Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 22 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Novita Dewi Rahmayanti
Abstrak :
ABSTRAK
Kemoterapi sebagai terapi pengobatan kanker diyakini efektif dalam menghambat pertumbuhan sel kanker. Namun terapi ini juga menimbulkan efek samping bagi penderita kanker, salah satunya yaitu gangguan pemenuhan kebutuhan tidur. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi tentang gambaran kualitas tidur pada anak usia sekolah yang sedang menjalani kemoterapi di Rumah Sakit Kanker Dharmais. Penelitian ini bersifat cross-sectional dengan melibatkan 40 responden yang diambil dengan teknik total sampling. Responden mengisi kuesioner berupa data demografi dan kuesioner Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI). Penelitian ini dianalisis menggunakan uji univariat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rerata skor PSQI 7 dari maksimal 21 (95% CI, 6,24;7,76) yang berarti responden memiliki kualitas tidur buruk. Tenaga kesehatan (khususnya perawat) diharapkan dapat melakukan monitoring untuk evaluasi pemenuhan kebutuhan tidur anak kanker.
ABSTRACT
Chemotherapy as a cancer treatment is believed to be effective in inhibiting cancer cell’s growth. However, this therapy has side effects for cancer patients, one of them is sleeping needs disturbance. This study aims to get information about the status of sleep quality in school-age children whom are undergoing chemotherapy at “Dharmais” Cancer Hospital, Jakarta. This study used cross sectional with 40 participants using total sampling technique. Participants filled out questionnaire consisting of demographic data and the Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI). This study was analyzed using univariate test. The result showed that participants have quality sleep index with average score 7 from total 21 (95% CI, 6,24;7,76). It’s indicated that participants have poor sleep quality. Health provider (especially nurse) are expected to conduct monitoring to evaluate sleep quality in children with cancer.
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2014
S55509
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sindi Fantika
Abstrak :
Pemilihan dan manajemen pemasok menjadi salah satu aspek kritis dalam proses pembuatan obat agar dapat memenuhi standar mutu yang telah ditetapkan dalam CPOB di mana industri farmasi dapat menjamin keamaan pasien, memberikan produk yang bermutu dan efektif, serta dapat memenuhi permintaan persediaan obat oleh konsumen. Setiap permintaan akan material atau layanan dari pemasok perlu dilakukan proses seleksi dan kualifikasi terhadap pemasok. Dalam melakukan proses seleksi kualifikasi pemasok perlu juga dilakukan proses penilaian risiko (risk assessment). Risk assessment menyeluruh diperlukan untuk memastikan pengendalian risiko yang efektif. Laporan tugas khusus ini memaparkan proses pengimplementasian supplier risk assessment terhadap vendor-vendor yang telah disetujui di PT. Takeda Indonesia berdasarkan pedoman pada SOP (Standard Operating Procedure) yang masih efektif di PT. Takeda Indonesia Bekasi tentang manajemen kualitas untuk pemasok yag berperan dalam proses CPOB dan CDOB. Dari total 106 vendor yang ada di Approved Vendor List dan Approved Vendor List for Non Raw Material-related vendor diperoleh sebanyak 6 vendor termasuk ke dalam kategori risiko 1, 30 vendor merupakan kategori risiko 2, 44 vendor tergolong kategori risiko 3, dan sejumlah 26 vendor adalah kategori risiko 4. ......Supplier selection and management is one of the critical aspects in the drug manufacturing process so that it can meet the quality standards set in GMP where the pharmaceutical industry can guarantee patient safety, provide quality and effective products, and be able to meet consumer demand for drug supplies. Every request for materials or services from a supplier requires a selection and qualification process for the supplier. In carrying out the supplier qualification selection process, it is also necessary to carry out a risk assessment process. A thorough risk assessment is required to ensure effective risk control. This report described the supplier risk assessment implementation process for approved vendors at PT. Takeda Indonesia based on the guidelines on SOP (Standard Operating Procedure) which was effective at PT. Takeda Indonesia Bekasi regarding quality management for suppliers in GMP and GDP processes. From a total of 106 vendors on the Approved Vendor List and Approved Vendor List for Non Raw Material-related vendors, 6 vendors were included in risk category 1, 30 vendors were in risk category 2, 44 vendors were in risk category 3, and a total of 26 vendors is risk category 4.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2021
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Galuh Zhafirah Rahmita
Abstrak :
Tuberkulosis Resisten Obat (TB RO) merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis yang sudah resisten terhadap obat lini pertama. Penyakit ini masih menjadi masalah kesehatan di dunia karena penularannya sangat cepat dan morbiditasnya cukup tinggi. Banyaknya obat yang digunakan dalam pengobatan TB RO menyebabkan kemungkinan munculnya reaksi obat tidak diinginkan (ROTD). ROTD dapat menjadi salah satu faktor penyebab ketidakpatuhan pasien dan pada akhirnya dapat mempengaruhi hasil pengobatan. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis hubungan antara ROTD dengan kepatuhan dan hasil pengobatan TB RO. Desain studi yang digunakan adalah cross sectional dengan data dari rekam medis pasien di RS UI periode 1 April 2022–28 Februari 2023. Analisis data menggunakan uji Chi Square. Dari 65 pasien ditemukan pasien yang mengalami ROTD sebanyak 62 pasien yang didominasi oleh pasien laki-laki, usia produktif, tidak memiliki penyakit penyerta, serta pasien yang menggunakan paduan pengobatan jangka panjang. Hasil Uji Chi Square untuk ROTD dengan kepatuhan menunjukkan nilai p=0.373 (p>0.05) dan untuk ROTD dengan hasil pengobatan didapatkan nilai p=0.120 (p>0.05). Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara ROTD dengan kepatuhan dan hasil pengobatan pasien tuberkulosis resisten obat di Rumah Sakit Universitas Indonesia. ......Drug Resistant Tuberculosis is a disease caused by Mycobacterium tuberculosis which is resistant to the first-line drugs. This disease is still a health problem worldwide because of its fast transmission and high morbidity rate. The large number of drugs used to treat Drug Resistant Tuberculosis causes the possibility of Adverse Drug Reactions (ADRs). ADRs can be one of the factors causing patient non-compliance and can ultimately affect treatment outcomes. This study aimed to analyze the relationship between ADRs with adherence and treatment results of Drug Resistant Tuberculosis. The research design used was cross sectional with medical record data of Drug Resistant Tuberculosis patients at University Indonesia Hospital from April 1, 2022, until February 28, 2023. Data analysis used the Chi Square test. From 65 patients, 62 patients with ADRs were found, dominated by male patients, adult patients with no comorbidities, and patients who used long-term combination medication. The results of the Chi Square Test ADRs with adherence showed a value of p=0.373 (p>0.05) and for ROTD with treatment results obtained p=0.120 (p>0.05). From this study, it can be concluded that there is no relationship between ADRs with Adherence and Treatment Result of Drug Resistant Tuberculosis Patients at University of Indonesia Hospital.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bandung ITB 1989,
615.704 5 Har i
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Syamsudin
Jakarta: UI-Press, 2011
615.7045 SYA i (1)
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Murniati
Abstrak :
Latar Belakang:Tuberkulosis resisten obat (TB-RO) merupakan ancaman bagi seluruh dunia termasuk Indonesia, karena memerlukan waktu lama dan biaya yang besar dalam mengobati penyakit tersebut meskipun telah ditangani dengan baik. Data penelitian di luar negeri menunjukkan bahwa terdapat kekambuhan TB-RO, tapi datanya sangat terbatas. Di Indonesia belum ada data tentang angka kekambuhan TB-RO. Tujuan: Mengevaluasi pasien TB resisten obat (TB-RO) pasca pengobatan yang datang kontrol pada bulan ke 6, 12, 18, dan 24 di RSUP Persabatan Jakarta. Metode: Penelitian menggunakan desain penelitian potong lintang terhadap pasien TB-RO yang telah dinyatakan sembuh dan pengobatan lengkap yang datang kontrol di poli MDR RSUP Persahatan Jakarta mulai bulan April 2017 sampai Desember 2017. Dilakukan anamnesis, pemeriksaan fisis, pemeriksaan foto toraks dan biakan sputum. Mencatat data pengobatan dan hasil-hasil pemeriksaan terkait data yang diperlukan dalam dalam rekam medis pasien. Hasil: Didapatkan 60 subjek penelitian dengan rerata usia 42,3 + 12,5 tahun, berjenis kelamin laki-laki 31 (51,7%) dan perempuan 29 (48,3%), dengan rerata IMT 21,75+ 4,34. Dari hasil foto toraks didapatkan gambaran dominan lesi luas dan hasil kultur sputum semua pasien yang diteliti tidak ditemukan pertumbuhan Mycobacterium tuberculosis. Kesimpulan: Tidak ditemukan kekambuhan pada pasien TB resisten obat yang yang telah dinyatakan sembuh dan pengobatan lengkap yang datang kontrol pasca pengobatan di RSUP Persahabatan Jakarta. ......Objective: This study aimed to evaluate DR-TB patients which was biannually performed for two-years (e.g. at the 6th, 12th, 18th, and 24th mos) after treatment completion. Methods: This cross-sectional study involved DR-TB patients completing their treatment at Persahabatan General Hospital Jakarta, Indonesia, between April and December 2017. The post-treatment evaluation during the 6th, 12th, 18th, and 24th mos included clinical, chest x-ray (CXR) and sputum culture examination. Results: Sixty patients were observed in this study, 31 (51.7%) were males and 29 (48.3%) were females. The mean age was 42.3+12.5 yo and the mean body mass index was 21.75+4.34. Fourty nine (81.7%) patients showed extensive lesions per CXR and none of the patient showed Mycobacterium tuberculosis growth per sputum culture. Conclusion: There was no recurrence of DR-TB from patients completing their treatment at Persahabatan General Hospital Jakarta, Indonesia during two-years post-treatment evaluation.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rangkay Hadiwati
Abstrak :
Kejadian yang berhubungan dengan reaksi obat sangat sulit dikenali, karena seringkali tampak seperti penyakit lain dan banyak gejala reaksi obat yang muncul, terutama untuk paparan obat yang singkat. AKI adalah salah satu dari kondisi yang mempengaruhi struktur dan fungsi ginjal, keadaan ini ditandai dengan penurunan fungsi ginjal secara tiba-tiba yang menyebabkan nekrosis pada tubulus, pedoman Kidney Disease Improving Global Outcomes (KDIGO) 2012. Di Indonesia, perawatan penyakit ginjal merupakan ranking kedua pembiayaan terbesar dari BPJS kesehatan setelah penyakit jantung. Tujuan penelitian ini mengetahui prevalensi kejadian D-AKI dan menentukan faktor risiko utama serta data obat-obatan yang dapat mempengaruhi peningkatan kadar kreatinin serum selama dirawat. Dalam penelitian ini, metode penelitian yang digunakan observasional retrospektif dengan menggunakan desain cross sectional. Tempat pengambilan sampel berada dibagian Rekam Medis RSPAD Gatot Soebroto. Data pasien rawat inap yang diambil periode Januari – Desember 2021 dicatat berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi. Jumlah sampel yang diambil sebanyak 56 orang pasien yang diidentifikasi dengan menggunakan kriteria Kidney Disease Improving Global Outcomes (KDIGO) dan menggunakan trigger tool, pengambilan sampel ditentukan dengan simple random sampling. Izin Ethical Approval diperoleh dari tim kaji etik RSPAD Gatot Soebroto dan informasi pasien dikumpulkan atas izin Kepala RSPAD Gatot Soebroto. Prevalensi angka kejadian D-AKI diruang rawat inap RSPAD Gatot Soebroto adalah 82,1%. Faktor-faktor terjadinya DAKI di ruang rawat inap adalah Interaksi obat nefrotoksik (OR = 8,926, 95% CI: 1,557-51,179 p value = 0,014) dan Lama penggunaan obat >=7 hari (OR = 5,303, 95% CI: 1,057-177,26,62) p value = 0,043. Secara umum obat nefrotoksik yang paling banyak digunakan adalah kombinasi obat nefrotoksik > 3 macam, obat diuretik, NSAID, Sefalosporin, ARB, ACEi dan obat kemoterapi. Dalam penelitian ini terdapat hubungan antara pemakaian obat nefrotoksik dengan faktor-faktor risiko yang dialami pasien di ruang rawat inap RSPAD Gatot Soebroto, dengan nilai p value ≤ 0,05. Dimana faktor-faktor yang diketahui sangat mempengaruhi secara sifnifikan. ......Events related to drug reactions are very difficult to identify, because they often look like other diseases and many symptoms of drug reactions occur, especially for short drug exposures. AKI is one of the conditions that affect the structure and function of the kidney, this condition is characterized by a sudden decrease in kidney function that causes necrosis of the tubules, the 2012 Kidney Disease Improving Global Outcomes (KDIGO) guideline. In Indonesia, kidney disease treatment is ranked second the largest financing from BPJS health after heart disease. Analyzing the prevalence of D-AKI and determining the main risk factors and drug data that can affect the increase in serum creatinine levels during hospitalization. The research method used was retrospective observation using a cross sectional design. The sampling location is in the Medical Record section of the Gatot Soebroto Army Hospital. Inpatient data for the period January – December 2021, recorded based on inclusion and exclusion criteria. The number of samples is 56 patients who were identified using the criteria of Kidney Disease Improving Global Outcomes (KDIGO) and using trigger tool, sampling with simple random sampling. Ethical approval permission was obtained from the ethics review team of Gatot Soebroto RSPAD and patient information was collected with the permission of the Head of Gatot Soebroto RSPAD. The prevalence of the incidence of D-AKI in the inpatient room of the Gatot Soebroto Hospital is 82,1%. The factors for the occurrence of DAKI in the inpatient ward were nephrotoxic drug interaction (OR = 8,926, 95% CI; 1,557-51,179) p Value =0,014 and duration of drug use > = 7 days (OR = 5,303, 95% CI: 1,057-177,26,62) p value = 0,043. In general, the most widely used nephrotoxic drugs are a combination of > 3 kinds of nephrotoxic drugs, diuretic drugs, NSAIDs, cephalosporins, ARBs, ACEi and chemotherapy drugs. In this study, there was a relationship between the use of nephrotoxic drugs and the risk factors experienced by patients in the inpatient room of the Gatot Soebroto Hospital, with a p value of 0.05. Where the factors that are known to have a significant influence. 
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Fitri Chairunnisa
Abstrak :
Doksorubisin merupakan salah satu terapi antikanker yang termasuk golongan antrasiklin, memiliki aktivitas klinis pada penyakit kanker payudara. Doksorubisin dapat menimbulkan efek kardiotoksik akibat pembentukan doksorubisinol selaku metabolit utamanya. Salah satu metode biosampling terbaru yaitu volumetric absorptive microsampling memiliki berbagai kelebihan yaitu pengambilan darah secara finger prick, tidak dipengaruhi oleh hematokrit, dan dapat disimpan dalam suhu ruang. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis doksorubisin dan mengetahui reaksi obat merugikan kemoterapi berbasis doksorubisin. Nilai multiple reaction monitoring (MRM) diatur pada m/z 544,22>396,9 untuk doksorubisin; m/z 546,22>398,9 untuk doksorubisinol; dan m/z 528,5>362,95 untuk daunorubisin. Nilai LLOQ yang diperoleh adalah 8 ng/mL untuk doksorubisin dan 3 ng/mL untuk doksorubisinol dengan linearitas 0,9904 untuk doksorubisin dan 0,9902 untuk doksorubisinol. Hasil analisis mendapatkan rentang kadar terukur untuk doksorubisin sebesar 9,47 – 87,84 ng/mL serta rentang kadar terukur untuk doksorubisinol sebesar 4,24 – 54,02 ng/mL. Dosis kumulatif doksorubisin pada pasien sebesar 47,93 – 346,09 mg/m2, hal ini menunjukkan bahwa risiko seluruh pasien terkena kardiomiopati di bawah angka kejadian 4%. Pasien yang mengalami penurunan fraksi ejeksi ventrikel kiri setelah kemoterapi doksorubisin terdiri dari penurunan fraksi ejeksi <10% dan ada 3 pasien yang mengalami penurunan fraksi ejeksi ventrikel kiri >10%. Alopesia merupakan reaksi obat merugikan subjektif yang paling banyak dirasakan pasien diikuti dengan mual dan muntah. Hasil uji hubungan menunjukkan adanya tidak signifikan antara kadar doksorubisin dan doksorubisinol terhadap reaksi obat merugikan pada pasien kanker payudara. Terdapat hubungan signifikan pada kadar doksorubisin terhadap dosis kumulatif dan waktu pengambilan sampel pasien. ......Doxorubicin is an anticancer therapy belonging to the anthracycline class, which has clinical activity in breast cancer. Doxorubicin can cause cardiotoxic effects due to the formation of doxorubicinol as its main metabolite. One of the newest biosampling methods, namely Volumetric Absorptive microsampling, has many advantages, namely blood collection by finger prick, not affected by hematocrit, and can be stored at room temperature. This study aims to analyze doxorubicin and determine the adverse drug reactions of doxorubicin-based chemotherapy. The multiple reaction monitoring (MRM) value is set at m/z 544.22> 396.9 for doxorubicin; m/z 546.22>398.9 for doxorubicinol; and m/z 528.5>362.95 for daunorubicin. The LLOQ values ​​obtained were 8 ng/mL for doxorubicin and 3 ng/mL for doxorubicinol with a linearity of 0.9904 for doxorubicin and 0.9902 for doxorubicinol. The results of the analysis showed that the measured concentration range for doxorubicin was 9.47 – 87.84 ng/mL and the measured concentration range for doxorubicin was 4.24 – 54.02 ng/mL. The cumulative dose of doxorubicin in patients was 47.93 – 346.09 mg/m2, this shows that the risk of all patient developing cardiomyopathy is below the incidence rate of 4%. Patients who experienced a decrease in left ventricular ejection fraction after doxorubicin chemotherapy consisted of a decrease in ejection fraction <10% and there were 3 patients who experienced a decrease in left ventricular ejection fraction >10%. Alopecia is the most common subjective adverse drug reaction experienced by patients, followed by nausea and vomiting. The results of the relationship test showed that there was no significant relationship between doxorubicin and doxorubicinol levels on adverse drug reactions in breast cancer patients. There is a significant relationship between doxorubicin levels and cumulative dose and patient sampling time.xv,
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ginting, Eninta Kartagena
Abstrak :
Pasien yang diberikan terapi antipsikosis dapat mengalami efek samping sehingga diperlukan kombinasi obat. Kombinasi obat dapat menimbulkan risiko terjadinya interaksi obat. Interaksi obat dapat menimbulkan efek yang tidak diinginkan ataupun merugikan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran peresepan dan masalah interaksi pada peresepan golongan antipsikotik di Apotek X, Jakarta Timur. Penelitian ini bersifat deskriptif analitis dengan metode potong lintang. Analisis menggunakan aplikasi Micromedex dan uji Kai Kuadrat. Data diambil dari 436 lembar resep antipsikosis selama bulan Januari sampai dengan Februari 2017. Sebanyak 340 lembar resep 77,98 antipsikosis memiliki interaksi. Berdasarkan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara jumlah obat dalam satu resep dengan banyaknya interaksi yang terjadi. Haloperidol merupakan obat golongan antipsikosis yang paling banyak diresepkan dengan 156 lembar resep 30,29.
Patient who are given antipsychotic therapy may have side effects so that combination therapy may be required. Combination of drugs may cause the risk of drug interaction. Drug interaction may occur undesirable or harm effect. This study aim to determine the description of drug prescribing and drug interaction problem in the antipsychotic prescribing at Apotek X, East Jakarta. This study is descriptive analytical research based on the cross sectional method. Analysis using Micromedex application and Chi Square test. Data were taken from 436 antipsychotic prescription during the January February 2017. A total of 340 prescriptions 77,98 proofed to have drug interaction. This study concluded there is significant relationship between the total of drug prescribed with total of interaction. Haloperidol is the most widely prescribed antipsychotic drug with 156 30,29 prescription.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2017
S69395
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ghea Shafa Aldora
Abstrak :
Liver injury didefinisikan sebagai kenaikan konsentrasi enzim hati yang sering diukur, termasuk aminotransferase [aspartat aminotransferase (AST), alanin aminotransferase (ALT)], alkalin fosfatase (ALP), atau γ-glutamyl transpeptidase. Drug-induced liver injury (DILI) adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan bahaya tak terduga pada hati yang disebabkan oleh obat yang umum digunakan. Penelitian cross-sectional retrospektif ini dilakukan untuk menganalisis prevalensi kejadian DILI dan golongan obat yang berpotensi menyebabkan kejadian DILI pada pasien rawat inap ICU dan non-ICU Rumah Sakit Universitas Indonesia Tahun 2021. Analisis DILI dilakukan dengan menggunakan algoritma Naranjo. Pada penelitian ini, prevalensi DILI pada pasien rawat inap di RSUI tahun 2021 sebesar 35,83% dari pasien dengan diagnosis liver injury saat masuk rawat inap dan selama perawatan, sedangkan prevalensi DILI pada seluruh pasien rawat inap ICU dan non-ICU di RSUI tahun 2021 adalah sebesar 1,01%. Sebanyak 1 pasien (2,13%) termasuk dalam kejadian dapat terjadi DILI (probable) dan 42 pasien (89,36%) kejadian belum pasti terjadi DILI (possible). Golongan obat yang ditemukan berpotensi menimbulkan DILI adalah antibiotik (31,58%), agen kardiovaskular (24,21%), analgesik (14,74%), antitukak (11,58%), antivirus (8,42%), antiemetik (8,42%), dan antidiabetes (1,05%). Pada penelitian ini, DILI banyak ditemukan pada pasien laki-laki, berumur 18-59 tahun, memiliki BMI gemuk (≥25,1), dan memiliki jumlah masalah kesehatan ≥2. Hasil menunjukkan tidak adanya hubungan yang signifikan antara jenis kelamin, usia, BMI, dan jumlah masalah kesehatan dengan DILI. Dapat disimpulkan bahwa DILI merupakan salah satu penyebab utama dari liver injury di RSUI sehingga diperlukannya monitoring dan penilaian DILI secara berkala. ......Liver injury is defined as elevations in the concentration of frequently measured liver enzymes, including aminotransferase [aspartate aminotransferase (AST), alanine aminotransferase (ALT)], alkaline phosphatase (ALP), or γ-glutamyl transpeptidase. Drug-induced liver injury (DILI) is a term used to describe unexpected harm to the liver caused by commonly described drugs. This retrospective cross-sectional study was conducted to analyze the prevalence of DILI and the categories of drugs that have the potential to caused DILI in ICU and non-ICU inpatients at University of Indonesia hospital in 2021. DILI analysis was performed using Naranjo algorithm. According to this research, the prevalence of DILI in inpatients at RSUI in 2021 was 35.83% of patients diagnosed with liver injury on admission and during treatment in the hospital, while the prevalence of DILI in all inpatients at RSUI in 2021 was 1.01%. In which, 1 patient (2.13%) was assessed as a probable DILI event, and 42 patients (89.36%) were assessed as possible DILI event. Antibiotics (31.58%), cardiovascular agents (24.21%), analgesics (14.74%), anti-ulcers (11.58%), antivirals (8.42%), antiemetics (8.42%), and antidiabetics (1,05%) were the major categories of drugs with the potential of causing DILI. In this study, most cases of DILI occurred in men gender, age 18-59 years, with obese BMI (≥25.1), and patients with health issues ≥2. The analysis showed there was no significant relationship between gender, age, BMI, and number of health problems with DILI. It can be concluded that DILI is one of the main causes of liver injury at RSUI in which regular monitoring and assessment of DILI is deemed to be necessary.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>