Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nurul Ulfah
"Skripsi ini membahas kebiasaan konsumsi serat makanan mahasiswa penghuni asrama Universitas Indonesia tahun 2011 dan hubungannya dengan karakteristik individu yang meliputi jenis kelamin, pengetahuan mengenai serat makanan, preferensi/kesukaan terhadap makanan, kebiasaan makan sayur dan buah, dan pengaruh teman sebayanya. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan metode penelitian deskriptif dan desain studi cross-sectional. Pengumpulan data dilakukan menggunakan kuesioner dan formulir Food Frequency Questionnaire (FFQ) yang dibagikan kepada 145 mahasiswa penghuni asrama Universitas Indonesia pada bulan April 2011.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan mengenai serat makanan dan preferensi/kesukaan terhadap makanan dengan kebiasaan konsumsi serat makanan pada mahasiswa penghuni asrama Universitas Indonesia. Hasil penelitian menyarankan bahwa perlu diadakannya media KIE mengenai pentingnya konsumsi serat makanan serta disediakannya makanan sumber serat yang lebih bervariasi di kantin asrama.
This thesis discusses the habits of consumption of dietary fiber in boarder student, University of Indonesia 2011 and its relationship with the individual characteristics including gender, knowledge of dietary fiber, preference for food, eating vegetables and fruit, and the influence of peers. This study is a quantitative study with descriptive research methods and cross-sectional design study. The data was collected using questionnaires and form the Food Frequency Questionnaire (FFQ) which was distributed to 145 student boarders, University of Indonesia in April 2011.
The results showed that there was a relationship between knowledge about dietary fiber and preference for food with the habits of consumption of dietary fiber in boarder student at the University of Indonesia?s dormitory. The results suggest that the necessary holding of CIE media about the importance of dietary fiber consumption and the availability of food sources of fiber are more varied in the dorm cafeteria.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2011
T-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Astry Susanti
"Latar Belakang : Prevalensi konstipasi pada ibu hamil berkisar 10-40%. Perubahan hormon dan mekanik selama masa kehamilan berpengaruh terhadap saluran cerna. Menurunnya gerakan peristaltik menyebabkan absorpsi cairan di usus besar meningkat sehingga konsistensi feses menjadi semakin padat yang pada akhirnya dapat menimbulkan gejala konstipasi. Hidrasi yang cukup dapat memperbaiki konsistensi feses. Sedangkan konsumsi serat makanan diketahui mampu meningkatkan massa feses sehingga meningkatkan motilitas usus dan memperpendek waktu transit di usus besar.
Tujuan : Mengetahui hubungan asupan volume cairan dan jumlah asupan serat makanan dengan gejala konstipasi pada ibu hamil.
Metode : Penelitian epidemiologis dengan disain potong lintang. Sebanyak 99 subjek yang memenuhi kriteria inklusi dilakukan wawancara, pemeriksaan antropometri, pemeriksaan fisik dan USG. Dilakukan pencatatan minum selama 7 hari, dilanjutkan wawancara food recall 24 jam. Penelitian dilaksanakan di Puskesmas Kecamatan Cempaka Putih pada bulan Maret 2014.
Hasil: Insiden gejala konstipasi pada ibu hamil sebesar 43%. Rerata volume asupan cairan ibu hamil per hari pada penelitian ini adalah 2683+682 ml, sementara median jumlah asupan serat makanan per hari adalah 9,1 (2,9 , 31,4) gram. Terdapat hubungan antara volume asupan cairan dengan gejala konstipasi pada ibu hamil (p 0,008). Tidak terdapat hubungan bermakna antara jumlah asupan serat makanan dengan gejala konstipasi pada ibu hamil (p 0,594). Volume asupan cairan <2600 ml/hari berisiko mengalami gejala konstipasi (RO 3,077; IK 95% : 1,33 , 7,119). Jumlah asupan serat <12,6 gram/hari berisiko mengalami gejala konstipasi (RO 1,28; IK 95% : 0,515-3,182).
Kesimpulan: Volume asupan cairan berhubungan dengan keluhan konstipasi pada ibu hamil, namun tidak ada hubungan bermakna antara jumlah asupan serat makanan dengan keluhan konstipasi pada ibu hamil.

Background: Constipation in the pregnancy ranges about 10-40%. Hormonal and mechanical changes during pregnancy influence the gastrointestinal tract. The decline in peristaltic increase the fluid absorption in the large intestine which makes more solid fecal mass. Sufficient hydration can improve the consistency of feces and dietary fiber known to increase the fecal mass which will improve bowel movements and shortening the transit time in the large intestine.
Objectives: Knowing association of fluid and dietary fiber intake with constipation symptoms in pregnancy.
Methods: This is an epidemiologic cross sectional study, taking place in Puskesmas Kecamatan Cempaka Putih on March 2014. Among 99 subjects who met the inclusion criteria were conducted interviews, antrophometric, physical and ultrasound examination. Seven days consecutive daily fluid intake were recorded, then the 24 hour dietary recall was held to each subject.
Result: The incidens of constipation symptoms in pregnancy ranges 43%. The rates of daily fluid intake volume of pregnant women in this study was 2683+682 ml, and the median of daily dietary fiber intake was 9,1 (2,9 , 31,4) grams. There was association between fluid intake volume with constipation symptoms (p value 0,008) but there was no association between dietary fiber intake with constipation symptoms (p value 0,594). Fluid intake volume lower than 2600 ml/day and dietary fiber intake lower than 12,6 gram/day were having increasing risk for constipation symptoms (OR 3,077; CI 95% : 1,33 , 7,119 and OR 1,28; 95% CI : 0,515 , 3,182, respectively).
Conclusion: There was association between fluid intake volume and constipation symptoms, but there was no association between fiber intake and constipation symptoms in pregnancy. Nevertheless there are higher odds ratio in the pregnant women with lower fluid intake volume or dietary fiber to get constipation symptoms."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Evi Nurhidayati
"Minimnya konsumsi serat dapat menyebabkan terjadinya berbagai penyakit. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan produk berbahan dasar buah dan kulit pisang (Musa paradisiaca) sebagai makanan alternatif sumber serat berupa donat yang dapat diterima masyarakat. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium dengan metode rancangan acak lengkap. Panelis dalam penelitian ini adalah 50 mahasiswa FKM UI. Hasil penelitian menunjukkan bahwa donat yang paling disukai panelis adalah donat 683 dengan substitusi buah dan kulit pisang (dry basis) sebesar 5,82% buah pisang dan 18,41% kulit pisang. Berdasarkan hasil uji laboratorium, donat 683 memiliki kandungan gizi yaitu energi 338,91 kkal; air 28,23 gram; abu 0,73 gram; lemak10,95 gram; protein 4,31 gram; karbohidrat 55,78 gram; serat pangan larut 2,13 gram; dan serat pangan tak larut 9,12 gram per 100 gram donat. Penambahan buah dan kulit pisang dengan kadar serat tinggi pada donat formulasi meningkatkan jumlah energi, kadar abu, lemak, karbohidrat, dan kadar serat pangan total (serat pangan larut dan tak larut).

Deficiency of dietary fiber can cause so many diseases. The main goals from this research are to make innovative product, especially donut, that made from fruit and peel of banana (Musa paradisiaca) and also to know the acceptance for this product. This research is an experimental research that using completely randomized design method. Panelists for hedonic test in this research are 50 students from Faculty of Public Health UI. The result of this research shows that the favorite donut is donut 683 that substituted by 5,82% banana fruit and 18,41% banana peel (dry basis). Based on laboratorium analysis, the nutrient contents of donut 683 are 338,91 kcal of energy; 28,23 gram of moisturize (water); 0,73 gram of ash; 10,95 gram of fat; 4,31 gram of protein; 55,78 gram of carbohydrate; 2,13 gram of soluble dietary fiber; and 9,12 gram of insoluble dietary fiber per 100 gram of donut. Addition of fruit and peel of banana, that contain with high fiber, can increase the content of energy , ash, fat, carbohydrate, and total dietary fiber (soluble and insoluble dietary fiber)."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
S60321
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marisa
"Bifidobacterium merupakan salah satu mikrobiota yang memberikan manfaat bagi kesehatan manusia termasuk pada kehamilan, dan penting pada proses kolonisasi mikrobiota usus bayi baru lahir. Jumlah Bifidobacterium usus pada dewasa relatif stabil, namun belum diketahui jumlahnya pada ibu hamil trimester ketiga, terutama di Indonesia. Asupan makanan termasuk serat dapat mempengaruhi pertumbuhan Bifidobacterium, termasuk serat. Stimulasi serat terhadap pertumbuhan Bifidobacterium dapat berupa stimulasi langsung sebagai prebiotik, atau secara tidak langsung sebagai substrat yang dapat difermentasi dan menurunkan pH kolon dan meningkatkan enzim intestinal alkaline phospatase (IAP). Dua mekanisme terakhir secara tidak langsung menurunkan jumlah bakteri patogen sehingga jumlah Bifidobacterium meningkat. Penelitian potong lintang di seluruh Puskesmas Kecamatan di Jakarta Timur pada bulan Maret-Juni 2015 dilakukan untuk menilai korelasi asupan serat dengan jumlah Bifidobacterium usus ibu hamil trimester ketiga. Lima puluh dua subjek menyelesaikan prosedur penelitian. Asupan serat dinilai dengan Food Frequency Questionnaire semikuantitatif, dan kuantifikasi Bifidobacterium dengan real time PCR. Nilai asupan serat adalah 18,9 (5,6?43,0) g/hari, dan 92,3% subjek tidak memenuhi AKG. Jumlah Bifidobacterium usus adalah 7,7 (5,12?9,50) log sel/g feses. Tidak terdapat korelasi bermakna (p >0,05) antara asupan serat total, serat larut dan tidak larut, dengan jumlah Bifidobacterium usus (r = 0,223; r = 0,245; r = 0,2).

Bifidobacterium is one of the beneficial microbiota in human health, including in pregnancy and important for first intestinal microbiota colonization in newborn. The number of intestinal Bifidobacterium in adults is relatively stable, but still unknown in the third trimester of pregnancy, especially in Indonesia. Dietary intake is one of the factors influencing the growth of Bifidobacterium, including dietary fiber. Dietary fiber stimulation act directly as a prebiotic, or indirectly as a fermentation substrate that promote the decreasing of colonic pH, and increasing intestinal alkaline phospatase (IAP) enzyme, resulting a decrease of the amount of pathogenic microbiota. A cross-sectional study in all district public health care in the East Jakarta, March until June 2015 was performed to assess the correlation between dietary fiber intake and the amount of intestinal Bifidobacterium in third trimester of pregnancy women. Fifty-two subjects completed the study procedures. Dietary fiber intake was assessed using semiquantitative Food Frequency Questionnaire, and instestinal Bifidobacterium was quantified using real time Polymerase Chain Reaction (rPCR). Dietary fiber intake in this study was 18.9 (5.6?43.0) g/day and 92.3% subjects did not meet the Dietary Reference Intake. The intestinal Bifidobacterium count is 7.7 (5.12?9.50) log cell/g faeces. The results show that there is no significant correlation (p > 0.05) between dietary fiber, dietary soluble fiber, and dietary insoluble fiber intake with the amount of intestinal Bifidobacterium in third trimester of pregnancy (r = 0.223; r = 0.245; r = 0.2)."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
T58710
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Karagenan merupakan bahan pangan alamiah yang mengandung serat cukup tinggi. Penelitian ini bertujuan mempelajari pengaruh serat pangan karagenan pada parameter lipid darah mencit jantan hiperkolesterolemia. Penelitian dilakukan di Laboratorium Fisiologi Universitas Pendidikan Indonesia dan Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor pada bulan Agustus 2011 sampai Maret 2012. Penelitian dilakukan dengan menggunakan rancangan acak lengkap dengan lima kelompok perlakuan, yaitu kontrol negatif; mencit normokolesterolemia yang diberikan pakan standar, kontrol positif; mencit hiperkolesterolemia tanpa suplementasi karagenan, kelompok perlakuan; kelompok mencit hiperkolesterolemia yang diberikan suplementasi karagenan 15%, 30%, dan 46%. Kadar serat makanan tidak larut pada masing-masing pakan mencit percobaan ialah 6,92; 8,75; 10,48; 12,27; dan 14,05%. Parameter yang diukur ialah bobot badan, konsentrasi kolesterol total serum, hati, dan feses, serta kadar trigliserida, high density lipoprotein (HDL), low density lipoprotein (LDL), dan glukosa dalam serum. Hasil penelitian menunjukkan suplementasi karagenan sebesar 46% menurunkan bobot badan sebesar 7,99%, kadar total kolesterol sebesar 18,78%, trigliserida sebesar 17,53%, dan LDL sebesar 71,33%, serta meningkatkan HDL sebesar 15,59−20,47%. Suplementasi serat pangan karagenan dapat menurunkan kandungan kolesterol hati sebesar 38,46% dan meningkatkan pembuangan kolesterol melalui feses sebesar 57,07%. Suplementasi serat pangan karagenan sebesar 46% dalam diet hiperkolesterolemik dapat memperbaiki parameter lipid darah mencit hiperkolesterolemia.

The Carrageenan Dietary Fiber Suplementation in Feed to Improving Blood Lipid Parameters of Hypercholesterolemic Mice. Carrageenan is example of food with high content of fiber. An experiment was conducted to study the effects of carrageenan supplementations on blood lipid parameters of hypercholesterolemic male mice. The experiment were done at animal cages Departemen of Biology Education, Indonesia University of Education and Fisiology Laboratory Faculty of Veteriner Medicine, Bogor Agricultural Institute on August 2011 until March 2012. The experimental mice were assigned into a completely randomized design with 5 treatments i.e., negative control group; normocholesterolemic mice fed with a standard diet, positive control group; hypercholesterolemic mice fed with a standard diet without carrageenan supplementation, treatments group; hypercholesterolemic mice feds with supplemented with 15%, 30%, and 46% carrageenan. The nonsoluble content of dietary fiber in the experimental treatments were 6.92, 8.75, 10.48, 12.27, and 14.05%, respectively. The parameters measured were body weight, cholesterol levels of blood serum, liver and feces, triglyceride, high density lipoprotein (HDL), low density lipoprotein (LDL) and glucose levels. Supplementation of carrageenan as a source of dietary fiber increased serum HDL concentrations, and decreased body weight, serum cholesterol, triglyceride, and LDL concentrations of hypercholesterolemic male mice without a significant effect on serum glucose consentrations. Hypercholesterolemic mice fed with a supplemented with 46% carrageenan decreased body weight by 7.99%, total serum cholesterol by 18.78%, triglyceride by 17.53%, LDL by 71.33%, and increased HDL by 15.59−20.47%. Carrageenan supplementation reduce liver cholesterol levels by 38.46% and increased cholesterol excretion through feces by 57.07%. Supplementation of 46% carrageenan in hipercholesterolemic fed is effective in improving blood lipid parameters of hypercholesterolemic male mice."
Institut Pertanian Bogor. Fakultas Kedokteran Hewan, 2013
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Zuraidah Hanifah
"Konsumsi sayur dan buah masyarakat Indonesia masih jauh dari kategori cukup. Remaja ditemukan sebagai kelompok umur dengan persentase tertingi untuk konsumsi sayur dan buah yang kurang. Konsumsi sayur dan buah yang kurang pada saat remaja akan mempengaruhi status kesehatan di masa mendatang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor dominan yang berhubungan dengan konsumsi sayur dan buah pada kelompok remaja di Jakarta. Penelitian ini menggunakan disain cross sectional pada bulan April hingga Mei 2018 di SMAN 39 Jakarta. Responden terdiri dari siswa kelas X dan kelas XI. Pengambilan data menggunakan kuesioner dan FFQ dengan metode angket.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat 68,4 responden termasuk ke dalam kategori kurang konsumsi sayur dan buah. Uji chi square yang dilakukan menghasilkan bahwa terdapat hubungan antara pengaruh orangtua OR=2,436; CI=1,293-4,587 dan keterlibatan dalam berbelanja OR=2,045; CI=1,091-3,834 dengan konsumsi sayur dan buah pada responden. Analisis lebih lanjut berupa analisis multivariat dengan uji regresi logistic ganda menunjukkan hasil bahwa pengaruh orangtua menjadi faktor dominan yang berhubungan dengan konsumsi sayur dan buah pada siswa.

Consumption of vegetables and fruits of Indonesian society is still far from sufficient category. Adolescents are found as the age group with the highest percentage for less vegetable and fruit consumption. Consumption of less vegetables and fruits during adolescence will affect health status in the future. This study aims to determine the dominant factors associated with consumption of vegetables and fruits in groups of adolescents in Jakarta. This study used cross sectional design in April to May 2018 at SMAN 39 Jakarta. Respondents consisted of students of class X and class XI. Data collection using self administered questionnaire and.
The results of this study indicate that there are 68.4 of respondents included into the category of less consumption of vegetables and fruits. The chi square test performed resulted in a relationship between parental influence OR 2,436 CI 1,293 4,587 and shopping involvement OR 2,045 CI 1,091 3,834 with consumption of vegetables and fruits in the respondents. Further analysis in the form of multivariate analysis with multiple logistic regression test showed that the influence of parents became the dominant factor related to the consumption of vegetables and fruit in the students.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library