Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 27 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Luh Suryatni Harthayasa
Abstrak :
Taman Mini Indonesia Indah (TMII) dapat merupakan lembaga pendidikan informal yang menampilkan berbagai bentuk peragaan tentang Indonesia. Meskipun demikian sampai seberapa jauh kegiatan dan penyelenggaraannya memperoleh tanggapan dari para pengunjung. Penelitian ini bertujuan: (1) menganalisis perwujudan TMII sebagai lembaga pendidikan informal (2) menganalisis berbagai peragaan yang dilaksanakan oleh TMII melalui anjungan-anjungan daerah (3) menganalisis efektivitas kegiatan dan cara-cara penyelenggaraannya (4) menilai tanggapan masyarakat pengunjung terhadap berbagai hal yang ditampilkan oleh TMII melalui anjungan-anjungan daerah. Metoda yang digunakan ialah metoda deskriptif analisis dengan data kualitatif dan kuantitatif. Data yang digunakan ialah data primer dan data sekunder. Obyek observasi antara lain: (1) Kualitas dan kuantitas misi dan kegiatan TMII melalui anjungan-anjungan daerah (2) Kualitas dan kuantitas hambatan dari pengelola obyek wisata budaya TMII (3) Kualitas kondisi Astagatra sebagai ketahanan budaya secara integral, holistik dan sistemik merupakan ketahanan nasional. Hasil penelitian menunjukkan: (1) perwujudan TMII sebagai lembaga pendidikan informal adanya perubahan prilaku individu atau masyarakat yang diakibatkan terjadinya proses interaksi informasi tanpa adanya pengaturan tertentu dan sering dilakukan tanpa sadar mencapai tujuan tertentu. Dalam merealisasikan proses tersebut diperlukan berbagai cara dari TMII dalam mengemas potensi yang ada sehingga dapat menarik masyarakat untuk berrekreasi. 2) Berbagai bentuk peragaan yang ditampillcan melalui anjungan-anjungan daerah pada umumnya sama baik yang bersifat statik maupun yang bersifat dinamis. Tetapi dalam melaksanakan aktivitasnya sangat bervariasi. (3) Efektivitas kegiatan dan cara-cara penyelenggaraannya pada umumnya sama antar anjungan daerah baik berupa pameran pertunjukan maupun pendidikan dan latihan, begitu pula dengan cara penyelenggaraannya baik secara mingguan atau bulanan, khusus dan insidentil, tetapi yang menjadi perbedaan adalah kualitas dan kuantitasnya. Disisi lain masing-masing Pemerintah Daerah mempunyai kemampuan yang berbeda sehingga dalam perkembangannya kurang baik yang dapat menimbulkan kecemburuan antar anjungan. (4) Tanggapan masyarakat pengunjung terhadap berbagai hal yang ditampilkan oleh TMII melalui anjungan-anjungan daerah secara bersama antara gatra geografi, gatra budaya dan gatra ekonomi sebesar 70% sedangkan 30% lagi dipengaruhi oleh faktor lain. Pemeriksaan secara statistik untuk koefisien-koefisien ini sangat signifikan dengan uji statistik t, pengembangan dan pelestarian obyek wisata budaya TMII disarankan antara lain: (1) Keberadaan obyek wisata budaya TMII berpotensi untuk saling mengerti dan memahami perbedaan yang ada diharapkan partisipasi dan proaktif dari masyarakat luas dan khusus kepada pengelola TMII dalam melaksanakan misinya perlu ditingkatkan sesuai dengan dinamika masyarakat. (2) Perkembangan pembangunan obyek wisata budaya TMII hams memperhatikan ciri khas daerah dan tidak merusak sendi-sendi kehidupan masyarakat maupun obyek wisata yang sudah ada. (3) Untuk lebih dikenal oleh masyarakat luas promosi perlu ditingkatkan dan khusus bagi anjungan daerah lebih banyak menampilkan pertunjukan atau pagelaran yang bemuansa budaya daerah. (4) Kontribusi TMII sebagai obyek wisata budaya dalam membina sating pengertian di dalam masyarakat majemuk Indonesia cukup positip sehingga dapat mempengaruhi wawasan nusantara dan ketahanan nasional, perkembangan lebih lanjut perlu diantisipasi budaya global yang berdampak negatif.
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2001
T2472
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Paulus Jasmin
Abstrak :
Penelitian ini membahas tentang Upacara Gawai Makna dan hubungan dengan hidup Masyarakat Dayak Mualang di Sungai Antu Hulu, Kee, Belitang Hulu Kabupaten Sekadau Kalimantan Barat. Upacara Gawai adalah bagian yang dari tradisi yang sangat panting di kalangan orang Mualang. Tujuan penelitian ini mengetahui makna gawai menurut pandangan orang Mualang, dan menemukan hubungannya dengan hidup manusia. Penelitian ini menggunakan berbagai teori yang kiranya dapat mempertajam analisis dari tema yang dibahas. Beberapa teori yang digunakan di dalam tesis ini dengan maksud untuk mempertajam pembahasan mengenai upacara gawai.Saya mengambil infomasi dan berbagai informan, khususnya masyarakat setempat, antara lain: orang tua, dukun, orang muda, pengurus adat, sesepuh, perangkat desa, beberapa buku yang membahas mengenai latar belakang Suku Dayak Mualang. Dan tentunya yang lebih penting adalah pengamatan secara langsung dan terlibat serta wawancara mendalam terhadap beberapa tokoh yang mempunyai pengetahuan mengenai adat dan upacara gawai. Hasil penelitian ini menemukan berbagai aspek penting dalam dalam upacara gawai. Melalui gawai kita dapat mengetahui secara lebih mendalam tentang masyarakat Mualang dalam hubungannya dengan pola hidup, sikap terhadap sesama, pandangan mengenai alam, dan pandangan mereka mengenai hidup. Aktivitas gawai menggambarkan seluruh aspek kehidupan masyarakat Mualang dalam hubungan dengan leluhur, kehidupan sosial dengan sesama manusia dan hubungan dengan alam semesta. Melalui gawai kita dapat mengetahui secara lebih mendalam tentang masyarakat Mualang dalam hubungannya dengan pola hidup, sikap terhadap sesama, pandangan mengenai alam, dan pandangan mereka mengenai hidup. Aktivitas gawai menggambarkan seluruh aspek kehidupan masyarakat Mualang dalam hubungan dengan leluhur, kehidupan sosial dengan sesama manusia dan hubungan dengan alam semesta. Dalam hubungannya dengan hidup, Gawai merupakan sumber inspirasi bagi manusia untuk menata kehidupan bersama. Gawai patokan dalam menentukan sikap dan tata karma sopan santun. Pesan-pesan moral yang terdapat dalam upacara gawai kiranya menjadi sumber pengetahuan bagi masyarakat Mualang. Selain itu gawai juga menjadi sarana untuk memahami hubungan manusia dengan Tuhan (Petara), sesama dan alam semesta. Gawai berkerja sebagai sistem yang mempengaruhi semua aspek kehidupan orang Mualang, baik secara konret dalam perbuatan maupun dalam pikiran. Pada akhimya penelitian ini mau menyadarkan kita bahwa, gawai Dayak Mualang merupakan ekspresi dari seluruh aspek kehidupan orang Mualang. Dengan mengetahui upacara gawai berarti mengenal Orang Mualang secara keseluruhan. Sebab gawai menggambarkan seluk beluk kehidupan Orang Mualang yang sesungguhnya. Penelitan ini akan berguna dalam upaya mengetahui dan mengenal secara lebih dekat Orang Dayak Mualang.
Depok: Universitas Indonesia, 2006
T21967
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Yuzki Faridian Nawafi
Abstrak :
Skripsi ini membahas tentang heterogenitas masyarakat Yatsrib dengan menggunakan metode sejarah dan menggunakan analisa deskriptif-analisis. Heterogenitas masyarakat Yatsrib dapat dilihat melalui perbedaan penduduk serta aspek sosial dan budaya yang tercipta dalam masyarakat. Perbedaan ini kemudian membawa dampak baik dan buruk yakni munculnya kerjasama dan perselisihan. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah masyarakat Yatsrib merupakan masyarakat majemuk yang terbuka dengan hal baru dan mudah menerima perbedaan. ......This bachelor thesis discusses about the heterogeneity of Yatsrib people using historical method and analytical description Heterogeneity of Yatsrib can be seen from the differences of the people and the sosio-cultural aspects that are created in the society. Then, this difference cause both good and bad impact that is the emergence of cooperation and dispute. The result from this study shows that Yatsrib people are a pluralist society. They are open-minded and accept the differences easily.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2013
S52478
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurul Amalia Hanifah
Abstrak :
Penelitian ini menjabarkan gambaran seorang perempuan keturunan imigran Turki yang terbelenggu oleh budaya Turki tradisional yang dianut keluarganya dalam novel Ein Schnelles Leben Karya Zoë Jenny. Ayse sebagai tokoh utama dalam novel mengalami tekanan yang berasal dari keluarga imigran Turki yang memiliki habitus budaya pingit kepada perempuan. Habitus budaya pingit yang dimaksud merujuk pada pola kehidupan keluarganya yang terus mengatur dan membelenggu anggota keluarga perempuannya. Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode kualitatif yang berfokus pada analisis data dengan menggunakan serta mencari informasi-informasi dari jurnal, buku, artikel dan literatur-literatur lainnya yang sesuai dengan topik pembahasan. Hal yang menjadi fokus utama dalam penelitian adalah bagaimana bentuk habitus budaya pingit dialami oleh perempuan keturunan imigran Turki dan upaya tokoh utama keluar dari kungkungan keluarganya. Penjabaran kisah yang tertuang pada novel ini didukung oleh teori Pierre Bourdieu mengenai habitus dan ruang sosial. Hasilnya adalah tokoh utama yang mengalami tekanan karena hidup sebagai perempuan keturunan imigran Turki yang dipingit akhirnya bisa menemukan keberanian untuk menentukan pilihan di hidupnya sendiri. ......This study lays out the image of a woman of Turkish immigrant descent who is shackled by the traditional Turkish culture her family adheres to in Zoë Jenny's Ein Schnelles Leben novel. Ayse as the main character in the novel experiences pressure that comes from a family of Turkish immigrants who have a pingit culture to women. The pingit culture in question refers to the pattern of life of her family who continues to control and shackle female family members. In this study, the author use qualitative method, that focuses on data analysis from journals, books, articles, and other literature that is relevant with the topic of discussion. The main focus of the study is how pingit culture is experienced by women of Turkish immigrant and the efforts of the main character to get out of the confines of his family. The description of the story contained in this novel is supported by Pierre Bourdieu's theory of habitus and social space. The result is that the main character who is under pressure from living as a shackled woman of Turkish immigrant can finally find the courage to make choices of her own.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya, 2018
300 JPM
Majalah, Jurnal, Buletin  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Topik penelitian ini mengangkat tentang Survivalitas Masyarakat Adat terhadap Intervensi Negara : Studi di kampung Kuta, Ciamis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peran mereka dalam mengelola pemerintahan asli (pemerintahan adat) dapat disederhanakan dalam peran mengatur, melayani dan memberdayakan masyarakatnya. Peran-peran tersebut diantaranya pengaturan pendirian rumah, penentuan mata pencaharian, pembatasan ekplorasi hasil alam, penyelesaian konflik. Dalam bidang pemberdayaan, pemimpin adat Kuta berupaya menstimulan generasi penerus kehidupan adat mereka, ketangkasan atau kegagahan, kemampuan seni. Di bidang pelayanan pemimpin adat berperan dalam menjaga kesehatan warganya, fasilitator dalam berbagai ritual adat, pelayanan lainnya dalam berbagai lini kehidupan. Keseluruhan peran yang terbentuk ini menjadikan mereka sebagai pemimpin yang kredibel dan responsif, disegani dan memiliki kharisma tersendiri yang membedakannya dengan masyarakat adat biasa. Hal tersebut secara tidak langsung melahirkan masyarakat yang sejahtera (welfare community) dengan tercukupinya segala kebutuhan.
320 JIPP 1:1 (2012)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Penelitian tato tradisional pada masyarakat Sumba, Nusa Tenggara Timur membahas secara deskriptif bentuk dan fungsi tato tersebut dengan menggunakan teori fungsional struktural, teori interaksionis simbolis dan teori semiotik/simbol yang dipergunakan memecahkan permasalahan secara ekletik.
2014
902 JPSNT 21:2 (2014)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Dimas Maulana Thalib
Abstrak :
ABSTRAK
Budaya telah ditemukan mempengaruhi terjadinya Social Loafing dalam sebuah kelompok. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh budaya terhadap Social Loafing dalam kondisi kerja kolektif. Melalui 2x2 independent group design, 40 mahasiswa (20 berkewarganegaraan cina dan 20 berkewarganegaraan australia) yang mewakili budaya Individualism dan Collectivism berdasarkan dimensi budaya Hofstede. Partisipan ditugaskan untuk bekerja secara individu (koaktif) atau dalam kelompok yang terdiri dari lima orang (kolektif) untuk menghasilkan sebanyak mungkin kegunaan sendok dalam tiga menit, dimana hasilnya akan mewakili kinerja mereka. Hasil penelition menunjukkan bahwa peserta dari budaya kolektivis lebih banyak menemukan kegunaan sednok daripada peserta yang berasal dari budaya individualis. Studi ini menunjukkan bahwa budaya memang berpengaruh pada kemunculan social loafing dalam kondisi kerja kolektif. Studi selanjutnya perlu melibatkan prosedur tugas yang lebih sulit agar bisa lebih tepat mengidentifikasi performa dalam kondisi kerja kolektif dan mengidentifikasi penyebab social loafing.
ABSTRACT
Culture has been found to affect the occurrence of social loafing in groups. This study aims to examine the effect of culture on social loafing in collective working condition. Via a 2x2 independent group design, 40 university students (20 Chinese Citizen and 20 Australians Citizens) based on their culture determined by Hofstede cultural dimensions index of Individualism vs. Collectivism. They were assigned to work individually (coactive) or in groups of five (collective) to generate as many uses of a spoon in three minutes, as their results would represent performance. Results revealed that participants from collectivist culture generated more uses of a spoon than those from individualist culture. The finding suggest that culture does has an effect on social loafing in collective working condition. Future studies should use a more challenging task to examine social loafing precisely.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
MK-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Raden Gunawan
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian ini mengenai risiko viktimisasi secara virtual yang bertransisi menjadi risiko aktual. Proses transisi risiko dari virtual melalui sarana media sosial bertansisi menjadi risiko aktual patut dipandang sebagai sebuah masalah yang untuk diteliti.. Karena saat ini masih terdapat pengguna media sosial yang terpapar risiko viktimisasi seksual yang umumnya anak perempuan hingga bertransisi korban secara aktual, yang seharusnya dapat dicegah melalui pemahaman mengenai penyalahgunaaan media sosial serta pengawasan dari orang tua, guru dan masyarakat sehingga megurangi terjadi korban lain berjatuhan. Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut untuk menjelaskan bagaimana hubungan antara pola interaksi virtual remaja perempuan melalui media sosial dengan risiko viktimisasi seksual mereka ketika interaksi virtual berubah menjadi interaksi aktual. Metode yang digunakan metode gabungan, yang menggunakan data kuantitatif dikonfirmasi dengan data kualitatif atau Mix method One-Phased Model. Melalui data kuantitatif dalam mencari signifikansi hubungan antar variabel digunakan koefisien korelasi product moment-Pearson, untuk mencari signifikansi hubungan variabel X dengan Variabel Y yang melalui data kuantitatif dengan n= 208. Respondennya terdiri dari SMAN 5 Bekasi, SMA Islam Assyafi‟iyah, dan SMA PB Sudirman diolah melalui bantuan SPSS versi 20. Melalui data kualitatif digunakan metode wawancara kepada narasumber dan responden kemudian diinterpretasikan. Hasil dari Koefisien Determinasi (KD) adalah sebesar 84.82 %, dan sisanya sebesar 15.18 % oleh variabel lain yang tidak diteliti (implisit eksogenous/epsilon). Selanjutnya perhitungan di konfirmasi melalui data kualitatif hasil wawancara. Kesimpulan hasil penelitian Penggunaannya media sosial dikalangan siswi SMA yang memiliki eksposur online yang sangat tinggi berpotensi terjadi risiko viktimisasi seksual. Faktor yang paling besar dalam menentukan terjadi risiko viktimisasi ini adalah pengawasan. Semakin sering menggunakan media sosial, maka semakin besar risiko anak menjadi korban kejahatan penyalah gunaan media sosial. Semakin jarang menggunakan media sosial, maka semakin kecil risiko anak menjadi korban penyalahgunaan media sosial.
ABSTRACT
This study is focused on the risks of girl sexual victimization on social media which the transform to be the actual risk. The process of transformation from the virtual sexual risk through social media to be an actual risk should be viewed as a problem to be investigated. Because there are still many girl who use social media are exposed to the risk of virtual sexual victimization that transform into actual sexual victim risk, which actually could be prevented misuse of social media through an understanding of social media as well as the supervision of parents, teachers and the community that happen eliminate further victims. The purpose of this study are to analyze how the relationship between the ways of use social media with sexual risk victimization on virtual which transformed to be sexual risk victimization in real. The method used in this research is the combined method, which uses quantitative data and qualitative data which use in the same time, and the result from quantitative data confirmed by qualitative data or known as Mix-method One-Phased Model. Through quantitative data in the search for significance of the relationship between variables use Product Moment Correlation Coefficient-Pearson to find out the significance relationship between variable X with variable Y, and continued confirmed the relationship between dependent variable and independent variable by using qualitative data interpreted from interview with respondents, and interviewees. Population taken from female students of SMAN 5 Bekasi, Islam Assyafi'iyah SMA and SMA PB Sudirman. By using Solvin formula it resulted sample n=208. Results of the coefficient of determination (KD) is amounted to 84.82%, and the balance of 15:18% by other variables not studied (implicit exogenous / epsilon). Further calculations confirmed through interviews qualitative data. Conclusion of the study is the use of social media among high school female students who have a very high online exposure could potentially occur risk of sexual victimization. The biggest factor in determining the risk of victimization happens is capable guardian.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2016
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ully Puriandari
Abstrak :
Otaku mengacu pada orang-orang yang tenggelam pada sekelompok subkultur yang saling sangat berkaitan satu sama lain, seperti komik, anime, game, PC, science fiction (tema perang luar angkasa dalam anime, komik, dll), tokusatsu (tema kepahlawanan dalam film yang diperankan oleh manusia), figure (patung kecil dari tokoh suatu anime), dan lain sebagainya (Azuma Hiroki). Subkultur sendiri memiliki makna sebagai sebuah cabang kebudayaan atau kebudayaan cabang yang memiliki nilai dan norma yang khas, yang berbeda dengan masyarakat dominan. Parameter sebuah kebudayaan untuk dapat digolongkan sebagai subkultur adalah memiliki otonomi namun tetap memiliki ketergantungan, serta memiliki karya yang merupakan hasil dari pengekspresian diri (Ina Masato). Seseorang akan dapat dikatakan sebagai seorang otaku apabila orang tersebut menggemari subkultur-subkultur Jepang seperti anime, komik, dsb secara mendalam dalam kehidupan mereka. Bahkan kegemaran mereka yang berlebihan terhadap hal-hal tersebut dapat mempengaruhi hubungan mereka dengan masyarakat sekitarnya. Tingginya intensitas seorang otaku melakukan berbagai kegiatan mereka menyebabkan semakin minimnya komunikasi mereka dengan masyarakat sekitar, bahkan keluarga mereka. Seperti masyarakat pada umumnya, otaku bekerja dan mencari nafkah, tetapi sebagian besar panghasilannya dihabiskan untuk melakukan kegiatan-kegiatan otakunya. Kegiatan otaku antara lain, berburu barang koleksi yang berkaitan dengan kegemaran mereka, chatting di Internet dengan teman-teman dunia mayanya, mengunjungi maid cafe (kafe dengan pelayanan yang unik), menghadiri komike (comic market), dan lain sebagainya. Otaku sering melakukan kegiatan-kegiatan otakunya di Akihabara, di Tokyo. Dalam kaitannya dengan subkultur Jepang seperti anima, komik, dsb, otaku berperan sebagai penggemar subkultur-subukltur tersebut. Akan tetapi, dengan melihat parameter sebuah kebudayaan yang digolongkan ke dalam subkultur, pada perkembangannya, otaku dapat juga disebut sebagai subkultur Jepang itu sendiri. Karena otaku terbebas dari sistem masyarakat yang berlaku dominan dengan memisahkan diri mereka dari masyarakat. Tetapi otaku masih tetap tergantung pada sistem ekonomi, karena mereka membutuhkan uang untuk melakukan kegiatan mereka. Selain itu otaku juga menghasilkan karya yang berupa pengekspresian diri mereka, karena tidak sedikit otaku yang membuat anima atau komik yang terkenal di Jepang.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2007
S13953
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>