Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 71 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Bambang Irawan
Abstrak :
Kelainan rongga mulut sebagai manifestasi leukemia dapat disebabkan antara lain karena adanya penekanan sumsum tulang, efek dari kemoterapi dan infiltrasi sel-sel leukemia. Selain dari faktor tersebut kelainan rongga mulut dapat diperberat oleh faktor Iokal (dental plak don kalkulus). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh kondisi status kebersihan mulut dan status hematologi terhadap timbulnya kelainan rongga mulut. Dari hasil penelitian terhadap 62 penderita leukemia baik akut maupun kronis ditemukan kelainan rongga mulut sebenyak 77,41 Z. Kelainan yang terbanyak ditemukan adalah perdarahan gusi dengan petekie don ekimosis diikuti pembesaran gusi, ulkus, gingivitis dan kelainan lain berupa pigmentasi. Hasil penelitian ini menunjukkan status hemetologi (gambaran darah tepi) sangat berpengaruh terhadap timbulnya kelainan rongga mulut don Oral Hygiene memperbera t kelainan tersebut dan Pekerjaan merupakan faktor-faktor yang memungkinkan terjadinya piutang. Karakteristik Piutang Dan Pasien Rawest Inap Bayar Sendiri adalah Pelunasan dan Angsuran Piutang Tanpa Tanggal Pembayaran dan Piutang Ragu-Ragu. Saran-saran yang bisa disampaikan adalah mengoptimalkan fungsi-fungsi yang terkait dengan manajemen piutang terutama Penataan Rekening dan Penagihan. Monitoring ketat atas pemilihan kelas, pelaksanaan prosedur tetap pasien masuk dan lepas rawat serta meningkatkan kemampuan dan motivasi kerja petugas melalui pendidikan, latihan dan Reward yang memadai. vii + 99 halaman : 9 tabel, 2 gambar, 12 lampiran.
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Khairullah
Abstrak :
Guna mewujudkan Indonesia Sehat 2010 sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum dari tujuan Nasional, maka salah satu usahanya adalah dengan meningkatkan status kesehatan gigi. Status Kesehatan Gigi anak usia I2 th sebagai usia indikator yang dianiurkan WHO tergolong masih rendah. Hal ini dapat dilihat dari angka DMF-T rata-rata 2,2l dan Prevalensi Karies Gigi 76,9% dan Nilai Performent Treatment Index (PTI) baru mencapai 4,52 % (SKRT, 1995). Sedangkan di Kota Jambi pada tahun 1999 hasil penelitiaan Irma, dkk rnenginformasikan bahwa pada anak usia I2 th DMF-T rata-rata 2,44 dan Prevalensi karies. 83,9 % serta Nilai PTI I,84%. Sementara target Nasional untuk usia I2 tahun pada tahun 2010 rtanti adaiah DMF-T rata-rata 1,0 dan Prevalensi karies gigi 50% serta Nilai PTI 50%. Program UKGS Paripurna sebagai salah satu program yang ada di Puskesmas merupakan program yang Iangsung mcnyentuh kepada kebutuhan pelayanan kesehatan gigi khususnya anak usia 12 tahun yang pada umumnya duduk di kelas V1 SD. Untuk mengetahui gambaran status kesebatan gigi dau gambaran program UKGS Paripurna di Kota Jambi merupakan tujuan dari penelitian ini. Penilaian kualitas program UKGS Paripuma dengan menggunakan ?pendekatan system? memandang bahwa program UKGS Paripurna merupakan suatu organisasi dengan variabel-variabeinya input, pross dan output serta status kesehatan gigi sebagai outcome. Penelitian ini dilakukan dengan rancangan cross sectional, dengan pengumpulan data menggunakan kuesioner wawancara untuk variabel independen dan menggunakan formulir pemeriksaan kesehatan gli untuk variabel dependen. Responden adalah penanggung jawab program UKGS Paripuma di seluruh Puskesmas di Kota Jambi sebanyak 20 Puskesrnas, sedangkan sampel murid kelas VI SD binaau UKGS Paripurna sebarnyak 708 orang untuk wilayah Puskesmas deugan kuaiitas Program UKGS Paripuma baik clan 708 oraug untuk wilayah PLISICCSIIIHS dengan kualitas Program UKGS Paripuma kurang baik. Selanjutnya data diolah menggunakan analisis Uji Kai Kuadrat (Chi Square). Hasil penelitian menunjukkan status kesehatan gigi sebagai berikut; DMF-T rata-rata 2,14 Prevalensi Karies Gigi 79,S4% dan Nilai PTI 5,78%- Kualitas Program UKGS Paripurna dinilai dengan menggunakan ?pendekatan system? didapatkan hasil sebagai berikut: II (55%) Puskesmas dengau kualitasjprogram UKGS Paripurna baik dan 9 (45%) Puskesmas kurang baik, 10 (50%) Puskesmas dengan input baik dan 10 (50%) Puskesmas kurang baik, II (60%) Puskesmas dengan proses baik dan 8 (40%) Puskesmas kurang baik, ll (55%) Puskesmas dengan output baik dan 9 (45%) Puskesmas kurang baik. Begitupula dengan status kesehatan gigi setelah dikategorikan didapat hasil 12 (60%) Puskesmas dengan status kesehatan gigi baik dau 8 (40%) Puskesmas dengan status kesehatan gigi kurang baik. Dari analisis terrnyata anftara seluruh variabel independen mempunyai hubungan yang berrnakna dengau variabel dependen (Status kesehatan gigi). Guna Iebih meningkatkan kualitas dan cakupan SD UKGS Paripuma disarankan Dinas Kesehatan Kota Jambi meningkatkan variabel input berupa penambahau sarana pelayauan kesehatan gigi, peralatan dan obat-obatan terutama untuk tumpata ART, mengadakan dana operasional dan memberikan pelatihan kepada penauggtmg jawab program UKGS Serta memberikan kebijakan dan pedoman pelaksanaan program UKGS yang lebih jelas. In order to establish Healthy Indonesian in 2010, as one of the elements of National olqiective on general welfare, it is improving the dental health status. The dental health status of children age I2 years as indicator age that suggested by the W.H.O- is still low. lt can be seen from the average rate of DMF-T was 2,2l, prevalence of caries dental was 76,9%, and value of Perfomance Treatment Index only reach 4,52% (House Hold Survey, 1995). While in Ja1'nbi City in l999 the result of survey conducted by lmta et al informed that on children age I2 years the average DMF-T was 2,44 and caries prevalence was 83,9%, the value of PTI was l,84%. Whereas the National target for the children age I2 years in 2010, the average DMF-T is 1,0, caries dental prevalence is 50%, and value of PTI is 50%. Post School Dental Health Program as one of the programs that available at the Health Center is direct program who touches to the need of dental heath service, especially for the children age 12 years, whose at VI graders of Primary School. The objective of this may is to determine me description of aemai health status and the description on post School Dental Health Program in Jambi City. The assessment to the quality of post School Dental Health Program is using "system approach", considering that post School Dental Health Program is an organization with its variables i.e. input, process, output, and dental health status as outcome. The design of this study was cross-sectional; the data collected by interview using questionnaire for independent variable, and using dental health examining form for dependent variable. Respondent is the undertalcer of post School Dental Health Program at entire of Health Centers in Jambi City with the number was 20 Health Centers. The sample were the schoolchildren at Vl graders of Primary School who as the model on post School Dental Health Program with the number 708 subjects, where at the area of post School Dental Health Program both good and was not good. The data was analyzing by chi-square Test. The result of this study shows that the dental health status in Jambi City was still low, especially to schoolchildren at the Vl graders of Primary School, with the detail as the followings: thc average of DMF-T was 2,l4, dental caries prevalence was 79,84, and value of PTI was 5,78%. Ten (50%) of Health Centers with sufficient input variable and 10 (50%) of Health Centers was insuflicient. Twelve (60%) of Health Centers with good process variable and Eight (40%) of Health Centers was not good. Eleven (55%) of Health Centers with good output variable and nine (45%) was not good. lt also with dental health status after grouped, it was obtained result twelve (60%) of Health Centers with dental health status good and eight (40%) of Health Centers was not good. Based on the analysis, the fact among entire of independent variables (input, process, and output) was having significant relationship with dependent variable (dental health status). In order to improve the quality and coverage of the Primary School on post School Dental Health Program, it is recommended to Local Health Ollice of Jambi City to increase the input variable by adding the facility of dental health service, equipment and medicine especially iilling of ART. Conduct operational iiind, giving training to the coordinator of School Dental Health Program And giving clear policy and manual of implementation on School Dental Health Program.
Depok: Universitas Indonesia, 2002
T3714
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nola Primadona
Abstrak :
Latar Belakang: Propolis merupakan zat alami dari lebah yang memiliki efek antibakteri karena mengandung flavonoid. Streptococcus gordonii dan Streptococcus sanguinis merupakan bakteri oral pionir pembentukan plak pada gigi yang dapat berlanjut menjadi karies apabila dibiarkan menempel pada permukaan gigi. Tujuan: Untuk menganalisis pengaruh pemaparan obat kumur mengandung ekstrak propolis UI dalam menghambat pembentukan biofilm Streptococcus gordonii atau Streptococcus sanguinis. Metode: Biofilm Streptococcus gordonii ATCC 10558 dan Streptococcus sanguinis ATCC 10556 dipaparkan dengan obat kumur mengandung ekstrak propolis UI dengan konsentrasi 0.025 ml/ml, 0.05 ml/ml, dan 0.1 ml/ml. Setelah itu diinkubasi pada suhu 37°C selama 4 jam, 12 jam, dan 24 jam sesuai dengan fase pembentukan biofilm, yaitu fase adhesi, kolonisasi, dan maturasi. Persentase inhibisi dinilai dengan uji MTT. Hasil: Persentase inhibisi biofilm Streptococcus gordonii tertinggi pada penelitian ini terjadi pada fase kolonisasi (12 jam) dan Streptococcus sanguinis pada fase maturasi (24 jam) pada pemaparan obat kumur mengandung ekstrak propolis UI dengan konsentrasi 0.1 ml/ml. Kesimpulan: Obat kumur mengandung ekstrak propolis UI memiliki potensi hambat terhadap pembentukan dan maturasi biofilm Streptococcus gordonii atau Streptococcus sanguinis. ......Background: Propolis is a natural substance from bees that has an antibacterial effect because it contains flavonoids. Streptococcus gordonii and Streptococcus sanguinis are the pioneer of oral bacteria that form a dental plaque which can lead to tooth decay. Objective: To analyze the effect of mouthwash containing propolis UI extract in inhibiting biofilm formation of Streptococcus gordonii or Streptococcus sanguinis. Methods: The biofilm of Streptococcus gordonii ATCC 10558 and Streptococcus sanguinis ATCC 10556 were exposed to a mouthwash containing propolis UI extract with concentrations of 0.025 ml/ml, 0.05 ml/ml and 0.1 ml/ml. After that, it was incubated at 37°C for 4 hours, 12 hours and 24 hours according to the biofilm formation phases: the adhesion, colonization and maturation phase. The inhibition percentage was evaluated with MTT assay. Results: The highest percentage of biofilm inhibition of Streptococcus gordonii in this study occurred in the colonization phase (12 hours) and Streptococcus sanguinis in the maturation phase (24 hours) which exposed to the mouthwash containing propolis UI extract with concentration of 0.1 ml/ml. Conclusion: Mouthwash containing propolis UI extract has inhibitory potential on the biofilm formation of Streptococcus gordonii or Streptococcus sanguinis.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yura Muharsya
Abstrak :
ABSTRAK
Latar belakang: Siler dapat meningkatkan sealing ability Tujuan: Menganalisis dan membandingkan sealing ability pengisian saluran akar dengan siler bioceramic dan resin metakrilat. Metode: Tiga puluh gigi dengan saluran akar tunggal, dipreparasi dengan ProTaper Next, dibagi dalam dua kelompok secara acak; Masing-masing grup diisi dengan gutaperca berlapis, untuk kelompok 1 menggunakan Siler Bioceramic SB dan kelompok 2 Siler Resin-Metakrilat SRM . Pengukuran kebocoran dengan tinta india pada daerah sepertiga apikal apeks yang dipotong secara melintang, kemudian dilihat dengan mikroskop stereo. Hasil: Kelompok siler bioceramic menunjukkan celah tepi yang lebih sedikit jika dibandingkan dengan siler resin-metakrilat. Kesimpulan: Sealing ability pengisian saluran akar menggunakan siler bioceramic SB lebih baik dibandingkan dengan siler resin-metakrilat SRM .
ABSTRAK
Background Sealer may increase sealing ability. Purpose To compare and analyze sealability of obturation using the bioceramic sealer and methacrylate resin based sealer. Methods thirty single rooted teeth were prepared using ProTaper Next and divided randomly into two groups the first group was obturated with Bioceramic Sealer SB while the second group was obturated with methacrylate resin based sealer SRM . Each group used coated gutta percha as a core material. Apical third marginal adaptation was evaluated by observing the dye penetration between the obturation material and the root canal walls on cross sectioned samples. Results SB Showed the least microleakage in the apical third marginal adaptation, followed by SRM. Conclusion Obturation of root canal using bioceramic sealer has the best sealing ability at the apical third, compared to SRM.
2017
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Febriana Setiawati
Abstrak :
Penduduk di Kecamatan Slawi Kabupaten Tegal Propinsi Jawa Tengah mempunyai kebiasaan minum teh dengan karakteristik yang khas yaitu teh tanpa gula yang pekat maupun teh dengan gula dengan konsentrasi gula yang cukup tinggi,dengan frekuensi minum sering. Sedangkan diketahui kandungan fluor dalam teh dapat mencegah karies, dan gula pasir yang termasuk golongan sukrosa merupakan karbohidrat yang paling kariogenik. Dihubungkan dengan kebiasaan minum teh tersebut, tujuan penelitian ini adalah mengetahui faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan derajat keparahan karies di Kecamatan Slawi Kabupaten Tegal propinsi Jawa Tengah tahun 1998. Penelitian ini menggunakan rancangan cross sectional . Jumlah sampel dalam penelitian ini 140 orang. Subjek penelitian adalah penduduk Kecamatan Slawi yang berusia 18-44 tahun. Dilakukan wawancara untuk mendapatkan data karakteristik minum teh, pengambilan dan pemeriksaan sampel teh, air dan gula pada setiap subjek penelitian untuk mengetahui konsentrasi fluor dan gula dalam minuman teh, pemeriksaan intra oral untuk mengetahui skor DMFT dan skor plak, dan pemeriksaan saliva untuk mengetahui efek buffer saliva dan aliran saliva. Analisis statistik yang digunakan adalah regresi linier ganda dengan program STATA /windows ver 4. Dari hasil penelitian diketahui prevalensi pada kelompok subjek penelitian yang mempunyai kebiasaan minum teh tanpa gula 76,92% dengan derajat keparahan karies 2,85 ; dan pada subjek penelitian yang mempunyai kebiasaan minum teh dengan gula prevalensi karies 98.15% dengan derajat keparahan karies 6,15. Konsentrasi fluor rata-rata dalam minuman pada seluruh responden 0,11 mg/l, dan konsentrasi gula rata-rata 5,26%. Dari model regresi linier ganda disimpulkan bahwa 68,94% variasi derajat keparahan karies (skor DMF-T) dapat diterangkan oleh faktor-faktor di dalam model.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 1999
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Aliyah Pradono
Abstrak :
Informasi mengenai profil kesehatan gigi dan mulut di Indonesia belum mencakup profil kesehatan/penyakit pada mukosa mulut. Selain itu, studi mengenai penyakit atau kondisi mukosa mulut pada anak-anak sedikit sekali yang dilaporkan dan biasanya terbatas pada 1 atau 2 penyakit. Studi ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui ada/tidaknya, macam penyakit jaringan lunak mulut ini khususnya pada anak murid sekolah dasar. Diharap para dokter gigi, penentu kebijakan masalah kesehatan gigi-mulut dan juga masyarakat lebih concern mengenai masalah tersebut. Penelitian "cross-sectional" ini dilakukan di kalangan murid sekolah dasar, kecamatan Pacet, Cianjur dan 319 anak terlibat dalam penelitian ini. Lesi dijumpai pada 152 (47,2%) anak. Empat belas macam lesi dijumpai pada mukosa mulut. Masing-masing prevalensnya adalah 80 anak dengan cheilitis angularis (25%), ANUG 49 (15,3%), cheilitis 17 (5,3%), atrofi papila lidah 13 (4%), "flicated tongue" 8 (2,5%), "geographic tongue" 6 (1,8%), tongue tie 6 (1,8%), melanin pigmentation 5 (1,5%), fibroma 3 (0,9%), stomatitis aftousa 2 (0,6%), mukokel 2 (0,6%), "cheek biting" 2 (0,6%), geografik stomatitis 1 (0,3%) dan hemangioma 1 (0,3%). Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan adanya bermacam penyakit atau kondisi mukosa mulut dengan prevalennya masing-masing dan, mayoritas berupa lesi yang ada kaitannya dengan infeksi mikroba.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 1996
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Nyoman Gde Suryadhana
Abstrak :
ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian tentang hubungan antara tingkat kecemasan (stres) dengan perubahan tingkat migrasi sel-sel neutrofil ke dalam mulut. Subyek penelitian adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi UI semester I dan III, 12 laki-laki dan 97 perempuan yang dinilai dalam keadaan sehat lahir dan batin. Pemeriksaan dilakukan 3 kali yaitu sekitar 2 bulan sebelum ujian, 1/2 - 1 jam sebelum ujian dan 1/2 jam sesudah ujian. Evaluasi migrasi neutrofil dilakukan sama sesuai dengan teknik Klinkhamer yaitu kumuran dengan 5 cc NaCl 1,2%, dikumpulkan tiap rentan waktu 30 detik sampai 9 tabung. Hasilnya, jumlah sel yang bermigrasi per 30 detik menurun drastis secara, amat bermakna pada saat menjelang ujian, dan pulih kembali setelah ujian (P 00.1). Masing-masing dengan indeks OMR 0.43 sebelum ujian, 0.23 menjelang ujian dan 0.42 setelah ujian selesai. Agaknya saat-saat menjelang ujian, merupakan saat-saat yang amat mencekam yang menyebabkan terhambatnya/tertahannya migrasi sel neutrofil dan bersifat temporer. Perubahan psikologik ini, diolah dan dikendalikan oleh sistem syaraf autonom yanag bersifat amat responsif terhadap stres dan bekerja melalui mekanisme imunologik. Dengan demikian, terbukti bahwa unsur kecemasan mempengaruhi beberapa faset respons imun. Hasil ini diharapkan dapat dijadikan bahan masukan bagi perkembangan sifat mental mahasiswa dalam menanggapi stres dan pemahaman yang lebih baik tentang adanya hubungan stres dengan defisiensi Imunologik.
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 1995
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Edi Hartini Sundoro
Abstrak :
Karies gigi masih merupakan masalah di Indonesia. Karena itu pencegahan yang efektif, mudah, dan murah masih perlu diperhatikan. Flour sudah umum digunakan dalam mencegah karies. Teh mengandung flour dan beberapa penelitian mengenai pencegahan karies dengan the sudah dilakukan. Antara lain Departemen Kesehatan (1987) pada murid sekolah dasar di Cilandak yang menyimpulkan bahwa teh mempunyai pengaruh positif dalam program pencegahan karies gigi. Penelitian ini ditujukan untuk membuktikan bahwa teh dapat menyebabkan remineralisasi email yang sudah didemineralisasi. Sample adalah lempeng email gigi insisif manusia yang diukur kekerasannya dengan ukuran KHN sebelum dan sesudah demineralisasi, dan sesudah direndam dalam teh 1,2, dan 3 kali setiap hari selama 4-8 minggu. Sebagai pembanding digunakan air biasa yang digunakan untuk menyeduh teh. Selama penelitian lempeng email disimpan dalam aquades. Sebagai kesimpulan dinyatakan bahwa teh dapat meyebabkan remineralisasi pada email yang sudah di demineralisasi. Dan hasil remineralisasinya lebih tinggi secara bermakna (p<0,05) daripada jika direndam dengan air. Tidak ada perbedaan antara angka kekerasan kelompok yang direndam dalam teh atau air yang dilakuakan 1,2,3 kali setiap harinya. Juga tidak ada perbedaan bermakna angka kekerasan email yang direndam teh atau air dan dilakukan 4,6 dan 8 minggu.
1988
LP-01-88
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Mellisa
Abstrak :
Pembangunan kesehatan masyarakat Indonesia dilakukan dalam keseluruhan proses kehidupan mulai dalam kandungan sampai usia lanjut. Indonesia sebagai negara berkembang, walaupun sedang dilanda krisis di segala bidang, sudah sepantasnya tetap mempertahankan generasi penerus agar tetap sehat dan handal. Kesehatan gigi, sebagai bagian integral dari kesehatan manusia seutuhnya juga berperan dalam meningkatkan kualitas dan produktivitas sumber daya manusia. Kesehatan gigi memang bukan masalah utama, namun apabila gigi anak mengalami kerusakan, sudah pasti anak mengalami gangguan 'intake' makanan. Kunjungan anak sedini mungkin ke klinik gigi puskesmas merupakan salah satu contoh perilaku orang tua yang memperhatikan masalah kesehatan gigi dan mulut, dalam hal ini posisi seorang ibu sangat menentukan perilaku pencarian pengobatan untuk anaknya. Departemen kesehatan RI mentargetkan kunjungan anak balita dan prasekolah ke klinik gigi puskesmas adalah 50 % dari kunjungan anak balita dan prasekolah ke klinik KIA puskesmas. Berdasarkan data yang ada, dari 20 puskesmas di wilayah Kota Pontianak pada tahun 1999, baru 5 puskesmas yang mencapai target tersebut, selebihnya sebanyak 15 puskesmas masih jauh dari pencapaian target tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan kunjungan anak balita dan pra-sekolah ke klinik gigi puskesmas di Kota Pontianak. Menurut teori Green, faktor-faktor yang merupakan penyebab perilaku dibedakan dalam tiga jenis yaitu faktor predisposisi, faktor pemungkin (enabling) dan faktor penguat (reinforcing). Dalam penelitian ini, faktor predisposisi yang ingin dilihat adalah keadaan sosiodemografi ibu, yaitu umur, pendidikan, pekerjaan, pengalaman ibu berobat gigi, sikap dan pengetahuan ibu terhadap kesehatan gigi dan mulut anaknya. Faktor pemungkin adalah persepsi ibu terhadap jarak menuju puskesmas, sedangkan penyuluhan kesehatan gigi yang pernah diterima ibu adalah faktor penguat. Metode penelitian ini adalah cross-sectional, dengan jumlah responden 165 yang berasal dari 4 wilayah puskesmas di Kota Pontianak. Hasil penelitian menunjukkan pekerjaan ibu merupakan satu-satunya faktor yang mempunyai hubungan dengan kunjungan anak balita dan pra-sekolah ke klinik gigi puskesmas di Kota Pontianak. Hampir semua (90,1%) responden belum pernah menerima penyuluhan tentang kesehatan gigi dan mulut. Oleh karena hanya pekerjaan ibu yang mempunyai hubungan bermakna dengan kunjungan anak balita dan pra-sekolah ke klinik gigi puskesmas, maka disarankan agar pendidikan kesehatan gigi dan mulut diberikan melalui kegiatan posyandu, arisan dan kegiatan pengajian pada ibu-ibu yang tidak bekerja, di samping kepada anak balita/pra-sekolahnya sendiri melalui kegiatan upaya kesehatan gigi sekolah di Taman Kanak-kanak. Untuk meningkatkan kunjungan ke klinik gigi puskesmas, koordinasi antara klinik gigi dan klinik KIA di puskesmas dalam penanganan pasien anak balita dan pra-sekolah perlu ditingkatkan. Selain itu saran yang menunjang pelayanan kesehatan gigi dan mulut di puskesmas perlu ditingkatkan, di samping perlu adanya supervisi dan bimbingan teknis secara rutin. Untuk meningkatkan cakupan kunjungan anak balita dan pra-sekolah ke klinik gigi puskesmas di Kota Pontianak, perlu diberikan pendidikan kesehatan gigi bagi kader posyandu, sehingga mereka dapat mempromosikannya pada ibu-ibu balita pengunjung posyandu yang rata-rata tidak bekerja. ......The Factors that Regarding With Under Five and Pre-School Children Visited to Dental Clinic of Public Health Centers at Pontianak City at the year 2000The development of Indonesian community healthy is doing to the whole process of live starting from the pregnancy until the continued ages. Indonesia as development country, even having in every circumstances, is ought to defend the future generation to stay health and reliable. Dental health, as an integral part from the totality human health too that have part to increase the quality and productivity of human sources. The dental health is not an important problem after all, but if the children teeth have damaging, the children surely have the food intake disturbance. The children visited as soon as possible to the dental clinic of the public health center is represent one sample of parent behavior that concerning the teeth and mouth health problem, in this problem a mother position is very decided to the kind of way for their children medication. The Ministry of Health of Indonesia targeting the visiting of under five and pre-school children to the dental clinic of the public health center is 50% from the visiting of under five and pre-school children to the mother and child health clinic of public health center. Based on the data that exist, from 20 public health centers at Pontianak city area at the year 1999, only 5 public health centers reached that target. This research purpose to know any factors that related with the under five and pre-school children visited to the dental clinic of public health center of Pontianak city. According to the Green theory, the factor of the behavior cause is classified to three kinds of factors that is predisposing factor, enabling factor and reinforcing factor. In this research, predisposing factor that wanted to see is the condition of mother sosiodemograph, that is age, education, profession, mother experience having teeth medication, attitude and mother knowledge about teeth and mouth health of their children. The enabling factor is mother perception about the distance to the public health center, and information about dental health that mother ever accepts is the reinforcing factor. The method of this research is cross sectional, with totally 165 respondents that came from 4 different area of public health center at Pontianak city. Almost all (90, 1%) respondent never accept information about teeth and mouth healthy. There for the mother profession that had an important relation with the visited of children under five and pre-school children to the dental clinic of the public health center, so it suggested the information about the teeth and mouth health is giving by the activity of Posyandu, a saving club and the religious recitation activity on not working mother, beside that to the children under five and pre-school children having the dental health activity at the kindergarten. To increase the visiting to the dental clinic of public health center, the coordination between the dental clinic and mother and child clinic at the public health center in handling children under five children patient and pre-school children needed to increase. Besides that the material that supporting the dental health service at the public health service needed to be increase, beside needed the realization of the supervision and the technical guide intensifies. To increase snatch of the under five and pre-school children visiting to the dental health clinic of the public health center at Pontianak city, needed to give the teeth healthy training to the Posyandu cadre, so they can promoted to the baby under five mothers that equally not working.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2001
T4459
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yani Suryani
Abstrak :
Prevalensi karies gigi di DKI Jakarta pada tahun 1988 adalah 86,7 % dengan DMF-T (Decayed, Missing Filling 'Teeth) 2,98. Survei UKS pada tahun 1990 menemukan bahwa 69 % siswa menderita karies gigi. Pada tahun 1996 prevalensi karies sebesar 93,7 % dengan DMF-T 2,66 pada kelompok umur 12 tahun. Jakarta Barat mempunyai data DMF-T pada anak sekolah sebesar 3,039 dan PTI hanya 6 %. Hasil screening mendapatkan bahwa kelainan gigi dan mulut menempati urutan tertinggi dari urutan 10 besar penyakit pada 2 tahun terakhir. Jakarta Barat belum mempunyai data tentang jumlah penduduk yang mempunyai kelainan gigi dan mulut. Pelaksanaan program UKGS belum dilakukan secara merata pada seluruh SD/MI di Kodya Jakarta Barat dan belum pernah dilakukan evaluasi dari manajemen program UKGS. Berdasarkan hal diatas maka penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh gambaran tentang manajemen program Usaha Kesehatan Gigi Sekolah di Puskesmas Kodya Jakarta Barat pada tahun 2002. Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif melalui wawancara mendalam terhadap 7 Kepala Puskesmas, 1 PLH Koordinator Kesehatan gigi dan mulut Kodya dan diskusi kelompok terarah terhadap 8 Koordinator Kesehatan gigi dan mulut Kecamatan, 9 pelaksana UKGS dan 6 guru UKS. Hasil penelitian menunjukan bahwa input sebetulnya sudah terpenuhi. Jumlah tenaga bila dibandingkan dengan indikator yang ada sudah mencukupi, namun penempatan tenaga dokter gigi belum sesuai dengan bidangnya sehingga program belum berja1an sebagai mana mestinya. Diberlakukannya unit swadana Puskesmas, menyebabkan biaya bukan merupakan masalah bagi pelaksanaan UKGS. Pembuatan perencanaan yang tidak mengacu kepada pedoman dan belum dipahaminya program UKGS secara menyeluruh, menyebabkan kecukupan biaya yang ada tidak dapat memperlancar kegiatan program. Penggerakan pelaksanaan melalui lokakarya mini Puskesmas sudah dilakukan oleh Puskesmas namun hasil yang didapat belum optimal. Koordinasi lintas program sudah muncul yaitu dengan program UKS, namun koordinasi dengan lintas sektor belum sepenuhnya dilakukan oleh Puskesmas. Pengawasan dan pengendalian program UKGS belum mempunyai indikator yang jelas. Supervisi baru dilakukan oleh sebagian kecil Puskesmas. Cakupan yang didapat dari program UKGS pada tahun 2002 belum semuanya memenuhi target yang sudah ditentukan. Kurangnya pembinaan dan pengawasan dari tingkat Kodya serta belum jelasnya struktur UKGS di tingkat propinsi memperberat kondisi yang ada. Dari hasil penelitian ini disarankan kepada Puskesmas agar penempatan dokter gigi sesuai dengan bidangnya, pemberdayaan tenaga non gigi, pembuatan perencanaan yang lebih matang dan peningkatan koordinasi terutama dengan lintas sektor. Peningkatan fungsi pembinaan, pengawasan dan pengendalian dari tingkat Kodya dirasa sangat diperlukan. Daftar bacaan : 30 ( 1992 - 2002 )
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2003
T12767
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8   >>