Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 214 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nahavandi, Afsaneh
Upper Saddle River: Pearson/Prentice Hall, 2009
158.4 NAH a
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Amia Luthfia R. Koestoer
Abstrak :
Dilatarbelakangi oleh tuntutan era globalisasi dan adanya pendapat yang menyatakan bahwa pelajar Indonesia di luar negeri memiliki hambatan untuk melakukan kontak dan bercakap-cakap dengan orang-orang di negara tuan rumah, maka penelitian ini mengkaji kompetensi (kemampuan) komunikasi antarbudaya orang Indonesia yang menetap sementara pada lingkungan pendidikan di Australia. Untuk mencapai tujuan penelitian ini, maka penulis menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan konstruktivism. Metode yang digunakan adalah observational dengan berpartisipasi secara aktif di dalam kehidupan sehari-hari subyek penelitian dan situasi studi. Konsep kompetensi komunikasi digunakan sebagai alat untuk mengukur kualitas komunikasi seseorang atau sekelompok orang. "Keberhasilan" (effectiveness) dan kelayakan (appropriateness) adalah dimensi yang digunakan untuk menilai kompetensi komunikasi. Jadi, kompetensi komunikasi antarbudaya melihat keberhasilan dan kelayakan komunikasi dan interaksi antara orangorang dari budaya yang berbeda. Keberadaan seseorang pada budaya yang berbeda menuntut dirinya untuk beradaptasi, dan yang mendasari proses adaptasi yang dialaminya adalah proses komunikasi. Melalui komunikasi yang berhasil dan layak, seseorang dapat meningkatkan kontrol terhadap perilakunya dan lingkungannya. Tiga buah dimensi, yaitu the affective process, the cognitive process dan the behavioral process, digunakan untuk "mengukur" kompetensi komunikasi antarbudaya sekaligus digunakan untuk menganalisisnya. Hasil penelitian ini adalah terdapat perbedaan kompetensi pada konteks sosial formal dan konteks sosial informal. Pada konteks sosial formal para peserta training yang semuanya wanita ternyata cukup kompeten dalam berkomunikasi antar budaya dengan orang-orang Australia. Mereka dapat memenuhi dimensi affective, cognitive dan behavioral. Tapi pada konteks sosial informal, mereka tidak cukup kompeten. Perbedaannya adalah pada atribut message skill, interaction management dan cultural awareness, dimana pada konteks formal atribut-atribut tersebut ditemukan, sedangkan pada konteks informal atribut tersebut tidak ditemukan . Perbedaan yang lain adalah pada konteks formal, atribut appropriate self disclosure tidak ditemukan tapi pada konteks informal justru atribut tersebut dapat ditemukan. Di kedua konteks sosial, atribut-atribut self concept / self esteem, open-mindedness, non-judgmental attitudes, social relaxation, behavioral flexibility dan social skill I emphatic dapat ditemukan. Perbedaan kompetensi komunikasi antarbudaya apakah subyek penelitian bersama-sama dengan teman sekelompoknya atau seorang diri ketika sedang berkomunikasi dengan orang Australia hanya ditemukan secara terbatas pada anggota kelompok yang kemampuan Bahasa inggrisnya lebih rendah dibandingkan anggota kelompok yang lain. Bagi mereka bantuan anggotaanggota lain dalam kelompok sangat diandalkan untuk berkomunikasi dengan orang Australia.
1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Ladiawati
Abstrak :
Penelitian tentang pola komunikasi masyarakat Dayak dan pendatang ini berawal dari seringnya terjadi konflik antar masyarakat Dayak di Pontianak dan pendatang yang mengadu nasib di daerah tersebut. Konflik terbesar adalah antara masyarakat Dayak dan pendatang Madura tahun 1996, yang berhasil melumpuhkan roda perekonomian di beberapa tempat di Kalimantan Barat. Oleh sebab itu penelitian tentang komunikasi antara masyarakat Dayak dan pendatang menjadi menarik untuk dibahas. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memberikan gambaran tentang pola komunikasi antara masyarakat Dayak dan pendatang; serta mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi terbukanya komunikasi di antara mereka. Landasan teoritis yang digunakan untuk mengkaji pola komunikasi tersebut yaitu dengan menggunakan teori-teori yang berkaitan erat dengan komunikasi antar budaya seperti teori konvergensi dan teori interaksi simbolik. Di dalam komunikasi antar budaya, pembuat pesan adalah anggota dari suatu budaya tertentu dan penerima pesan adalah anggota dari budaya lainnya, dalam penelitian ini adalah masyarakat Dayak dan pendatang Cina, Bugis, Melayu, Jawa dan Madura. Di dalam komunikasi antar budaya , berusaha mengungkapkan apa yang terjadi ketika anggota dari dua budaya yang berlainan bertemu untuk melakukan interaksi komunikasi. Apakah komunikasi berjalan lancar atau mengalami hambatan. Adanya perbedaan antara satu masyarakat dengan masyarakat lainnya , merupakan suatu ciri dari komunikasi antar budaya. Teori lainnya yang digunakan adalah teori interaksi simbolik yang pada intinya membahas tentang suatu kemampuan manusia untuk menciptakan serta mempergunakan simbol-simbol sehingga manusia menjadi mahluk hidup yang unik, dan dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Selain itu penelitian ini juga dibahas dengan menggunakan teori konvergensi yang membahas adanya kesamaan-kesamaan dan perbedaan-perbedaan dalam kelompok masyarakat. Adanya kesamaan dan perbedaan dalam kelompok masyarakat Dayak dan pendatang dalam hal keyakinan, nilai, perilaku dan sebagainya. Penelitian ini bersifat kualitatif dan menggunakan analisis deskriptif. Unit analisis yang digunakan adalah kpri unites Oita penelitian diperoleh dari key information melalui wawancara di lokasi penelitian. Temuan penelitian ini menegaskan bahwa terdapat komunikasi yang efektif antara masyarakat Dayak dan pendatang Cina, Melayu, Bugis, serta Jawa, tetapi komunikasi dengan pendatang Madura berjalan kurang efektif. Komunikasi di antara mereka cenderung diwarnai prasangka dan etnosentris. Adanya komunikasi efektif dan terhambat ini disebabkan karena beberapa faktor yang mempengaruhi pembentukan komunikasi antara masyarakat Dayak dan pendatang yaitu kedekatan jarak fisik dan faktor kesamaan dalam karakteristik-karakteristik sosial budaya yang lebih berperan. Ditemukan bahwa tingkat pendidikan, status sosial ekonomi, agama dan persepsi, memiliki peran yang cukup berarti dalam terjadi atau tidaknya komunikasi efektif di antara mereka.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1998
T3916
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Slamet Subiyantoro
Abstrak :
ABSTRAK Seni ukir adalah aset bangsa, bukan hanya dari segi budaya tetapi juga dari aspek sosial ekonomi, Sehingga harus dilestarikan bahkan dikembangkan untuk memperoleh peningkatan kesejahteraan masyarakat dan derajat kehormatan bangsa, sebagaimana yang diamanatkan pasal 32 UU 1945. Untuk mewujudkan amanat tersebut sangat berkaitan dengan kegiatan enkulturasi, yang memerlukan, pewaris-pewaris kreatif yang mampu meneruskan pengetahuan-pengetahuan, ketrampilan dan sikap-sikap serta nilai-nilai seni ukir kepada generasi berikutnya secara berkesinambungan. Apalagi pada masa-masa seperti sekarang ini, laju modernisasi telah menuntut pergeseran nilai-nilai kehidupan manusia dalam segala aspeknya. Masalah penelitian yang dikaji adalah bagaimana proses enkulturasi seni ukir berlangsung, meliputi: unsur-unsur maupun proses-proses dan cara-cara serta pola-pola enkuturasi (pembudayan) dari generasi ke generasi terhadap berbagai sarana atau instisirsi sosial yang terkait satu sama lain dalam kerangka kebudayaan masyarakat setempat. Penulisan ini bersifat deskripstif dan analisis. Model penjelasan mengacu pada konsep enkulturasi (Herkovits, 1964: 325; Theodorson, 1979: 131; Seymour, 1992: 92-93) kerangka proses enkulturasi konsep Fortes (dikutip Koentjaraningrat, 1990: 229-231) dan teori pola enkulturasi ((Devault, 1971: 315; Baumrind,1963: 479; Jaeger, 1977: 96). Penelitian bersifat kualitatif, dilakukan dengan field voile research, menggunakan metode survey, pengamalan dan pengamatan terlibat (participant observation) serta wawancara mendalam (indepfh interview) terutama dalam menghimpun individual life history. Hasil studi menunjukkan bahwa 1. Hal-hal yang melatarbelakangi proses enkulturasi nilai seni ukir berlangsung terus menerus dari generasi ke generasi, telah didasari oleh motif ekonomi dan kesadaran sosial terutama para pewaris (pihak pembudaya) yang dilandasi oleh faktor historis masyarakat setempat (budaya). 2. Sarana proses berlangsungnya enkulturasi dapat dikelompokkan ke dalam dua golongan. Golongan pertama adalah proses enkulturasi yang bersifat langsung (eksplisit) dan golongan kedua adalah proses enkulturasi yang bersifat tidak langsung (implisit). Sarana proses enkulturasi yang bersifat langsung terjadi di sekolah dan di tempat magang seni ukir. Samua proses enkulturasi yang bersifat tidak langsung terjadi melalui: institusi keluarga, kelompok sebaya atau peer group, tempat pekerjaan, lembaga agama seperti masjid, dan media massa. 3. Sistem magang merupakan sarana proses berlangsungnya enkulturasi secara langsung dan efektif yang membentuk pribadi perajin seni ukir, Nilai-nilai seni ukir yang dienkulturasikan pada instltusi ini ada empat, yakni nilai keindahan, nilai teknik dan nilai kegunaan yang dilandasi oleh nilai ekonomi. Proses enkulturasi melibatkan dua peran, pertama peran orang yang belajar yaitu melalui tahapan: meniru [mitas), identifikasi, internalisasi dan eksternalisasi; kedua peran pendidik ukir sebagai, pembimbing yang memberikan: instruksi, persuasi, rangsangan dan hukuman. Cara enkulturasi melibatkan anak langsung ke dalam kegiatan praktek sehari-hari di tempat magang, baik sistem magang model ginaon maupun model ngenek, 4. Keseluruhan dalam proses mengenkulturasikan nilai-nilai, pengetahuan, ketrampilan maupun sikap dalam proses pembudayaan seni ukir, pola yang diterapkan adalah bervariasi dan cenderung berbeda pada setiap model sistem magang. Pola enkulturasi merupakan perpaduan, dan bukannya menggambarkan pada satu pola tertentu. Pola-pola tersebut adalah: (1) pola otoriter demokratis, (2) pola otoriter-dominan demokratis (3) pola demokratis. Pola yang diterapkan pada pewaris generasi terdahulu dengan pola enkulturasi yang diterapkan pada generasi sekarang telah mengalami perubahan, yakni dari pola yang semula demokratis bergeser ke pola perpaduan antara otoriter demokratis, hal ini sangat dipengaruhi oleh faktor ekonomi yang merupakan motif dominan mereka di dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, dengan melalui seni ukir sebagai medianya.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bernadeta Sari Utami
Abstrak :
Kehadiran orang Prancis di dunia bisnis di Indonesia patut mendapat perhatian. Di Jakarta, kota yang merupakan pusat aktivitas ekonomi Indonesia, terdapat berbagai perusahaan Prancis, kantor perwakilan pemerintahan Prancis, dan lembaga pendidikan yang melibatkan orang Indonesia dan Prancis di dalam satu unit kerja. Komunikasi antarbudaya dalam konteks bisnis pun terjadi. Ada berbagai problem potensial dalam komunikasi antarbudaya antara orang Indonesia dan orang Prancis. Tiga problem utama adalah stereotip, etnosentrisme, dan prasangka. Penelitian ini hendak mengidentifikasi berbagai stereotip, etnosentrisme, dan prasangka yang diatribusikan oleh orang Indonesia dan Prancis di Jakarta di lingkungan kerja, dan latar belakang munculnya problem-problem tersebut. Penelitian melibatkan 7 orang informan, yakni 3 orang Prancis dan 4 orang Indonesia. Mereka bekerja di kantor pemerintahan, perusahaan swasta Prancis, dan di lembaga pendidikan. Data dalam penelitian dengan paradigrna konstruktivis ini diperoleh dari wawancara mendalam dengan metode probing dan dianalisis dengan metode analisis domain. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dalam wawancara adalah pertanyaan terbuka, yang berkaitan dengan kontak informan dengan orang Prancis atau Indonesia, anggapan tentang orang Prancis atau Indonesia, interaksi di lingkungan kerja, dan di luar lingkungan kerja. Ada beberapa hasil dari penelitian ini. Meskipun orang-orang Prancis dan Indonesia ini telah memiliki kontak yang cukup lama, bahkan tinggal di budaya yang berbeda, orangorang tetap memiliki stereotip, etnosentrisme, dan prasangka, dengan isi dan arah yang berbeda-beda. Ketiga problem potensial tersebut mereka pelajari dari pengalaman pribadi mereka, pendidikan, media massa, dan dari berbagai peristiwa yang terjadi baik yang berkaitan dengan Indonesia maupun Prancis. Seseorang dapat menolak stereotip tertentu terhadap orang Prancis ataupun Indonesia yang dimiliki oleh orang lain. Sebaliknya, ada stereotip tertentu yang diadaptasi oleh seseorang yang bukan berasal dari budaya yang dikenai stereotip tersebut. Selain itu, terdapat usaha untuk memahami budaya yang berbeda dengan seseorang yang disadari akan mempengaruhi komunikasi antara kedua belah pihak, dan mempengaruhi hasil di lingkungan kerja. Dalam penelitian ini ditemukan pula etnorelativisme yang merupakan hasil dari usaha memahami budaya Prancis atau Indonesia dan memakai pemahaman tersebut dalam interaksi di lingkungan kerja. Hasil penelitian ini telah dapat menjawab masalah penelitian. Identifikasi telah dilakukan, dan menghasilkan temuan-temuan berupa berbagai stereotip, etnosentrisme dan prasangka orang Prancis dan Indonesia. Latar belakang yang memicu munculnya tiga problem tersebut adalah pengalaman, pendidikan, pengaruh media massa, dan peristiwa yang berkaitan dengan Prancis dan Indonesia. Masih ada temuan-temuan lain yang menarik, namun belum digali lebih dalam oleh peneliti, antara lain kompetensi antarbudaya dalam penyelesaian konflik di lingkungan kerja dan bagaimana respon seseorang terhadap stereotip yang diatribusikan.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
T13332
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lufti Avianto
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana remaja memaknai budaya korupsi yang digambarkan dalam cerita film "Pssst… Jangan Bilang Siapa-Siapa", dengan memaknai pesan secara dominan (dominant), berlawanan (oppositional) atau negosiasi antara keduanya (negotiated) yang dikaitkan dengan tipe komunikasi keluarga consensual, pluralistic, protective atau laissez-faire. Remaja merupakan khalayak aktif yang memiliki interpretasi berbedabeda terhadap pesan dalam teks film. Di sisi lain, remaja merupakan bagian dari interpretive communities yang memiliki pemahaman kolektif terhadap budaya korupsi sebagaimana disampaikan dalam film. Penelitian ini menggunakan paradigma konstruktivis dengan pendekatan kualitatif. Metode pengumpulan data yang dilakukan adalah wawancara mendalam kepada narasumber remaja yang merupakan pelajar SMA. Penelitian ini menunjukkan hasil bahwa pemaknaan remaja terhadap pesan dalam film bergantung pada bagaimana konteks dan ruang lingkup perilaku korupsi tersebut. Peran ayah dan ibu dalam keluarga, komunikasi dan nilai yang dibagikan dalam keluarga, nilai bersama dalam kelompok rekan sebaya, media massa dan instansi sekolah memiliki peran dalam membentuk pemahaman dan perilaku anti-korupsi remaja. ...... The purpose of this research is to understand how teenagers interprete corruption culture that constructed in the movie "Psst… Jangan Bilang Siapa- Siapa", which could make a dominant, oppositional or negotiated reading, which correlated with the type of family communication such as consensual, pluralistic, protective atau laissez-faire. Teenagers as active audience who have different reading to the content of the movie. In the other side, teenagers as interpretive communities have collective understanding toward corruption culture as constructed in the movie. This research used qualitative approach based on constructivist paradigm. The data was collected with in-depth interview method to selected high-school students. The result of this study indicate that interpretation of the teenagers toward the message of the movie depend on how the context of the corruption itself. The roles of father and mother within the family, conversation and conformity in the family, shared meaning in peer communities, mass media and school institution have a significant influence to form the anti-corrupction‟s value and behavior.
Jakarta: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
T42437
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lala Isna Hasni
Abstrak :
Meski tragedi 9/11 telah berlalu, memori tentangnya masih tetap ada. Dengan membongkar konstruksi memori 9/11 dalam dua novel anak yakni United We Stand (2009) dan Towers Falling (2016), penelitian ini bermaksud untuk melihat dinamika identitas bangsa Amerika yang terefleksikan melalui konstruksi memori tersebut. Hasil analisi menunjukkan bahwa memori 9/11 dalam kedua novel dikonstruksikan melalui dua sudut pandang yakni sudut pandang institusi dan personal. Melalui sudut pandang institusi memori 9/11 dikonstruksi dalam framing aksi teror, pengalaman traumatis, sejarah, dan persatuan bangsa. Melalui sudut pandang personal memori 9/11 dikonstruksi dalam framing pengalaman traumatis, American Dream, dan kepahlawanan. Konstruksi memori tersebut merefleksikan pandangan teks terhadap identitas bangsa Amerika. Di satu sisi, identitas bangsa Amerika sebagai bangsa adidaya terus dipertahankan di kedua novel. Di sisi lain, American Dream sebagai bagian dari identitas bangsa Amerika mengalami pergeseran makna. Pergeseran tersebut berkaitan dengan isu rasial yang berkembang seiring waktu di Amerika. American Dream dalam United We Stand cenderung memihak pada kulit putih (white supremacy) sedangkan American Dream dalam Towers Falling cenderung bersifat multikultural meski juga terdapat ambivalensi di dalamnya. Dengan demikian, pergeseran tersebut memperlihatkan bahwa identitas bangsa Amerika terbilang dinamis. ......Although the 9/11 tragedy has passed, the memory remains. By analyzing the 9/11 memory construction in two children's novels United We Stand (2009) and Falling Towers (2016), this study intends to show American identities reflected from the novels. The results show that the 9/11 memories in both novels are constructed through two perspectives; institutional and personal. From institutional perspective, the 9/11 memory is constructed in four frames; acts of terror, traumatic experiences, history, and unity. From personal perspective, the 9/11 memory is constructed in three frames: traumatic experiences, the American Dream, and heroism. The memory construction reflects the texts’ views of American national identity. On one hand, American identity as a superpower country continues to be maintained in both novels. On the other hand, the American Dream as part of American identity experienced a shift in meaning. This shift is related to racial issues that have developed over time in America. The American Dream in United We Stand tends to side with white people (white supremacy). On the contrary, the American Dream in Towers Falling tends to be multicultural even though there is also ambivalence in it. This shift shows that American identity is dynamic.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2019
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadya Meprista
Abstrak :
Penelitian ini dilakukan untuk melihat pengaruh faktor dan mediator yang menciptakan kepuasan dan loyalitas pengguna layanan e-tourism. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pembentukan stimuli, pencarian informasi, evaluasi kualitas pelayanan, kepuasan, dan loyalitas. Tinjauan pustaka dilakukan untuk mengkaji teori dan penelitian-penelitian terdahulu yang berkaitan dengan topik penelitian. Data primer dikumpulkan melalui penyebaran kuesioner terhadap responden dengan metode judgment sampling, yaitu menentukan kriteria responden: 1) pernah menggunakan layanan e-tourism, 2) pernah membaca review, dan 3) termasuk dalam kelompok umur 18-35 tahun. Analisis data dilakukan menggunakan Structural Equation Modeling (SEM). Dari hasil CFA ditemukan bahwa variabel pembentukan stimuli tidak memenuhi uji reliabilitas model pengukuran sehingga variabel tersebut dikeluarkan dari model penelitian. Hasil penelitian menunjukan bahwa pencarian informasi mempunyai pengaruh langsung terhadap evaluasi kualitas pelayanan dan kepuasan, tetapi tidak berpengaruh langsung terhadap loyalitas. Evaluasi kualitas pelayanan memiliki pengaruh terhadap kepuasan dan kepuasan memiliki pengaruh terhadap loyalitas pelanggan. Dengan demikian, untuk menciptakan kepuasan dan loyalitas pengguna layanan e-tourism, penyedia jasa e-tourism sebaiknya memperhatikan kualitas informasi dan kualitas pelayanan yang ditawarkan kepada pelanggan. ......This research examines the effect of Factors and Mediators that Creates Satisfaction and Loyalty of e-tourism’s users. Variables used in this research is generation of stimulus, information search, evaluation of service quality, satisfaction, and loyalty. The literature review conducted to assess the theories and previous studies related to the research topic. Primary data was collected from questionnaire distributed to respondents used judgment sampling method, criteria of respondents: 1) used e-tourism service, 2) read a review in e-tourism service, and 3) included in the age group 18-35 years. This followed by an analysis of the data with Structural Equation Modeling (SEM). Results of the CFA showed that generation of stimulus do not meet the reliability test measurement model so that this variable were excluded from the research model. The results of research showed that information search has a direct influence on the evaluation of service quality and satisfaction, but has no direct effect on loyalty. Evaluation of service quality has direct effect on satisfaction and satisfaction has direct effect on loyalty. So, to creates satisfaction and loyalty of e-tourism’s users, e-tourism service providers should pay attention to the quality of information and service quality that offered to users.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2016
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dyah Paramita Saraswati
Abstrak :
Perempuan adalah bagian sejarah, tapi keberadaannya kerap terpinggirkan. Penulisan perempuan membuat perempuan dapat memasukan dirinya dalam narasi sejarah. Hal itu yang dilakukan oleh Paduan Suara Dialita yang beranggotakan para perempuan penyintas tragedi 1965 yang menjadi tahanan politik karena dianggap memiliki hubungan dengan Partai Komunis Indonesia. Penelitian ini menganalisis bagaimana penulisan perempuan dilakukan oleh para perempuan penyintas 1965 melalui lirik lagu yang dinyanyikan oleh Paduan Suara Dialita. Lirik lagu dari Paduan Suara Dialita diperlakukan sebagai teks. Analisis dalam penelitian ini menggunakan perspektif feminis pendekatan analisis wacana kritis. ..... Women is part of history, but their existence often being forgotten. Feminine writing brings women into history, through writing women put themselves into a narration. A choir group called Paduan Suara Dialita consists of women survivors from 1965 tragedy did feminine writing through their songs. These women survivors used to be political prisoners because they were accused as Indonesia Communist Party sympathies or member. This research examines how the lyrics of the songs from Paduan Suara Dialita can be form of feminine writing. This research is a feminist research with critical discourse analysis approach.
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Defreia Miriam Destianti
Abstrak :
Abstrak. Makalah ini membahas mengenai bagaimana proses komodifikasi karya sastra Wattpad dengan judul Nonversation. Penelitian ini menggunakan paradigma kritis, dengan pendekatan kualitatif dengan metode penelitian studi kasus. Dilakukannya penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui bagaimana proses komodifikasi yang terjadi pada karya sastra Wattpad berjudul Nonversation dan kaitannya terhadap perubahan pada industri penerbitan buku. Berdasarkan hasil penelitian, dengan menggunakan konsep komodifikasi milik Mosco, terdapat tiga bentuk komodifikasi yang terjadi: (1). Komodifikasi konten terjadi melalui proses penulisan yang dilakukan melalui unsur-unsur cerita untuk menarik pembaca; (2). Komodifiksi khalayak terjadi ketika pembaca tidak dapat melepaskan dirinya dan menjadikan novel sebagai bagian dari kesehariannya; (3) Komodifikasi pekerja dimana penulis mengapitalisasi kemampuannya untuk menciptakan karya sastra sebagai bentuk dari labour-power. Model Arena Produksi Kultural juga digunakan untuk mengkaji Wattpad sebagai agen yang mendominasi dalam industri penerbitan buku. ......Abstract. This paper discusses the process of commodification of Wattpad story, Nonversation. This study uses a critical paradigm, with a qualitative approach and case study research methods. The purpose of this research is to find out how the commodification process that occurs in Wattpad's literary work and its relation to the changes in the book publishing industry. Based on the research results, using Mosco's concept of commodification, there are three forms of commodification that occurs: (1). The commodification of content occurs through the writing process which is carried out through story elements to attract readers; (2). The commodification of audiences occurs when the reader cannot let go of themself and makes the novel a part of his daily life; (3) The commodification of workers where the author capitalizes their own ability to create literary works as a form of labour-power. Bourdieu’s The Cultural Production Arena model is also used to examine Wattpad as a dominating agent in the book publishing industry.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>