Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Smita Annisaghara
Abstrak :
ABSTRAK
Serial animasi televisi, sebagai salah satu bentuk media massa, juga termasuk sebagai media yang memegang peran penting dalam menunjukkan representasi positif, khususnya karena serial animasi kerap ditonton oleh anak-anak dan remaja yang cenderung mudah terpengaruh oleh apa yang mereka lihat di lingkungan sekitar. Salah satu serial animasi yang menunjukkan citra perempuan yang positif adalah serial animasi ldquo;Sailor Moon rdquo; yang berasal dari Jepang. ldquo;Sailor Moon rdquo; adalah sebuah kisah tentang seorang gadis remaja biasa yang hidupnya berubah secara drastis setelah ia tahu bahwa ia adalah Sailor Moon yang memiliki kekuatan super dan ditakdirkan untuk membasmi kejahatan. Teori norma budaya Melvin DeFleur menyatakan bahwa media massa secara selektif menampilkan dan menegaskan nilai-nilai serta ideologi tertentu, yang kemudian bisa mempengaruhi norma dalam masyarakat. Folarin kemudian menyatakan bahwa berdasarkan teori tersebut, individu dalam masyarakat cenderung mendasari perilaku mereka dari nilai-nilai yang ditampilkan dalam media massa. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis unsur feminisme yang diangkat dalam ldquo;Sailor Moon rdquo; dan pengaruh unsur-unsur tersebut bagi penontonnya, khususnya penonton perempuan. Melalui metode wawancara langsung, hasil penelitian menunjukkan bahwa unsur feminisme dalam ldquo;Sailor Moon rdquo; merupakan hal yang meninggalkan kesan mendalam dan memiliki pengaruh yang positif bagi penonton perempuan.
ABSTRACT
Television animated series, as one form of mass media, is included as a medium that plays an important role in showing positive representation, especially because its main demographics are impressionable children and teenagers. One popular TV show that represents women in a positive light is ldquo;Sailor Moon rdquo;, a Japanese animated series. ldquo;Sailor Moon rdquo; is a story about an ordinary teenage girl whose life changed drastically once she found out that she is able to transform as Sailor Moon who has a super power and is destined to fight against a powerful evil force. Melvin DeFleur rsquo;s Cultural Norms theory suggests that the media selectively presents and emphasizes certain values and ideas and therefore will influence norms in society. Folarin then made a statement based on that theory that some members of society tend to pattern their behavior to the values shown in mass media. This study aims to analyze what feminist values are incorporated in ldquo;Sailor Moon rdquo; and what influence those values have on the audience, especially the female audience. Through one-on-one interviews, the results show that the elements of feminism in ldquo;Sailor Moon rdquo; have left a deep impact on its female viewers and have influenced them in a positive way.
2018
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Monika Dwi Koesetyowati
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan mengetahui bagaimana ibu tunggal Jepang ditempatkan dalam kebijakan negara khususnya menyangkut kebijakan bagi keluarga ibu tunggal yaitu Jidō Fuyō Teate (tunjangan pengasuhan anak). Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui apa saja permasalahan yang dihadapi ibu tunggal di Jepang serta bagaimana cara mereka mengatasi permasalahan tersebut. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemerintah Jepang telah berpartisipasi dalam menempatkan ibu tunggal pada kebijakan keluarga melalui dukungan materi berupa tunjangan pengasuhan anak. Di samping itu, pemerntah juga memberikan dukungan non materi dengan memberikan preferensi untuk menggunakan pusat pengasuhan anak (hoikuen) bersubsidi dan juga program ketrampilan yang mendukung ibu tunggal agar mandiri secara ekonomi. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa ibu tunggal di Jepang mengalami permasalahan ekonomi dan sosial yang berbeda-beda dengan menggunakan berbagai cara untuk mengatasi permasalahan tersebut.
ABSTRACT
This study aims to determine how Japanese single mothers placed in the state policy especially regarding policies for single mother families, named Jidō Fuyō Teate (dependent children’s allowance). In addition, this study also aims to find out what are the problems faced by single mothers in Japan and how they cope their problems. Results of this study indicate that the Japanese government has participated in putting single mothers on family policy through material support in the form of child care allowances. In addition, government also provide non-material support by giving preference to use a subsidized hoikuen (child care center) and job skills training programs that support single mothers in order to become economically independent. This study also showed that single mothers in Japan faces different economic and social problems with different ways to overcome these problems.
2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mackie, Vera
New york: Cambridge University Press, 2003
305.429 52 MAC f
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Sievers, Sharon L.
Stanford: Stanford University Press, 1983
305.4 SIE f
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Laura Angelina
Abstrak :
ABSTRACT
Stagnasi perekonomian Jepang selama lebih dari dua dekade membuat Abe Shinzo di masa kepemimpinannya yang kedua sebagai perdana menteri Jepang mengeluarkan kebijakan perekonomian yang disebut sebagai Abenomics. Kebijakan ini selain dianggap dapat mengatasi masalah perekonomian Jepang juga dapat mengatasi masalah demografi yang terjadi di Jepang, khususnya masalah kesetaraan gender. Hal ini disebabkan karena salah satu fokus utama dari kebijakan Abenomics merupakan pemberdayaan perempuan atau Womenomics. Akan tetapi, hingga kini kesetaraan gender di Jepang belum menunjukkan perubahan ke arah yang lebih baik. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa Womenomics belum mampu menjadi sebuah kebijakan yang efektif dalam menangani masalah ketidaksetaraan gender di Jepang. Penelitian ini bertujuan untuk memahami penyebab ketidakefektifan implementasi Womenomics era Abe II. Metode yang digunakan yaitu studi kepustakaan. Hasil penelitian menunjukkan ketidakefektifan Womenomics tersebut disebabkan oleh adanya budaya patriarki yang kuat serta kegagalan Womenomics sebagai institusi yang mengatur pola perilaku masyarakatnya.
ABSTRACT
Japan economic stagnation for more than two decades has made Abe Shinzo in his second term as prime minister launch an economic policy called Abenomics. This policy is deemed to solve the problems of the Japan economy and also to solve the demographic problems that occur in Japan, especially the gender equality issue. This is because one of the main focuses of the Abenomics policy is women empowerment or Womenomics. However, until now gender equality in Japan has not shown a change for the better. Therefore, it can be concluded that Womenomics has not been able to be an effective policy at solving the issue. This study aims to understand the causes of ineffectiveness of the implementation of Womenomics era Abe II. The method used is literature study. The result shows that the ineffectiveness of Womenomics is due to the existence of a strong patriarchal culture and the failure of Womenomics as an institution that regulates its people behavior.
2018
spdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library