Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 254 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Novian Pranata
Abstrak :
Fenomena penyalahgunaan narkoba saat ini menjadi pembicaraan semua pihak dan semua orang. Peredaran dan pemakaian narkoba yang semakin meluas ini tentunya mengancam kelangsungan hidup bangsa. Kenyataannya, penyalahgunaan narkoba saat ini tidak terbatas dilakukan oleh remaja melainkan telah menyebar ke seluruh lapisan usia, profesi dan pekerjaan. Dari anggota DPRD sampai dengan oknum aparat lainnya termasuk personel Polri. Penyalahgunaan narkoba di lingkungan personel Polri merupakan suatu bentuk pelanggaran berat. Personel Polri sama seperti anggota masyarakat lainnya yang tidak luput untuk menerima perubahan yang terjadi di lingkungannya. Perubahan tersebut juga terjadi dalam aktivitas ekonomi, hubungan interpersonal sebagai akibat dari mudahnya budaya asing masuk ke Indonesia. Penelitian ini berupaya untuk menemukan profil dan faktor-faktor penyalahgunaan narkoba di kalangan personal Polri. Metode penelitiannya bersifat desikriptif yaitu untuk mendapatkan gambaran penyebaran dari data kuantitatif yang diperoleh dan didistribusikan berdasarkan golongan kepangkatan, klasifikasi keterlibatan, proses penyelesaian kasus dan daerah tugas. Data kuantitatif ini menggunakan data yang ada di Dinas Provoost Polri. Data kualitatif berupa wawancara hanya dilakukan terhadap satu subyek dan subyek lain hanya menggunakan Berita Acara Pemeriksaan (BAP). Oleh sebab itu penelitian ini mempunyai kelemahan yaitu tidak melakukan trianggulasi (pemeriksaan ulang) terhadap subyek yang lain tersebut Selain itu masih adanya pengaruh subyektif dal peneliti yang notabene adalah personal Polri juga. Kesimpulan penelitian ini menggambarkan bahwa keterlibatan personel polri dalam penyalahgunaan narkoba nyata adanya. Keterlibatan ini dapat dikatakan mencakup semua golongan kepangkatan, semua satuan kerja dan hampir di semua Polda dengan bentuk penyalahgunaan dominan sebagai pengguna. Golongan pangkat Bintara merupakan golongan pangkat yang paling dominan dan rentan dalam penyalahgunaan narkoba. Proses penyelesaian kasusnya lebih banyak diselesaikan oleh Atasan yang berhak menghukum (ankum). Kesimpulan lain menggambarkan bahwa ada beberapa faktor yang menyebabkan penyalahgunaan narkoba di kalangan personel Polri. Dari beberapa faktor tersebut digolongkan menjadi dua faktor besar yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal berupa kuatnya rasa setia kawan dan lemahnya inner containment serta keinginan yang besar untuk memperoleh hiburan. Faktor eksternal berupa faktor teman sebaya, terjadinya belajar sosial, sosiokultural dari narkoba, lemahnya outer containment dan faktor abuse of power. Penelitian lanjutan diharapkan dilakukan dengan subyek yang lebih spesifik dari golongan kepangkatan dan satuan kerjanya. Perlu juga dilakukan penelitian perilaku menyimpang lainnya yang ada di Polri sehingga penyelesaian masalahnya dapat lebih terpadu dan terencana. Pola pengadministrasian terhadap kasus-kasus perilaku penyimpangan personal Polri perlu diperbaiki agar dari data tersebut dapat dengan mudah dikaji dan dievaiuasi.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
T5656
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tarigan, Basaku Veronica
Abstrak :
Penyalahgunaan Narkotika , Psikotropika serta Zat Adiktif lainnya (Narkoba) dewasa ini telah mencapai situasi yang mengkhawatirkan sehingga menjadi masalah nasional yang sangal mendesak dan memperihatinkan karena korban penyalahgunaan Narkoba cenderung meningkat dan sebagian besar berpendidikan SMU dan berusia sekitar 15 sampai dengan 24 tahun. Penyalahgunaan Narkoba adalah merupakan penyakit endemik dalam masyarakat modern, merupakan penyakit yang berulang kali kambuh (43,9%) dan memerlukan upaya penanggulangan secara universal baik dari segi prevensi, terapi maupun rehabilitasi. Penelitian ini merupakan analisis data primer yang dikumpulkan dari lima SMU Negeri Wilayah Jakarta Timur, dengan rancangan penelitian "Case Control" terhadap 370 kasus penyalahguna Narkoba dan 1480 kontrol bukan penyalahguna Narkoba. Hasil analisis bivariat dari sejumlah variabel independen terhadap penyalahgunaan Narkoba menunjukkan bahwa variabel kesibukan ayah & Ibu, hubungan interpersonal dengan ayah & ibu pengawasan orang tua, status orang tua, pengetahuan tentang Narkoba, sikap terhadap upaya penanggulangan Narkoba serta pengaruh bergaul dengan teman penyalahguna Narkoba mempunya hubungan yang signifikan ( p value < 0,05). Analisa multivariat regresi logistik dengan variabel dependen penyalahgunaan Narkoba yang bertahan dalam model, sehingga diperoleh faktor yang paling dominan berpengaruh terhadap penyalahgunaan Narkoba adalah hubungan interpersonal dengan ayah & ibu, kegiatan ibu pengawasan orang tua serta bergaul dengan teman penyalahguna Narkoba ( peer group).
The Effect of Several Factor to Drug Abuse in Five Senior High School in Jakarta Timur Drug abuse is a community health problem in modem society. Today, this advantag problem had spread in senior high school and they need a special intervention in preventive theurapeutics, and rehabilitation. This research is a case control design. The primary data had collecting in five senior hig school in Jakarta Timur. The number of subject research is 370 case and 1480 control. The results of bivariate analysis had indicated that the parent activity; the interperson relationship between son and his parent; the parent controlling; the parent states; knowledge ar, attitudes about the drug; and the pair group are shown significance effect at 95% confidenc intervals. With binary logistic regression analysis, we found that determinant factor of drug abu: problem in senior high school are the interpersonal relationship between son and his parent; t] parent activity; and the pair group.
Depok: Universitas Indonesia, 2001
T9142
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Samuel Madianung
Abstrak :
Penelitian tentang pola konsumsi minuman keras dan dampaknya terhadap perilaku kekerasan di kota Manado, menggunakan metode studi kasus, dengan data kualitatif. Teknik pengumpulan data dilakukan observasi langsung di lapangan, wawancara, meneliti dokumen serta arsip (BAP) dari kepolisian. Dari hasil penelitian ditemukan terhadap 3 (tiga) kelas masyarakat pengguna minuman keras yaitu masyarakat kelas atas/elite, masyarakat kelas menengah, masyarakat kelas bawah. Masyarakat kelas atas/elite dan menengah mereka meminum minuman keras (bir) yang lokasinya di bar, pub dan cafe. Hal ini mereka lakukan untuk menghilangkan kejenuhan/kepenatan karena lelah dalam pekerjaan. Dengan meminum bir sambil bernyanyi, berjoget dan mendengarkan lagu, mereka terhibur dan hilang rasa kejenuhannya. Mereka menganggap hal ini sebagai refresing. Sehabis minum mereka kembali ke rumah dan tidak melakukan tindak kekerasan. Berbeda dengan masyarakat kelas bawah yang meminum pinaraci, cap tikus dan kasegaran yang mereka lakukan di kios-kios, lorong jalan, jembatan. Setelah meminum minuman keras mereka mulai banyak bicara, ribut, bernyanyi sampai teriakan keras yang sudah menimbulkan keributan di tengah malam dan mengganggu masyarakat di sekitarnya. Bila mereka ditegur (diperingati) akan keluar kata-kata kotor (makian dari mulut) bahkan sering terjadi pelemparan rumah penduduk dan tindak kekerasan. Mereka juga menghadang mobil dan orang yang lewat di tempat tersebut, memalak, dan apabila tidak dituruti permintaannya maka terjadilah tindak kekerasan.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
T12086
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aan Zainal Hafid
Abstrak :
ABSTRAK
Faktor keluarga merupakan salah satu faktor yang signifikan bagi proses terjadinya keadiksian terhadap obat. Baik buruknya iklim kehidupan keluarga ternyata memberikan kontribusi bagi terjadinya penyalahgunaan obat. Sebagai efek dari penyalahgunaan obat, para klien adiksi ini mengalami ketergangguan dalam susunan syaraf pusatnya yang pada gilirannya mereka menampilkan perilaku yang khas/menyimpang jika dibandingkan dengan orang lain yang normal.

Teori dari Ausuble (1958) menyatakan bahwa suasana keluarga yang dapat menghambat perkembangan anak secara normal adalah akibat model perlakuan orang tua yang memberikan perlindungan secara berlebihan. Teori ini didukung oleo :Johnson and Medinnus (1968) yang menggambarkan adanya dua titik ekstrim model perlakuan orang tua, yakni yang berifat menguasai dan yang bersifat menolak. Atas dasar hal itu maka penulis tertarik untuk meneliti tentang: "Bagaimana iklim kehidupan keluarga dan keadiksian yang dialami anak?"

Penelitian ini merupakan penelitian deskrtiptif analisis yang bertujuan untuk memberikan gambaran analisis tentang iklim kehidupan keluarga yang dirasakan klien adiksi serta bagaimana perilaku yang muncul setelah anak/klien mengalami ketergantungan terhadap obat.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa iklim kehidupan keluarga yang memberikan kecenderungan kepada anak untuk menyalahgunakan obat, tercipta dari adanya tiga pola perlakuan yang ekstrim dari orang tua, yakni yang bersifat mendominasi, bersifat menolak dan yang bersifat permisif. Para klien adiksi ini cenderung berpikir eksternal negatif. Selain itu terdapat juga kecenderungan bahwa semakin berat klien adiksi, mereka semakin depresi.

Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa ketiga pola perlakuan orang tua tersebut pada gilirannya memberi kecenderungan kepada anak untuk menyalahgunakan obat.

Berdasarkan kesimpulan tersebut maka penulis mengajukan beberapa saran, yaitu kepada: (1) Para pekerja sosial agar lebih memahami iklim kehidupan keluarga klien adiksi beserta perilaku-periiakunya yang muncul, (2) Lembaga pelayanan kcsejahteraan sosial perlu meningkatkan kemampuan perencanaan dan pelaksanaan program-program pelayanan, (3) Lembaga pendidikan pekerjaan sosial agar lebih memikirkan tentang bagaimana menghasilkan pekerja sosial yang andal dan profesional, dan (4) Peneliti selanjutnya diharapkan dapat meneliti masalah keadiksian dalam lingkup yang lebih besar, baik lokasi maupun sampelnya.
1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wirman Burhan
Abstrak :
Ketahanan Nasional seperti yang dirumuskan dalam Garis-garis Besar Haluan Negara, pada hakekatnya adalah kemampuan dan ketangguhan suatu bangsa untuk menjamin kelangsungan hidupnya menuju kejayaan bangsa dan negara. Ketahanan yang demikian itu perlu pemeliharaan dan pengembangan terus menerus. Upaya ini dapat dilakukan melalui pembangunan nasional, dengan demikian pembangunan nasional itu pada hakekatnya merupakan upaya untuk mewujudkan ketahanan nasional. Ketahanan Nasional yang tanguh akan makin mendorong pembangunan nasional dan sebaliknya berhasilnya pembangunan nasional berarti meningkatnya kualitas ketahanan nasional. Pembangunan nasional bertujuan untuk mewujudkan suatu masyarakat adil dan makmur yang merata materil dan spirituil berdasarkan Pancasila, didalam wadah negara kesatuan Republik Indonesia yang merdeka, berdaulat, bersatu dan berkedaulatan rakyat, dalam suasana perikehidupan bangsa yang aman, tentram, tertib dan dinamis dalam lingkungan pergaulan dunia yang merdeka, bersahabat, tertib dan damai. Pembangunan tersebut tidak mungkin terwujud dalam beberapa tahun, atau beberapa pelita atau satu dua generasi. Yang penting bahwa semua upaya pembangu nan harus di arahkan sedemikian rupa hingga setiap tahap makin mendekati kearah tujuan tersebut dan akhirnya mencapai tujuan nasional yang sesuai dengan apa yang digariskan dalam pembukaan UUD 1945. Sumber daya manusia merupakan salah satu faktor yang menentukan dalam keberhasilan pembangunan. Sumber daya manusia Indonesia cukup besar, jumlah penduduk Indonesia sampai saat ini menduduki urutan kelima di dunia setelah RRC, India, Uni Soviet dan Amerika Serikat. Menurut sensus penduduk tahun 1961 penduduk Indonesia berjumlah 97.085.348 jiwa dan pada sensus penduduk tahun 1971 berjumlah 119.208.229, sensus penduduk tahun 1980 berjumlah 147.490.298 dan sensus 1985 berjumlah 163.875.899. Laju pertumbuhan penduduk Indonesia tergolong cukup tinggi. Dalam kurun waktu 1964-1971 laju pertumbuhan penduduk rata-rata 2,1 persen pertahun, tahun 1971-1980 meningkat menjadi 2,3 persen , tahun 1981-1983 menjadi 2,2 persen dan tahun 1984-1987 menjadi 2,17 persen, sedangkan tahun 1988-1990 diperkirakan menjadi 2 persen pertahun. Dari laju pertumbuhan penduduk ini terlihat angka pertambuhan yang sangat menyolok pada penduduk yang berusia 0-20 tahun, dimana pada tahun 1985 berjumlah 82 juta (50%) , tahun 1987 berjumlah 85 juta (50%), tahun 1986 berjumlah 84 juta (50%), sedangkan pada tahun 1988 berjumlah 86 juta (49%). Jumlah penduduk yang besar dengan pertumbuhan yang cukup tinggi ini dapat merupakan modal dasar dalam pembangunan, tetapi dapat juga merupakan penghambat jalannya pembangunan itu sendiri. Jumlah penduduk dan laju pertumbuhan penduduk yang tidak seimbang dengan laju pertumbuhan dari seluruh aspek-aspek kehidupan nasional dapat menimbulkan berbagai kerawanan dan dapat mempengaruhi ketahanan nasional Indonesia. Sumber daya manusia yang tidak dapat dimanfaatkan menimbulkan pengaruh terhadap aspek-aspek sosial, ekonomi, politik dan pertahanan keamanan ke arah yang negatif. Dalam pembangunan nasional, wawasan nusantara mencakup perwujudan kepulauan nusantara sebagai satu kesatuan politik, satu kesatuan sosial kebudayaan, satu kesatuan ekonomi dan satu kesatuan pertahanan keamanan dengan Pancasila sebagai landasan Idealnya dan UUD 1945 sebagai landasan konstitusionalnya. Selanjutnya wawasan nusantara sebagai wawasan nasional yang melandasi konsepsi ketahanan nasional Indonesia. Ketahanan Nasional pada hakekatnya adalah konsepsi pengaturan dan penyelenggaraan kesejahteraan dan keamanan dalam kehidupan nasional yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 atau dengan kata lain, konsep ketahahan nasional Indonesia adalah pengejawantahan Pancasila dan UUD 1945 dalam segala aspek kehidupan?
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1990
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Jazuli
Abstrak :
The drug abuse which done by adolescence in the progress of the drugs it self has been increase and brings more anxiety for the family, society, nation and country. The adolescence abuser of drugs are constitute of the next generation who will continue the nation and the country development. They don't just come out of the high-class economical society, but they also come from the middle class to the lower economical society. In addition of the drugs abuse by adolescence doesn't go around among the city civilian only, but it is also there in the village civilian. That's way, it is so important to do some prevention and rescuing effort to the adolescence to keep them a way from the danger of drugs abuse, so there will be no lost generation because of the drugs abuse. Till the time for the adolescence are ready to be the next generation of the nation and the country development of theirs. Because the nation and the country need to have the adolescence with quality, creativity, sound of body and their sound of mind. The examination about drugs abuse by adolescence use the qualitative examination method, which is an examination procedure that is produce descriptive data, words, writer, and behavior which can be observed from the subject. Meanwhile the kind of examination which use is the descriptive examination, it's and examination that has purpose to give a picture about a society or a particular group or a picture of a syndrome or the bonds between two symptoms or ever more. The method and the type of examination that is use to examine and to reveal the case of drugs that is marijuana and was done by a male young adolescence who was charged in guilty by the judge because of broke the law regulation number 22 of 1997 about narcotic and doing is time in the prison class II A at East Jakarta. One of the social control theories that were spoken by Travis Hirschi that is social bonds theory, which based of four elements. Those attachment, commitment, involvement and belief are the form of tool or analysis knife which is use to analyze the case of drugs abuse by adolescence. Social bonds theories explain the stronger social bonds of some body with their social norms of society; can be avoided from the behavior deviation or delinquency. And the opposite, if the bond of society of some body is weak, than it can cause the delinquency.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2006
T21502
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kiki Riadi
Abstrak :
Efektifitas organisasi, khususnya di Rumah Singgali Setia Kawan Mandiri, merupakan salah satu indikator keberhasilan upaya lembaga tersebut untuk mencapai tujuannya, yaitu menangani masalah anak jalanan di DKI Jakarta. Berbagai faktor mempengaruhi efektifitas organisasi dalam memberikan pelayanan publiknya, antara lain faktor kepemimpinan, koordinasi, dan teknologi. Penentuan faktor ini didasarkan pada teori yang mendukung dan relevan dengan kondisi nyata di lapangan. Tujuan utama penelitian ini adalah untuk meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi efektifitas organisasi rumah singgah Setia Kawan Mandiri dalam upaya penanggulangan penyalahgunaan narkoba dilingkungan anak jalanan. Sedangkan tujuan lainnya adalah untuk memperoleh gambaran upaya penanggulangan penyalahgunaan narkoba dilingkungan anak jalanan, gambaran tentang staf yang tepat untuk melaksanakan program penanggulangan penyalahgunaan narkoba dilingkungan anak jalanan, dan mengetahui profil kepuuasan pelanggan terhadap rumah singgah Setia Kawan Mandiri. Data primer diperoleh melalui penyebaran kuesioner kepada 67 responder, terdiri dari 2 kelompok, yaitu kelornpok petugas sebanyak 17 orang dan kelompok anak jalanan (klien) sebanyak 50 orang. Kelompok responden petugas merupakan seluruh petugas yang ada di rumah singgah, dan kelompok anak jalanan merupakan seluruh anak jalanan yang teridentifikasi kasus CDT (Child Drug 7'rafkcer) dan memperoleh pelayanan di lembaga. Data lainnya diperoleh dari Departemen Sosial, BNN, WHO dan Unicef serta studi pustaka. Analisis data menggunakan metode analisis deskriptif dengan mengkuantitatifkan data yang diperoleh dengan cara memberikan bobot terhadap setiap pertanyaan dalam kuesioner sesuai dengan variabel yang diamati. Bobot tersebut dijumlahkan dan dibandingkan dengan bobot maksimal masing-masing variabel sehingga persepsi responden dapat diketahui. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor kepemimpinan, koordinasi dan teknologi merupakan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap efcktifitas organisasi. Pemimpin rumah singgah masih melakukan tugasnya secara manajerial namun secara umum mampu melaksanakan fungsi motivasi kerjasama, kemampuan dan kepuasan staf. Koordinasi yang dilakukan baik internal maupun ekstemal organisasi telah berjalan cukup baik. Namun adanya pengelompokan dalam organisasi mengindikasikan masih adanya konflik yang sering disebabkan perbedaan sudut pandang antar petugas. Keterbukaan organisasi terhadap teknologi merupakan hal yang menguntungkan dalam pengembangan organisasi. Namun rendahnya motivasi untuk mengembangkan teknologi yang dimiliki juga mempenganihi optimalisasi pelayanan sehingga masih terjadi overload pekerjaan yang menghambat kinerja petugas. Berbagai program yang dikembangkan oleh lembaga dalam upaya menangani masalah narkoba dilingkungan anak jalanan, khususnya program penanganan CDT, merupakan upaya yang perlu terus dikembangkan. Peningkatan jumlah dan kompleksitas masalah narkoba dilingkungan anak jalanan merupakan tantangan semua pihak untuk terus memerangi narkoba.
Organization effectiveness, especially in Rumah Singgah Setia Kawan Mandiri, is one of the institution's achievement indicators. The main objective of Rumah Singgah Setia Kawan Mandiri is to deal with street children issues in DKI Jakarta. But many factors have influenced the achievement of its effectiveness. Among others, leadership, coordination, and technology have significantly influenced the organization to provide best services. These factors are also aligned the reality and supportive theories. The main objective of the research was to explore and analyze factors influencing Rumah Singgah Setia Kawan Mandiri effectiveness in dealing with street children issues in DKI Jakarta. The research specially focused to those who are involved in drug abuse. The other objective was to have a clear description on efforts in combating the misuse of drugs among children, correct staff to deal with the problems, and client satisfaction profiles. Primary data was collected by distributing questionnaires to 67 respondents (17 staffs and 50 street children). The staffs respondents were those working at Rumah Singgah Setia Kawan Mandiri, and street children respondents are those identified as CDTs (Child Drug Trafficker). The CDT respondents were street children receiving services from Rumah Singgah Setia Kawan Mandiri. Secondary data was collected from publications of Ministry of Social Affairs, National Narcotics Board, UN-WHO, UNICEF and supportive bibliography. Data analysis used descriptive analysis method by quantifying data collected and giving scores to every answer of the questionnaire. The scores given were based on every question according to observed variables. All scores were added and compared with the maximum score in each variable in order to comprehend respondents' perception. The research shows that leadership, coordination and technology factors are significantly dominant to organization effectiveness. Although the leader of Rumah Singgah acts more as a manager, but in overall he is able to implement his function to motivate staffs. Internal and external coordination have worked in orderly. But groupings in an organization indicate that there is a hidden conflict among staffs. The openness of organization to technology gives beneficiary in organization development. Nevertheless, low motivation to improve the technology impacts optimal service. Overloaded work still happens and exists as an obstacle to staffs performance. Many programs developed by institution to deal with drugs among street children, especially CDT program have to keep running. The increasing number of street children involved in drugs and the complexity of the issues become a serious challenge in combating drug abuse.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2005
T22557
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lailatul Fadilah
Abstrak :
Klien ketergantungan heroin yang menjalani terapi banyak mengalami kekambuhan. Kekambuhan dapat disebabkan oleh ketidakmampuan klien mengatasi masalah, konflik sosial, disfungsi keluarga, dan dukungan sosial yang rendah. Menurut Gossop, et al (2002) kemampuan keterampilan koping yang kurang dapat menimbulkan resiko terjadi kekambuhan. Beberapa penelitian menyatakan kemampuan koping yang baik, memiliki peranan yang penting dalam keberhasilan pengobatan dan pencegahan terhadap kekambuhan. Penelitian dilakukan dengan desain fenomenologi deskriptif. Partisipan adalah klien ketergantungan heroin yang menjalani PTRM, yang didapatkan dengan cara purposive sampling sebanyak enam partisipan. Metodenya indepth interview dengan tipe pertanyaan semistructure. Hasil penelitian mengidentifikasi delapan tema yaitu peningkatan kualitas hidup, mengalihkan stressor sebagai upaya meyelesaikan masalah, mencari dukungan bermakna sebagai upaya menyelesaikan masalah, faktor pendorong menggunakan heroin, dampak negatif bersifat holistik, motivasi memperbaiki diri, kesulitan mengontrol diri sebagai pemicu ketidakpatuhan, kekonsistenan kegiatan positif sebagai pendukung proses pemulihan. Hasil penelitian diharapkan tenaga kesehatan profesional mampu mengembangkan kemampuan koping adaptif klien untuk meminimalisasi kekambuhan.
The clients of heroin addiction who undergoing therapy much relapse. Recurrence patient can be caused by inability client to resolve the problem such as, social conflict, family dysfunction, and low social support. According to Gossop, et al (2002) the in ability of coping skills may due risk of recurrence. Some studies suggest that better coping skills, have an important role in the success of the treatment and prevention of recurrence. The study was conducted with the design of descriptive phenomenology. Participants were clients who undergoing PTRM heroin dependence, obtained by purposive sampling as many as six participants. The method of research use indepth interview within semistructure questions type. The results identified eight themes, such as improved quality of life, as an effort to divert stressor settle disputes, seek meaningful support in an effort to solve the problem, the drivers using heroin, the negative impact is holistic, motivation to improve themselves, damage controlling himself as a trigger of non-compliance, consistency of positive activities as supporting the recovery process. The results are expected health professionals are able to develop client's adaptive coping skills to minimize recurrence.
Depok: Universitas Indonesia, 2013
T33033
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mochamad Fatahillah
Abstrak :
Penelitian dengan judul "Implementasi Asas Undang-Undang Perlindungan Anak, Terhadap Anak Penyalahguna Narkoba Terkait Ketahanan Keluarga (Studi Putusan Pidana Nomor : 1016, 1372, dan 1931/Pid.Sus/2012/PN. JKT.BAR )" ini dilatarbelakangi oleh realitas bahwa jumlah anak penyalahguna narkoba semakin tinggi tiap tahunnya. Anak penyalahguna narkoba tersebut banyak pula yang berkonflik dengan hukum. Perlindungan anak merupakan hal terpenting dalam memajukan kehidupan dan taraf hidup suatu bangsa. Asas perlindungan anak yang tidak diimplementasikan dengan baik mengakibatkan kerapuhan ketahanan keluarga. Keluarga anak yang berkonflik dengan hukum rentan konflik dan krisis. Jumlah anak penyalahguna narkoba yang tidak sedikit serta kasus anak yang berkonflik dengan hukum karena penyalahgunaan narkoba yang berjumlah besar dan meningkat tiap tahunnya tentu mengganggu ketahanan nasional. Tujuan penelitian ini adalah untuk Mengetahui implementasi asas Undang-Undang Perlindungan Anak terhadap anak penyalahguna narkoba dan kaitannya dengan ketahanan keluarga. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan analisis studi kasus. Jenis data yang digunakan adalah data primer dan sekunder. Data primer ini didapatkan melalui proses wawancara dengan anak penyalahguna narkoba yang berkonflik hukum dan dijadikan fokus dalam studi kasus penelitian. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa empat asas dalam perlindungan anak yaitu asas non diskriminasi, asas kepentingan terbaik bagi anak, asas perlindungan hak hidup, tumbuh, dan berkembang serta asas penghargaan terhadap pendapat anak tidak diimplementasikan secara baik oleh aparat hukum pada ketiga anak yang dijadikan studi kasus oleh peneliti. Pada proses penangkapan dan penahanan, ketiga anak mendapatkan kekerasan dan intimidasi dari aparat. Salah satu dari anak bahkan menempati sel tahanan yang digabung dengan orang dewasa dan tidak didampingi oleh penasehat hukum ketika proses persidangan berlangsung.Minimnya implementasi asas perlindungan anak akan berdampak pada rapuhnnya ketahanan keluarga.Beberapa keluarga sering terjadi konflik ketika anaknya melakukan penyalahgunaan narkoba. Keluarga yang tingkat ekonomi rendah menjadi kesulitan memenuhi kebutuhan ekonominya karena anak yang berkonflik dengan hukum menghabiskan biaya yang tidak sedikit. Implementasi buruk pemerintah mengakibatkan terganggunya ketahanan keluarga baik secara fisik, ekonomis, dan mental.
Research entitled " the Implementation of the principle of the Law on Child Protection, on Child Drug User Related Family Resilience (Studies Criminal Verdict Nomor : 1016, 1372, dan 1931/Pid.Sus/2012/PN. JKT.BAR )" is motivated by the reality that the number of children of drug abusers is getting higher each year. There are many children drug abuse who conflicted with the law. Protection of children is important in promoting life and standard of living of a nation. The principle of the protection of children which are not well implemented resulting fragility of family resilience. Families of children who are in conflict with the law are susceptible with conflict and crisis . The number of children who are not drug abusers and fewer cases of children in conflict with the law because of the large number of drug abuse and increases each year would disrupt national resilience. Focus of this research is to describe and analyze the implementation of the principle of the Child Protection Act against children and drug abusers relation to family resilience . This research used qualitative research method with case study of analysis approach. Types of data used are primary and secondary data. The primary data was obtained by interviewing drug abuser children who conflicted with law and their famillies and then become the focus in the case research. Result of this study showed that the four principles in child protection are the principle of non-discrimination, the best interest of the child principle, the principle of protection of the right to live, grow, and develop as well as the principle of respect for the opinion of the children are not well implemented by law enforcement agencies that serves children in the third case study by researcher. In the process of arrest and detention, the three children got violence and intimidation from the authorities. One of the children even occupied the holding cell combined with adults and not accompanied by legal counsel when the trial took place. The lack of implementation of the children protection principle will impact toward fragility of family resilience. Some families often conflict when their children commit drug abuse. A poor family feels difficult to fulfill economic needs because a child in conflict with law spends much cost. Poor implementation of government resulted in the disruption of family strength physically, economically, and mentally.
Depok: Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurul Huriah Astuti
Abstrak :
Tujuan dan Metode. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan frekuensi merokok dengan lama waktu sampai mulai menyalahgunakan ganja. Sampel penelitian ini adalah 10.379 pelajar/mahasiswa perokok, dengan 708 penyalahguna ganja. Metode analisis yang digunakan adalah analisis kesintasan regresi Cox with time dependent covariats. Hasil Penelitian. Berdasarkan frekuensi merokok, median waktu ketahanan dari mulai pertama kali merokok sampai menyalahgunakan ganja menunjukkan tidak ada perbedaan antara kelompok merokok rutin dengan kelompok merokok tidak rutin, masing-masing 2 tahun. Hasil uji wilcoxon menyimpulkan ada perbedaan ketahanan menyalahgunakan ganja antara kelompok jarang merokok dengan kelompok perokok berfrekuensi <5 - >35 batang/minggu. Analisis multivariat menunjukkan pola semakin banyak jumlah batang rokok yang dikonsumsi, semakin besar nilai risiko untuk menyalahgunakan ganja setelah dikontrol oleh variabel confounder (riwayat minum alkohol, keluarga terpajan alkohol dan atau narkoba, pernah terpisah orangtua minimal enam bulan, dan pengaruh teman sebaya). Risiko untuk terjadinya penyalahgunaan ganja pada pelajar/mahasiswa yang merokok dengan frekuensi <5 - 7 batang/minggu adalah 2.5 lebih besar daripada pelajar/mahasiswa yang jarang merokok. Sedangkan risiko untuk terjadinya penyalahgunaan ganja pada pelajar/mahasiswa yang merokok dengan frekuensi >7 - 35 batang/minggu adalah 4.0 kali lebih cepat daripada pelajar/mahasiswa yang jarang merokok. Sementara, risiko untuk terjadinya penyalahgunaan ganja pada pelajar/mahasiswa yang merokok dengan frekuensi >35 batang/minggu adalah 4.5 kali lebih cepat daripada pelajar/mahasiswa yang jarang merokok. Kesimpulan. Frekuensi merokok mempengaruhi besarnya risiko untuk menyalahgunakan ganja. Semakin banyak jumlah batang rokok yang dikonsumsi, semakin besar risiko untuk menyalahgunakan ganja. ...... Objective. The purpose of this study was to know the relationship between cigarette smoking frequency with long time to start cannabis use. A sample of 10.379 student smokers, with 708 cannabis users was used. Cox regression with time dependent covariats was analyzed as study method. Results. Based on the frequency of cigarette smoking, the median of survival time from initial smoking to cannabis use showed no difference among regular smoking group with non regular smoking group, each 2 years. Wilcoxon test result concluded that there were difference of survival cannabis use between non regular smoking group with smokers groups which regular cigarette smoking <5 - >35 cigarette/week. Multivariate analysis showed patterns that the more the number of cigarettes consumed, the greater risk to cannabis use, after controlled by the confounder variables (history of alcohol drinking, family exposed to alcohol and or drugs, separated parents at least six months, and the influence of peers). Risk to cannabis use among students who cigarette smokers <5 ? 7 cigarette/week was 2.5 greater than students who non regular smoking. Risk to cannabis use among students who cigarette smokers <7 ? 35 cigarette/week was 4.0 greater than students who non regular smoking. Risk to cannabis use among students who cigarette smokers <35 cigarette/week was 4.5 greater than students who non regular smoking. Conclusion. Frequency of smoking influences the risk of cannabis use. The more the number of cigarette consumed, the greater risk to cannabis use.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
T34822
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>