Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Alvin Nursalim
Abstrak :
Latar Belakang. Perawatan pasien geriatri di ruang rawat inap dapat menimbulkan dampak negatif terhadap kualitas hidup pelaku rawat pasien geriatri. Kualitas hidup pelaku rawat yang buruk dapat menyebabkan penurunan kualitas perawatan yang diberikan. Karena itu, penilaian kualitas hidup pelaku rawat pasien geriatri diperlukan. Mengetahui kualitas hidup pelaku rawat pasien geriatri yang dirawat inap di rumah sakit dan mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kualitas hidup pelaku rawat pasien geriatri yang dirawat inap di rumah sakit. Studi ini menggunakan desain potong lintang untuk meneliti faktor-faktor yang berhubungan dengan kualitas hidup pelaku rawat pasien geriatri yang dirawat inap di Rumah Sakit Cipto Mangukusumo pada bulan Agustus hingga September 2018. Studi ini menggunakan kuesioner SF-36 untuk menilai kualitas hidup pelaku rawat dengan dua luaran yaitu skor komponen fisik dan komponen mental. Analisis bivariat menggunakan uji Chi Square dan analisis multivariat menggunakan regresi logistik. Hasil. Nilai rerata komponen fisik dari pelaku rawat pasien geriatri di RSCM adalah 49,07. Sedangkan nilai rerata komponen mental adalah 51,62. Kedua nilai ini sama dengan rerata populasi (nilai 50 dengan standar deviasi 10). Berdasarkan analisis multivariat, terdapat dua variabel yang berhubungan dengan penurunan kualitas hidup komponen mental di bawah rerata populasi, yaitu jenis kelamin wanita (POR: 3,66, IK 95%: 1,39-9,59, p: 0,008), dan lama perawatan lebih dari 8 jam (POR: 3,5, IK 95%: 1,39-8,86, p: 0,008). Selain itu, terdapat dua faktor yang berhubungan dengan penurunan kualitas hidup komponen mental dibawah rerata populasi, yaitu jenis kelamin wanita (POR: 2,66, IK 95%: 1,03-6,88, p: 0,044), dan hubungan keluarga dengan pasien (POR: 7,91, IK 95%: 1,68-37,29, p: 0,009). Nilai skor kualitas hidup komponen fisik adalah 49,07, dan komponen mental 51,62. Kualitas hidup pelaku rawat pasien geriatri di rumah sakit, baik komponen fisik dan mental, sama dengan rerata populasi. Jenis kelamin wanita, dan lama perawatan lebih dari 8 jam berhubungan dengan nilai komponen fisik dibawah rerata populasi. Sedangkan jenis kelamin pelaku rawat wanita, dan hubungan keluarga dengan pasien berhubungan dengan nilai komponen mental dibawah rerata populasi.
The high intensity of geriatric patient hospitalization has bad impact to caregiver's quality of life. Caregivers who have bad quality of life also has detrimental effect to the patient under their care. Therefor, the assessment of caregiver's quality of life is needed to make sure the optimal care for geriatric patients. To identify the quality of life in geriatric patients' caregiver and its contributing factors. This study is a cross-sectional study to identify the quality of life in geriatric patients' caregivers and its contributing factors. This study is conducted in Cipto Mangunkusumo Hospital from August to September 2018. This study utilizes SF-36 questionnaire with two major outcome, physical component and mental component. Bivariate analysis is performed by using Chi Square analysis and multivariate analysis is performed by using logistic regression. Result. The average score of physical score among geriatric patient's caregivers in Cipto Mangunkusumo hospital is 49,07. The mental score is 51,62. Both of these score are similar to the average score of populaton. There are two variables with significant association with low physical component below the population average, which include the gender of caregiver (POR: 3,66, 95% IK: 1,39-9,59, p: 0,008), and duration of caregiving more than 8 hours (POR: 3,50, 95% IK: 1,39-8,86, p: 0,008). There are also two factors that significantly associated with low mental component, which include the gender of caregiver (POR: 2,66, 95% IK: 1,03-6,88, p: 0,044), and family relationship to the patient (POR: 7,90, 95% IK: 1,68-37,29, p: 0,009). The quality of life of geriatric patient's caregiver is similar to the average score of the population. Female and the duration of caregiving more than 8 hours/day are related to low score of physical component. Female and family relation to the patient is related to low score of mental component.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gunawan Adhiguna
Abstrak :
Kondisi multipatologi pada pasien geriatri dapat mengakibatkan polifarmasi, interaksi obat, dan peresepan yang tidak sesuai. Penghambat pompa proton adalah salah satu obat yang sering diresepkan pada pasien geriatri. Evaluasi penggunaan obat diperlukan untuk meningkatkan ketepatan dan keefektifan peresepan penghambat pompa proton terutama pada pasien geriatri. Penelitian ini merupakan studi retrospektif deskriptif. Sampel yang digunakan adalah data rekam medik pasien geriatri yang dirawat di ruang rawat inap geriatri RSCM dalam periode Januari hingga Juni 2015. Penelitian ini menganalisa besar penggunaan penghambat pompa proton menggunakan sistem Anatomical Therapeutic Chemical Defined Daily Dose (ATC/DDD) dan perbandingannya dengan penelitian lain. Hasil penelitian menunjukkan 60,2% pasien menggunakan penghambat pompa proton yang 96,4% diantaranya adalah omeprazol. Rute pemberian yang paling dominan adalah intra vena (89,3%). Besar penggunaan penghambat pompa proton 33,79 DDD/100 bed-days. Dibandingkan dengan prevalensi GERD sebagai indikasi obat ini, nilai DDD/100 bed-days penghambat pompa proton lebih tinggi. Hal ini memperlihatkan penggunaan penghambat pompa proton yang berlebihan pada pasien geriatri.
Multipathologic conditions in geriatric patients can lead to polypharmacy, drug interactions, and irrational prescribing. Proton pump inhibitors are one of the most prescribed drug in geriatric patients. Evaluation of the use of the drug is needed to improve the provision and effectiveness of proton pump inhibitors prescription, especially in geriatric patients. This study is a retrospective descriptive study. The samples were taken from geriatric patient medical records during the period of January to June 2015 in inpatient geriatric ward RSCM. This study analyzes quantitatively the use of proton pump inhibitors using the Anatomical Therapeutic Chemical/Defined Daily Dose system (ATC / DDD) and compare it with other studies. The results showed that 60.2% of patients used proton pump inhibitors, 96.4% of which was omeprazole. The most dominant route of administration was IV (89.3%). The total use of proton pump inhibitors is 33.79 DDD / 100 bed-days. Compared with the prevalence of GERD as an indication of this drug , the value of proton pump inhibitors DDD / 100 bed ?days is higher. This shows the utilization of a proton pump inhibitor was excessive in geriatric patients.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nasution, Aldi Andri Adi
Abstrak :
Antiemetik pada pasien geriatri digunakan sebagai terapi untuk mengatasi mual dan muntah yang disebabkan beberapa penyakit, seperti gangguan pencernaan, gangguan keseimbangan, dan kanker. Berdasarkan kriteria Beers, terdapat beberapa antiemetik yang berpotensi tidak tepat pada pasien geriatri sehingga tidak direkomendasikan. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi penggunaan antiemetik di unit rawat inap geriatri Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) yang diukur menggunakan metode Defined Daily Dose (DDD). Penelitian ini merupakan penelitian retrospektif observational dengan desain cross sectional dan menggunakan sampel pasien geriatri yang mendapatkan terapi antiemetik selama periode Januari-Juni 2015. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa besar penggunaan antiemetik di RSCM adalah 6,08 DDD/100 bed-days, dengan besar penggunaan ondansetron adalah 4,26 DDD/100 bed-days dan besar penggunaan domperidon adalah 1,82 DDD/100 bed-days. Persentase penggunaan antiemetik ondansetron adalah 79,3% dan antiemetik domperidon adalah 20,7%. Rute pemberian antiemetik lebih sering diberikan secara parenteral daripada oral. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengevaluasi ketepatan indikasi dan dosis penggunaan antiemetik.
Antiemetics in geriatric patients is used as a therapy to treat nausea and vomiting caused by diseases such as gastrointestinal disorders, balance disorders, and cancer. Based on the Beers criteria, there are several antiemetics which potentially improper in geriatric patients so it is not recommended. This study aimed to evaluate the use of antiemetics in inpatient geriatric unit of Cipto Mangunkusumo Hospital (RSCM) as measured using Defined Daily Dose (DDD). This study was a retrospective observational study with cross sectional design and the samples were geriatric patients who received antiemetic therapy during the period of January to June 2015. The results of this study showed that the total use of antiemetic in RSCM was 6,08 DDD/100 bed-days, with the use of ondansetron was 4.26 DDD/100 bed-days and the use of domperidone was 1.82 DDD/100 bed-days. The percentage of the use of ondansetron and domperidone was 79.3% and 20.7% respectively. Route of administration of antiemetic through parenteral was more frequent than oral. Further research is needed to evaluate the accuracy of indications and dosage use of antiemetics.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
[Penggunaan Potentially Inappropriate Medication (PIM) dapat mengganggu hasil luaran kesehatan yang diinginkan. Penggunaan PIM pun berperan penting dalam terjadinya morbiditas dan mortalitas sehingga dapat menurunkan kualitas hidup pasien geriatri. Di RSCM Jakarta, belum ada data mengenai proporsi penggunaan PIM pada pasien geriatri rawat inap. Tujuan penelitian ini adalah mengevaluasi penggunaan PIM berdasarkan kriteria Beers 2012 pada pasien geriatri rawat inap di RSCM Jakarta. Penelitian ini menggunakan desain potong lintang (cross-sectional) retrospektif. Data diperoleh dari rekam medis pasien geriatri rawat inap yang terdaftar di Bagian Rekam Medis RSCM Jakarta periode Januari-Juni 2015. Data mengenai riwayat penggunaan obat dan diagnosis tiap pasien diolah dan dianalisis berdasarkan kriteria Beers 2012. Dari 63 pasien yang memenuhi kriteria inklusi, didapatkan 16 (25,4%) pasien geriatri rawat inap telah menerima PIM. Obat-obatan yang termasuk PIM berdasarkan kriteria Beers yang paling banyak diresepkan antara lain digoxin >0,125 mg per hari, haloperidol dan klonidin. Dibandingkan dengan penggunaan PIM di Rumah Sakit Pendidikan Layanan Tersier di India, Daerah Malabar di Kerala, Rumah Sakit Pendidikan India, Minnesota dan Rumah Sakit Tersier Pedalaman Nigeria, penggunaan PIM di RSCM Jakarta lebih rendah, namun, lebih tinggi dibandingkan di Rumah Sakit Italia, Brazil, RSUP Dr. M. Djamil Padang dan Metropolitan Hyderabad India. Perbedaan proporsi penggunaan PIM di RSCM Jakarta dibandingkan dengan RS lain dapat dipengaruhi oleh perbedaan profil pasien dalam hal penyakit komorbid yang multipel, polifarmasi, ketersediaan obat dan pengetahuan dokter mengenai obat-obat yang masuk didalam kriteria Beers, The use of Potentially Inappropriate Medication (PIM) can affect the outcome of treatment. The use of PIM contributes to the morbidity and mortality event and it can reduce the quality of life of geriatric patients. In Cipto Mangunkusumo (CM) Jakarta Hospital, there was no data about the proportion of the use of PIM in hospitalized geriatric patients. The aim of this study is to evaluate the use of PIM based on the Beers criteria 2012 in hospitalized geriatric patients in CM Hospital Jakarta. The design of this study is a retrospective, cross sectional study. Data was obtained from the medical records of geriatric patients hospitalized in the internal medicine ward CM Hospital during the period of January to June 2015. Data about the history of drug use and the diagnosis of patients were processed and analyzed based on the Beers criteria 2012. Of the 63 geriatric patients evaluated, 16 (25.4%) have received PIM. The most frequent prescribed drugs categorized as PIM based on Beers criteria are digoxin > 0,125 mg per day, haloperidol and clonidine. Compared with the PIM use in The Tertiary Care Teaching Hospital in India, Indian Teaching Hospital, Minnesota and Nigerian Rural Tertiary Hospital, the PIM use in CM Hospital is lower. However, it is higher when compared to those in the Italian Hospital, Brazil Hospital, RSUP Dr. M. Djamil Padang and Metropolitan Hyderabad India. The differences in the proportion of use of PIM in CM Jakarta Hospital compared to other hospitals can be influenced by the differences of patients profile in terms of the multiple comorbid diseases, polypharmacy, availability of drugs and knowledge of physicians about drugs listed in the Beers criteria.]
[, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia], 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Pennsylvania : Springhouse , 2000
R 615.58 HAN
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Avi Rahmadiah
Abstrak :
Populasi lanjut usia lebih rentan terhadap berbagai macam penyakit sehingga mendapatkan terapi obat yang beragam. Hal tersebut memperbesar timbulnya kejadian interaksi obat pada lanjut usia. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis interaksi obat yang diresepkan pada pasien lanjut usia di Puskesmas Beji Kota Depok. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan desain penelitian potong lintang cross sectional . Data yang digunakan adalah resep pasien lanjut usia dan pengambilan data dilakukan secara retrospektif pada bulan Juli hingga Desember 2016. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode systematic stratified random sampling. Hasil analisis dari 353 lembar resep diperoleh bahwa terdapat 85 lembar resep 24,08 yang memiliki interaksi obat. Kasus interaksi obat yang terjadi sebesar 93 kasus dari total lembar resep yang diambil. Jenis obat yang paling sering diresepkan adalah amlodipin 18,02 dengan hipertensi sebagai penyakit yang paling banyak didertita oleh pasien lanjut usia di Puskesmas Beji Kota Depok, yaitu sebesar 55,08. Interaksi yang paling sering terjadi adalah kombinasi natrium diklofenak dengan deksametason, yaitu sebesar 35,56. Tingkat keparahan terbanyak adalah mayor sebesar 72,04. Prevalensi kejadian interaksi obat pada pasien lanjut usia di Puskesmas Beji sebesar 24,08. ...... The elderly population more susceptible to various diseases so that geriatric patients require various drug therapy. Due to various drug therapy geriatric patients tend to have a greater chance of drug interaction. The purpose of this research is to analyze drug interactions in geriatric patients at Beji Primary Health Care Depok. The study design was cross sectional and descriptive. The data used was secondary data obained from geriatric patient prescription with a retrospective method in the period July December 2016. Sampling technique using systematic stratified random sampling. The result of analysis, 85 24,08 out of 353 prescriptions experience drug interaction. Drug interactions result was 93 events out of 353 prescription. The most frequently prescribed drug type is amlodipine 18,02 with hypertension 55,08 as the most common disease in geriatric patient at Beji Primary Health Care Depok. The most frequent interaction is a combination of diclofenac sodium with dexamethasone 35.56 . The most severity that occurs frequently is major 72,04 . The prevalence of drug interaction occurence in geriatric patient at Beji Primary Health Care Depok is 24,08.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2017
S67989
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library