Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rey`han Prahandyasmara
"Mahasiswa praktik klinik di Rumah Sakit sering menghadapi tuntutan jadwal yang padat dan stress. Siklus tidur dan perilaku makan yang sehat memiliki peran penting dalam menjaga kesehatan dan kesejahteraan mahasiswa praktik klinik di Rumah Sakit. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara kronotipe dan perilaku makan pada mahasiswa keperawatan saat menjalani praktik klinik di Rumah Sakit. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif observasional analitik dengan desain penelitian yaitu cross-sectional. Pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling dengan sampel sejumlah 57 mahasiswa. Variabel diukur dengan Morningness-Eveningness Questionnaire (MEQ) dan Sakata’s Eating Behaviour. Pengujian statistik menggunakan uji chi square yang didapatkan hasil bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara kronotipe dengan perilaku makan pada mahasiswa keperawatan saat menjalani praktik klinik di Rumah Sakit (p=0,792> α=0,05). Mahasiswa diharapkan dapat mengatur manajemen diri yang baik pada saat berpraktik dengan tetap memperhatikan kronotipe (waktu tidur-bangun) dan kualitas perilaku makan.

Clinical students in hospitals often face demanding schedules and stress. Healthy sleep cycles and eating behaviors play an important role in maintaining the health and well-being of clinical students in hospitals. This study aims to see the relationship between chronotype and eating behavior in nursing students while undergoing clinical practice in hospitals. This study used a quantitative observational analytic approach with a cross-sectional research design. Sampling using purposive sampling technique with a sample of 57 students. Variables were measured by Morningness Eveningness Questionnaire (MEQ) and Sakata's Eating Behavior. Statistical testing using the chi square test found that there was no significant relationship between chronotype and eating behavior in nursing students while undergoing clinical practice in the hospital (p=0.792> α=0.05). Students are expected to be able to organize good self-management when practicing while still paying attention to chronotype (sleep-wake time) and the quality of eating behavior."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurulita Aida Rahmasari
"Unhealthy dietary habit may lead into critical disease, meanwhile poor dietary habits are still common among Indonesians. It can be altered by the psychological condition, especially in the COVID-19 pandemic situation due to working from home scheme in Indonesia. In order to form effective dietary intervention, the role of food choice motives in the relation of stress and dietary habit are needed to be explored. This study aimed to assess the mediation role of the food choice motives between perceived stress and dietary habit among workers in Jakarta during COVID-19 pandemic. An online cross-sectional study with 290 respondents aged 25-54 years old was conducted in Jakarta. Perceived stress, food choice motives, and dietary habit were measured by validated perceived stress scale, food choice value, and WELL dietary questionnaire, respectively. The mediation role of food choice motives on the relationship of perceived stress and dietary habit was analyzed using Sobel-first order test. It only be performed towards the food choice motives which were having significant relationship with both perceived stress and dietary habit after being included in the linear regression analysis. The average of total dietary habit score was slightly half of the maximum score of good dietary habit (63.07 of 120), meanwhile the majority of the respondents categorized into moderate perceived stress level with the median score of 18. The most important food choice motive reported by the respondents was safety concern. It then followed by sensory appeal, access, comfort, organic, convenience, weight/health, and tradition as the least concern. Organic and weight/health motives were found to be significant with both perceived stress and dietary habit. Among all motives, the significant mediation effect on perceived stress and dietary habit was only found in organic motive with p-value <0.01 and Z-score of -2.628. It means that organic motive is significantly mediated the relationship of perceived stress and dietary habit. Indirect effect of perceived stress towards dietary habit was also calculated by multiplying the α as coefficient of perceived stress and organic motive relationship and β as coefficient of organic motive and dietary habit relationship, resulting in value of -0.163. Meanwhile, the direct effect of perceived stress on dietary habit after controlled by the organic motive was -0.375 and also found to be statistically significant. Comparing the indirect and direct effect value, it can be concluded that organic motive partially mediated the relationship of perceived stress and dietary habit.

Kebiasaan makan yang kurang sehat dapat menyebabkan penyakit kritis. Kebiasaan makan yang buruk masih banyak ditemukan di Indonesia. Hal ini dapat dipengaruhi oleh kondisi psikologis, terutama saat pandemic COVID-19 akibat penerapan kebijakan work from home di Indonesia. Untuk membentuk strategi intervensi diet yang efektif, peran motif pemilihan makanan dalam hubungan antara stress dan kebiasaan makan perlu untuk diketahui. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran mediasi dari motif pemilihan makan pada hubungan antara stress dan kebiasaan makan pada pekerja di Jakarta selama pandemic COVID-19. Studi crosssectional dengan metode online dilaksanakan pada 290 pekerja berusia 25-54 tahun di Jakarta. Stress, motif pemilihan makanan, dan kebiasaan makan diukur menggunakan kuesioner perceived stress, food choice value, dan WELL dietary yang telah tervalidasi. Peran mediasi dari motif pemilihan makanan dianalisa menggunakan uji Sobel-first order. Uji ini hanya dilakukan terhadap motif pemilihan makanan yang berhubungan dengan stress dan kebiasaan makan secara bersamaan setelah pengujian melalui regresi linier. Rata-rata skor kebiasaan makan responden adalah 63.07, yang berarti mencapai lebih dari separuh skor maksimal untuk kebiasaan makan yang baik (120), sedangkan mayoritas responden dikategorikan memiliki level stress sedang dengan skor median 18. Motif pemilihan yang paling penting adalah keamanan, kemudian diikuti oleh motif sensoris, akses, kenyamanan, organik, berat badan/kesehatan, dan tradisi. Motif organik dan berat badan/kesehatan berhubungan dengan stress maupun kebiasaan makan. Di antara keseluruhan motif, efek mediasi yang signifikan hanya ditemukan pada motif organik dengan nilai p <0.01 dan Z-score -2.628. Efek tidak langsung dari stress terhadap kebiasaan makan dihitung dengan mengalikan koefisien hubungan stress dan motif organik serta koefisien hubunngan motif organic dan kebiasaan makan dengan hasil -0.163. Efek langsung dari stress terhadap kebiasaan makan setelah dikontrol oleh motif organik adalah -0.375. Keduanya memiliki hubungan yang signifikan sehingga dapat disimpulkan bahwa motif organik memediasi hubungan antara stress dan motif pemilihan makanan.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lumbantobing, Claudia Anastasia Putri
"ABSTRAK
Literasi gizi adalah derajat kapasitas seseorang dalam memperoleh, memproses, memahami informasi dasar gizi dan kemampuan yang dibutuhkan untuk membuat keputusan gizi yang benar. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran literasi gizi anak sekolah dasar di Jakarta Timur serta perbedaan proporsi variabel independen seperti jenis kelamin, pendidikan ayah, pendidikan ibu, pendapatan orangtua, penggunaan media, dan peran guru berdasarkan tingkat literasi gizi. Literasi gizi sendiri dibagi menjadi tiga domain utama yaitu fungsional, interaktif, dan kritikal. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain cross-sectional. Responden dalam penelitian ini adalah anak sekolah dasar kelas 4,5, dan 6 di Kelurahan Duren Sawit dan Kelurahan Pondok Kelapa. Jumlah responden sebanyak 87 orang dan pengambilan data dilakukan dengan instrumen Nutrition Literacy Scale NLit dan Nutrition Literacy Scale for Adolescent NLAA. Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan proporsi literasi gizi fungsional berdasarkan jenis kelamin, pendidikan ayah, pendidikan ibu, pendapatan orangtua, penggunaan media. Terdapat perbedaan proporsi literasi gizi interaktif berdasarkan penggunaan media. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi studi awalan penelitian literasi gizi di Indonesia.

ABSTRACT
Nutrition literacy can be defined as the degree to which people have the capacity to obtain, process and understand basic nutrition information. This research discusses the description of nutritional literacy of primary school children in East Jakarta and the difference of independent variable proportion such as gender, father education, mother education, parent income, media use, and teacher involvement based on nutritional literacy level. Nutritional literacy itself is divided into three main domains functional, interactive, and critical. This research is a quantitative research with cross sectional design. Respondents in this study were elementary school children in grade 4.5, and 6 in Kelurahan Duren Sawit and Kelurahan Pondok Kelapa. The number of respondents was 87 people and the data was collected using Nutrition Literacy Scale NLit and Nutrition Literacy Scale for Adolescent NLAA. The results showed that there were differences in the proportion of functional nutritional literacy by sex, father 39 s education, maternal education, parent income, and media use. There is a difference in the proportion of interactive nutritional literacy based on media use. This research is expected to be a prefix study of nutrition literacy research in Indonesia."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jusephina
"Literasi gizi adalah tingkatan dimana seseorang memiliki kapasitas untuk menperoleh, memproses, dan memahami informasi dasar seputar gizi. Literasi gizi dapat memengaruhi pembentukan pola makan pada usia remaja dan dewasa muda. Skripsi ini meneliti tingkat literasi gizi pada mahasiswa untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengannya, antara lain jenis kelamin, rumpun ilmu kesehatan dan non kesehatan, dan tingkat uang saku.
Desain studi yang digunakan adalah cross sectional kepada 373 mahasiswa sarjana Universitas Indonesia angkatan 2017 dengan menggunakan instrumen kuesioner yang terdiri dari tiga domain literasi fungsional, interaktif, dan kritikal. Data dianalisis dengan uji Chi-square.
Hasil penelitian menunjukkan 47.2 responden memiliki literasi gizi tidak adekuat. Hasil analisis bivariat menunjukkan adanya hubungan bermakna antara rumpun ilmu kesehatan dan non kesehatan dengan tingkat literasi gizi total p = 0.000, OR = 4.6 . Rumpun ilmu kesehatan dan non kesehatan juga berhubungan bermakna dengan literasi gizi fungsional p = 0.000, OR = 2.9, dengan literasi gizi interaktif p = 0.002, OR = 2.5, dan dengan literasi gizi kritikal p = 0.001, OR = 2.7.

Nutrition literacy is defined as the degree to which individual has the capacity to obtain, process, and understand about basic nutrition information. Nutrition literacy can affect the formation of different diet in adolescents and young adults. This thesis examines the level of nutrition literacy among first year undergraduate students to know about the factors associated with it, including gender, clusters of health and non health science, and allowance.
This study used cross sectional design to 373 first year undergraduate students in University of Indonesia by using the questionnaire instrument consisting of three domains functional, interactive, and critical. Data were analyzed by chi square test.
The result showed that 47,2 of respondents had inadequate nutrition literacy. The result of bivariate analysis showed that there is a significant correlation between health science and non health science cluster with the total nutrition literacy rate p 0.000, OR 4.6 . Health science and non health science cluster were also significantly associated with the functional nutrition literacy p 0.000, OR 2.9, interactive nutrition literacy p 0.002, OR 2.5, and critical nutrition literacy p 0.001, OR 2.7.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library