Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 174 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Faradiella Damaputri
"Penelitian ini dilakukan untuk melihat hubungan antara distres psikologis dan hardiness pada mahasiswa. Responden dalam penelitian ini merupakan mahasiswa yang berjumlah 1962 orang dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia. Pengambilan data dilakukan menggunakan alat ukur Hopkins Symptom Checklist-25 HSCL-25 untuk mengukur distres pikologis dan Dispositional Resilience Scale 15-Revised DRS 15-R untuk mengukur hardiness. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif yang signifikan antara distres psikologis dan hardiness r=-0,252, n=1962.

This study was conducted to examine the correlation between psychological distress and hardiness among college students. Respondents in this study were 1962 students from various colleges in Indonesia. The data were collected using Hopkins Symptom Checklist 25 HSCL 25 to measure psychological distress and Dispositional Resilience Scale 15 Revised DRS 15 R to measure hardiness. The result indicated there is a significant negative correlation between psychological distress and hardiness r 0,252, n 1962, p"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2017
S67087
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aulia Salsabilla Ibrahim
"Fenomena COVID-19 menimbulkan distres pada dewasa muda. Distres dewasa muda salah satunya disebabkan oleh interaksi di dalam keluarga, saat dewasa muda harus tinggal bersama keluarga selama masa pandemi. Studi kuantitatif ini bertujuan untuk melihat keberfungsian keluarga sebagai prediktor distres psikologis pada dewasa muda selama pandemi COVID-19. Partisipan dalam penelitian ini berjumlah 411 orang berusia 18 sampai 25 tahun (M=20,7). Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah Family Assessment Device (FAD) dan General Health Questionnaire (GHQ-12). Ditemukan bahwa keberfungsian keluarga secara signifikan dapat memprediksi distres psikologis pada orang dewasa muda (R2 = 0,235, p<0,05) dan dimensi komunikasi dalam keberfungsian keluarga dapat memprediksi secara signifikan distres psikologis dewasa muda (β= -0,245, p<0,05). Lebih lanjut, ditemukan distres psikologis yang lebih tinggi pada dewasa muda perempuan dibandingkan laki-laki dan laki-laki mempersepsikan keberfungsian keluarganya lebih baik dari perempuan.

The COVID-19 phenomenon causes distress in young adults. One of the causes of young adults distress is due to interactions within the family, when young adults have to live with their families during the pandemic. This quantitative study aims to look at family functioning as a predictor of psychological distress in young adults during the COVID-19 pandemic. The participants in this study were 411 people aged 18 to 25 years (M=20,7). The measuring instruments used in this study were the Family Assessment Device (FAD) and the General Health Questionnaire (GHQ-12). It was found that family functioning significantly predicts psychological distress in young adults (R2 = 0.235, p<0.05) and the communication dimension in family functioning can significantly predict psychological distress in young adults (β= -0.245, p<0.05). Furthermore, it was found that psychological distress was higher in young adult women than men and men perceived their family functioning as better than women. "
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Azka Hafia
"Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran faktor psikososial dan distress pada guru SLB di Kota Depok saat pandemi COVID-19 tahun 2022. Penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional dengan pendekatan semi kuantitatif melalui pengisian kuesioner dan wawancara. Sejumlah 67 guru SLB di Kota Depok berpartisipasi dalam penelitian ini. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 34,3% guru mengalami distress sedang dan 16,4% guru mengalami distress signifikan. Kemudian, ditemukan bahwa distress lebih banyak dialami oleh guru perempuan (52,7%), berumur > 30 tahun (52,4%), berasal dari program studi non-PLB (52,5%), tidak memiliki tipe kepribadian A (66,6%), memiliki masa kerja > 10 tahun (60%), sudah menikah (59,5%), memiliki anak (64,9%), memiliki dukungan sosial buruk dari keluarga (89,3%), memiliki beban kerja tinggi (61,8%), memiliki peralatan kerja buruk (63,9%), memiliki jam kerja buruk (64,3%), memiliki konflik peran tinggi (73,7%), memiliki ambiguitas peran tinggi (76,2%), memiliki kontrol pekerjaan buruk (81,4%), memiliki dukungan sosial yang buruk dari atasan dan rekan kerja (81,4%), memiliki konflik antara pekerjaan dan rumah yang tinggi (86,2%), jarang melakukan hobi (66,7%), dan memiliki ketakutan berat terhadap infeksi COVID-19 (71,4%).

This study aims to obtain an overview of psychosocial factors and distress among special education teachers in Depok during the COVID-19 pandemic in 2022. This study used a cross-sectional study design with a semi-quantitative approach through filling out questionnaires and interviews. A total of 67 special education teachers in Depok participated in this study. The results showed that 34.3% of teachers experienced moderate distress and 16.4% of teachers experienced significant distress. Then, it was found that distress is more experienced by female teachers (52.7%), aged > 30 years (52.4%), came from non-PLB study programs (52.5%), did not have personality type A (66 ,6%), have a working period of > 10 years (60%), are married (59.5%), have children (64.9%), have poor social support from family (89.3%), have a workload high (61.8%), have bad work equipment (63.9%), have bad working hours (64.3%), have high role conflict (73.7%), have high role ambiguity (76.2% ), have poor work control (81.4%), have poor social support from superiors and coworkers (81.4%), have high work-home conflict (86.2%), rarely do hobbies (66 ,7%), and had a severe fear of COVID-19 infection (71.4%).
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Astri Novanita Ali
"Krisis ekonomi telah melanda negeri ini sejak pertengahan tahun 1997. Tak terhitung banyaknya perusahaan yang terpaksa menghentikan kegiatan dengan menu tup pabriknya akibat tekanan ekonomi yang tidak bisa mereka elakkan lagi.
Banyak perusahaan menghentikan kegiatan operasinya disebabkan karena tidak mampu lagi untuk membayar beban keuangannya, terutama karena hutang yang besar, dan nilai tukar Rupiah yang melemah. Sehingga banyak kredit yang akhirnya macet, yang rnenyebabkan beberapa bank dilikuidasi oleh pemerintah.
Hutang perusahaan pada bank-bank tersebut selanjutnya dialihkan kepada BPPN (Badan Penyehatan Perbankan Nasional), untuk kemudian dianalisa, dan atas pertimbangan-pertimbangan tertentu, dimungkinkan untuk direstrukturisasi.
Karya akhir ini mencoba memberikan alternatif -pada suatu perusahaan keramik yang terpaksa menghentikan operasi- bagaimana menyelesaikan kewajibannya kepada BPPN.
Ada dua alternatif yang penulis tawarkan: yaitu apakah kegiatan operasional diteruskan kembali, dengan catatan hutang dapat direstrukturisasi, ataukah perusahaan sebaiknya dibubarkan, dan melikuidasi semua aset yang dimilikinya, untuk kemudian hasil penjualan asettersebutdapatdigunakan untuk melunasi kewajibnya pada pihak BPPN.
Karya akhir ini mencoba mengupas lebih jauh mengenai kondisi keuangan perusahaan, serta menekankan pada proyeksi arus kas yang dapat dihasilkan jika perusahaan kembali beroperasi.
Untuk menunjang analisa, penulis mencoba membahas mengenai industri properti serta keramik di Indonesia pasca krisis, serta prediksinya di masa yang akan datang. Dari kesimpulan yang didapat, proyeksi industri keramik sudah bangkit, dan diperkirakan permintaan atas keramik akan terus meningkat, baik untuk konsumsi lokal, maupun ekspor.
Untuk proyeksi laporan keuangan, penulis menyusun sampai tujuh tahun kedepan, karena dianggap sesuai dengan periode restrukturisasi kredit. Dan dalam kurun waktu tersebut, perusahaan mampu menghasilkan arus kas yang dapat digunakan untuk membayar bunga serta melunasi pokok hutang. Lebih dari itu, bahkan masih tersisa arus kas untuk pemegang saham.
Sebagai contoh, dari proyeksi laporan keuangan, pada akhir tahun ketujuh diperoleh cash flow to equity sebesar Rp.20.786.817.741,- atau setara dengan Rp.11.581.792.121,- apabila dipresent valuekan dengan discount rate 20%. Pada akhir tahun ketujuh diproyeksikan perusahaan masih memiliki nilai Rp. 7.703.401.110,-
Apabila perusahaan hendak dibubarkan, maka estimasi nilai atas penjualan aset adalah Rp.40.994.883.000,- dan setelah dikurangi pelunasan kewajiban serta biaya-biaya lain, maka sisa kas yang dapat diperoleh pemegang sahamadalah Rp. 18.317.536.510.
Estimasi hasil likuidasi perusahaan tidak berbeda jauh dengan nilai perusahaan jika dioperasikan kembali. Sehingga alternatif membubarkan perusahaan dan melikuidasi asetnya terlihat sebagai pilihan yang terbaik, karena menghasilkan dana segar dalam waktu yang lebih cepat. Namun apabila pemegang saham tetap ingin meneruskan kegiatan operasional, hal ini pun dimungkinkan mengingat segala kewajiban dapat dilunasi dari kegiatan operas! perusahaan.
Pada akhir tulisan, penulis mencoba memberikan saran untuk perusahaan, yaitu dengan mencari kreditor baru yang dapat mengambil alih hutang di BPPN, semata-mata demi penghematan yang besar atas tunggakan bunga se'ama tiga tahun ini.
"
2001
T252
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dini Suciati
"Tujuan penulisan studi ini adalah untuk memprediksi kondisi financial distress kredit pemilikan motor dengan melihat faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi status kredit (default atau not default) bagi para penerima kredit pemilikan motor. Yaitu dengan mengetahui variabel-variabel apa saja yang signifikan mempengaruhi status kredit bagi para penerima kredit (debitur) pemilikan motor. Metode penelitian yang digunakan adalah dengan Regresi Binary Logit. Penelitian ini menggunakan metodelogi Regresi Binary Logit karena variabel dependen yang digunakan adalah berupa dua variabel kategorik yakni debitur yang default (debitur mengalami financial distress) dan debitur yang not default (debitur tidak mengalami financial distress). Variabel independen yang digunakan berupa database dari para debitur yang melakukan kredit pemilikan motor di PT X. Database tersebut dibagi menjadi dua kategori yakni variabel yang berasal dari karakteristik debitur yakni berupa gender, salary, marital, domicile and age. Sedangkan kategori lainnya adalah variabel yang berasal dari karakteristik pinjaman (kredit) yakni berupa principle amount, effective rate, tenor, dan net dp amount. Dan setelah dilakukan pengujian maka variabel yang secara statistik signifikan mempengaruhi status kredit debitur adalah variabel salary, domicile, effective rate, tenor dan net dp amount. Sedangkan untuk variabel gender, marital, age, principle amount terbukti secara statistik tidak signifikan mempengaruhi status kredit debitur."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2008
S6087
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sherin Nindyta Puteri
"Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat apakah perceived social support dan penggunaan social networking sites (SNS) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap distres psikologis. Penelitian dilakukan terhadap Mahasiswa (n=681). Untuk mengumpulkan data digunakan alat ukur Kessler Psychological Scale (K10), The Multidimensional Scale of Perceived Social Support (MSPSS), dan Social Media Use Integration Scale (SMUIS). Hasil penelitian menunjukkan bahwa perceived social support secara signifikan berpengaruh dalam mengurangi tingkat distres psikologis mahasiswa (p < 0,001), sedangkan penggunaan SNS secara signifikan berpengaruh dalam meningkatkan distres psikologis pada mahasiswa (p < 0,001). Jika dibandingkan, perceived social support terbukti lebih kuat untuk mengurangi tingkat distres psikologis.

The purpose of this study is to examine the effect of perceived social support and social networking sites use on psychological distress. The respondents of this study are university students (n=681). This study uses Kessler Psychological Scale (K10), The Multidimensional Scale of Perceived Social Support (MSPSS), and Social Media Use Integration Scale (SMUIS) as instruments to gather data(s). The result of this study shows that theres a significant role of perceived social support in decreasing students psychological distress (p < 0,001) and theres a significant role of SNS Use in increasing students on psychological distress (p < 0,001)."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siregar, Dewi Ashuro Itouli
"Latar Belakang: Banyak mahasiswa memiliki distres psikologis tinggi karena menghadapi berbagai masalah dan tuntutan baik akademis maupun non akademis. Keterampilan sosial telah teridentifikasi dalam model distres psikologis sebagai sumber yang penting bagi individu untuk mengelola stres. Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini ingin mengetahui efektivitas pelatihan keterampilan sosial untuk membantu mahasiswa meningkatkan keterampilan sosial dan menurunkan distres psikologis yang dialaminya.
Metode: Desain penelitian yang digunakan adalah one group pre test post test design. Partisipan penelitian merupakan mahasiswa S1 Universitas Indonesia dalam rentang usia 18-25 tahun yang memiliki masalah keterampilan sosial dan distres psikologis. Masalah keterampilan sosial ditandai dengan skor rendah pada setidaknya satu dimensi Social Skills Inventories (SSI) dan atau ketimpangan skor diantara dimensi SSI yang dilihat dari jarak SD ≥ 6,3 untuk pria dan SD ≥ 5,4 untuk wanita. Masalah distres psikologis ditandai dengan skor Hopkins Symptom Check List-25 (HSCL- 25) ≥ 1,75. Program intervensi dilakukan dalam bentuk workshop 2 hari dengan waktu efektif 14 jam pelatihan.
Hasil: Berdasarkan perbandingan pengukuran pra dan pasca intervensi, ditemukan bahwa tidak ada partisipan yang memiliki skor rendah pada tiap dimensi keterampilan sosial. Tujuh dari delapan partisipan memiliki keseimbangan skor antar dimensi yang lebih baik. Seluruh partisipan mengalami penurunan skor HSCL-25, setengah darinya berada di bawah cut off score.
Kesimpulan: Pelatihan keterampilan sosial efektif untuk meningkatkan keterampilan sosial dan menurunkan distres psikologis pada mahasiswa Universitas Indonesia.

Background: Many university students have a high psychological distress because of the academic and non academic problems and challenges. Social skills has identified in the psychological distress model as important source for managing stress. This study examines the implementation of social skills training to help university students increase social skills and decrease psychological distress.
Method: The research design is one group pre test post test design. The participants are University of Indonesia undergraduate students with age range from 18 to 25 years old. Social skills problem is stated if there is low score at least in one dimension of Social Skills Inventories (SSI) and or unbalanced score between the dimensions of SSI which based on SD ≥ 6,3 (male) and SD ≥ 5,4 (female). Psychological distress problem is stated if score of HSCL-25 ≥ 1,75. The format of intervention is two days workshop with 14 hours training duration.
Result: In accordance to the differential between pre and post intervention, there is no more low score in every SSI's dimensions. Seven from eight participants has a better balanced score between SSI's dimensions. All participants has lower score of HSCL-25. Half of the scores has already under the cut off score.
Conclusion: Social skills training is marked effective in increasing social skills and decreasing psychological distress for University of Indonesia undergraduate students.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2012
T31205
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Marsha Caesarena Rianko Putri
"Kekerasan merupakan salah satu bentuk stresor yang berbahaya, kejam dan mengancam. Peristiwa atau kejadian hidup yang dapat mengancam dan membahayakan kesejahteraan individu sering memicu munculnya psychological distress. Diperlukan upaya untuk dapat menghadapi stressor. Upaya untuk mengatasi stress dinamakan coping. Penelitian ini dilakukan untuk melihat hubungan antara coping dan psychological distress pada istri yang mengalami kekerasan dalam rumah tangga. 47 istri yang mengalami kekerasan dalam rumah tangga menjadi responden dalam studi ini dengan mengisi kuisioner coping dan psychological distress. Coping diukur dengan alat ukur Brief COPE yang dibuat oleh Carver (1997). Coping terdiri dari dua jenis yakni problem-focused coping dan emotion-focused coping. Brief COPE terdiri dari empat belas subskala yaitu self-distraction, active coping, denial, substance use, use of emotional support, use of instrumental support, behavioral disengagement, venting, positive reframing, planning, humor, acceptance, religion, dan self-blame. Psychological distress diukur menggunakan Kessler Psychological Distress Scale (K10) yang dibuat oleh Kessler dan Mroczek (1994). Hasil penelitian menunjukkan adanya korelasi signifikan dan negatif antara coping dan psychological distress. Berdasarkan perhitungan regresi ditemukan bahwa problem-focused coping dan emotion-focused coping tidak berkontribusi pada psychological distress namun memiliki korelasi yang signifikan. Menggunakan perhitungan regresi ditemukan pula bahwa subskala self-blame dan substance use memiliki kontribusi pada psychological distress.

Violence is one of a dangerous, vicious, and threatening stressor. Any life events that can threaten and endanger individual well-being could often trigger the emergence of psychological distress. Efforts are needed to overcome stressor, such as changing one's cognitive and behavior to deal with external and internal pressure or overcoming painful and threatening condition. Those efforts are known as coping. This research was conducted to investigate the correlation between coping and psychological distress in 47 wives who completed both questionnaires of coping and psychological distress. Coping was measured by Brief COPE which were constructed by Carver (1997). Brief COPE consist of 14 subscales, namely self-distraction, active coping, denial, substance use, use of emotional support, use of instrumental support, behavioral disengagement, venting, positive reframing, planning, humor, acceptance, religion, dan self-blame. Psychological distress were measured by Kessler Psychological Distress Scale (K10) which was constructed by Kessler and Mroczek (1994). The results show that there were negative and significant correlations coping with psychological distress. From the regression, the results show that problemfocused coping and emotion-focused coping are not contributed to psychological distress but they have a significant and negative correlation. Taken from the regression calculation, self blame and substance use were contributed in the occurance of psychological distress."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Fawzan Yahya Patria
"Kenyamanan berada di suatu lingkungan akan mempengaruhi kinerja bagi orangorang di dalamnya. Warga Fakultas Psikologi Universitas Indonesia sehariharinya burhubungan dengan hal-hal akademis dan tingginya tuntutan dalam bekerja. Keakraban satu sama lain penting dalam memperoleh kenyamanan agar warga tidak mengalami distres. Sense of Community dianggap bisa menurunkan efek dari Distres Psikologik. Partisipan penelitian korelasional ini berjumlah 194 orang yang terdiri dari Mahasiswa dan Karyawan. Pengukuran Distres Psikologik menggunakan Hopkins Symptom Checklist-25 (HSCL-25). Sedangkan pengukuran Sense of Community menggunakan Sense of Community Index-2 (SCI-2). Karyawan memiliki Sense of Community tertinggi, sedangkan Mahasiswa memiliki Distres Psikologik tertinggi. Tidak ada hubungan antara Distres Psikologik dan Sense of Community pada Warga Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.

Feels comfort in an environment will influence the performance of the people in it. The community of Psychology Faculty, University of Indonesia faced academic matters and the high demands of the work every day. Familiarity with one another is important in gaining comfort that the members do not experience distress. Sense of Community is considered to reduce the effects of psychological distress. This correlation study has 194 participants. It consists of students and employees. Psychological Distress was measured with the Hopkins Symptom Checklist-25 (HSCL-25). Sense of Community Index-2 (SCI-2) was applied to measure the sense of community. The research result showed that officers had the highest sense of community. Students had the highest Psychological Distress. There was no correlation between Psychological Distress and Sense of Community at Psychology Faculty, University of Indonesia."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Marella, Bianca
"Relokasi mahasiswa asing dapat menimbulkan beban bagi banyak mahasiswa asing. Kesulitan yang lebih berat pada mahasiswa asing disebabkan oleh perbedaan budaya, bahasa, dan sistem pendidikan sebagai stress tambahan yang tidak dialami oleh mahasiswa lokal. Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah masalah adjustment to college work memiliki hubungan signifikan dengan psyhological distress pada mahasiswa asing di Universitas Indonesia.
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan alat ukur HSCL-25 untuk mengetahui tingkat psychological distress, dan Mooney Problem-Checklist untuk mendata masalah adjustment to college work. Partisipan dalam penelitian ini adalah 107 mahasiswa asing yang mengikuti program akademik degree dan non-degree di lingkungan Universitas Indonesia, yang dikumpulkan dengan teknik accidental sampling dan snowball sampling.
Berdasarkan hasil penghitungan statistik, diketahui tidak ada hubungan signifikan antara masalah adjustment to college work dengan psychological distress. Namun, dari hasil analisis tambahan diketahui masalah “Mencemaskan ujian-ujian” dan “Takut gagal di perguruan tinggi” memiliki hubungan signifikan dengan psychological distress pada mahasiswa asing di UI.

Relocation phenomenon can pose a burden for most international students. They encounter more problems due to cultural differences, which are not experienced by local students. The aim of this research is to get a description about the relationship between adjustment to college work problems and psychological distress.
This research used the quantitative method with the HSCL-25 used as a measurement of psychological distress, and the Mooney Problem Checklist – Adjustment to College Work scale as a measurement of adjustment to college work. The respondents in this research are 107 international students who are studying at Universitas Indonesia from both degree and non-degree program, gathered by accidental sampling and snowball sampling technique.
The result shows that there is no significant relationship between adjustment to college work problem and psychological distress in international students. However, this research also shows that there is a significant correlation between the problems “Worrying about examination” and “Fearing in failure in college” with psychological distress.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
S54282
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>