Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 10 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Shulman, Lawrence
Australia: Brooks/Cole Cengage Learning, 2011
158.35 SHU d (1)
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Agung Pradata I.K.
Abstrak :
Hubungan antara konselor dengan kliennya merupakan hakekat atau inti dari konseling im sendiri. Beragam pendekatan dalam konseling memiliki pandangan yang berbeda mengenai corak hubungan yang terbentuk antara konselor dengan kliennya. Psikoanalisis klasik misalnya menekankan hubungan yang berjarak, sementara humanistik justru mendorong hubungan yang setara dan hangat antara konselor dengan klien. Meskipun demikian, ada komponen-komponen dasar yang ada dalam semua hubungan antara konselor dengan kliennya, salah satunya adalah hubungan yang riil (real relationship). Dalam hubungan yang riil, terdapat kesejatian (genuineness) baik dari konselor maupun klien. Bagi Carl Rogers, pelopor penclekatan client-centered dalam aliran humanistik, kesejatian konselor adalah 1-condisi terpenting dari tiga kondisi yang penting dan cukup (necessary and sigjicient) untuk menumbuhkan perubahan kepribadian yang konstruktif pada diri klien. Kesejatian konselor secara umum digambarkan sebagai kemauan dan kernampuan konselor untuk menjadi dirlnya sendiri, jujur, dan terbulca terhadap kliermya selama konseling Bagi Rogers, lcesejatian secara khusus adalah kondisi kongruen antara pengalaman, kesadaran, dan komunikasi. Dalam membahas kesejatian, ada konsep lain yang erat kaitannya yaitu pengungkapan diri (MM disclosure). Pengungkapan diri konselor adalah tindakan konselor mengungkapkan infomlasi personal tentang dirinya dan respon terhadap klien yang muncul selama konseling. Penelitian ini bermaksud mengetahui penghayatan konselor terhadap kesejatian dan pengungkapan dirinya selama konseling Penelltian ini dicoba dilakukan dalam keranglca eksistensialis-fenomenologis yang berupaya menelaah pengalaman manusiawi peneliti meminta partisipan merefleksikan pengalamannya, menuliskan pengalamannya dalam kuesioner, lalu terlibat dalam wawancara. Hasil analisis yang dibuat peneliti didiskusikan kembali dengn paxtisipan untuk mendapalkan umpan balik sebelmn dibuat kesimpulan akhir. Partisipan yang terlibat dalam penelilian ini bexjumlah empat orang, kesemuanya konselor di bidang psikologi klinis dengan rentang pengalaman antara 7 sampai 19 tahun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum kesejatian diartikau panisipan sebagai kejujuran dan kepedulian. Kesejatian ditampill-can partisipan dengan mempertimbangkan kerangka kepentingan klien dan proses konseling. Mengingat bahwa kepentingan klien dan konseling menjadi perhatian utama, maka tampil sejati tidak dilakukan begilu saja.. Kesejatian diupayakan untuk dilandasi oleh empati, ditampilkan dengan cara halus atau melalui strategi tertentu dan dengan melihal saat yang tepat. Tampil sejati temyata dihayati pula menimbulkan dilema. Di satu sisi, tampil sejati diyakini sebagai hal yang manusiawi dan penting bagi proses konseling (sebagaimana diajarkan oleh pendekatan humanislik). Di sisi lain, tampil sejati ternyata dipandang dapat bemkibat dua hal negatif, yaitu (a) mengganggu citra yang melekat pada diri konselor dan (b) mengganggu proses konseling. Meskipun tidak mudah untuk diretfleksikan., tampil sejati memberi dampak positif dan negatif. Secara khusus, kesejatian tidak mudah ditampilkan dalam kasus kekerasan. Kesejatian juga dihayati seorang partisipan sebagai hal yang tldak mudah ditampill-can di awal karir. Keempat partisipan berpendapat bahwa pengungkapan diri (dala menceritakan informasi personal) dilakukan secara terbatas dan berhati-hati hanya kepada klien yang dapat dipercaya- Pengungkapan diri hanya dilalcukan untuk memberi penguatan kepada klien bahwa ia tidak seorang diri dalam menghadapi masalah. Untuk penelitian selanjutnya disarankan melihat pula penghayatan klien tentang kesejatian konselor Serta bagaimana kesejatian dan pengungkapan diri ditampillcan secara aktual selama konseling. Beberapa faktor yang mempengaruhi kesejatian konselor dalam konseling juga menarik untuk diteliti lebih lanjut, seperti jenis kasus yang dihadapi konselor, pengaruh kepribadian konselor, latar belakang pendekatan teoretik yang dianut.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2003
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sriwahyuni Saptasiwi
1983
S2055
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Corey, Marianne Schneider
Belmont: Thomson/Brooks/Cole, 2006
150 COR g
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Haney, Hutch
Australia: Brooks/Cole, 2001
158.35 HAN b
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Schiff, Harriet Sarnoff
New York: Penguin Books, 1996
158.35 SCH s
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Corey, Gerald
Belmont, California: Brooks/Cole, Cengage Learning, 2012
158.35 COR t (1)
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Corey, Gerald
Australia: Cengage Learning, 2017
158.3 COR t
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Tujuan: mengevaluasi efektiftasi konseling kelompok untuk menghentikan merokok di antara murid sekolah menengah. Metode: Penelittian dilakukan diatara murid sekolah menegah di dua kabupaten Negeri Selangor Malaysia pada bulan Juli 2005 sampai Agustus 2006. Setelah dilakukan skrining, 346 murid dibagi secara acak menjadi dua grup. Grup pertama yang diberi konseling (IG) sebanyak 158 orang dan grup ke dua yang tidak diberi konseling (NIG) sebanyak 188 orang. Konseling teratur terstruktur dilakukan selama empat bulan, sedangkan grup yang tidak diberikan konseling hanya mendapatkan program penghentian merokok sesuai program di sekolah yang berangkutan. Pada kedua grup, pengetahuan, sikap terhadap merokok, dan kadar berhenti merokok diukur sebelum intervensi, pada bulan intervensi ke 4, 8, dan 12. Hasil: Murid pada IG secara signifi kan mempunyai pengetahuan dibandingkan dengan NIG selama intervensi masing-masing: 24,29+7,97 vs 23.58+8,44 (pada kunjngan pertama); 29,10+8,52 vs 24.09+8.69 pada kunjungan ke dua; 26,59+8,26 vs 22.08+8.04 pada kunjungan ke tiga; dan 25,54+8,34 vs 21,26+9,60 pada kunjungan ke empat. Sedangkangkan skor sikap tidak berbeda signifi kan antara kedua grup. Setelah intervensi, kadar berhenti merokok secara signifi kan lebih tinggi di antara grup IF dibandingkan grup NIG (45% vs 32%; P=0.013). Kesimpulan: Konseling berkelompok sangat efektif untuk meningkatkan pengetahuan dan penghentian merokok, akan tetapi tidak terhadap sikap merokok.
Abstract
Aim: To assess the effectiveness of groups counseling for smoking cessation among secondary school students. Methods: This study was conducted among secondary school students in two districts in Selangor Malaysia, during July 2005 until August 2006. Upon screening, 346 students were randomly assigned into intervention group (IG) (n=158) and non intervention group (NIG) (n=188). IG underwent structured group counseling regularly for four months, while no group counseling was given to the NIG but subjected to the regular smoking cessation activities organized by their respective schools. Knowledge and attitude towards smoking and quit rate were measured in both groups before intervention, and at 4, 8, and 12 months after intervention. Results: Revealed that students in IG had signifi cantly higher knowledge scores than those in NIG during follow-up visits (24.29+7.97 vs 23.58+8.44 on the fi rst visit), (29.10+8.52 vs 24.09+8.69 on the second visit) (26.59+8.26 vs 22.08+8.04 on the third visit) and (25.54+8.34 vs 21.26+9.60 on the fourth visit). Attitude scores were not signifi cantly different in both groups. Quit rate at four months after intervention was signifi cantly higher in IG as compared to the NIG (45%; 71/158 vs 32%; 60/188) (P=0.013). Conclusion: Group counseling is very effective in improving the respondents? knowledge and quite rate, but not their attitudes toward smoking.
[Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, University Science of Malaysia. School of Health Sciences], 2010
pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library