Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
Masran Daduy Zentra
Abstrak :
Pemimpin adalah pembawa petunjuk bagi bawahannya, melalui aturan dan hubungan tertentu, sehingga peran dan fungsi pemimpin dalam suatu organisasi sangat panting dalam menentukan keberhasilan organisasi. Oleh karena itu suatu organisasi sangat memerlukan pemimpin yang handal untuk dapat mengaplikasiksn prinsip-prinsip yang sesuai dengan kondisi organisasi dan memberdayakan kecerdasan emosinya, sehingga mampu memperhatikrnn dinamika kelompok yang memiliki emosi dan kepribadIan yang khas.
Tuntutan ini memerlukan aparatur pemerintah kota X, termasuk kepala Bagian yang ada dilingkungan Kesekretariatan Pemerintah Kota X untuk dapat mengembangkan kemampuan sumberdaya manusianya antara lain de.igan cars mengaplikasikan dan memberdayakan kecerdasan emosinya sehingga mampu mengenali potonsi diri balk kekuatan maupun kelemahannya.
Pimpinan yang memiliki jabatan dan title keserjanaan yang tinggi tidak menyamin mereka dapat memberdayakan kecerdasan emosional secara optimal sehingga tidak mengherankan dilingkungan unit yang dipimpinnya masin adanya pengawai yang mangkir (menunda pekerjaan, datang lambat pulang cepat) dan masih ada ago sektoral antar Bagian serta pemimpin yang arogan.
Pemimpin dengan emotional intelligence yang tinggi akan mampu memimpin dan memotivasi bawahannya serta membina hubungan dengan orang Iain karena mereka mampu mengelola dan menguasi emosinya dalarn kehidupan sehazi-hrai dan lingkungan kerjanya.
Kesekretariatan Kota X, merupakan bagian dari organisasi yang ada dilingkungan pemerintah kota X, yang dalam pelaksanaan tugasnya membantu Walikota menyelengaralcan pemerintahan dan memberikan pelayanan adrninistrasi kepada seluruh perangkat pemerintahan dan masyarakat kota X secara prima.
Untuk mengatasi permasalahan seperti yang disebutkan diatas diperlukan suatu rancangan program pelatihan yang sesuai mengenai kecerdasan emosional. Kepala Bagian yang memiliki kecerdasan emosional akan membantu mengatasi permasalahan di unitnya sehingga tujuan organisasi dapat tercapai secara efektif dan efisien.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2005
T18802
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Abstrak :
Dalam mengukur suatu karakteristik tertentu diperlukan alat tes. Suatu alat tes dikatakan baik untuk digunakan apabila alat tes tersebut memberikan hasil pengukuran yang konsisten. Kekonsistenan alat tes ini ditunjukkan dengan reliabilitas alat tes tersebut. Dalam membandingkan reliabilitas dari dua buah alat tes, maka panjang tes kedua alat tes tersebut harus sama. Dua buah alat tes dikatakan memiliki panjang tes yang sama apabila alat tes tersebut dapat diselesaikan dalam waktu dan kecepatan yang sama. Salah satu metode yang dapat digunakan untuk mengukur reliabilitas suatu alat tes adalah koefisien alpha Cronbach. Dalam penulisan tugas akhir ini akan membahas metode untuk membandingkan koefisien alpha Cronbach dari dua buah alat tes di mana salah satu alat tes panjang tesnya telah disesuaikan. Metode ini akan diterapkan pada dua buah alat tes untuk mengukur Emotional Quotient. Hasil analisis data menunjukkan bahwa alat tes kedua yang tidak dimodifikasi lebih reliabel dibandingkan alat tes pertama yang telah dimodifikasi. Dengan demikian, apabila ingin memilih salah satu alat tes untuk mengukur Emotional Quotient, disarankan menggunakan alat tes
Universitas Indonesia, 2007
S27757
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran tentang intensitas dalam berdzikirsetelah shalat dengan kecerdasan emosi pada siswa siswi SMA X dan SMA Y Bandung. Penelitian menggunkan metode korelasi dan bertujuan memberikan informasi kepada kedua sekolah tentang intensitas dalam berdzikir setelah shalat dengan kecerdasan emosional. Hipotesisnya adalah “ Semakin kurang intensitas dalam bedzikir setelah shalat, semakin rendah emosiaonal pada siswa siswi SMA X di Bandung”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada korelasi positif antara intensitas dalam berdzikir dengan kecerdasan emosi. Artinya semakin kurang intensitas dalam berdzikir setelah shalat maka semakin rendah kecerdasan emosinya.
MIMBAR 28:1 (2012)
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library