Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 14 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Qurrotul Ainiyah, 1968-
Abstrak :
Skripsi ini membahas novel Demi Allah, Aku Jadi Teroris karya Damien Dematra yang mengisahkan kehidupan seorang perempuan teroris yang bernama Kemala. Kemala merupakan seorang perempuan lemah lembut yang berubah menjadi seorang teroris yang berbahaya karena adanya sebuah pemicu. Pemicu yang berperan dalam perubahan sifat dan sikap Kemala dalam hidupnya sebagian besar dilakukan oleh laki-laki. Penulis ingin mengungkap ketidakadilan gender yang terjadi pada tokoh Kemala serta gambaran terorisme yang terdapat dalam novel dan hubungannya dengan kasus terorisme yang terjadi di Indonesia, khususnya di Jakarta. Penelitian ini dilakukan dengan metode deskriptif analitis serta pendekatan gender dan sosiologi sastra. Pendekatan gender digunakan untuk mengetahui ketidakadilan gender yang dialami Kemala. Pendekatan sosiologi sastra digunakan untuk mengetahui hubungan konteks dunia nyata dengan novel Demi Allah, Aku Jadi Teroris. Hasil penelitian membuktikan bahwa Kemala mengalami ketidakadilan gender. Selain itu, adanya kemiripan antara peristiwa teror yang terjadi di Jakarta dengan yang ada dalam novel Demi Allah, Aku Jadi Teroris.
This study discusses the novel Demi Allah, Aku Jadi Teroris by Damien Dematra which tells the life of a female terrorist named Kemala. Kemala is a gentle woman who turns into a dangerous terrorist because of some triggers. The triggers that cause the changes in the nature and attitude of Kemala mostly done by men. The author would like to uncover the gender inequality that occur in Kemala figure as well as an overview of terrorism contained in the novel and its association with terrorism cases that occurred in Indonesia, especially in Jakarta. This study is conducted using descriptive analysis method and approach to gender and sociological literature. Gender approach uses to determine gender injustice that Kemala experienced. Sociological literature approach is used to determine the relationship of real-world context with the novel Demi Allah, Aku Jadi Teroris. The results prove that Kemala experienced gender inequality. Moreover, there is similarity between terror events that occurred in Jakarta as in the novel Demi Allah, Aku Jadi Teroris.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2013
S47231
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Titis Pratiwi
Abstrak :
Objektifikasi perempuan terlihat perlakuan laki-laki terhadap perempuan sebagai perwujudan hirarki dan dominasi gender. Skripsi ini menganalisa majas-majas dalam tiga puisi E. E. Cummings yang ditulis pada waktu pernikahan pertamanya. Pilihan puisi-puisi ini dilakukan untuk mengidentifikasi perlakuan Cummings terhadap perempuan di kala usaha pertamanya memiliki hubungan romantis. Majas-majas yang menggambarkan tindakan, pikiran dan perasaan aku lirik diobservasi dalam skripsi ini. Dengan begitu, dinamika hubungan seksual aku lirik dapat diidentifikasi untuk menganalisa bagaimana aspek-aspek objektifikasi muncul dalam hubungan antara laki-laki dan perempuan. Dehumanisasi yang merupakan lanjutan dari objektifikasi digunakan sebagai teori pendukung analisis ini. Praktek objektifikasi perempuan ditemukan dalam ketiga puisi dengan tingkat intensitas dan cara yang bervariasi. Namun, objektifikasi ditabirkan oleh puisinya yang menampilkan perempuan yang terbebaskan secara seksual. Meskipun demikian, pada prakteknya, seksualitas mereka masih diobjektifikasi. Objektifikasi yang terjadi berlanjut sampai dengan terjadinya dehumanisasi yang menurunkan perempuannya menjadi binatang maupun objek seperti kota dan kendaraan. ......Female objectification has been pervasive in the treatment of women by men as a manifestation of gender hierarchy and domination. This thesis analyzes the figurative languages in three poems of E. E. Cummings which were produced around the times of his first marriage. This selection is made to identify Cummings’ treatment of women in the time of his first attempt of romantic relationship. Figurative languages that illustrate the personas’ actions, thoughts and feelings in the poems are observed. In this way, the dynamics of the personas’ sexual relationships are then identified in order to analyze how aspects of objectification appear in the relation between men and women. Dehumanization as an extension of objectification is used as a supporting theory in the analysis. Practices of female objectification are found in the three poems with varying degrees of intensity and ways that the aspects were conducted. However, the objectification is concealed by the poem’s presentation of women that are sexually liberated, yet in practice, their sexuality is still being objectified. The objectification extends up to the conduct of dehumanization which reduces the women into animals and objects of city and automobile.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2013
S53385
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Resti Nurfaidah
Abstrak :
Poligami ditengarai sebagai pemicu keretakan rumah tangga. Namun, di tengah polemik yang tidak berkesudahan, antara pro dan kontra, poligami tetap dijalankan dalam kehidupan manusia. Poligami bahkan dianggap sebagai ritual dalam beberapa budaya di dunia, seperti Timur Tengah, India, Cina, dan beberapa suku asli di berbagai belahan dunia. Salah satu kasus poligami menarik diungkapkan oleh Su Tong dalam sebuah novel yang berjudul Raise the Red Lantern. Poligami yang digambarkan dalam novel tersebut menunjukkan kompleksitas yang tinggi dan cenderung radikal sehingga menimbulkan korban nyawa dan penderitaan psikis yang dialami oleh beberapa istri. Persaingan tidak sehat ditunjukkan oleh simbolisasi penempatan lampion sebagai penanda kuasa patriarkis dominan dalam rumah tangga Tuan Chen Zuoqian. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menunjukkan kompleksitas poligami tersebut melalui sudut perlawanan Teratai sebagai perempuan berlatar akademis yang cukup tinggi sekaligus istri keempat Tuan Chen Zuoqian. Penelitian ini dilakukan dengan metode analisis deskriptif. Deskripsi tentang Teratai dan orang-orang di sekitarnya dianalisis dengan menggunakan konsep metafora Lakoff dan Johnson. Metafora tersebut tidak hanya berfungsi sebagai upaya perbandingan, melainkan mengiris konsep budaya setempat yang menjadi latar belakang cerita. Simpulan yang penulis dapatkan adalah poligami dalam keluarga Chen Zuoqian merupakan perkawinan kompleks dan cenderung merendahkan derajat perempuan di dalam budaya patriarkis.
Ambon: Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, 2016
400 JIKKT 4:1 (2016)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Uman Rejo
Abstrak :
Pemikiran Abidah El-Khalieqy mengenai konsep fiqh yang selama ini dijadikan referensi hukum, ternyata banyak memunculkan ketimpangan gender. Kekuasaan dan otoritas pesantren yang selama ini dijadikan contoh masyarakat ternyata banyak memunculkan ketidakadilan hukum pada perempuan, sehingga muncul pemikiran Abidah El-Khalieqy untuk mendekonstruksinya. Hadis Nabi yang disampaikan pada zaman itu ditafsirkan oleh para ulama dengan perspektifnya dan dilegalkan menjadi hukum paten yang digunakan sepanjang masa. Untuk itu Abidah El-Khalieqy mendekonstruksi hadis tersebut dengan pertimbangan secara manusiawi, sehingga tidak terjadi ketimpangan antara hak laki-laki dan perempuan. Berdasarkan fenomena tersebut, maka fokus kajian yang didiskusikan dalam tulisan ini adalah bagaimana konsep fiqh membentuk pemikiran pengarang novel PBS dan bagaimana bentuk dekonstruksi fiqh yang dilakukan pengarang dalam novel PBS?. Kajian ini menggunakan pendekatan sosiologi sastra. Dari kajian tersebut dapat disimpulkan bahwa dekonstruksi fiqh yang dilakukan pengarang melalui novel PBS bukanlah mendekonstruksi isi hadis, melainkan menafsirkan kausalitas dari turunnya ucapan Nabi tersebut.
Ambon: Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, 2016
400 JIKKT 4:1 (2016) (2)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Ery Agus Kurnianto
Abstrak :
Sastra dapat digunakan untuk melakukan dekonstruksi terhadap konstruksi suatu budaya. Salah satunya adalah representasi tokoh perempuan yang terdapat dalam novel Garis perempuan karya Sanie B. Kuncoro. Objek penelitian ini adalah novel Garis Perempuan karya Sanie B. Kuncoro dalam bingkai strukturlisme, yaitu mengidentifikasi perilai, pola pikir, dan mitos seputar perempuan yang terdapat dalam novel tersebut. Teori representasi dan gender digunakan untuk mengidentifikasi representasi tokokh perempuan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitis denga menggunakan pendekatan objektif. Analisis data dilakukan berdasarkan fakta yang ada secara empiris dalam novel yang dianalisis. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa representasi yang muncul adalah representasi perempuan sebagai colonized dan sebagai perempuan fiminist.
Ambon: Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, 2017
400 JIKKT 5:1 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Fatma Yusuf Eko Suwarno
Abstrak :
ABSTRAK
Karya sastra anak kerapkali memperkuat gagasan gender, entah itu melalui representasi gender, konstruksi gender, dll. Sebagai kerangka teoretisnya, penelitian ini bergantung pada teori Judith Butler tentang identitas yang dibangun secara sosial dan teori esensialisme gender untuk mempelajari konstruksi identitas gender tokoh utama dalam The Miraculous Journey of Edward Tulane karya Kate Dicamillo. Dalam teorinya, Judith menyatakan bahwa identitas gender kita adalah produk konstruksi sosial yang diabadikan melalui wacana-wacana untuk menciptakan rasa identitas yang melekat; yang berarti bahwa itu bukan proses alami. Sebaliknya, pendekatan esensialisme pada identitas gender menekankan bahwa ada esensi sejati dalam identitas gender kita. Makalah ini, dengan demikian, berfokus pada analisis kontestasi antara konstruksi sosial identitas gender dan esensialisme gender yang dipostulasikan dalam buku ini. Jurnal ini juga mengkaji bagaimana konstruksi identitas gender Edward - yang digambarkan melalui konstruksi sosial ndash; sebetulnya mengemukakan ide esensialisme gender.
ABSTRACT
Children 39;s literature often reinforces the idea of gender, whether it is through the representation of genders, the construction of genders, etc. As its theoretical framework, this study depends on Judith Butler 39;s theory of socially constructed identity and the theory of gender essentialism to study gender identity construction of the main character in Kate Dicamillo 39;s The Miraculous Journey of Edward Tulane. In her theory, Judith states that our gender identity is a product of social construction that is perpetuated through discourses to achieve a sense of inherent identity, meaning that it is not a natural process. On the contrary, essentialism approach on gender identity stresses that there is a true essence in our gender identity. This paper, thus, focuses on analyzing the contestation between the social construction of gender identity and gender essentialism that is postulated in the book. It also examines how the construction of Edward 39;s gender identity mdash;which is articulated to be embodying a socially constructed identity mdash;propounds the idea of gender essentialism.
2018
Mk-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Dhita Hapsarani
Abstrak :
[ABSTRAK
Ketika Hillary Rodham Clinton memutuskan untuk menjadi presiden, salah satu tantangan terbesarnya adalah mengatasi representasi-representasi negatif tentang dirinya yang beredar di berbagai media di Amerika. Salah satu cara yang ditempuhnya adalah dengan membangun representasi yang baru sebagai seorang tokoh politik perempuan yang berpotensi menjadi pemimpin politik melalui penulisan autobiografinya, Living History (2003). Namun setahun menjelang pemilu 2008, dua biografi tentang Hillary diterbitkan, A Woman in Charge dan Her Way. Kedua teks ini banyak mengacu dan melakukan reinterpretasi terhadap Living History. Dengan memakai analisis framing berperspektif retorika, penelitian ini membandingkan bagaimana Hillary merepresentasikan dirinya dan bagaimana ia direpresentasikan untuk menyingkapkan bagaimana posisi kandidat presiden perempuan dalam tatanan politik Amerika yang bias gender. Analisis framing dilakukan dengan menganalisis diksi, mitos, stereotip gender dan ikatan ganda yang dipergunakan dalam teks. Dari pembingkaian-pembingkaian yang terkumpul ditentukan pola pembingkaian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketika membangun representasi dirinya dalam autobiografi, kandidat presiden perempuan harus memperhitungkan dan bernegosiasi dengan beberapa aspek, yaitu konvensi penulisan autobiografi yang bergender karena pola-pola repesentasi dalam autobiografi bersifat maskulin dan jebakan-jebakan ikatan ganda (double binds). Penelitian terhadap representasi Hillary dalam kedua biografi memperlihatkan bahwa bingkai stereotip gender, bingkai standar ganda, bingkai pencitraan dan bingkai karakter negatif dipakai dalam mengisahkan kehidupan Hillary. Dengan pembingkian ini keduanya membangun representasi yang negatif tentang subyek dan menyimpulkannya belum layak dipilih sebagai presiden karena memiliki karakter dan kepribadian negatif. Terlepas dari persoalan-persoalan yang memberatkan Hillary (seperti keinginannya untuk menjadi First Lady non-konvensional, kecurigaan dan ketertutupannya pada media, dan skandal-skandal seks suaminya, serta keputusannya mendukung resolusi Irak Bush dan kejenuhan publik akan pemerintahan suaminya yang penuh intrik), penggunaan stereotip gender, standar ganda, ikatan ganda dalam strategi resistensi terhadap pencalonannya sebagai presiden memperlihatkan bahwa ketidaksetaraan gender masih kuat beroperasi dan masih harus disiasati oleh kandidat presiden perempuan. ;
ABSTRACT
When Hillary Rodham Clinton decided to enter the presidential election in 2008, the biggest challenge she had to face was the negative representations circulating in the media. Writing a campaign autobiography, Living History (2003) was one of the ways she chose to portray herself as a potential presidential candidate. A year prior to the election, two biographies on Hillary was published, A Woman in Charge and Her Way. The two texts reread and reinterpreted Living History. By using framing analysis method with rhetorical perspective, the research compares how Hillary represents herself and how she is represented in order to reveal the position of female presidential candidate within American political order. Framing analysis is conducted by analyzing the diction, myths, gender stereotypes, and double binds to identify the patterns of framing used in the texts. The result of the research indicates that female presidential candidates should consider and negotiate the gendered conventions of autobiographical narratives as well the double binds in gender inequality. The representation of Hillary Clinton in the two biographies indicates the use of particular framings perpetuating gender stereotypes, sexual double standard and double binds. With these framings, the two texts construct negative representations of the subject that lead to a conclusion that the subject has not met the criteria to hold the position as president due to her lack of integrity and capabilities. Despite the fact that Hillary has her own baggage (from her insistence of performing a non-conventional role as first lady, the Whitewater and Travel Office cases, her husband’s sex scandals up to her decision to support Iraq Resolution that lead to Iraq war and Clinton fatigue syndrome), the use of gender stereotypes, sexual double standars and double binds in resisting Hillary’s candidacy as president in 2008 shows that female presidential candidate still have to face gender inequality and discrimination which are entrenched in American politics. , When Hillary Rodham Clinton decided to enter the presidential election in 2008, the biggest challenge she had to face was the negative representations circulating in the media. Writing a campaign autobiography, Living History (2003) was one of the ways she chose to portray herself as a potential presidential candidate. A year prior to the election, two biographies on Hillary was published, A Woman in Charge and Her Way. The two texts reread and reinterpreted Living History. By using framing analysis method with rhetorical perspective, the research compares how Hillary represents herself and how she is represented in order to reveal the position of female presidential candidate within American political order. Framing analysis is conducted by analyzing the diction, myths, gender stereotypes, and double binds to identify the patterns of framing used in the texts. The result of the research indicates that female presidential candidates should consider and negotiate the gendered conventions of autobiographical narratives as well the double binds in gender inequality. The representation of Hillary Clinton in the two biographies indicates the use of particular framings perpetuating gender stereotypes, sexual double standard and double binds. With these framings, the two texts construct negative representations of the subject that lead to a conclusion that the subject has not met the criteria to hold the position as president due to her lack of integrity and capabilities. Despite the fact that Hillary has her own baggage (from her insistence of performing a non-conventional role as first lady, the Whitewater and Travel Office cases, her husband’s sex scandals up to her decision to support Iraq Resolution that lead to Iraq war and Clinton fatigue syndrome), the use of gender stereotypes, sexual double standars and double binds in resisting Hillary’s candidacy as president in 2008 shows that female presidential candidate still have to face gender inequality and discrimination which are entrenched in American politics. ]
2014
D2001
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Liestya Stefani
Abstrak :
ABSTRAK
Setelah perang kemerdekaan dari Prancis (1954 ? 1962), Aljazair mengalami perang saudara pada tahun 1990an antara agama dan pemerintah yang menyebabkan perempuan menjadi korban dengan pembatasan aktivitas mereka. Beberapa perempuan tidak menerima keadaan tersebut dan melakukan emansipasi, salah satunya dengan menulis. Salah satu penulis perempuan feminis Aljazair adalah Maïssa Bey dengan karya pertamanya, yaitu Au commencement était la mer. Di dalam novel ini, Bey mendeskripsikan diskriminasi gender yang dialami oleh perempuan Aljazair pada masa tersebut serta perlawanan terhadap diskriminasi yang dilakukan oleh perempuan dan laki-laki. Melalui analisis unsur intrinsik yang menggunakan teori struktural Roland Barthes mengenai hubungan sintagmatik dan paradigmatik dan teori sekuen M. P. Schmitt dan Alain Viala, ditemukan tiga bentuk diskriminasi gender dalam novel ini, yaitu stereotip, marginalisasi, dan subordinasi. Selain itu, diketahui pula bahwa laki-laki ataupun perempuan dapat menjadi pelaku ataupun penentang diskriminasi. Perlawanan yang dilakukan terhadap diskriminasi gender berupa penggugatan stereotip serta dukungan terhadap emansipasi perempuan untuk menghilangkan marginalisasi, sedangkan subordinasi masih belum dapat dihindari karena berkaitan dengan budaya patriarkal yang dianut oleh masyarakat. Kepala keluarga memiliki peran penting dalam diskriminasi gender ini.
ABSTRACT
After the war of independence from France (1954 ? 1962), Algeria experienced a civil war in the 1990s between religion and the government that led to women becoming victims to restrictions on their activities. Some women did not accept this situation and did the emancipation, by writing. One of Algerian feminist writers is Maïssa Bey with her first work, named Au commencement était la mer. In this novel, Bey describes gender discrimination experienced by Algerian women in the era as well as the fight against it done by women and men. Through analysis of the intrinsic unsure which use the structural theory of Roland Barthes syntagmatic and paradigmatic relations and M. P. Schmitt and Alain Viala theory of sequences, found three forms of gender discrimination in this novel, such as stereotypes, marginalization, and subordination. In addition, also known that men and women could be perpetrators or opposing discrimination. The resistance to gender discriminations could be criticizing stereotypes as well as supporting the women emancipation to eliminate marginalization, whereas subordination still cannot be avoided because it is associated with patriarchal culture embraced by the community. The head of family has an important role in this gender discrimination.
2016
S63397
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Crisp, Jane
London: Routledge, 2000
809.933 53 CRI d
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Titi Surti Nastiti
Bandung: Pustaka Jaya, 2016
959.82 TIT p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>