Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 14 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fadhilah Dianty
Abstrak :
Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui apakah keempat dimensi kreasi kerja, yaitu meningkatkan sumber daya sosial pekerjaan, meningkatkan sumber daya struktural pekerjaan, meningkatkan tuntutan pekerjaan yang menantang, serta menurunkan tuntutan pekerjaan yang menghambat memiliki korelasi dengan kesejahteraan karyawan. Penelitian ini adalah penelitian korelasional dengan metode kuantitatif nonexperimental. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah nonprobability convenience sampling. Alat ukur yang digunakan pada penelitian ini yaitu skala kreasi kerja, dan skala kesejahteraan karyawan. Kreasi kerja akan diukur secara multidimensional sedangkan kesejahteraan karyawan akan diukur secara unidimensional. Seluruh alat ukur yang digunakan ditemukan reliabel untuk digunakan. Uji hipotesis menggunakan pearson correlation yang dilakukan kepada 340 karyawan di Indonesia, menemukan bahwa korelasi antar a meningkatkan sumber daya sosial pekerjaan, meningkatkan sumber daya struktural pekerjaan, meningkatkan tuntutan pekerjaan yang menantang, serta menurunkan tuntutan pekerjaan yang menghambat dengan kesejahteraan karyawan adalah positif dan signifikan. Hal ini berarti karyawan yang meminta saran, bimbingan, serta arahan, berusaha mengembangkan diri, mencari peluang baru, dan mengurangi beban kerja juga menilai dirinya sejahtera. Meski begitu terdapat keterbatasan dan saran bagi peneliti selanjutnya yang berminat untuk melakukan penelitian serupa, serta saran bagi karyawan dan organisasi yang ingin meningkatkan kesejahteraan karyawan, misalnya karyawan dapat meminta saran, bimbingan, serta arahan. ......The purpose of this study was to determine whether the four dimensions of job crafting, namely increasing social job resources, increasing structural job resources, increasing challenging job demands, and reducing inhibiting job demands have a correlation with employee wellbeing. This research is correlational research with a nonexperimental quantitative method. The data collection method used is non-probability convenience sampling. The measuring instrument used in this study is the job crafting scale and the employee wellbeing scale. Job crafting will be measured multidimensionally while employee wellbeing will be measured unidimensionally. All measuring instruments used were found to be reliable for use. Hypothesis testing using Pearson correlation conducted on 340 employees in Indonesia, found that the correlation between increasing job social resources, increasing job structural resources, increasing challenging job demands, and decreasing hindering job demands with employee wellbeing is positive and significant. This means that employees who ask for advice, guidance, and direction, try to develop themselves, look for new opportunities, and reduce workloads, also consider themselves have employee wellbeing. Even so, there are limitations and suggestions for further researchers who are interested in conducting similar research, as well as suggestions for employees and organizations who want to improve employee well-being, for example, employees can ask for advice, guidance, and direction.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shafina Astagina
Abstrak :
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh kepemimpinan perubahan terhadap kesiapan individu untuk berubah. Pengukuran kepemimpinan perubahan menggunakan alat ukur Characteristic Change Leader Inventory (Mangundjaya,2020) dan kesiapan individu untuk berubah menggunakan alat ukur Individual readiness to change (Holt dkk 2007). Responden pada penelitian ini berjumlah 90 karyawan PT.X dan memiliki karateristik lama bekerja minimal selama dua tahun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara kepemimpinan perubahan terhadap kesiapan individu untuk berubah (B = .671, p < .05). ......The purpose of this research is to see the effect of change leader towards employees' readiness to change. This research exerts Characteristic Change Leader Inventory (Mangundjaya, 2020) to measure change leader and Individual readiness to change (Holt dkk 2007) to measure the employees’ readiness to change. Participants of this research were 90 employees of PT.X and had the characteristics of a minimum of two years of work. The result of this research indicates that change leader (B = .671, p < .05) had a significant effect towards employees’ readiness to change.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Damanik, Tonggo Evie Chricia
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran perbedaan psychological capital pada Generasi X dan Generasi Y. Pengukuran psychological capital dilakukan dengan menggunakan psychological capital questionnaire oleh Luthans, Youssef, dan Avolio. Partisipan pada penelitian ini berjumlah 245 orang karyawan Generasi X dan Generasi Y yang bekerja di perusahaan di daerah Jabodetabek. Hasil pengolahan data menggunakan independent sample t-test, menemukan bahwa tidak terdapat perbedaan psychological capital yang signifikan antara karyawan Generasi X M = 4.83, SD = .44 dan Generasi Y M = 4.62, SD = .56 , t 243 = 3.25, p > .01, one-tailed. ......The purpose of this study is to examine the differences in psychological capital between Generation X and Generation Y employees. Psychological capital was measured using psychological capital questionnaire PCQ . The sample of this study consisted of 245 participants who worked in companies in Jabodetabek. The result of the study using independent sample t test shows that there is no significant difference in psychological capital among Generation X M 4.83, SD .44 and Generation Y M 4.62, SD .56 , t 243 3.25, p .01, one tailed.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2017
S68882
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Monika Paramitha
Abstrak :
Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran mengenai hubungan antara psychological capital dan in-role performance pada sales promotion girls. Psychological capital merupakan suatu keadaan perkembangan psikologis yang positif pada individu dengan empat karakteristik, yaitu self-efficacy, hope, optimism, dan resiliency (Luthans, Youssef, & Avolio, 2007). In-role performance didefinisikan sebagai perilaku yang dituntut atau diharapkan dan merupakan dasar dari job performance reguler dan yang sedang berjalan (Katz, 1964 dalam Van Dyne & LePine, 1998). Pengukuran psychological capital menggunakan alat ukur Psychological Capital Questionnaire (Luthans, Youssef, & Avolio, 2007) dan pengukuran in-role performance menggunakan kategori in-role performance pada alat ukur Job Performance Questionnaire (Van Dyne & LePine, 1998). Dalam penelitian ini, in-role performance sales promotion girls dinilai oleh atasan langsung mereka. Partisipan dalam penelitian ini berjumlah 221 sales promotion girls dengan masa kerja minimal 1 bulan. Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat hubungan positif yang signifikan antara psychological capital dan in-role performance (r = 0,189; p = 0,005, signifikan pada L.o.S 0.01). Artinya, semakin tinggi psychological capital yang dimiliki seseorang, maka semakin tinggi pula in-role performance yang ditampilkan. Selain itu, komponen psychological capital yang memberikan sumbangan paling besar pada in-role performance yaitu self-efficacy. This research was conducted to find the correlation between psychological capital and in-role performance among sales promotion girls. Psychological Capital is an individual?s positive psychological state of development and is characterized by self-efficacy, hope, optimism, and resiliency (Luthans, Youssef, & Avolio, 2007). In-role performance is defined as the required or expected behavior and is the basis of regular and ongoing job performance (Katz, 1964 in Van Dyne & LePine, 1998). Psychological capital was measured using a modification instrument named Psychological Capital Questionnaire (Luthans, Youssef, & Avolio, 2007) and in-role performance was measured using the in-role performance category from a modification instrument named Job Performance Scale (Van Dyne & LePine, 1998). Sales promotion girls? in-role performance was rated by their direct supervisor. The participants of this research are 221 sales promotion girls who have at least work in a company for a month. The main results of this research show that psychological capital is positively correlated significantly with in-role performance (r = .189; p = .005, significant at L.o.S 0.01). That is, the higher psychological capital of one?s own, the higher in-role performance is showed. Furthermore, self-efficacy is the psychological capital?s component that gives the biggest contributions toward in-role performance.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
New York, NY: Brunner-Routledge, 2013
155.2 HAN
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Michael Mikko
Abstrak :
Penelitian ini dilakukan untuk melihat hubungan antara psychological capital dan komitmen organisasi pada perawat. Pengukuran psychological capital menggunakan alat ukur psychological capital questionnaire (Luthans, et al., 2007) dan pengukuran komitmen organisasi menggunakan alat ukur Commitment scale items (Allen dan Meyer, 1990). Partisipan berjumlah 175 orang perawat. Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat hubungan positif yang signifikan antara psychological capital dengan komitmen organisasi pada perawat (r = 0.149; p = 0.050, signifikan pada L.o.S 0.05). Artinya, semakin tinggi psychological capital yang dimiliki oleh seseorang, maka semakin tinggi pula komitmen organisasi yang dimiliki orang tersebut. Selain itu, komponen psychological capital yang memiliki sumbangan paling besar, yaitu self-efficacy. Berdasarkan hal tersebut, seorang perawat perlu ditingkatkan psychological capital-nya terutama komponen self-efficacy sebagai salah satu faktor yang meningkatkan komitmen organisasi. This research was conducted to find the correlation between psychological capital and organizational commitment among nurses. Psychological Capital was measured using an instrument named psychological capital questionnaire (Luthans, et al., 2007) and organizational commitment was measured using an instrument named commitment scale items (Allen and Meyer, 1990). The participants of this research are 175 nurses. The main results of this research show that psychological capital positively correlated with organizational commitment (r = 0.149; p = 0.050, significant at L.o.S 0.05). which means, the higher psychological capital someone‟s own, showing the higher organizational commitment. Furthermore, the biggest contribution component of psychological capital toward organizational commitment was self-efficacy. Based on these result nurses need to improve the psychological capital especially self-efficacy, as one of factor that increasing organizational commitment.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Amalia Fadhilah
Abstrak :
Literasi keuangan telah diketahui mampu memengaruhi intensi menabung, selain itu terdapat faktor lain yang terbukti dapat mempengaruhi intensi menabung yaitu optimisme, dan diduga efek kedua faktor tersebut akan berbeda jika diteliti secara bersamaan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh literasi keuangan dan optimisme secara bersamaan terhadap intensi menabung pada karyawan dewasa muda. Pengukuran intensi menabung dikembangkan oleh peneliti dari alat ukur intensi Ladhari dan Michaud (2015). Literasi keuangan diukur dengan instrumen Test Pengetahuan Keuangan (TPK) yang dikambagan oleh Sjabadhyni et al., (2016). Sedangkan optimisme diukur dengan alat ukur LOT-R (Life Orientation Test - Revised) yang dikembangkan oleh Scheier, Carver dan Bridges (1994). Hasil penelitian menjukan bahwa literasi keuangan dan optimisme berpengaruh secara bersamaan terhadap intensi menabung, sehingga Ho ditolak F(434) = 7.646, p < 0.01, (R2 = 0.034). Artinya semakin tinggi nilai literasi keuangan dan optimisme seserorang, semakin tinggi intensi menabungnya. Implikasi dari penelitian ini adalah karyawan dewasa muda dapat meningkatkan intensinya untuk menabung, salah satu caranya dengan meningkatkan literasi keuangan dan optimisme. ......Financial literacy has known for its ability to effect on someone?s saving intention, besides there is another factor that has been proved by its ability to effect someone?s saving intention which is optimism, and it assumed the effects on both factors could be different if we investigated them together. The purpose of this study is to know the effects of financial literacy and optimism simultaneously towards saving intention among young adult employees. The measurement of saving intention was done in ordinal scale developed by Ladhari & Michaud (2015). Financial Literacy was measured with Test Pengetahuan Keuangan (TPK) developed by Sjabadhyni et al., (2016). Optimism was measured with LOT-R (Life Orientation Test - Revised) developed by Scheier, Carver dan Bridges (1994). The result showed that financial literacy and optimism is significant in effecting saving intention, so Ho is rejected F (434) = 7.646, p < 0.01, (R2 = 0.034). That means the higher someone?s financial literacy and optimism, the higher their saving intention. The implication of this study is so that young adult employees could improve their intention to save their money, by increasing their financial literacy and optimism.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
S36317
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Khair Asikin
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara PsyCap dan OCB. Penelitian ini merupakan tipe penelitian kuantitatif korelational. Kuesioner yang digunakan untuk mengukur variabel ini adalah Psychological Capital Questionnaire PCQ-24 milik Luthans, Youssef, Avolio 2007 dan OCB scale milik Lee Allen 2002. Responden pada penelitian ini adalah karyawan bank. Dari 144 responden, didapatkan hasil bahwa r = .461, n = 144, p< .01, one tailed. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat PsyCap, maka semakin tinggi tingkat OCB karyawan bank. Tingginya nilai PsyCap dan OCB pada karyawan, diharapkan dapat meningkatkan produktivitas perusahaan, karyawan dapat bekerja secara efektif dan efisien, serta dapat bersaing dengan perusahaan lain. ......This research aims to know the relationship between PsyCap and OCB. The research is a quantitative research type and correlational design. The questionnaire which used to measure this variable is Psychological Capital Questionnaire PCQ 24 by Luthans, Youssef, Avolio 2007 and OCB scale by Lee Allen 2002. Respondents in this research are bank employees. From 144 respondents, the obtained results is r .461, n 144, p .01, one tailed. It means on the bank employees, as the level of PsyCap increased, the level of OCB will also increased. The high score of PsyCap and OCB on employees in expected to increase productivity of company, employees can work effectively and efficiently, and can compete with other companies.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2017
S66918
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Caputo, Janette S.
Phoenix: AZ Cry Press , 1991
158.7 CAP s
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Readers will finish "Face It" feeling like they've just left a session with their own personal coach, ready to face their fear and achieve success. "Face It" guides readers through a unique self-assessment program. Readers will come to understand which of these basic behavioral profiles they may unintentionally be falling into, as well as how to work with those they find themselves up against in the workplace.
New York: [American Management Association, ], 2004
e20438365
eBooks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>