Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Frisca Natalie
Abstrak :
Berdasarkan penelitian Suherman et al, prevalensi gastroesophageal reflux disease (GERD) di Indonesia sudah mencapai angka yang cukup tinggi yaitu sebesar 27,4 % pada tahun 2016. GERD merupakan penyakit yang tidak mematikan tetapi akan menyebabkan penyakit yang sangat serius jika tidak ditangani dengan baik. Tantangan pada obat yang digunakan dalam pengobatan GERD saat ini adalah efek samping, gastric retention time yang singkat, dan bioavaibilitas yang rendah. Oleh sebab itu, pembuatan mikropartikel terapung dengan kandungan ekstrak Moringa oleifera merupakan solusi yang tepat. Mikropartikel yang mengandung ekstrak Moringa oleifera akan dibuat menggunakan metode non-solvent evaporation method dengan memanfaatkan polimer yang memiliki densitas rendah seperti HPMC K4M dan EC sehingga didapatkan mikropartikel terbaik yaitu, D1H4 dengan yield (95,2%), nilai ekstrak dalam mikropartikel (0,058 mgQE/g ekstrak), entrapment efficiency (1,16%), loading capacity (1,21%), %rilis kumulatif flavonoid (jam 24, 21,87%), dan kemampuan mengapung (1 jam) yang baik. Selain itu, mikropartikel alginat dengan kandingan natrium bikarbonat dan ekstrak Moringa oleifera melalui ionotropic gelation method akan didapatkan mikropartikel terbaik yaitu, D4X4A10 dengan freeze dried yang memiliki nilai yield (151,82%), nilai ekstrak dalam mikropartikel (0,057 mgQE/g ekstrak), entrapment efficiency (2,85%), loading capacity (0,61%), %rilis kumulatif flavonoid (jam 24, 33,875%) , dan kemampuan mengapung (90%, 8 jam) yang baik. Karakteristik mikropartikel lainnya seperti scanning electron microscopy (SEM) dan ukuran mikropartikel diukur melalui pengujian. ......According to research by Suherman et al., the prevalence of gastroesophageal reflux disease (GERD) had reached a rather high percentage which is 27.4% in 2016. GERD is not a life-threatening disease however proper handling of GERD will reduce the possibility of developing other chronic disease associated with GERD. Challenge in designing drugs as a treatment for GERD are the side effects, brief gastric retention time, and low bioavailability. Thus, floating microparticles containing Moringa oleifera extract is the right solution to overcome the challenges. Microparticles containing Moringa oleifera extract will be constructed by non-solvent evaporation method by utilizing low-density polymers such as HPMC K4M and EC resulting D1H4 as the best formulation with characteristics, yield (95,2%), extract in particles (0,058 mgQE/g ekstrak), entrapment efficiency (1,16%), loading capacity (1,21%), % flavonoid cumulative release (jam 24, 21,87%), and floating capacity (1 hr). In addition, microparticles made by ionotropic gelation methods using alginate in entrapping Moringa oleifera extract and sodium bicarbonate are used as an additional treatment for gastric acid neutralization resulting freezed dryed microparticles D4X4A10 with characteristics yield (151,82%), extract in particles (0,057 mgQE/g ekstrak), entrapment efficiency (2,85%), loading capacity (0,61%), % flavonoid cumulative release (jam 24, 33,875%) , dan floating capacity (90%, 8 hr). Other characteristics of the microparticles such as scanning electron microscopy (SEM) and microparticle size will also be determined.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pardede, Adeline Melissa
Abstrak :
ABSTRAK
Masyarakat perkotaan dengan berbagai dinamika kehidupan yang kompleks, menjadi ancaman bagi kesehatan ibu hamil yang cenderung mengikuti gaya hidup modern. Gaya hidup seperti mengkonsumsi makanan cepat saji, kurang aktivitas, merokok, alkohol, dan lainnya, berisiko mengganggu kesehatan ibu dan kualitas hidup janin salah satunya gangguan neurologi. Gangguan neurologi seperti serebral palsy selain menyerang koordinasi motorik, juga dapat menyebabkan gangguan pada sfingter esofagus bawah yang memicu terjadinya gastroesofagus refluks GER . Gastroesophageal refluks GER merupakan pengaliran kembali isi lambung ke dalam esofagus dan merupakan kondisi fisiologis yang terjadi hampir pada semua neonatus atau bayi. GER dapat menyebabkan terjadinya aspirasi, penurunan berat badan akibat muntah berulang. Jika tidak ditangani dengan baik, maka risiko kurang gizi bahkan kematian akibat aspirasi dapat terjadi. Salah satu intervensi keperawatan yang dilakukan pada klien adalah ldquo;upright position rdquo;. Hasil intervensi menunjukkan adanya pengurangan frekuensi muntah melalui intervensi keperawatan ldquo;upright position rdquo;. Kata kunci : Intervensi keperawatan, gastroesofagus refluks GER , upright position
ABSTRACT
Urban communities with various dynamics of complex life, becoming a threat for health of pregnant women who tend to follow modern lifestyle. Lifestyle such as eating fast food, inactivity, smoking, alcohol, and other risk disturbing the health of mothers and fetuses quality life, like a neurological disorders. Neurological disorders such as cerebral palsy than attacking the motor coordination, it can also cause disturbances in the lower esophageal sphincter which triggered the gastroesophageal reflukx GER . Gastroesophageal reflukx GER is the passage of gastric contents into the esophagus and is a physiological condition that occurs in virtually all neonates or infants. GER can cause aspiration, weight loss due to repeated vomiting. If not handled properly, then the risk of malnutrition and even death can occur due to aspiration. One of the nursing interventions performed on the client is ldquo uprigth position rdquo . Intervention results indicate a reduction in the frequency of vomiting through nuring interventions uprigth position rdquo . Keywords Nursing intervention, gastroesophageal reflux GER , upright position
[, Depok, Depok, Depok, , Depok, , Depok, Depok, , Depok]: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2016
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Laras Budiyani
Abstrak :
Latar Belakang: Resistensi insulin telah dilaporkan lebih tinggi pada populasi subjek dengan penyakit refluks gastroesofageal GERD dibandingkan subjek tanpa GERD serta berhubungan langsung terhadap adanya esofagitis erosif. Adanya perbedaan ras dan metode pengukuran pada penelitian sebelumnya, mendorong perlunya penelitian di Indonesia untuk dapat mengetahui resistensi insulin pada populasi GERD, khususnya pada erosi esofagus. Tujuan: Mempelajari perbedaan resistensi insulin pada penyakit refluks gastroesofageal dengan erosi dan tanpa erosi esofagus. Metode: Penelitian ini menggunakan metode potong lintang terhadap 84 pasien dewasa dengan gejala GERD yang berobat di poliklinik gastroenterologi RSCM pada bulan Januari hingga April 2017. Perekrutan subjek dilakukan secara konsekutif menggunakan kuesioner GERDQ. Nilai HOMA-IR digunakan untuk evaluasi resistensi insulin. Adanya erosi esofagus dinilai menggunakan pemeriksaan esofagogastroduodenoskopi EGD. Data diolah menggunakan analisis Mann Whitney untuk memperoleh beda median nilai HOMA-IR antara kelompok tanpa erosi dan kelompok dengan erosi esofagus. Hasil penelitian: Nilai median HOMA IR pada seluruh subjek dengan gejala GERD adalah 1,46 0,32-13,85 . Uji Mann Whitney menunjukkan adanya perbedaan nilai HOMA-IR yang signifikan p= 0,015 dengan nilai median HOMA IR yang lebih tinggi pada kelompok erosi esofagus, yaitu 1,74 0,35-13,85 dibandingkan dengan subjek tanpa erosi esofagus, yaitu 1,21 0,32-10,78. Kesimpulan: Resistensi insulin, yang dinilai dengan HOMA-IR, lebih tinggi secara bermakna pada pasien refluks gastroesofageal dengan erosi esofagus dibandingkan tanpa erosi esofagus. ......Background: Insulin resistance had been reported higher in GERD patients, particularly in patients with erosive esophagitis. Differences in subjects rsquo characteristics and measurement used in previous studies encourage the need to assign the study in Indonesia learn about insulin resistance among GERD patients especially in esophagitis erosive. Aim: To learn the difference of insulin resistance between erosive and non erosive reflux disease in GERD patients. Methods: A cross sectional study of 84 adult patients with GERD symptoms was conducted. The subjects were recruited consecutively between January 2017 and April 2017 at Cipto Mangunkusumo National Hospital in Jakarta. GERDQ questionnaire was used for subject recruitment. Homeostatic model assessment insulin resistance HOMA IR index was used to evaluate insulin resistance. Esophageal erosions were diagnosed using upper gastrointestinal endoscopy. Mann whitney analysis was used to determine HOMA IR median difference between esophagitis and non esophagitis group. Results: The median of HOMA IR in all subjects was 1.46 0.32 13.85 . Using Mann Whitney test, HOMA IR index was significantly higher in esophagitis patients p 0.015 than in non erosive patients, with the median of HOMA IR index were 1.74 0.35 13.85 and 1.21 0.32 10.78 respectively. Conclusion Insulin resistance, using HOMA IR index, is significantly higher in gastroesophageal reflux disease patients with esophageal erosion.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ike Dimi Makarim
Abstrak :
Gastroesophageal Reflux Disease (GERD) merupakan salah satu penyakit pada sistem pencernaan yang sering dijumpai di Indonesia. GERD adalah refluks isi lambung ke esophagus yang sudah berlangsung lama dan menimbulkan gejala yang dapat mengganggu atau menurunkan kualitas hidup. Salah satu penatalaksanaan yang dapat dilakukan yaitu dengan pemberian posisi head of bed elevation 30 derajat untuk mencegah terjadinya refluks isi lambung. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui keefektifan penerapan intervensi head of bed elevation 30 derajat pada pasien GERD untuk mengurangi gejala refluks. Intervensi ini dilakukan pada An. M selama 3 hari dan hasilnya menunjukan bahwa efektif untuk mengurangi gejala refluks dan menurunkan keinginan untuk muntah, terutama pada malam hari. Intervensi dilakukan selama 30 menit setelah makan. Intervensi juga dikombinasikan dengan pemberian medikasi dan edukasi kepada pasien dan keluarga. Pemberian posisi head of bed elevation 30 derajat direkomendasikan pada pasien GERD untuk mengurangi gejala refluks, mual, dan muntah karena mudah dilakukan saat perawatan di rumah dan tidak membutuhkan biaya. ......Gastroesophageal Reflux Disease (GERD) is a disease of the digestive system that is often found in Indonesia. GERD is reflux of gastric contents into the esophagus which can cause symptoms that can reduce quality of life. One of the treatments for GERD patients is by giving a head of bed elevation position of 30 degrees to prevent reflux of gastric contents. The purpose of this study was to determine whether the application of a 30-degree head of bed elevation intervention in GERD patients was effective in reducing the symptoms of nausea and vomiting. This intervention was performed on An. M for 3 days and has been shown to reduce nausea and reduce the urge to vomit, especially at night. The intervention was carried out for 30 minutes after eating. Interventions are also combined with providing medication and education to patients and families. Giving a head of bed elevation position of 30 degrees is recommended for GERD patients to reduce symptoms of nausea and vomiting because it is easy and safe to do.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library