Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Raditya Priharnanto
Abstrak :
Latar belakang: Periodontitis merupakan infeksi yang melibatkan jaringan pendukung gigi disebabkan oleh biofilm plak gigi pada permukaan gigi dan inflamasi sebagai penyebab dari respons imun pejamu. Prostaglandin E2 (PGE2) sebagai mediator inflamasi terlibat dalam patogenesis berbagai penyakit inflamasi kronis, termasuk periodontitis dan sebagai regulator tekanan darah. Tujuan: Untuk membandingkan kadar prostaglandin dalam cairan krevikular gingiva pasien periodontitis dengan hipertensi dan non-hipertensi. Metode: Sampel total 60 pasien diperiksa. Terdiri dari 44 pasien kelompok hipertensi dan 16 pasien kelompok non-hipertensi sebagai kontrol. Keadaan hipertensi diukur dengan tekanan darah berdasarkan anamnesis dan menggunakan sphygmomanometer merkuri. Sampel klinis dikumpulkan dari 60 CKG subjek periodontitis. Pengukuran parameter klinis kedalaman poket (PD), dan perdarahan saat probing (BOP ≥1) dimasukkan sebagai kriteria diagnostik. Kedalaman poket dan kehilangan perlekatan klinis (CAL) dicatat sebagai kriteria subjek apabila PD ≥5 mm dan CAL adalah ≥1 mm. Kadar Prostaglandin E2 diperkirakan dalam sampel cairan crevicular gingiva dengan menggunakan uji immunosorbent link-enzyme. Hasil: Tingkat PGE2 signifikan secara statistik dalam kelompok hipertensi dibandingkan dengan kelompok non-hipertensi (p<0,05). Perbedaan yang signifikan dalam kedalaman poket, resesi, dan kehilangan perlekatan klinis (p<0,05). Kesimpulan: Tekanan darah yang lebih tinggi memiliki potensi risiko peradangan dan perkembangan penyakit periodontal. ......ackground: Periodontitis is an infection that involved tooth supporting tissues by dental plaque biofilm on the tooth surface and host immune response as causal to as inflammation resolution. Prostaglandin E2 (PGE2) as an inflammatory mediator has been implicated in the pathogenesis of various chronic inflammatory diseases, including periodontitis, and as a regulator of blood pressure. Objective: To compare the levels of prostaglandin in the gingival crevicular fluid of periodontitis patients with hypertension and non-hypertension. Methods: A total sample of 60 patients was examined. Consists of 44 patients were hypertension group and 16 patients were non-hypertension groups as a control. Hypertension state was measured by blood pressure based on anamnesis and using sphygmomanometer mercury. The clinical sample was collected from 60 gingival crevicular fluids (GCF) of periodontal disease subject. Measurement of the clinical parameter of probing pocket depth (PD) and bleeding on probing (BOP ≥1) was included as a diagnostic requisition. The pocket depth and clinical attachment loss (CAL) was defined as present if the PD was ≥5 mm and CAL was ≥1 mm. Prostaglandin E2 level was estimated in gingival crevicular fluid samples by using the enzyme-linked immunosorbent assay. Results: The level of PGE2 was statically significant difference in hypertension patient compare with non-hypertension (p<0.05). There was a significant difference in pocket depth, recession, and clinical attachment loss (p<0.05). Conclusion: Higher blood pressure related to the potential risk of inflammation and progression periodontal disease.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hanifa
Abstrak :
Gel IgY anti-ComD S.mutans bekerja dengan inaktivasi gen comD sehingga menurunkan kemampuan komunikasi S.mutans yang berakibat terhambatnya pembentukan plak. Kitosan memiliki sifat antibakteri dan pengawet. Tujuan: Mengetahui pengaruh penggunaan gel IgY anti ComD S.mutans dan kitosan terhadap jumlah S.mutans dalam saliva subjek karies dan bebas karies. Metode: 40 subjek diaplikasikan gel selama tujuh hari. Sebelum dan sesudah perlakuan, saliva subjek diisolasi dan dibiakkan di TYS20B. Jumlah koloni S.mutans dihitung. Hasil: Penurunan rerata jumlah S.mutans terjadi pada kelompok subjek yang diaplikasikan gel IgY anti ComD S.mutans. Kesimpulan: Gel IgY anti ComD S.mutans dan kitosan tidak dapat menurunkan jumlah S.mutans dalam saliva. ......Gel IgY anti-ComD S.mutans decreasing the ability of S.mutans to start the plaque formation. Chitosan has antibacterial and preservative properties. Objective: Evaluate the effect of gel containing IgY anti ComD S.mutans and chitosan on numbers of Salivary S.mutans in Subjects. Method: 40 subjects used this gel for seven days. Before and after treatment, subjects’ saliva was isolated and cultured in TYS20B. The number of salivary S.mutans were counted. Result: Reduction happen in groups that were given gel containing IgY anti ComD S.mutans Conclusion: Gel containing IgY anti ComD S.mutans and chitosan is unable to decrease the number of salivary S.mutans.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fransiska Indah Salsalina
Abstrak :
Latar Belakang: Gingivitis merupakan penyakit periodontal dengan prevalensi paling tinggi di Indonesia. Penyebab utama terjadinya gingivitis adalah akumulasi plak dan tingkat kebersihan rongga mulut yang rendah. Manifestasi klinis gingivitis dapat berupa eritema, edema, perdarahan, dan ulserasi pada gingiva tanpa disertai adanya kehilangan perlekatan periodontal. Secara mikroskopis, ditemukan perubahan flora normal dan infeksi bakteri nonspesifik pada gingivitis. Kerusakan jaringan pada gingivitis bersifat reversibledengan adanya penghilangan plak dan peningkatan kebersihan rongga mulut. Mekanisme penghilangan plak dapat dilakukan secara mekanis dan kimiawi. Cara mekanis seperti scalingdan menyikat gigi merupakan metode utama penghilangan plak. Metode kimiawi seperti penggunaan obat kumur yang mengandung bahan aktif merupakan terapi tambahan yang efektif, terutama dalam membersihkan area di rongga mulut yang tidak terjangkau oleh pembersihan secara mekanis. Propolis merupakan salah satu bahan alami di bidang kesehatan yang memiliki sifat antiplak dan antibakteri. Obat kumur propolis dinilai memberikan efek terhadap plak dan gingivitis secara klinis serta jumlah koloni bakteri nonspesifik pada plak. Tujuan: Mengetahui efek obat kumur yang mengandung propolis terhadap plak dan gingivitis secara klinisserta jumlah koloni bakteri nonspesifik pada plak. Metode: Penelitian ini dilakukan menggunakan metode eksperimental klinis. Sebanyak 20 orang sukarelawan gingivitis berusia 18-30 tahun berpartisipasi dalam penelitian ini. Subjek dibagi menjadi kelompok uji dan kelompok kontrol dengan pembagian 10 orang kelompok uji berkumur dengan obat kumur propolis dan 10 orang kelompok kontrol berkumur dengan obat kumur tanpa bahan aktif. Pada awal penelitian, dilakukan scaling, penyuluhan, pengukuran awal PI dan PBI, serta pengambilan sampel plak untuk penghitungan jumlah koloni bakteri. Setelah berkumur selama 14 hari, dilakukan kembali pengukuran PI dan PBI serta pengambilan sampel plak untuk penghitungan jumlah koloni bakteri. Hasil: Hasil penilaian statistik menunjukkan terdapat perbedaan bermakna rata-rata penurunan PBI antara kelompok uji dan kelompok kontrol. (sig< 0,05 , selisih RPBI= 0.3724). Rata-rata penurunan PI kelompok uji lebih besar dibandingkan kelompok kontrol (selisih RPI= 0.3665), begitu juga dengan rata-rata penurunan jumlah koloni bakteri aerob dan anaerob (selisih RAerob = 90.6 , selisih RAnaerob= 40) walaupun tidak bermakna secara statistik (sig> 0,05). Kesimpulan: Berkumur dengan obat kumur propolis efektif terhadap perdarahan papilla dibandingkan dengan berkumur dengan obat kumur tanpa aktif. Berkumur dengan obat kumur propolis dapat menurunkan rata-rata PI serta rata-rata jumlah koloni bakteri aerob dan anaerob pada plak, walaupun tidak bermakna secara statistik. Kata kunci: Gingivitis, propolis, obat kumur, bakteri nonspesifik pada plak
Background: Gingivitis has the highest prevalence among the other periodontal diseases in Indonesia. The main causes of gingivitis are dental plaque accumulation and low oral hygiene level in patients. Clinically, gingivitis could appear as edema, bleeding, and ulceration without any loss of attachment. There are shifting of normal floras and certain periodontal pathogens found in gingivitis microscopically. Tissue damage in gingivitis is reversible with the presence of adequate plaque removal and an increase in patientsoral hygiene level. Dental plaque removal could be done mechanically and chemically. The mechanical methods like toothbrushing and scaling are the main method, whereas the use of chemical like mouthwash is an adjunctive therapy which shows efficacy. The use of mouthwash with active ingredients could cleanse area in the mouth that could not be reached through mechanical methods. Propolis is one of the natural ingredients commonly studied and used in dentistry because of the antibacterial and antiplaque effects it has. Propolis containing mouthwash could give effects on dental plaque and gingivitis clinically, along with the total count of nonspecific bacteria present in dental plaque. Objectives: To assess the effect of propolis containing mouthwash on dental plaque and gingivitis clinically along with the total count of nonspecific bacteria present in dental plaque.Methods:This study is completed using clinical experimental method. There are 20 volunteers with age interval 18-30 years old who participated in this research. Twenty subjects are divided into two groups with the same numbers, which is 10 subjects each groups. The first group is the test group which use propolis containing mouthwash, whereas the other one is placebo group which use mouthwash without any active ingredients. Scaling, dental health education, measurement of plaque index and papillary bleeding index, and plaque sample collection for bacteria assessment were done in the beginning of this study. After using mouthwash for 14 days, there were second measurement of plaque index and papillary bleeding index along with plaque sample collection for bacteria assessment. Results: Statistic showed there is significant difference (sig< 0.05, mean differences = 0.3724) of papillary bleeding index among the two groups. Mean score of plaque index in the test group showed greater reduction than the placebo group (mean differences = 0.3665) and nean score of total bacteria count in the test group showed higher reduction than the placebo group (mean differences of aerob bacteria = 90.6 , mean differences of anaerob bacteria = 40) though there werent any significant difference present statistically (sig>0.05). Conclusion: The use of propolis containing mouthwash showed better effect on papillary bleeding index compared to the use of mouthwash without any active ingredients. The use of propolis containing mouthwash could reduce mean scores of plaque index and the numbers of aerob and anaerob bacteria present in dental plaque, though there werent any statistical significance shown. Keywords: Gingivitis, propolis, mouthwash, nonspecific bacterial plaque
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fatiany Fadillah
Abstrak :
Latar Belakang: Menuruthasil Riskesdas, prevalensi masalah gigi dan mulut anak usia7-9 tahun meningkat dari 21,6% pada tahun 2007 menjadi 28,9% pada tahun 2013. Dalam usaha mencegah karies gigi anak, peran guru dan orangtua (ibu) sangat penting sehingga diperlukan pendidikan kesehatan gigi dan mulut. Selain itu, kegiatan sikat gigi bersama juga dapat dilakukan dalam upaya mencegah karies dengan menghilangkan plak gigi. Tujuan: Mengetahui pengaruh pendidikankesehatan gigi dan mulutkepada guru dan orangtua (ibu) terhadap program menyikat gigi 16 permukaan pada anak usia 7-9 tahun. Metode: Kuasi eksperimenta ldengan desain nonrandomized control group, pretest-posttest. Responden adalah 20 guru dan 66 ibu sebagai kelompok intervensi, kelompok kontrol adalah 10 guru dan 54 ibu. Seluruh responden diberikan edukasi mengenai cara menjaga dan memelihara kesehatan gigi dan mulut anak lalu memberikannya kepada anak. Pengambilan data pengetahuan dan sikap guru dan ibu melalui pengisian kuesioner pretest dan posttest.Kepada 66 anak dalam kelompok intervensi diberikan program menyikat gigi, sedangkan 54 anak pada kelompok kontrol hanya diberikan edukasi oleh guru dan orangtua (ibu). Evaluasi pemeriksaan dilakukan setelah 1 bulan untuk menilai indeks plak gigi anak. Hasil: Terdapat peningkatan pengetahuan kesehatan gigi dan mulut guru dengan persentase 16.7%,sikap kesehatan gigi dan mulut guru 20%, pengetahuan kesehatan gigi dan mulut ibu 16.7%, sikap kesehatan gigi dan mulut ibu 20%dan penurunan indeks plak anak 47%. Kesimpulan: Terdapat pengaruh pendidikan kesehatan gigi dan mulut kepada guru dan orangtua (ibu) disertai program menyikat 16 permukaan terhadap penurunan indeks plak gigi pada anak usia 7-9 tahun.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library