Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 16 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Panjaitan, Sulastri C.
"Terdapat hubungan antara kejadian PJK dan stroke iskemik,keduanya memiliki faktor risiko yang sama yang berhubungan dengan aterosklerosis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persentase PJK berdasarkan pemeriksaan angiografi koroner pada pasien dengan stroke iskemik yang dikonfirmasi dengan CT scan kepala juga memberikan kontribusi berupa sebaran faktor risiko apa yang berperan pada kejadian PJK yang disertai dengan stroke iskemik. Seluruh subyek penelitian dengan stroke iskemik (64 orang) yang dilakukan pemeriksaan angiografi koroner memiliki PJK (100%). Seluruh subyek penelitian memiliki faktor risiko stroke dan PJK bahkan sebagian besar memiliki 3 atau lebih faktor risiko.

There is a relationship between the incidence of CHD and ischemic stroke , both have the same risk factors associated with atherosclerosis . This study aims to determine the percentage of CHD by coronary angiography examination in patients with ischemic stroke confirmed by head CT scan also contribute to the spread of what the risk factors that play a role in CHD events were accompanied by ischemic stroke. All subjects with ischemic stroke ( 64 men ) who had a coronary angiography examination CHD ( 100 % ) . All recipients have risk factors for stroke and CHD in fact most have 3 or more risk factors ."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
T58580
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Iwang Gumiwang
"Latar Belakang. Intervensi koroner perkutan (IKP) pada subgrup "chronic total coronary occlusion" (CTO) sering dihubungkan dengan tingkat kegagalan yang relatif lebih tinggi dan angka komplikasi yang relatif lebih tinggi dibandingkan angioplasti koroner secara umum, Penyempurnaan tehnik, peralatan dan cara seleksi pasien terus menerus disempurnakan untuk mencapai keberhasilan yang semakin tinggi. Mengetahui prediktor kegagalan tindakan IKP pada CTO merupakan langkah penting dalam proses seleksi pasien.
Tujuan Penelitian
Mencari variabel prediktor kegagalan tindakan IKP pada CTO
Metode
Dilakukan studi retrospektif "cross sectional" pada 78 kasus CTO yang di terapi IKP, setelah melewati seleksi pada 1205 pasien oklusi total dari total 3654 pasien yang di lakukan tindakan invasif koroner selama setahun (2005). Subyek penelitian dibagi menjadi dua kelompok berdasarkan gagal atau suksesnya tindakan. Ditetapkan sebanyak 25 variabel yaitu 12 variabel klinis (umur, jenis kelamin, riwayat keluarga, merokok, diabetes melitus, hipertensi, riwayat infark, riwayat bedah pintas koroner, umur oklusi >1 tahun, angina berat dan disfungsi ventrikeI kiri) dan 13 variabel angiografik (true CTO, lokasi Iesi, Iesi ostial, kalsifikasi, "tortousity", "abrupt type"," side branch type", "bridging collateral", diffuse disease", diameter <3mm, panjang > 15mm, lesi multipel dan "multivessel disease") untuk dinilai peranannya terhadap kegagalan tindakan melalui uji univariat dan uji multivariat "logistic regression".
Hasil
Sukses prosedural dicapai pada 57 kasus (73%), komplikasi terjadi pada 1 kasus (1%). Mayoritas kasus adalah pria dengan rerata umur 55 tahun. Pada uji univariat, didapat prediktor adanya kalsifikasi yang signifikan berbeda (OR 3,28. p 0,04. 95%CI 1.05-10,18). Melalui uji multivariat terhadap 7 prediktor yang terseleksi lewat uji univariat mendapatkan 2 prediktor kegagalan IKP yaitu adanya "multivessel disease" (OR 7,1. p 0,07 .95%CI 0,85-59,21) dan adanya "diffuse disease" (OR 2,7. p 0,06 .95%CI 0,93-8,08)
Simpulan
Kami dapat mengidentifikasi adanya "multivessel disease" dan "diffuse disease" sebagai dua variabel prediktor kegagalan IKP pada sari pasien CTO tahun 2005. Kesuksesan IKP dicapai pada 73% pasien dengan angka komplikasi 1%.
Saran
Penelitian prospektif dengan jumlah sampel besar mungkin perlu dilakukan.

Background. Percutaneous coronary intervention (PCI) in patients with chronic total coronary occlusion (CTO) is associated with higher rate of failure and higher rate of complication compared to non-CTO angioplasty. Improvement in technique, logistic and patient's selection method lead to a better success rate. Identification of predictor of failure could be an important step in patient selection.
Objective
To study the predictors of failure of PCI in patients with CTO
Method
A retrospective analysis of clinical and angiographic data of 78 consecutive eligible CTO patients who underwent PCI selected in series of 1205 total occluded vessel of 3654 angiographic patients in the year of 2005 in our catheterization laboratory. We analyzed 25 variables, 12 clinical variables (age, sex, family history, smoking, diabetes mellitus, hypertension, history of myocardial infarction, history of coronary bypass operation, age of occlusion > 1 year, severe angina and poor left ventricle systolic dysfunction) and 13 angiographic variables (true CTO, CTO location, ostial lesion, calcification, tortoises, non-tapered type, side branch type, bridging collateral, diffuse disease, vessel diameter < 3mm, CTO length > 15mm, multi-lesion and multi vessel disease) by unvaried and multivariate analysis (logistic regression) in association between 21 cases of procedural failure group and 57 cases of procedural success group.
Results
Procedural success was achieved in 57 patients (73%) and complication occured in one patient (1%). Majority of patients are male with mean age 55 year. Presence of calcification is the only predictor identified by unvaried analysis (OR 3,28. p 0,04. 95%CI 1.05-10,18). Multivariate analysis identified multivessel disease (OR 7,1. p 0,07 .95%CI 0,85-59,21) and diffuse disease (OR 2,7. p 0,06 .95%CI 0,93-8,08) as predictors of procedural failure.
Conclusions
We identified multivessel disease and diffuse disease as two predictors of procedural failure of PCI in our series of CTO patient with 73% success rate and 1% complication rate in the year of 2005.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006
T21234
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Noormanto
"Tujuan Mengetahui profil lemak, faktor risiko PJK lain serta ketebalan tunika intimamedia karotis pada remaja dengan atau tanpa riwayat orangtua menderita PJK dini. Tempat penelitian: Poliklinik rawat jalan Anak Rumah sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta. Subyek penelitian Anak dengan riwayat orangtua menderita PJK dini.
Metode dilakukan pengukuran berat badan, tinggi badan, tekanan darah, kolesterol total, kolesterol LDL, kolesterol HDL, trigliserida, gula darah puasa dan ketebalan tunika intima-media karotis. Analisis data yang digunakan untuk membandingkan faktor risiko antara anak dengan atau tanpa riwayat orangtua PJK dini adalah x2, tes t tidak berpasangan dan regresi logistik. Untuk mengetahui perbedaan ketebalan tunika intima-media karotis pada remaja dengan atau tanpa riwayat orangtua mendeirita PJK dini dilakukan analisis tes t tidak berpasangan. Sedangkan untuk mencari hubungan ketebalan tunika intima-media karotis dengan profil lemak dan faktor risiko PJK lain dilakukan uji korelasi Pearson.
Hasil Sebanyak 24 anak dengan riwayat orangtua menderita PJK dini, terdiri 66,7% laki-laki dan 33,3% perempuan. Pada analisis bivariat diperoleh perbedaan yang bermaia7a pads indeks masa tubuh, tekanan darah diastolik dan ketebalan tunika intima media arteri karotis antara anak dengan atau tanpa riwayat orangtua menderita PJK dini (p= 0,035, p=0,029 dan p=0,004), tetapi dari analisis multivariat indeks masa tubuh dan tekanan darah diastolik tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna (p=0,083 dan p=0,094). Sedangkan umur, jenis kelamin, status merokok, perokok pasif, aktivitas anak, tekanan darah sistolik, kadar kolesterol total, kadar kolesterol LDL, kadar kolesterol HDL, kadar trigliserida, kadar gula darah puasa tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna dari analisis bivariat maupun multivariat. Ketebalan tunika intima-media karotis pada penelitian ini tidak menunjukkan adanya hubungannya dengan faktor risiko PJK seperti kadar kolesterol total, kadar kolesterol LDL, kadar kolesterol HDL, kadar trigliserida, tekanan darah sistolik, tekanan darah diastolik, indeks masa tubuh dan umur.
Kesimpulan (1) Remaja dengan riwayat orangtua menderita PJK dini mempunyai kolesterol total, kolesterol LDL, trigliserid, tekanan darah sistolik dan diastolik serta indeks rasa tubuh rata-rata lebih tinggi tetapi secara statistik tidak bermakna disbanding kontrol; (2) Tunika intima-media karotis pada remaja dengan riwayat orangtua menderita PJK dini lebih tebal secara bermakna dibanding kontrol; (3) Ketebalan tunika intima-media karoti; tidak ada hubungannya dengan faktor risiko PJK."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2004
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Leni Indrawati
"Latar belakang. Gagal jantung akut telah menjadi masalah kesehatan diseluruh dunia dengan penyakit jantung koroner sebagai penyebab terbanyak.
Tujuan. Mengetahui hubungan antara penyakit jantung koroner dengan mortalitas pasien gagal jantung akut selama perawatan.
Metode. Penelitian dilakukan dengan desain potong lintang serta menggunakan 685 data sekunder dari studi Acute Decompensated Heart Failure Registry (ADHERE) di lima rumah sakit di Indonesia pada bulan Desember 2005 ? 2006.
Hasil. Penelitian ini melibatkan 957 pasien gagal jantung akut. Proporsi pasien gagal jantung akut yang mengalami penyakit jantung koroner di lima rumah sakit di Indonesia pada bulan Desember 2005 ? 2006 mencapai 74,8 %. Angka mortalitas pasien gagal jantung akut selama perawatan secara umum adalah 4,1 %. Angka mortalitas pasien yang mengalami PJK lebih tinggi dibandingkan pasien tanpa PJK (P = 0,493, OR = 1,3, CI 95% 0,59 ? 2,90). Angka mortalitas pasien gagal jantung akut yang disertai penyakit jantung koroner selama perawatan adalah 4,3 %, Sedangkan pada pasien tanpa penyakit jantung koroner adalah 3,3 %.
Kesimpulan. Tidak terdapat hubungan bermakna antara riwayat penyakit jantung koroner dengan angka mortalitas gagal jantung akut selama perawatan di lima rumah sakit di Indonesia pada bulan Desember 2005 - 2006.

Background. Acute heart failure has become health problem on the world and coronary heart disease is known as common etiology.
Objective. To determine relationship between history of coronary heart disease and mortality of acute heart failure
Method. This study was conducted by using cross sectional method. Using 685 secondary data from study Acute Decompensated Heart Failure Registry (ADHERE) in five hospital in Indonesia on December 2005 -2006.
Result. From 957 patient acute heart failure, about 76,2 % patient have coronary heart disease. Overall in-hospital mortality among patient with acute heart failure is 4,1 %. In-hospital mortality in patient with coronary heart disease is 4,3 % and 3,3 % in patient without coronary heart disease (P = 0,493, OR = 1,3, CI 95% 0,59 - 2,90).
Conclusion. There is no significant relationship between coronary heart disease and mortality of acute heart Failure in five hospitals in Indonesia on December 2005-2006.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2009
S09043fk
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nila Indah Gayatri
"Latar belakang: Stratifikasi risiko dilakukan pada pasien dengan sindrom koroner akut non-elevasi segmen ST (SKA-NEST) saat admisi di instalasi gawat darurat. Iskemia miokardium menginduksi dispersi repolarisasi ventrikel yang bisa dinilai dengan interval Tpe pada EKG permukaan. Pemanjangan interval Tpe telah diketahui sebagai prediktor luaran buruk pada berbagai populasi dan interval Tpe yang dikoreksi dengan laju nadi (cTpe) memiliki nilai prediksi yang lebih baik. Belum diketahui apakah interval cTpe berhubungan dengan Major Adverse Cardiac Events (MACE) dalam-rumah-sakit pada pasien SKA-NEST.
Tujuan: Untuk mengetahui manfaat interval cTpe pada EKG saat admisi pada pasien SKA-NEST sebagai modalitas stratifikasi risiko yang ekonomis, sederhana dan tersedia luas.
Metode: Penelitian ini merupakan studi kohort retrospektif pada pasien dengan SKA-NEST. Data demografi, parameter klinis dan hasil laboratorium diambil dari rekam medis. EKG saat admisi di instalasi gawat darurat (IGD) dikumpulkan dan dilakukan pengukuran inteval Tpe secara manual dengan metode tangent. Corrected Tpe (cTpe) dihitung menggunakan rumus Bazzet. Luaran yang diteliti adalah composite MACE selama perawatan di rumah sakit, termasuk kematian, syok kardiogenik, infark miokardium akut berulang, edema paru akut, henti jantung, dan takiaritmia ventrikel maligna. Dilakukan analisis ROC untuk menilai performa interval cTpe yang dapat memprediksi MACE. Analisis bivariat dan multivariat digunakan untuk menilai pemanjangan interval cTpe sebagai prediktor kejadian MACE dalam-rumah-sakit.
Hasil: Total terdapat 403 pasien yang masuk analisis akhir. Median usia adalah 60 tahun, mayoritas laki-laki (77,9%) dan terjadi MACE pada 25 kasus (6,2%). Performa interval cTpe dalam memprediksi kejadian MACE lebih baik dibandingkan dengan interval Tpe (AUC 0,727 dan 0,648). Diperoleh titik cut off interval cTpe yang optimal adalah 90,77 ms dengan sensitivitas 76,0% dan spesifisitas 63,2%. Setelah disesuaikan dengan faktor determinan lain, pemanjangan interval cTpe berhubungan dengan kejadian MACE dalam-rumahsakit (HR 2,86, IK 95% 1,08-7,56, p = 0,034).
Kesimpulan: Risiko MACE dalam-rumah-sakit lebih tinggi pada kelompok dengan pemanjangan interval cTpe dibandingkan dengan kelompok tanpa pemanjangan interval cTpe. Penelitian selanjutnya perlu dilakukan untuk validasi sehingga modalitas ini bisa dimanfaatkan dalam praktik klinis.

Background: Risk stratification is performed at the emergency department in patients with non-ST-segment-elevation acute coronary syndrome (NSTEACS). Myocardial ischaemia induced ventricular reloparization dispersion and can be assessed with Tpe interval. Tpe interval has been recognized as a predictor of adverse outcomes in various populations and correcting the Tpe with heart rate (cTpe) improved the predictive value. The association of cTpe interval with inhospital Major Adverse Cardiac Events (MACE) in NSTEACS patients was unknown.
Objective: This study aims to evaluated the cTpe interval on ECG at admission of SKA-NEST patients as an economical, simple and widely available risk stratification modality.
Methods: This was a retrospective cohort study in patients with SKA-NEST. Demographic data, clinical parameters and laboratory results were taken from medical records. The ECG at admission in emergency room (ER) was collected and manually measured by the tangent method. Corrected Tpe (cTpe) was calculated using the Bazzet formula. The composite MACE during hospitalization were the endpoint, including death, cardiogenic shock, recurrent myocardial infarction, acute pulmonary edema, cardiac arrest, and malignant ventricular tachyarrhythmias. ROC analysis was performed to evaluate performance of the Tpe and cTpe interval that could predict MACE optimally. Bivariate and multivariate analyzes were used to assess the prolongation of the Tpe interval as a predictor of in-hospital MACE.
Results: A total of 403 patients were included in the final analysis. The median age was 60 years, the majority were male (77,9%) and MACE occurred in 25 cases (6.2%). The performance of cTpe in predicting MACE events was better than Tpe (AUC 0.727 and 0.648). The optimal cut off point for the cTpe interval was 90.77 ms with sensitivity of 76.0% and specificity of 63.2%. After adjusting for other determinant factors, the prolongation of cTpe interval was associated to in-hospital MACE (HR 2,86, 95% CI 1,08-7,56, p = 0,034).
Conclusion: The risk of in-hospital MACE was higher in the group with prolonged cTpe interval compared with the group without prolonged cTpe interval. Prospective studies are needed to validate whether this modality can be used in clinical practice.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elena Maliani
"Tujuan: Menentukan hubungan antara volume lemak perikardial dengan derajat stenosis aterosklerosis arteri koronaria pada pasien yang menjalani pemeriksaan dual-source CT jantung di RSCM, sehingga dapat dilakukan penentuan titik potong volume lemak perikardial yang dapat digunakan untuk mendeteksi derajat stenosis aterosklerosis arteri koronaria hanya dengan menghitung volume lemak perikardial saja.
Metode: Analisa retrospektif hasil CT jantung dari 53 pasien yang diambil secara consecutive, meliputi penilaian derajat stenosis aterosklerosis arteri koronaria dan penghitungan volume lemak perikardial. Derajat stenosis aterosklerosis arteri koronaria dikelompokkan menjadi tidak ada stenosis, ringan, sedang dan berat, berdasarkan metode indeks prognosis Duke. Volume lemak perikardial dihitung dalam satuan cm3 dengan menggunakan perangkat lunak analisa volume pada cardiac workstation (Siemens, Leonardo), lemak perikardial adalah gabungan antara lemak epikardial dengan lemak parakardial. Analisa statistik penelitian ini menggunakan uji Anova.
Hasil: Terdapat hubungan positif antara volume lemak perikardial dengan stenosis arteri koronaria derajat sedang pada pasien di RSCM yang menjalani pemeriksaan DSCT jantung. Titik potong volume lemak perikardial untuk mendeteksi stenosis arteri koronaria derajat sedang adalah 185 cm3 (≥ 185 cm3 dan < 185 cm3), dengan nilai sensitifitas 81,8 %, spesifisitas 63,15 %, akurasi 70 % dan OR 7,71 pada 95 % interval kepercayaan 1,03 - 72,06.
Kesimpulan: Volume lemak perikardial dapat digunakan untuk menentukan stenosis arteri koronaria derajat sedang, sehingga dapat dipakai sebagai suatu acuan deteksi dini stenosis arteri koronaria bagi pasien yang beresiko terhadap kejadian PJK.

Purpose: to determine the correlation between pericardial fat volume and stenosis grade of atherosclerotic coronary artery in patients who underwent dual-source cardiac CT in Cipto Mangunkusumo hospital and cut off point of pericardial fat volume that can be used to determine stenosis grade of atherosclerotic coronary artery.
Methods : Retrospective analysis of 53 consecutive patients who underwent dualsource cardiac CT in Cipto Mangunkusumo hospital, the assessment was include stenosis grade of atherosclerotic coronary artery and pericardial fat volume. Stenosis grade were classified as no stenosis, mild, moderate and severe based on prognostic index Duke. Pericardial fat volume was measured in cm3 using the Volume Analysis software tool of our cardiac workstation (Siemens, Leonardo), pericardial fat defined as epicardial fat plus paracardial fat. Statisticall analysis were performed with Anova test.
Results : There was positive correlation between pericardial fat volume and moderate stenosis of atherosclerotic coronary artery in patients who underwent dual-source cardiac CT in Cipto Mangunkusumo hospital. A cut-off value of 185 cm3 (≥ 185 cm3 and <185 cm3) determined a sensitivity and specivicity to detect moderate stenosis of 81,8% and 63,15%, with accuracy of 70% and OR 7,71 in 95% confident interval 1,03 - 72,06.
Conclusions : Pericardial fat volume can be use to determine moderate stenosis of atherosclerotic coronary artery in patients who underwent dual-source cardiac CT in Cipto Mangunkusumo hospital due to early detection for coronary stenotic condition in patient who have higher risk for CAD.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Hengky Gosal
"Latar Belakang: Carotid stiffness (CS) merupakan perubahan fungsional pada arteri karotis akibat aterosklerosis. Diabetes mellitus tipe 2 (DMT2) akan mempercepat dan memperburuk aterosklerosis sehingga meningkatkan risiko kejadian kardiovaskular. Sampai saat kini belum ada data di Indonesia tentang CS pada pasien penyakit jantung koroner (PJK) stabil dengan DMT2 yang menggunakan sistem otomatis echotracking ultrasound berbasis frekuensi radio. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan CS pada pasien PJK stabil dengan dan tanpa DMT2.
Metode: Comparative cross-sectional antara kelompok pasien PJK stabil dengan dan tanpa pasien DMT2. Pemeriksaan CS dilakukan dengan posisi pasien berbaring telentang secara non-invasif pada 1 cm sebelum bulbus arteri karotis kiri dan kanan menggunakan automatic echotracking radiofrequency-based ultrasound dengan probe linear 3-13 MHz. Pengukuran CS dilakukan sebanyak enam kali pada masing-masing sisi arteri karotis dengan nilai tertinggi rerata carotid Pulse Wave Velocity (car-PWV) sebagai nilai CS individu.
Hasil: Dari total 42 pasien (21 pasang) yang diperiksa didapatkan nilai rerata car-PWV pasien PJK stabil dengan DMT2 lebih tinggi dibandingkan pasien PJK stabil tanpa DMT2 (9,8±1,3m/s vs 6,7±1,3m/s, p< 0,001).
Kesimpulan: Nilai carotid stiffness pasien PJK stabil dengan DMT2 lebih tinggi dibandingkan pasien PJK stabil tanpa DMT2.

Background: Carotid stiffness (CS) represents the functional changes in carotid arteries due to atherosclerosis. Progression of atherosclerosis was more accelerated in type 2 diabetes mellitus (T2DM) compared to non-diabetic patient, thus increasing the risk of cardiovascular events. Until now there is no data of CS in stable coronary artery disease (CAD) with T2DM in Indonesia using automatic echotracking radiofrequency-based ultrasound. The aim of this study was to compare CS in stable CAD with and without T2DM patient.
Method: Comparative cross-sectional between group of stable CAD with and without T2DM patients. CS was measured in patient lying down non-invasively at 1 cm proximal to bulbus of the left and right carotid artery using automatICechotracking radiofrequency-based ultrasound system, 3-13 MHz linear probe. The highest mean carotid pulse wave velocity (car-PWV) value of six measurements of both side was used as an individual CS.
Result: Total 42 patients (21 pairs) was examined. Mean value of car-PWV stable CAD with T2DM patient is higher than stable CAD without T2DM patient (9.8 1.3 m/s vs. 6.7 1.3 m/s, p<0.001).
Conclusion: Carotid stiffness value of stable CAD with T2DM patient is higher than stable CAD without T2DM patient.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
T55967
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ni Luh Putu Ekarini
"Karya Ilmiah Akhir ini merupakan analisis dari rangkaian kegiatan praktik residensi Ners Spesialis Keperawatan Medikal Bedah, dengan penerapan Model The Dynamic Nurse - Patient Relationship Ida jean Orlando pada proses keperawatan pasien gangguan sistem kardiovaskular, penerapan praktik keperawatan berdasarkan pembuktian, dan melakukan inovasi keperawatan. Pengkajian pasien dengan teori Ida Jean Orlando berfokus pada hubungan dan reaksi antara perawat-pasien. Apa yang perawat dan pasien katakan dan bagaimana pengaruhnya untuk kedua belah pihak. Tindakan keperawatan yang dilakukan diperoleh dari pengalaman pasien yang sifatnya segera dan memerlukan pertolongan cepat. Asumsi utama dalam teori Orlando terdapat tiga dari empat konsep utama yaitu person (manusia), kesehatan dan keperawatan. Konsep keempat, lingkungan tidak termasuk dalam teorinya. Kebutuhan untuk dibantu (diagnosis keperawatan) yang umum terjadi pada pasien antara lain : penurunan cardiac ouput, gangguan pertukaran gas, inefektif bersihan jalan napas, risiko perdarahan, nyeri akut dan risiko infeksi. Pelaksanaan praktik keperawatan berdasarkan pembuktian, dilakukan untuk pengelolaan nyeri pada pasien post CABG. Intervensi dilakukan dengan memberikan terapi dingin (cold therapy) dengan gel pack selama 20 menit, sebelum latihan napas dalam dan batuk efektif. Pelaksanaan inovasi keperawatan berupa penyusunan format pengkajian keperawatan, identifikasi masalah dan rencana tindak lanjut pasien dengan gangguan sistem kardiovaskular di unit rawat jalan PJNHK.

This scientific work is analysis from series of practice residency Nurse Medical Surgical Nursing Specialist by implementing The Dynamic Nurse Patient Relationship model by Ida Jean Orlandos theory at nursing process with cardiovascular disorder implementation of nursing practical based on evidence and making innovation in nursing. Assessment to patient with Ida Jean Orlandos theory was focusing on relationship and interaction between nurse patient What are the nurse and patient said and how they affect each other. Nurse action that taken was obtained from patient experience with is urgent and need first aid. The main assumption in Orlandos theory there are at least 3 out of 4 main concepts i e person human health and nurse. The fourth concept is the environment was not included in his theory. The need to get help diagnostic of nursing which generally happened to patient i e decreased of cardiac output impaired gas exchange ineffective airway clearance risk of hemorrhage acute pain and risk for infection. Implementation of nursing practical based on evidence has to done to reducing patient pain Post CABG pain management after bypass surgery. Intervention was done by providing cold therapy with gel pack up to 20 minutes before deep breathing exercise and cough. Implementation of nursing innovation in form of preparation of nursing assessment formats for nursing problem identification follow up plan for patient with cardiovascular system disorder at outpatient unit in cardiovascular hospital Harapan Kita Jakarta.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2014
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Vlodaver, Zeev, editor
"This book presents a comprehensive picture of ischemic heart disease for practitioners, students, and investigators dealing with the varied facets of this complex subject. Individual chapters introduce the anatomy of the coronary blood vessels and cardiac development, while others consider current imaging modalities utilized for ischemic heart disease, including stress echo, nuclear diagnostic tests, non-invasive coronary artery imaging, and coronary angiography. Imaging chapters provide key clinical information on techniques and indications, and include examples of both normal and abnormal patterns.
The principle thrust of the book concerns coronary atherosclerosis, the pathology of which is presented in conjunction with the results of anatomic, non-invasive imaging and angiographic studies. Related chapters cover atherogenesis, presenting new insights into the pathophysiology of the vulnerable plaque, the role of progenitor cells in vascular injury, inflammation and atherogenesis, and the genomics of vascular remodeling. Additional topics covered include angina pectoris, acute coronary syndromes, healed myocardial infarction and congestive heart failure, catheter-based and surgical revascularization, and surgical treatment of myocardial infarction and its sequelae. With contributions from a diverse group of internationally-known physicians with broad experience in the diagnosis and treatment of coronary heart disease."
New York: Springer, 2012
e20425885
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
Julian, Desmond G.
Oxford: Oxford University Press, 1991
616.123 JUL c
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>