Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 20 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Charle Richard Mandalora
Abstrak :
Tenaga kerja kasar proyek konstruksi di Jakarta cukup majemuk dan banyak memiliki keaneka keragaman budaya, berbentuk kelompok-kelompok kerja yang dipimpin oleh seorang kepala kelompok (mandor).

Kendala kerap kali muncul pada seorang pelaksana lapangan/pengawas lapangan yang memimpin beberapa kelompok kerja. Permasalahan tersebut ditemukan dapat mengurangi kinerja maupun produktivitas di lapangan. Keragaman budaya dapat didorong dari motivasi serta berbagai ciri khas yang ada pada daerah asal kelompok tersebut. Bahasa, kebiasaan, pendapat, Cara komuntkasi, adalah contoh hal yang diperbincangkan dalam keragaman budaya sebagai sumber konflik. Suatu konflik adalah positif, namun jika konflik tersebut berkembang tidak terkendali dapat mengarah kehal negatif.

Pada penelitian ini akan dicari variabel-variabel yang diindikasikan dapat mempengaruhi kinerja proyek di wilayah Jabotabek. Dari varibel temuan tersebut perlu adanya pengelolaan mengenai keragaman budaya bagi buruh, dalam memperdalam pengendahkan konflik yang rnungkin terjadi. Dengan pendidikan yang mayoritas rendah, maka buruh konstruksi akan sangat berpotensi akan adanya perkembang konflik kearah yang tidak terkendali.

Dalam manajemen proyek sangatlah penting untuk memahami, mengelola, dan mengendalikan keragaman budaya yang ada untuk tetap menjaga kinerja lebih konsisten ataupun meningkat dari jadwal proyek.
2000
T4285
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
The Hague: W. Junk N.V., 1968
303.482 TOW
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Bozeman, Adda B.
New Jersey: Princeton University Press, 1971
306 BOZ f
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Tony Rudyansjah
2016: Penerbit Departemen Antropologi, FISIP UI, 2016
301 PRI t
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Philippines: Asean Secretariat ,
R 303.402 Art
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
M. Mossadeq Bahri
Abstrak :
Hubungan budaya antarabangsa sudah digunakan sebagai instrumen diplomatik oleh negara industri maju dalam mengejar kepentingan ekonomi dan strategis nasional mereka. Disertasi ini membahas hubungan budaya antarabangsa antara Jepang dan Indonesia dari kurun waktu 1967 sampai 1987, berfokus pada program pertukaran kebudayaan dan pendidikan dari program hubungan budaya antarabangsa Jepang. Saya berpendapat bahwa pemerintah Jepang telah dan masih akan menjalankan hubungan budaya antarabangsa dengan Indonesia sebagai upaya untuk mendapatkan keuntungan politik dan ekonomi mereka. Keuntungan yang didapat Indonesia adalah masalah kedua. Salah satu saluran utama pemerintah Jepang dalam memberikan bantuan program budaya untuk Indonesia adalah melalui Official Development Assistance (ODA), khususnya melalui tipe tertentu dari proyek hibah. Program kerja sama teknik diberikan melalui Japan International Cooperation Agency (JICA), program beasiswa melalui Kementerian Pendidikan, Monbusho. Adapun program khusus budaya dikelola oleh Japan Foundation. Sejak awal tahun 1960-an, ketiga lembaga ini memberi pendidikan dan pelatihan teknis untuk orang Indonesia yang memiliki potensi menjadi orang yang berpengaruh. Saya menyimpulkan bahwa, meskipun cita-cita utopis secara resmi ditawarkan untuk menjelaskan hubungan budaya Jepang dengan Indonesia, melalui hibah bantuan yang terlihat murah hati, manfaat arus budaya itu sejatinya untuk melayani kepentingan politik dan ekonomi dari Jepang sebagai bangsa pengirim. Program budaya Jepang menularkan manfaat lebih sedikit untuk Indonesia sebagai bangsa penerima. Dengan demikian, hubungan Jepang dengan negara Asia Tenggara mengingatkan banyak orang terhadap pendekatan imperialis yang mereka tunjukkan di masa lalu.
International cultural relations are used as diplomatic instruments by wealthy industrialised nations in pursuit of national economic and strategic interests. This dissertation examines Japan-Indonesia cultural relations from 1967-1987, focussing on educational and cultural exchange programs as the most influential of Japan?s international cultural relations programs. I argue that the Japanese government has pursued, and still does pursue, cultural relations with Indonesia seeking foremost political and economic benefit for Japan. Benefits for Indonesia are a secondary concern. One of the main vehicles through which the Japanese government delivers cultural programs to Indonesia has been Official Development Assistance (ODA), particularly through specific types of grant projects. Technical programs are delivered mainly through the Japan International Cooperation Agency (JICA), and scholarship programs are through the Ministry of Education, Monbusho. Programs that are specifically cultural are administered by the Japan Foundation. All three bodies have provided education and technical training for influential Indonesians from the inception of these programs in the late 1960s. I conclude that, even though utopian ideals are offered to officially explain Japan?s cultural relations with Indonesia, a position substantiated by seemingly generous aid grants, the cultural flows and their rewards serve primarily the political and economic interests of Japan as the sending nation. Japan?s cultural programs bring less benefit to Indonesia as the recipient nation. It is thus a relationship redolent of Japan?s past imperialist approach to Southeast Asian nations.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2015
D2155
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Schaefer, Richard T
Boston: McGraw-Hill, Higher Education, 2009
301 SCH s
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Desy Budi Utami
Abstrak :

Setiap jaman memiliki struktur pemaknaan yang dominan, begitu juga dengan majalah dalam merekam sejarah bangsa. Penelitian ini menunjukkan bagaimana majalah wanita online menampilkan dan merefleksikan citra kemandirian perempuan dengan berpijak pada model pencitraan Jean Baudrillard yang dimulai dari tahapan representasi, ideologi, simulasi dan simulacra. Analisa semiotika Roland Barthes digunakan dalam penelitian ini sebagai jembatan untuk memahami fase pertama dan kedua pencitraan Baudrillard.

Penelitian ini memberikan hasil pertama, perempuan mandiri digambarkan oleh FIMELA.com sebagai sosok yang tidak hanya mandiri secara finansial tapi juga seorang pemimpin yang agresif, pemberontak, yang juga technology savy.

Hasil penelitian kedua, teks yang tampil dalam FIMELA.com memiliki tingkatan fase pencitraan Baudrillard yang berbeda. Representasi hingga simulacra dapat terlihat dari teks visual dan teks tulisan. Sedangkan, efek hyperreality, sebuah kondisi di mana masyarakat sudah terjerat dalam citra yang tidak memiliki acuan apapun juga, terlihat dengan jelas dalam brand activation yang diciptakan oleh FIMELA.com. Pembaca yang berpartisipasi secara aktif dalam acara brand activation FIMELA.com sebagai telah tersihir mantra simulasi, padahal citra perempuan mandiri tidak mewakili realitas apa pun, melainkan adalah sebuah komoditas bentukan FIMELA.com sebagai media untuk memberikan isyarat kepada para pengiklan.

Hasil penelitian ketiga, melalui penelitian ini FIMELA.com membentuk citra kemandirian perempuan sebagai upaya FIMELA.com untuk membedakan diri atau menjadikan wacana woman empowerment sebagai ciri khasnya dibandingkan majalah lain. Legitimasi dan integrasi kelas sosial terlihat dalam pekerjaan yang kerap disoroti oleh redaksi FIMELA.com.
ABSTRACT
Every era has its dominant interpretation structure. The magazine, as one of the oldest medium, is also representing the history of nations in every era. With Jean Baudrillard’s simulations model and Roland Barthes’s semiotic as analytic tools, this study convey how the online women's magazine illustrate and reflected the image of independent woman. FIMELA.com, Indonesian online fashion and lifestyle magazine was the subject of this study.

Independent woman as represented on FIMELA.com is a figure who is not only financially independent, but also has a strong characters. Independent woman is the aggressive leader, with rebellious attitude, and a very technology savy person. Every text in FIMELA.com has a difference level of Baudrillard’s simulations model. The Baudrilllard’s simulations model is started from the representation, ideology, simulation and simulacra level. All of these level reflected on each visual text and written text in FIMELA.com. At the same time, as a result of simulation, hyperreality or a condition in which people are entangled in the image that has no reference, appears in FIMELA.com’s brand activation strategy. The reader whose actively participated in every FIMELA.com’s activation plan was enchanted by simulation’s incantation, that is the image of independent woman. In fact, the image of independent woman is not representing any reality, however, it is a form of commodity that media creates to engage the potential advertiser.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2013
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yolanda Normagupita
Abstrak :
ABSTRAK
Skripsi ini membahas mengenai kegiatan sukarela luar negeri Korea sebagai wadah pertukaran budaya yang dilakukan oleh mahasiswa Korea dan mengenai kebudayaan Korea yang diperkenalkan melalui kegiatan tersebut dengan studi kasus Pacific Asia Society Youth Corps PYC . Penelitian ini menggunakan konsep soft power oleh Joseph S. Nye Jr untuk membahas latar belakang upaya pertukaran budaya Korea. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif dan studi kasus dengan pengambilan data utama melalui observasi dan wawancara. Para sukarelawan PYC terpilih adalah pemuda yang memiliki latar belakang yang sesuai untuk memperkenalkan budaya Korea. Sebagai institusi pelaksana, Pacific Asia Society PAS memberikan pelatihan dan pengarahan kepada sukarelawan. Selain itu, sukarelawan juga diberikan kesempatan untuk mempersiapkan bahan ajar secara mandiri sebelum keberangkatan ke negara tujuan. Kebudayaan yang diperkenalkan PYC adalah 5 pilar budaya Korea, yaitu Hangeul, Hanguk Eumak, Hanji, Hanbok, dan Hansik.

ABSTRACT
This study discusses about Korean international volunteer activity as a cultural exchange institution done by Korean university students and about the cultural forms that has been introduced trough the activity with the case study of Pacific Asia Society Youth Corps PYC . The research is using soft power s concept by Joseph S. Nye Jr to discuss the background of Korea s cultural exchange effort. This study is based on descriptive qualitative and case study with primary data that has been collected trough observation and interview. PYC s selected volunteers are those who have background that is suitable for cultural exchange. As the organizer, Pacific Asia Society PAS gives couching and guidelines for the volunteers. Volunteers are also given chances to prepare the teaching materials before being dispatched to the destination countries. Cultures that has been introduced in PYC are 5 pillars of Korean culture, there are Hangeul, Hanguk Eumak, Hanji, Hanbok, and Hansik.
2017
S70177
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Barghoorn, Frederick C.
Princeton, New Jersey: Princeton University Press, 1960
327.947 084 BAR s
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>