Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dina Lestari
"Gangguan gastrointestinal merupakan sebagain besar penyakit yang menyebabkan penderitanya mencari pertolonganmedis. Salah satu contohnya adalah mual dan muntah. Mual merupakan sensasi tidak menyenangkan dari keinginanuntuk muntah atau perasaan di tenggorokan atau daerah epigastrum yang memperingatkan seseorang bahwa muntah akansegera terjadi. Sedangkan muntah merupakan ekspulsi paksa isi lambung melalui mulut sebagai refleks proteksi dari tubuh untuk mengeluarkan zat berbahaya dari GIT sebelum dapat diserap.

Gastrointestinal disorder are the majority of disease that cause sufferes to seek medical help. One examples is nausea and vomiting. Nausea is the unpleasant sensation of wanting to vomit or a feeling in the throat or epigastrum area that warns a person that vomiting is imminent. Meanwhile, vomiting is the forced expulsion of stomach contents through the mouth as a protective reflex from the body to remove harmful substances from the GIT before they can be absorbed."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Septian Nindita Adi Nugraha
"Latar Belakang: GERD merupakan penyakit saluran cerna atas yang banyak ditemukan dan prevalensnya semakin meningkat. Pemberian PPI belum memberikan hasil yang memuaskan, dimana 30-42% pasien masih menunjukkan keluhan. Pasien yang masih menunjukkan keluhan dikatakan GERD refrakter. Ansietas dan depresi dipikirkan sebagai salah satu faktor risiko GERD refrakter. Saat ini belum ada data mengenai angka kejadian ansietas dan depresi pada pasien GERD refrakter di Indonesia.
Tujuan: Mengetahui perbedaan proporsi kejadian ansietas dan depresi pada subgrup GERD refrakter berdasarkan pemeriksaan pH impedans.
Metode: Penelitian ini merupakan studi potong lintang menggunakan data primer yang melibatkan 118 pasien GERD refrakter. Dilakukan analisis dengan membagi pasien berdasarkan EGD dan pH impedans menjadi ERD, true NERD, esofagus hipersensitif dan functional heartburn. Kemudian dilakukan analisis proporsi kejadian ansietas dan depresi pada masing-masing subgrup.
Hasil: Sampel berjumlah 118 pasien terdiri dari 41 pasien ERD, 25 pasien true NERD, 8 pasien esofagus hipersensitif dan 44 pasien functional heartburn. Proporsi kejadian ansietas sebesar 41,5% pada kelompok ERD, 60% pada kelompok NERD, sebesar 62,5% pada kelompok esofagus hipersensitif, dan 40,9% pada kelompok functional heartburn. Proporsi kejadian depresi sebesar 41,5% pada kelompok ERD, sebesar 40% pada kelompok NERD dan 40,9% pada kelompok functional heartburn. Tidak ada pasien yang menderita depresi pada kelompok esofagus hipersensitif. Tidak didapatkan perbedaan yang bermakna secara statistik proporsi kejadian ansietas dan depresi pada subgrup GERD refrakter.
Simpulan: Tidak terdapat perbedaan proporsi kejadian ansietas dan depresi pada masing-masing subgrup GERD refrakter.

Background: GERD is a major gastrointestinal disease that is found in the community and the prevalence is increasing. Giving PPI has not given satisfactory results, where 30-42% patients still showing complaints. This patients is referred as refractory GERD. Anxiety and depression is considered as risk factors for refractory GERD. Currently there is no data on the incidence of anxiety and depression correlated with subgroups  of refractory GERD based on pH impedance examination in Indonesia.
Objectives: To determine the proportion differences of anxiety and depression events on each of GERD refractory subgroups based on pH impedance examination.
Methods: This study is a cross-sectional study using primary data involving 118 refractory GERD patients. Analysis were carried out by dividing patients based on EGD and pH impedance examination into ERD, NERD, hypersensitive esophagus and functional heartburn. The proportion of anxiety and depression then analyzed in each of those groups.
Results: 118 patients participated in these study consisting of 41 ERD patients, 25 NERD patients, 8 hypersensitive esophageal patients and 44 functional heartburn patients. The proportion of anxiety events was 41.5% in the ERD group, 60% in the NERD group, 62.5% in the hypersensitive esophageal group, and 40.9% in the functional heartburn group. The proportion of depression events was 41.5% in the ERD group, 40% in the NERD group and 40.9% in the functional heartburn group. There is no patient suffered from depression in the hypersensitive esophageal group. There is no statistically significant difference between the incidence of anxiety and depression in each of those groups.
Conclusions: There is no differences in the proportion of anxiety and depression events in each of GERD refractory subgroup.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rizky Dwi Kurnia Robby A
"Latar belakang: Sepsis infeksi intra-abdomen SIA merupakan masalah klinik yang sampai saat ini merupakan mortalitas yang tinggi dan tantang tersendiri spesialis bedah. Dari data yang ada, insiden di Amerika Serikat pada tahun 2012 tercatat 3,5 juta penderita dengan mortalitas mencapai 60 , sedangkan di Eropa barat 30 . Timbul pertanyaan, faktor apa yang paling berperan dalam rantai perkembangan sepsis intra-abdomen. Dari informasi terkini tertuju pada biophenotype. Pada tahun 2007 istilah biophenotype diajukan oleh Human Nature Natural Health untuk menjelaskan suatu molekul yang terproyeksi dan melapisi permukaan seluruh sel yang ada di tubuh manusia.
Tujuan Penelitian: Diketahuinya hubungan golongan darah tertentu dengan kejadian sepsis intra-abdomen pada pasien trauma abdomen dan infeksi gastrointestinal.
Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dan analtik dengan desain potong lintang. Subjek yang diambil merupakan pasien yang mengalami trauma abdmen dan infeksi gastrointestinal di RSCM melalui data rekam medis. Data yang diambil adalah usia, jenis kelamin, riwayat transfusi dengan golongan darah ABO, dan hasil kultur jaringan. Data tersebut dianalisis menggunakan SPSS dan dilakukan uji chi-square untuk mengetahui hubungan antara golongan darah ABO dengan kejadian sepsis.
Hasil Penelitian: Pada penelitian ini ditemukan terdapat 22 subjek 9,6 pasien yang mengalami sepsis intra abdomen pasca operasi selama periode Januari 2014 ndash; Maret 2016. Studi ini mendapatkan hubungan yang bermakna antara pemberian transfusi OR = 0.02; p < 0.001 dan grup diagnosis OR = 4.7; P = 0.015 terhadap terjadinya sepsis intra abdomen. Namun demikian, tidak ditemukan hubungan yang bermakna pada usia, jenis kelamin, dan golongan darah terhadap terjadinya sepsis intra abdomen.
Kesimpulan: Dari hasil penelitian ini belum dapat dibuktikan golongan darah tertentu berpotensi menyebabkan sepsis intra abdomen pada pasien dengan riwayat trauma abdomen dan infeksi gastro intestinal.

Background: Intra abdominal sepsis is a clinical problem with high mortality and a special challenge for surgeons. Based on research about glycocalyx, we obtained information regarding the differences of biophenotype on glycocalyx. So far, the research that leads to the difference in biophenotype is only focused on the ABO blood type system. Until recently there has been no data on the relationship between sepsis especially intra abdominal sepsis with blood type.
Methods: This is a descriptive and analytic research with cross sectional design in patients with abdominal trauma and gastrointestinal infections at dr. Cipto Mangunkusumo General Hospital RSCM that fulfilled the inclusion and exclusion criteria.
Results: There were 230 subjects, who underwent post traumatic abdominal surgery as well as gastrointestinal infections at RSCM. There were 22 subjects incidence 9.6 who had postoperative intraabdominal sepsis. Most subjects who underwent surgery were aged around 41 60 years 50 , were men 56.1 , did not get transfusions 90.9 , had surgery caused by mechanical intestinal obstruction 24.8 , had blood type O 46.1 , had gastrointestinal infection 92.6 , and were living as the outcome of the procedure 96.5 . There was a significant correlation p 0,05 between transfusion p 0,0001 and diagnostic group p 0,015 on the occurrence of intra abdominal sepsis. In subjects receiving transfusion, the odds ratio OR was 0.02 and the group diagnosis OR was 4.7 at 95 confidence interval.
Conclusions. The high risk of sepsis is especially high in the gastrointestinal infection group. Similarly, amongst factors affecting sepsis, history of transfusion may increase the risk of sepsis. Results of this study could not be prove that certain blood groups potentially cause intra abdominal sepsis in patients with a history of abdominal trauma and gastro intestinal infections.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Khaira Utia Yusrie
"Latar Belakang: Keganasan saluran cerna bagian atas terutama esofagus dan gaster
merupakan penyebab kematian akibat kanker keenam dan ketiga di dunia. Beberapa
penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kesintasan pasien pada
pasien keganasan esofagus, gaster dan duodenum dalam studi yang terpisah telah
banyak dilakukan, namun saat ini belum diketahui sepenuhnya faktor-faktor apa
saja yang mempengaruhi kematian pasien keganasan saluran cerna bagian atas di
Indonesia dengan pengembangan model prognostik.
Tujuan: Mengetahui faktor-faktor prognostik kematian 1 tahun pada pasien
keganasan saluran cerna bagian atas di Indonesia.
Metode: Studi kohort retrospektif berbasis data rekam medis pasien keganasan
saluran cerna bagian atas di RSUPN Cipto Mangunkusumo (2015-2019). Analisis
bivariat dan multivariat dengan uji statistik Cox Proportional Hazards Regression
Model dilakukan untuk mengidentifikasi faktor-faktor independen yang
mempengaruhi kematian pasien keganasan saluran cerna bagian atas. Sistem skor
dikembangkan berdasarkan identifikasi faktor-faktor tersebut.
Hasil: 184 pasien dianalisis, sebagian besar laki-laki (58,7%), dengan rata rata
usia 54,5 tahun. Faktor-faktor independen yang berhubungan dengan kematian 1
tahun pasien keganasan saluran cerna bagian adalah usia > 60 tahun dengan HR
1,93 (IK95% 1,30-2,88), indeks massa tubuh < 20 dengan HR 2,04 (IK95% 1,25-
3,33), riwayat merokok dengan HR 1,77 (IK95%1,20-2,61), performa status ECOG
> 2 dengan HR 3,37 (IK95% 2,11-5,37), stadium tumor dengan stadium 4 dengan
HR 9,42 (IK95% 1,27-69,98) dan stadium 3 HR 9,78 (IK95% 1,31-72,69), dan
derajat diferensiasi tumor dengan HR 2,30 (IK95% 1,48-3,58) Kesintasan 1 tahun
adalah 39,7% dengan median survival 9 bulan. Skor prognotik kematian keganasn
saluran cerna bagian atas yang dikembangkan memiliki nilai AUC yang baik 0,918
Kesimpulan: Faktor-faktor independen yang berhubungan dengan kematian 1
tahun pasien keganasan saluran cerna bagian atas adalah usia, indeks masa tubuh,
riwayat merokok, performa status, stadium tumor, derajat diferensiasi tumor dan
keterlambatan intervensi. Kesintasan 1 tahun pasien keganasan saluran cerna bagian atas
adalah 39,7%. Telah dibuat sistem skor prediksi probabilitas kematian keganasan
saluran cerna bagian atas

Background: Upper gastrointestinal malignancy especially esophageal and gastric
cancer is the sixth and third leading cause of cancer-related deaths worldwide.
Some studies have been done separately to investigate factors which associated
with survival in patients with upper gastrointestinal malignancy, but not fully
evaluated which factors associated with mortality patients with upper
gastrointestinal malignancy regarding variables and prognostic score model.
Objective: To assess prognostic factors for one-year mortality in patients with
upper gastrointestinal malignancy in Indonesia
Methods: Retrospective cohort study using the hospital database of patients with
upper gastrointestinal malignancy at Cipto Mangunkusumo Hospital (2015-2019).
Bivariate and multivariate cox proportional hazards regression analysis were
performed to identify independent factors associated with mortality upper
gastrointestinal malignancy. Scoring system were developed based on the identified
factors.
Results: 184 patients were analyzed, mostly male (58,7%) with average ages 54,5
years old. Independent factors associated with one-year mortality were age > 60
years with HR 1,93 (95%CI 1,30-2,88), body mass index < 20 with HR 2,04 (95%CI
1,25-3,33), smoking history with HR 1,77 (95%CI 1,20-2,61), performance status
ECOG > 2 with HR 3,37 (95%CI 2,11-5,37), clinical stage which is 4th stage HR
9,42 (95%CI 1,27-69,98) and 3rd stage HR 9,78 (95%CI 1,31-72,69), and cellular
differentiation grade with HR 2,30 (95%CI 1,48-3,58). One-year survival rate was
39,7% with median survival was 9 months. The scoring system for predicting
mortality had AUC values of 0,918 respectively.
Conclusion: The independent factors associated with one-year mortality were age,
body mass index, smoking history, performance status, clinical stage of tumor,
cellular differentiation grade, and delay for start treatment. 1-year survival rate
was 39,7%. The mortality probability prediction scoring system has been developed
for upper gastrointestinal malignancy
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library