mengonsumsi alkohol, dan 10.61% sisanya mempunyai riwayat mengonsumsi alkohol. Dari hasil analisis dengan uji chi square, tidak didapatkan hubungan yang bermakna antara konsumsi alkohol dengan tuberkulosis dengan nilai p 0.107 (> 0.005). Hasil ini sesuai dengan penelitian lain dengan populasi di India Selatan yang menyatakan bahwa pengonsumsian alkohol bukan merupakan faktor risiko penting terhadap terjadinya tuberkulosis. Meskipun demikian, untuk penelitian selanjutnya disarankan agar data diperoleh lewat pengisian kuisioner sehingga pola pengonsumsian alkohol untuk masing-masing individu dapat diketahui. Diabetes mellitus makes someone more vulnerable to get tuberculosis infection. Tuberculosis itself can be prevented by controlling its risk factors, one of which is alcohol consumption. This analitical cross-sectional study intends to understand the associaton between alcohol consumption with tuberculosis prevalence on patient with diabetes mellitus at Cipto Mangunkusumo Hospital in 2010. Data needed for this study was obtained from medical records, and total data obtained is 462 data. As many as 89.39% patients have no alcohol cosumption record, and the rest 10.61% have it. From data analysis with chi square, the result shows no significant association between alcohol consumption with tuberucolsis (p value0.107). This result is the same with other study in South India which showed that alcohol consumption is not an important risk factor for tuberculosis. However, for the future study, it is mentioned to get the data from questionnaire so that individual pattern of alcohol consumption can be better understood.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library