Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 89 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rudy Setiabudy
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1996
LP 1996 03.pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Enok Siti Marhumah
"Pelayanan kesehatan di rumah sakit lebih ditekankan pada pelayanan yang bersifat kuratif dan rehabilitatif dimana obat-obatan merupakan salah satu faktor penting dalam penyembuhan penderita, sehingga perlu penanganan yang baik yang menjadi tugas instalasi farmasi. Untuk menjalankan tugas dan fungsinya dengan baik instalasi farmasi memerlukan sistem pendistribusian, dalam hal ini adalah prosedur distribusi obat yang cepat dan efisien.
Depo farmasi ruang 11 merupakan bagian dari instalasi farmasi yang berfungsi mengendalikan distribusi obat sehingga penyediaan obat di ruangan senantiasa sesuai dengan perencanaan dan kebutuhan. Pasien ruang 11 terdiri dari pasien umum, pasien kontraktor dan pasien askes. Ruang 11 mempunyai kapasitas sebanyak 43 tempat tidur, terdiri dari VIP A, VIP B dan kelas 1. Sistem distribusi yang digunakan di ruang 11 adalah sistem distribusi persediaan di ruang dan sistem distribusi unit dosis parsial. Sistem distribusi obat tersebut dituangkan dalam bentuk depo farmasi.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis situasi sistem dan prosedur yang dilaksanakan kaitannya dengan peningkatan pelayanan farmasi di RSHS; mengkaji masalah-masalah yang menghambat dalam pelaksanaan prosedur; serta mencari alternatif yang diharapkan untuk mengurangi masalah tersebut.
Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode telaah kasus dengan pendekatan deskriptif dengan cara penelusuran proses sejauhmana prosedur tetap yang ada dijalankan. Menggunakan data primer, yaitu melalui observasi dan wawancara. Sedangkan data sekunder diperoleh melalui catatan dan laporan farmasi bulan Juli 2000, protap, kebijakan, standar pelayanan farmasi, dan lain-lain.
Dari hasil penelitian diperoleh prosedur tetap yang ada kurang mendukung terhadap pelayanan dan tidak memberikan kepuasan pasien, sehingga perlu dikembangkan.
Dari hasil pembahasan dapat disimpulkan, apabila sistem distribusi obat didukung oleh prosedur yang baik dan mudah dilaksanakan, personal yang cukup, jumlah dan kemampuan kefarmasiannya meningkat, serta sarana bagi prosedur distribusi yang lengkap, diharapkan dapat mendukung terhadap pelayanan kesehatan secara efektif dan efisien.

Analysis of Medicine in In-Patient Care of Interne Unit, Hasan Sadikin Hospital, BandungThe health service served by hospital is more emphasized on curative and rehabilitation service, there for drugs is one of essentiale factors in the cure process of the patients. Consequently, management of drugs have to be organized effectively as the main job of pharmacy installation. In applying its job and its function effectively, pharmacy installation requires good distribution system. In this case, the procedure of drugs distribution must be fast and efficient.
Pharmacy stand in Room 11 is a part of pharmacy installation which has function to contrail distribution of drugs, so that drugs supply in that room is suitable to the plan and requirement. There are three types of patient in Room 11, namely general patient, contractor patient and helath insurance patient. Room 11 has capacity; 43 beds contains VIP A, VIP B dan first class. Distribution system used in Room 11 is room supply distribution system and partial dose unit distribution system. The form of that distribution system is pharmacy stand.
This research is aimed to analyze the application of permanent procedure in relation to the improvement of pharmacy service in RSHS (Hasan Sadikin Hospital); to recite problems obstruct in procedure application; and to observe expected alternative in reducing those problems.
Methodology used in this research in case observation method with descriptive approach which try to measure how far the process of permanent procedure has been held by using primary data, that is through observation and interview. Mean while, secondary data is obtained through notes and pharmacy report in July 2000, permanent procedure, policy, pharmacy service standard etc.
The best assumed from the investigation is; if the drug distribution system supported by good procedure and easy to be applied, adequat personnel, increasing in amount and capability of its pharmacy, and sufficient in facility of distribution procedure, so we can expect that all of above factor can develop the health service efficiency and effectively.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2001
T4607
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sumeisey, Cleve
"Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya tuntutan perkembangan perumahsakitan di Indonesia yang semakin kompleks namun harus tetap mengutamakan mutu pelayanan, efektifitas dan efisiensi. Obat-obatan sebagai alat utama penyembuhan pasien merupakan biaya rutin terbesar rumah sakit (40%-50%), disamping itu jenis, sediaan, dan harganya yang semakin banyak dan bervariasi (lebih kurang 7000 jenis) mengharuskan manajemen untuk mengendalikan persediaan obat dengan bijaksana. UGD RSU FK-UKI sebagai tempat penelitian belum menerapkan sistem pengendalian persediaan obat berbasis evidence.
Tujuan penelitian ini adalah menganalisis persediaan obat di UGD RSU FK-UKI berdasarkan indeks kritis ABC agar dapat diambil langkah-langkah kebijaksanaan yang relevan dalam upaya pengendaliannya. Jenis penelitian ini merupakan studi kasus dengan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Data persediaan obat dianalisis dan dikelompokkan berdasarkan indeks kritis ABC, informasi mengenai kebijakan pengendalian persediaan obat diperoleh melalui interview mendalam.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengendalian formal menimbulkan permasalahan dalam persediaan obat. Hal ini diakibatkan oleh makin bervariasinya sediaan obat, tingkat penggunaan, dan perilaku para dokter pengguna sediaan. Setiap sediaan mempunyai karakteristik yang berbeda berdasarkan nilai inventory costasi, nilai pemakaian dan nilai kritisnya dalam pengobatan pasien. Ketiga faktor ini menjadi dasar pertimbangan manajemen dalam mengeluarkan kebijakan pengendalian obat secara ilmiah dan dapat dipertanggungjawabkan.
Perbedaan karakteristik setiap obat diatas menjadi dasar perlakuan manajemen terhadap masing-masing obat sesuai dengan pengelompokannya. Kebijakan pengendalian obat dalam perencanaan, pengadaan, distribusi dan penggunaan sesuai dengan pengelompokan diatas dapat menghindarkan dan meminimisasi pemborosan biaya persediaan obat dan meningkatkan mutu pelayanan.

Policy of Drug Inventory Control Based on Analysis of Critical Indexes of ABC at Emergency Care Unit in General Hospital of Medical Faculty of Universitas Kristen Indonesia in the year 2001The background of the research was the fact that the development of hospital services in Indonesia was increasingly complex, however emphasized on quality, efficiency and effectiveness of the services. Drug as the main material of therapy was the biggest operational cost (40%-50%), beside that it was vary extremely in specificity (7000 spec.), packing and cost made the management has to control drug inventory wisely. Emergency Care Unit in General Hospital of Medical Faculty of Universitas Kristen Indonesia as the place of research was still not performing the drug inventory control system based on evidence.
The purpose of this research was to analyze drug inventory in Emergency Care Unit in General Hospital of Medical Faculty of Universitas Kristen Indonesia based on Critical Indexes of ABC in case of making the relevant policies to control them. This type of research was a case study with a quantitative and qualitative approach. Drug inventory data in the year of 2001, consisting of 138 drug items was analyzed and classified by ABC Critical Indexing. The information of inventory control policies was obtained from in-depth interviews.
The result from the research showed that the formal controlling makes many problems for drug inventory. It's happened because inventory variety, grade of utility, and behavior of the physicians use the medicine. Each item of inventory must be treated individuals in inventory planning. This treatment was varies by inventory cost value, utility value, and critical index of each drug. Three factors must be the basis of management to issue the policy of drug inventory in law of scientific and accountable.
The differences of drug characteristic could be basic of management to treat each drug depend on its classification. Policy of drug inventory in planning, purchasing, distribution and use refer to the classification in order to prevent and minimize unnecessary cost of drug inventory either to increase the quality of service.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2002
T8319
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Netty Supartiasih
"Penelitian ini dilatarbelakangi bahwa unit rawat inap merupakan salah satu unit di rumah sakit yang harus memberikan pelayanan komprehensif kepada pasien. Salah satu pelayanan yang ada di unit ini adalah pelayanan obat, melalui sistem distribusi obat kepada pasien yang dirawat. Dari analisa situasi di Rawat Inap RS Karya Husada ditemukan bahwa penyediaan obat/alkes di ruang rawat inap tidak memenuhi kebutuhan pasien rawat inap, dan sistem distribusi obat yang diterapkan adalah sistern peresepan individu. Hal ini sering menghambat penyampaian obat/alkes kepada pasien di ruangan dan terjadinya obat sisa . Pelayanan obat dilakukan oleh perawat ruangan yang pelaksanaannya berdasarkan kesepakatan tidak tertulis di masing-masing ruangan.
Tujuan penelitian ini adalah menganalisa penyediaan obat/alkes habis pakai, sistem distribusi obat/alkes di rawat inap dan faktor-faktor yang berhubungan dengan pelaksanaannya yang dikelompokkan sebagai masukan, proses dan keluaran. Jenis penelitian ini merupakan studi kasus dengan pendekatan kualitatif Data dan informasi diperoleh mclalui wawancara. observasi dan dokumentasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa masih kurangnya saran dan ketenagaan yang kompeten di Instalasi farmasi dan Ruang Rawat Inap. Pelaksanaan sistem distribusi obat di rawat inap RS Karya Husada dikerjakan oleh perawat, belum berjalannya penyampaian informasi, pengawasan penggunaan obat, ketepatan waktu penyampaian dan pelaporan/adminstrasi obat/alkes yang ada di rawat inap. Dari instalasi farmasi juga didapat adanya obat sisa yang dikembalikan pasien rawat inap. Belum terlaksananya hal tersebut kemungkinan disebabkan belum adanya aturan baku tentang pelayanan farmasi di rawat inap dan rumah sakit serta belum ada peran dan koordinasi dengan pihak farmasi baik dalam hal administrasi maupun pelayanan farmasi yang seharusnya menjadi tanggung jawab dan wewenangnya.
Pihak rumah sakit harus menetapkan kebijakan yang mengatur sistem distribusi obat di rawat inap sebagai pedoman pclaksanaan kegiatan, dan memperbaiki sarana serta kualitas ketenagaan yang berperan di dalamnya. Selain itu Rawat Inap RS Karya Husada perlu mengadakan kordinasi dcngan Instalasi Farmasi dan Bagian Gizi agar dapat memberikan pelayanan yang optimal dalam pelayanan obat.

Analysis of Drug Distribution System of Inpatient Care Unit at Karya Husada Hospital in Cikampek, April 2002The background of the research was that Inpatient The Care Unit is an important service unit in hospital which has to be able to deliver a comprehensive service. One of the service is drug distribution for the patient. From the situational analysis, it was foumd that the Inpatient Care Unit's drugs availability haven't enough for inpatient need and applies The Individual Prescription Order System. Its sometimes cause delayed drug using for patient and amount of unused drugs remain. This activity was done by nurse and based on approval from Chief Nurse in every Inpatient Care Unit.
Therefore the purpose of this research is to analyze Drug Availability, Drug Distribution System to Inpatient Care Unit at Karya Husada Hospital and the factors which related. The analysis is through a system approach which has three component : Input, Process and Out put. The design of this research was a case study with a qualitative approach. Data was obtained by using interview, observation and documentation study.
The result, of this research shows that there are limited facilities and competence employees in Pharmacy Installation and Inpatient Care Unit of Karya Husada Hospital. Drug Distribution System to inpatient is worked by nurse. Drug information, controlling of drug usage, appropriate drug using as doctor's instruction, and reporting/administration of drug usage in this unit arc not being done well. There was found drugs remain which was returned to Pharmacy Installation. That facts may be due to inavailability of regulation and standar Operation Procedure. There are no function and coordination of Pharmacy Installation for Pharmaceuthical Services of inpatient treatment.
The researcher suggest that Karya Husada Hospital should make Regulation and Standar Operation Procedure of Pharmaceuthical Services, especially Drug Distribution System to Inpatient; improve facility and human resources of Pharmacy Installation/Inpatient Care Unit; improve Pharmacy Installation's function for Inpatient phamaceuthical services; improve coordination between Pharmacy Installation, Inpatient Care Unit and Dietary Installation in order to give optimal treatment effect.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2002
T 8320
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Trianti Kartikasari Kusuma
"Penjaminan mutu obat dalam proses distribusi dilakukan dengan menerapkan Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB). PT. Anugerah Pharmindo Lestari (APL) merupakan salah satu Pedagang Besar Farmasi di Indonesia yang telah menerapkan CDOB dan Cara Distribusi alat Kesehatan yang Baik (CDAKB) untuk menyalurkan produknya. Salah satu kegiatan yang dilakukan pada PT. APL dalam proses pendistribusian obat yaitu atau pengambilan barang. Dalam proses pengambilan barang di APL cabang Bogor sering memakan waktu karena gudang yang sedang direnovasi dan menyimpan barang terlalu banyak. Dari latar belakang masalah yang terjadi, dilakukan inovasi perencanaan pembuatan metode vision pick dengan teknologi Artificial Intelligence untuk meningkatkan efektivitas proses picking order.
Tugas khusus dilaksanakan secara daring. Dilakukan analisa masalah yang terdapat pada PT. APL cabang Bogor dengan melakukan diskusi dan tanya jawab dengan pihak PT. APL cabang Bogor. Dari masalah yang ditemukan kemudian dilakukan inovasi perancangan metode untuk menangani masalah yang terjadi.
Perencanaan inovasi metode vision pick dengan teknologi artificial intelligence telah dibuat dengan kerjasama pihak pengelola gudang yaitu apoteker penanggung jawab dengan divisi teknologi perusahaan. SAP harus diintegrasikan dengan teknologi kecerdasan buatan untuk meningkatkan kecepatan pengambilan barang sehingga proses distribusi di PT. APL lebih efisien.

Drug quality assurance in the distribution process is carried out by applying the Good Drug Distribution Method (CDOB). PT. Anugerah Pharmindo Lestari (APL) is one of the pharmaceutical wholesalers in Indonesia that has implemented CDOB and Good Medical Device Distribution Methods (CDAKB) to distribute their products. One of the activities carried out at PT. APL is in the process of distributing drugs or taking goods. The process of picking up goods at the APL Bogor branch often takes time because the warehouse is being renovated and stores too many items. From the background of the problems, an innovation in planning the making of the vision pick method with Artificial Intelligence technology was carried out to increase the effectiveness of the order picking process.
Specific tasks are carried out online. Analysis of the problems in PT. APL Bogor branch by conducting discussions and questions and answers with PT. APL Bogor branch. From the problems found, an innovative design method was carried out to deal with the problems that occurred.
The vision pick method innovation plan with artificial intelligence technology has been made in collaboration with the warehouse manager, namely the pharmacist in charge with the company's technology division. SAP must be integrated with artificial intelligence technology to increase the speed of picking up goods so that the distribution process at PT. APL is more efficient.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Pabla, A.S.
New Delhi: Tata McGraw-Hill, 1981
621.318 1 PAB e (1)
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Herni Budiyanti
"Kegiatan logistik di rumah sakit mempunyai peran yang sangat besar karena berkaitan dengan semua unit pelayanan di rumah sakit. Pembelanjaan terbesar rumah sakit setiap bulannya adalah untuk pembelian obat-obatan dan bahan habis pakai. Banyak dan beragamnya item obat yang harus disiapkan untuk pelayanan sehingga mempunyai nilai investasi yang paling besar dengan persediaan lainnya, di Rumah Sakit Risa Sentra medika sekitar 49-56% pembelanjaan obat dalam trimester pertama tahun 2012 dibandingkan dengan total biaya operasional Rumah Sakit Risa Sentra Medika. Gudang farmasi RS Risa Sentra Medika belum melakukan perhitungan safety stock yang sesuai sehingga sering terjadi kekosongan stock. Oleh karena itu, maka untuk menjaga agar stock selalu tersedia saat dibutuhkan maka perlu di adakan sistem pengendalian persediaan obat yang sesuai seperti pengendalian persediaan dengan safety stock.
Jenis penelitian ini adalah analitik kualitatif untuk melihat perhitungan safety stock di Rumah Sakit Risa Sentra Medika selama periode Januari hingga Maret 2012. Obat antibiotik yang fast moving di bulan januari dengan jumlah 84 item dengan nilai persediaan sebesar Rp 126.889.911, pada bulan februari sebanyak 93 item dengan nilai persediaan Rp 135.524.014 dan pada bulan maret 2012 di dapatkan 85 item antibiotik yng tergolong fast moving dengan nilai persediaan Rp 117.021.085 berarti jumlah total pembelian dalam tiga bulan adalah Rp 379.435.010 sehingga didapatkan rata-rata pembelian perbulan adalah Rp 126.478.337. Data penjualan ini diolah menjadi rencana anggaran pembelian obat-obatan khususnya golongan antibiotika yang fast moving.
Peneliti menyarankan untuk perhitungan safety stocknya menggunakan metode pemakaian maksimum dikurangi pemakaian rata-rata dikalikan dengan lead time. Metode ini sederhana namun bisa diterapkan. Peneliti juga menyarankan untuk membuat rencana anggaran berdasarkan omset.

Logistics activities in hospitals have a very big role as it pertains to all service units in hospitals. Largest expenditure is the hospital every month for the purchase of medicines and consumables. Many and varied items that drugs should be prepared for the ministry which has the largest value of investments with other supplies, in Risa Sentra Medika Hospital of approximately 49-56% drug spending in the first trimester of 2012 compared to the total operational cost of Risa Sentra Medika Hospital. Risa Sentra Medika Hospital pharmacy logistic has not made the appropriate safety stock calculations that are common stock blanks. Therefore, it is to keep the stock is always available when needed it is necessary to invent a drug inventory control system such as inventory control in accordance with safety stock.
This type of qualitative research is to see the analytic calculation of safety stock in Risa Sentra Medika Hospital from January to March 2012. Antibiotic drugs are fast moving in January to 84 the number of inventory items with a value of Rp 126 889 911, in February a total of 93 items with a value of Rp 135 524 014 inventories in March 2012 and get 85 items in yng antibiotic belonging to the fast moving supply of Rp 117 021 085 the total number of purchases within three months is Rp 379 435 010 so we get the average purchase per month is Rp 126 478 337. Sales data is processed into the budget plan the procurement of medicines particularly fast moving class of antibiotics.
Researchers suggest stocknya safety calculations using the maximum use of reduced consumption multiplied by the average lead time. The method is simple but can be applied. Researchers also suggested creating a budget plan based on turnover.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
T31291
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Julian Aditya Winarto
"Penelitian ini menyelidiki tantangan dalam mempertahankan konsentrasi klor bebas yang ideal di sistem distribusi air perkotaan. Menggunakan Instalasi Pengolahan Air (IPA) Legong dan Perumahan Harapan Baru Taman Bunga (HBTB) sebagai lokasi studi kasus, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis konsentrasi klor bebas di tiga titik kritis jaringan distribusi IPA Legong: outlet reservoir, dua titik perantara yang mewakili jaringan distribusi utama, dan titik terjauh di HBTB. Penelitian juga mengevaluasi pengaruh jumlah klor yang digunakan dalam proses desinfeksi IPA Legong terhadap konsentrasi klor bebas dalam jaringan. Menggunakan WaterGEMS, studi ini menilai beberapa skenario dosis klor dan dampaknya terhadap konsentrasi klor bebas di wilayah pelayanan. Metodologi utama meliputi pengukuran sisa klor, studi laboratorium kualitas air lainnya, dan perbandingan dengan baku mutu. Simulasi WaterGEMS dilakukan untuk menilai dampak skenario dosis klor. Hasilnya adalah, kualitas air tetap aman di waduk dan jarak-7 km, tetapi memburuk mendekati HBTB pada jarak-10 km, dengan konsentrasi klor bebas menurun. Terdapat korelasi kuat antara klor bebas dan total klor dalam sistem distribusi. Terdapat tiga skenario pemodelan yang dijalankan menggunakan WaterGEMS, dan dari ketiga skenariro tersebut masih belum ada yang memenuhi secara keseluruhan. Akan tetapi, skenario yang dapat dinilai cukup dan paling efektif secara berurutan adalah skenario di mana konsentrasi klor bebas di outlet reservoir bernilai maksimum di 5 mg/L dan juga skenario di mana beberapa variasi jumlah konsentrasi klor bebas diinjeksi di tujuh titik yang tersebar di perumahan HBTB.

This research investigates the challenges of maintaining ideal free chlorine concentrations in urban water distribution systems. Using the Legong Water Treatment Plant (WTP) and Harapan Baru Taman Bunga Housing (HBTB) as case study sites, this research aims to analyse the free chlorine concentration at three critical points of the Legong WTP distribution network: the reservoir outlet, two intermediate points representing the main distribution network, and the furthest point at HBTB. The study also evaluated the effect of the amount of chlorine used in the Legong IPA disinfection process on the free chlorine concentration in the network. Using WaterGEMS, the study assessed several chlorine dosing scenarios and their impact on free chlorine concentrations in the service area. The main methodologies included residual chlorine measurements, other water quality laboratory studies, and comparison with quality standards. WaterGEMS simulations were conducted to assess the impact of the chlorine dosing scenarios. The result was that water quality remained safe at the reservoir and at a distance of 7 km but deteriorated close to HBTB at a distance of 10 km, with free chlorine concentration decreasing. There is a strong correlation between free chlorine and total chlorine in the distribution system. There were three modelling scenarios run using WaterGEMS, and none of them met the overall requirements. However, the scenarios that could be considered sufficient and most effective respectively were the scenario where the free chlorine concentration at the outlet of the reservoir was maximum at 5 mg/L and the scenario where several varying amounts of free chlorine concentration were injected at seven points spread across the HBTB housing estate."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ana Uswatun Hasanah
"Proses pendistribusian obat oleh Pedagang Besar Farmasi harus mematuhi prinsip CDOB (Cara Distribusi Obat yang Baik). Berdasarkan Pedoman CDOB untuk mempertahankan sistem mutu harus memastikan bahwa setiap penyimpangan atau ketidaksesuaian terhadap prosedur yang telah ditetapkan harus didokumentasikan dan diselidiki penyebabnya serta tindakan perbaikan dan pencegahan yang tepat perlu diambil untuk memperbaiki dan mencegah terjadinya penyimpangan sesuai dengan prinsip manajemen risiko. Di PT Anugerah Pharmindo Lestari (APL) setiap ketidaksesuaian yang terjadi dari semua cabang APL akan dilaporkan ke dalam suatu portal untuk selanjutnya ditinjau secara periodik untuk mengevaluasi dan melihat trend dari quality near miss. Analisis kejadian near-miss dilakukan untuk mengetahui kejadian Near miss yang sering terjadi di APL dengan melakukan analisis trend data near miss tahun 2022. Trend kejadian near miss berdasarkan kategori kejadian pada tahun 2022 banyak terjadi pada kategori Building & Facility, Cleanliness, Inventory Issue, dan Equipment dengan persentase masing-masing berturut turut adalah 20,90%, 18,33%, 9,50% dan 7,47%.

The drug distribution process by Pharmaceutical Wholesalers must comply with the principles of CDOB (Good Drug Distribution Method). Based on the CDOB Guidelines, maintaining a quality system must ensure that any deviations or non-compliance with established procedures must be documented and the causes investigated and appropriate corrective and preventive actions need to be taken to correct and prevent deviations in accordance with risk management principles. At PT Anugerah Pharmindo Lestari (APL) any discrepancies that occur in all APL branches will be reported to a portal for further periodic review to evaluate and see trends for quality near misses. Analysis of near-miss events was carried out to find out the near-miss events that often occur in APL by analyzing trend data for near misses in 2022. The trend of near-miss events based on event categories in 2022 occurs mostly in the Building & Facility, Cleanliness, Inventory Issue, and Equipment categories with the respective percentages being 20.90%, 18.33%, 9.50% and 7.47%, respectively."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Insanul Sabri
"Setiap PBF harus menerapkan prinsip Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB). Tujuannya yaitu untuk memastikan bahwa segala bentuk kegiatan yang dilakukan sudah sesuai dengan peraturan dan menjamin kualitas serta mutu obat maupun bahan obat. Seluruh kegiatan yang dilakukan oleh PBF dalam segala hal haruslah disetujui oleh seorang penanggung jawab yaitu Apoteker yang memenuhi kompetensi serta kualifikasi sehingga seluruh kegiatan dapat berjalan dengan optimal dan sesuai peraturan. Penanggung jawab haruslah bekerja dengan baik dan teliti agar tidak terjadi kesalahan dalam proses pendistribusian obat maupun bahan obat.

Every drug distributot must apply the principles of Good Drug Distribution Methods (CDOB). The aim is to ensure that all form of activities carried out comply with regulation and guarantee quality of drugs. All activities carried out by drug distributor must be approved by leader as a pharmacist. Who meets the competence and qualification so that all activities can run optimally and according to regulations. The leader in charge must work properly and carefully so that there are no errors in the process of distributing drugs."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9   >>