Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 187 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Lia Damayanti
Abstrak :

Perubahan yang terjadi pada endometrium akibat penggunaan kontrasepsi yang mengandung progestin hingga kini masih belum dieksplorasi lebih jauh, sehingga mekanisme perdarahan abnormal yang dialami para pemakainya masih belum jelas diketahui mekanismenya. Untuk itu telah dilakukan penelitian yang melihat ekspresi (intensitas pulasan dan kontinuitas) kolagen IV membran basal epitel permukaan endometrium pengguna Norplant® secara imunohistokimia. Tujuh belas jaringan endometrium pengguna Norplante hasil biopsi didapatkan dari Klinik Raden Saleh Jakarta, sedangkan 12 endometrium normal didapatkan dari Monash Medical Centre, Victoria, Australia. Penelitian difokuskan pada 3 kelompok subjek, yaitu kelompok normal, kelompok Light Bleeders dan kelompok Heavy Bleeders. Dikemukakan hipotesis bahwa terdapat perbedaan ekspresi kolagen IV membran basal epitel permukaan antara endometrium normal dengan pengguna Norplanto. Analisis statistik dengan uji Chi Kuadrat dan uji korelasi Spearman dilakukan untuk menentukan ada atau tidaknya perbedaan ekspresi kolagen IV dan hubungan di antara kelompok-kelompok tersebut di atas.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kolagen IV membran basal epitel permukaan diekspresikan sepanjang siklus menstruasi endometrium normal. Intensitas pulasan kuat di sepanjang fase proliferasi awal hingga fase sekresi pertengahan dan menurun pada fase sekresi akhir dengan kontinuitas dipertahankan di sepanjang waktu tersebut. Tidak terdapat perbedaan intensitas pulasan kolagen IV antara endometrium normal dengan pengguna Norplant®, tetapi endometrium pengguna Norplant® tampak mengalami diskontinuitas (p=0,011) dengan kecenderungan diskontinuitas terjadi pada kelompok Norplant® yang mengalami perdarahan ringan (Light Bleeders) (p=0,059). Tidak terdapat hubungan antara lama pemakaian Norplant® dengan intensitas pulasan dan kontinuitas membran basal epitel permukaan endometrium.


The Expression of Collagen IV Of the Surface Epithelium Basement Membrane among Norplant® Users

The changes of endometrium morphology among progestin only contraception users have not been explored so far so that the mechanism responsible for progestogen-induced breakthrough bleeding remain unexplained. The aim of this study was to examine the expression of collagen IV as one of basement membrane components by im m unohistoche m istry In section of endometrium from women receiving the subdermal levonorgestrel implant (Norplant@) and normally cycling women. Twelve Control biopsies were obtained from normal subjects from Melbourne, Australia, and Norplant® biopsies were obtained from 17 women from Klinik Raden Saleh, Jakarta. It was hypothesized that in Norplant users, changes in basement membrane collagen IV expression were present.

Biopsies of Norplant® users showed that collagen IV immnostaining intensity were at least as intense as that found in the mid-late secretory phase of the normal cycle, but it exhibited discontinuity (p=0,011)_ The light bleeders though tends to exhibit discontinuity compared to the heavy bleeders (p=8,059). There was no correlation between the length of Norplant® exposure to the expression of collagen IV of basement membrane.

2001
T1406
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yusro Hadi
Abstrak :
Program Keluarga Berencana merupakan suatu upaya dalam peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui; pendewasaan usia perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga dan peningkatan kesejahteraan keluarga. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) merupakan salah satu metode KB yang terbaik untuk menjarangkan kelahiran anak dan merupakan alternatif pilihan kedua setelah Pil bagi pasangan muda yang ingin menunda kehamilannya, juga merupakan alternatif kedua setelah Kontap bagi pasangan tua yang ingin mengakhiri kehamilannya. Pada kenyataannya di wilayah Kecamatan Trimurjo Kabupaten Lampung Tengah, persentase pemakaian AKDR relatif rendah (12,16%) bila dibandingkan dengan Nasional (20,04%), juga bila dilihat di Kabupaten Lampung Tengah (20,47%). Hal ini tentunya banyak faktor yang mempengaruhi rendahnya pemakaian AKDR di wilayah tersebut, yang antara lain faktor-faktor peserta KB itu sendiri, faktor sarana prasarana dan faktor pemberi pelayanan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor peserta KB dan hubungannya dengan pemakaian AKDR di Desa Purwodadi wilayah Kecamatan Trimurjo. Rancangan penelitian yang digunakan adalah cross sectional, dengan responden 163 orang ibu-ibu peserta KB di desa Purwodadi. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner, kemudian diolah dengan uji univariat dan bivariat, dengan tehnik analisis Chi-Square dan Fisher Exact. Hasil analisis Chi-Square menunjukkan dari 9 variabel, ada 2 variabel mempunyai hubungan, yaitu; Status bekerja istri dan keinginan menambah anak. Dalam rangka peningkatan pemakaian AKDR di wilayah Kecamatan Trimurjo,khususnya Desa Purwodadi perlu diupayakan beberapa hal yaitu; sasaran dalam memasyarakatkan pemakaian AKDR sebagai alat KB, khususnya bagi peserta KB Non AKDR , pada istri yang tidak bekerja (ibu rumah tangga) dan bagi peserta KB yang masih mempunyai keinginan untuk menambah anak di kemudian hari. ...... Family Planning Program is one of the efforts to enhance awareness and participation of community by delaying the age of marriage, controlling birth spacing as well as increasing Family welfare. AKDR is one of the best method to regulate birth spacing and the second choice after Pill that most used by young couples who want to delay pregnancy and the old ones desire to end their fertility. In fact, in Trimurjo Sub district, percentage of AKDR user is relatively low (12, 16%), compared to National figure (20, 04%), and Lampung Tengah regency (20,47%). I suppose that there should be many factors, which influence the low coverage of AKDR use in this Sub district. Those factors are Family Planning Participants, the means and also the providers. This research is purposed to know the relation of Family Planning Participants factors, with the use of AKDR in Purwodadi Village, Trimurjo Sub district. The design of this research is Cross Sectional and analyzed by using Chi-Square and Fisher Exact. The results of Chi-Square analysis indicate that of 9 variables there are 2 significant variables. The variables are the wife job status and the need of desired children. In order to increase the use of AKDR contraception especially in Purwodadi Village , I suggest that the target of AKDR should be directed to non AKDR user which the wife who have not job (house hold wife), as well as those who desired to have more children in the future.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2001
T2726
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syamsiah
Abstrak :
Gerakan Keluarga Berencana Nasional bertujuan ganda yaitu untuk meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak serta mewujudkan norma keluarga kecil bahagia dan sejahtera (NKKBS). Dalam mewujudkan tujuan tersebut, program keluarga berencana nasional memakai beberapa metoda kontrasepsi yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi fisik peserta KB itu sendiri. Menggunakan alat kontrasepsi merupakan salah satu metoda KB yang terbaik untuk mengatur kelahiran anak, AKDR merupakan alternatif pilihan bagi pasangan muda yang ingin menunda kehamilannya, juga merupakan alternatif kedua setelah kontap bagi pasangan tua yang ingin mengakhiri kehamilannya. Di Kecamatan Sekayu Kabupaten Musi Banyuasin, persentase akseptor berdasarkan metode kontrasepsi adalah, suntik KB (47,58%), p11 (21,90%), implant (19,77%), AKDR (6,20%), khusus AKDR relatif rendah bila dibandingkan dengan nasional (13,6%), juga bila dilihat dari propinsi Sumatera Selatan (6,25%). Hal ini tentunya banyak faktor yang mempengaruhi rendahnya pemakaian AKDR di wilayah tersebut salah satu diantara faktor tersebut adalah faktor sosial budaya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan pemilihan alat kontrasepsi di Kelurahan Serasan Jaya, Soak Baru dan Balai Agung. Rancangan penelitian yang digunakan adalah Cross Sectional, dengan responden 102 orang akseptor KB. Data yang dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner, kemudian diolah dengan analisis univariat, bivariat dan multivariat dengan teknik analisis chi square dan regresi logistik. Alasan responden memilih AKDI sebagian besar mengatakan aman (78,8%), sedangkan alasan tidak memakai AKDR mayoritas mengatakan takut efek samping (88,23%). Hasil analisis chi square menunjukkan adanya hubungan antara umur, pendidikan suami, jumlah anak hidup dan dukungan suami dalam memilih alat kontrasepsi. Analisis regresi logistik diperoleh faktor yang paling dominan adalah dukungan suami. Dalam rangka meningkatkan pemakaian AKDR di wilayah khususnya Serasan Jaya, Soak Baru dan Balai Agung, perlu diberi KIE (komunikasi informasi dan edukasi) terutama ditujukan untuk PUS yang belum menggunakan alat kontrasepsi . ......The Role of Husbans to Support to the Selection of Contraceptive Device on Family Planning Patient at Serasan Jaya Village, Soak Baru and Balai Agung Sub-Districts, Musi Banyuasin District, South Sumatera Province, 2002The National Family Planning Movement has double aims that are to increase mother and child welfare, and also to form prosperous and welfare of the small family norm (NIXBS). In parsing those goals, the National Family Planning Program used some contraceptive methods that adjusted to situation and condition of Family Planning physical patient herself The using of contraceptive device is one of the best Family Planning methods to arrange child birth, IUDs is the alternative selection for young couple who wants to postpone her pregnancy, it also second alternative after "kontap" for old couple who wants to ending her pregnancy. In Sekayu Sub-District, Musi Banyuasin District, the percentage of acceptor based on contraceptive method are injectable (47,58%), pill (21,90%), implant (19,77%), IUDs (6,25%), especially for IUDs relative small if compared with national (13,6%), also when it seen at South Sumatera (6,25%). The factor that influences to lowering the use of IUDs on those areas, one of them is social-demographic. The objective of this study is to know factors that were related in the selection of contraceptive device at Serasan Jaya, Soak Baru, and Balai Agung villages. The study design used cross-sectional, with the respondent is 102 acceptors of Family Planning. The data is collected by questionnaire, and then the data is analyzed by univariate, bivariate, and multivariate used technical analysis chi-square and regression logistic. Reason of respondent selected IUDs the most of them are safety (78,8%), while the reason was not used IUDs, the majority of them afraid the side effects (88,23%). The result of chi-square analysis showed that there was relationship between age, husband's education, the number of live birth child, and husband's support in selecting the contraceptive device, Regression logistic analysis obtained that the most dominant factor is husband's support. In order to improve the using of IUDs at the villages, especially at Serasan Jaya, Soak Baru and Balai Agung, it is need to provide Information, Education, and Communication) especially addressed to fertile-age couple.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2002
T7933
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Patricia Vanda Trigno
Abstrak :
Hubungan antara lama amenore dan jarak kehamilan telah dipelajari di banyak negara. Di Indonesia, lama amenore panjang, tapi banyak wanita menyusui yang menggunakan kontrasepsi pil pada saat yang bersamaan. Bila wanita postpartum mulai menggunakan pil, dia akan segera mendapatkan kembali siklus menstruasinya, dan menjadi fertil. Bila banyak diantara mereka berhenti menggunakan pil, maka kita akan kehilangan banyak masa amenore yang dapat menyebabkan jarak kehamilan yang lebih pendek. Agar dapat diperpanjang ada dua faktor penting yaitu laktasi (menjaga wanita tetap amenore) dan kontrasepsi. Penelitian ini merupakan analisis data sekunder dari IFLS-2 yang diadakan pada tahun 1997-1998. Saat penggunaan piI berhubungan negatif dengan lama amenore. Tidak ada hubungan antara saat penggunaan pil dan jarak kehamilan, namun kehamilan dalam ≤ 18 bulan hanya terjadi pada ibu yang mulai menggunakan pil sejak amenore. Juga tidak ada hubungan antara lama amenore dan jarak kehamilan, tapi kemungkinan ibu yang lama amenore ≤ 8 bulan hamil dalam ≤ 18 bulan dua kali ibu yang lama amenorenya > 8 bulan. Untuk mendapat manfaat ASI sepenuhnya terhadap jarak kehamilan, sebaiknya penggunaan pil ditunda hingga amenore berakhir, dan sebaiknya ibu menggunakan metode amenore laktasi. ...... Analysis of Sociodemography Factors, Time to Start Pill Contraception, Duration of Amenorrhea, and Pregnancy Interval among Women in Childbearing Ages in Indonesia (A Secondary Data Analysis of IFLS-2 1997)The association between the amenorrhea period and birth intervals has been studied in many countries. In Indonesia, the mean duration of amenorrhea is long, but many lactating women using the pill at the same time. When postpartum women start using pill, she will soon get her menstrual cycle return, and become fertile. If many of these women stop taking the pill, then we will lose a lot of the amenorrhea period which will lead to a shorter birth interval. To extend the interval there are two important factors: lactation (keep women in amenorrhea state) and contraception. This study presents a secondary data analysis from the IFLS-2 that was carried out in 1997-1998. The time to start pill has negative association with duration of amenorrhea. There is no association between time to start pill and pregnancy interval, but pregnancy within ≤ 18 months only occurs in women who start the pill while amenorrhea. There is also no association between duration of amenorrhea and pregnancy interval, but women with duration of amenorrhea ≤ 8 months are twice likely to have pregnancy interval ≤ 18 months then the women with > 8 months amenorrhea. To get the full advantages of lactation on the pregnancy interval, women should cancel using the pill until the amenorrhea has stop, and mother use the lactation amenorrhea method for best.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2001
T9349
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vengky Tanuwijono
Abstrak :
Latar belakang dan cara penelitian : Kontrasepsi implan merupakan salah satu metoda dalam pemakaian kontrasepsi, walaupun relative masih baru namun akseptabilitasnya cukup tinggi. MPA sebagai bahan kontrasepsi telah lama digunakan dan terbukti aman, efektif, jangka panjang dan reversibel serta dapat digunakan oleh wanita setelah melahirkan dan menyusui. Namun, MPA baik dalam bentuk oral maupun injeksi, masa kerjanya masih relatif singkat. Dengan mengubah metoda pemberiannya, sebagai contoh: dalam bentuk implan subdermal, masa kerjanya dapat diperpanjang. Untuk itu dilakukan penelitian implan MPA subdermal. Penelitian ini merupakan studi awal untuk meneliti efek implan MPA pada hewan Macaca fascicularis dengan mengamati beberapa parameter klinik yaitu: pola perdarahan haid, berat badan dan gambaran sitologik usap vaginanya. Empat ekor dari Macaca tersebut ditanamkan implan MPA subdermal di bagian tengkuk dengan berbagai kadar: 15,5 - 28,8 - 47,4 dan 50,7 mg MPA, dan satu ekor sisanya diperlakukan sebagai kontrol. Data yang diperoleh akan diuji dengan uji-T data berpasangan. Hasil dan kesnnpulan : Hasil penelitian memperlihatkan. bahwa selama perlakuan (penanaman implan MPA) tidak terjadi perdarahan haid, yang menandakan kemungkinan terjadi atrofi endometrium. Tidak ditemukan kenaikan berat badan pada Macaca fascicularis yang ditanamkan implan MPA, justru terjadi penurunan berat badan, yang mungkin disebabkan oleh pendeknya masa pemantauan dan pengaruh stress perlakuan pada binatang percobaan (p < 0,05). Gambaran sitologik usap vagina menunjukkan penurunan jumlah sel piknotik selama perlakuan karena pengaruh estrogen yang menurun, yang menandakan bahwa mungkin akibat perkembangan folikel yang terganggu (p<0,05).
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2001
T9348
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Meutia Yusuf
Abstrak :
Salah satu tujuan pembangunan dibidang Keluarga Berencana (KB) Nasional adalah mewujudkan NKKBS yang disertai dengan penurunan tingkat kelahiran secara bermakna. Secara Nasional Jumlah peserta KB telah mencapai 26.729.030 peserta (BKKBN,1999). Metode kontrasepsi yang diminati akseptor antara lain, pil sebagai pilihan pertama, suntik pilihan kedua dan AKDR pilihan ketiga. Hasil SDKI (1977), menemukan sekitar 12% peserta AKDR berhenti menggunakan AKDR dengan alasan karena efek samping. Hasil penelitian BKKBN (2000) di Propinsi Jawa Timur, Bali, Sumatera Barat dan Bengkulu menemukan bahwa pemeriksaan (kontrol) setelah pemasangan IUD, dilakukan oleh akseptor pada waktu 1-7 hari setelah pemasangan dan ada sebagian yang tidak melakukan kontrol dengan alasan tidak tahu, tidak ada anjuran petugas dan tidak ada keluhan. Untuk Daerah Istimewa Aceh, jumlah peserta aktif mencapai 334.434 peserta, sedangkan untuk Kota Banda Aceh akseptor yang menggunakan AKDR sebanyak 3.509 peserta. Akseptor yang mengalami komplikasi AKDR baik ringan maupun berat sebanyak 74 peserta, kegagalan; 2 peserta (BKKBN D.I Aceh,2000). Sementara Informasi dari petugas tentang perilaku akseptor melakukan kontrol ulang pasca pemasangan AKDR sangat bervariasi. Jika banyak keluhan kontrolnya >5 kali dan ada juga yang tidak pernah kontrol karena tidak ada keluhan. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi tentang perilaku akseptor KB dalam melakukan kontrol ulang pasca pemasangan AKDR yang dilihat dari variabel internal (pengetahuan, sikap, motivasi) dan variabel eksternal (dukungan petugas, dorongan suami). Hal ini didasarkan pada dugaaan adanya kaitan antara kedua faktor tersebut dengan perilaku kontrol ulang pasca pemasangan AKDR. Lokasi penelitian di Kota Banda Aceh karena wilayah ini mempunyai peserta AKDR mencapai 28%. Pelaksanaan pengumpulan data pada bulan Februari s/d maret 2001. Desain penelitian menggunakan pendekatan kualitatif dengan teknik DKT dan wawancara mendalam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa meskipun akseptor memiliki pengetahuan yang cukup tentang AKDR, namun tidak semua akseptor bersedia melakukan kontrol ulang, disebabkan karena adanya perasaan malu dan stres bila mengingat diperiksa pada alat genital. Sebagian besar akseptor mempunyai sikap positif terhadap perlunya kontrol ulang pasca pemasangan AKDR, tetapi kenyataannya tidak semua akseptor melakukannya. Motivasi akseptor melakukan kontrol ulang terutama karena ada keluhan, ada juga karena anjuran petugas, keinginan sendiri. Mereka menyadari bahwa kontrol perlu dilakukan, namun karena ada perasan malu dan stres yang menyebabkan akseptor enggan melakukan kontrol. Dukungan petugas untuk kontrol ulang terutama bila ada keluhan, hal ini menyebabkan akseptor cenderung melakukan kontrol ulang bila ada keluhan yang dianggap berat. Dorongan para suami untuk melakukan kontrol ulang cukup baik, namun kesediaan untuk kontrol ulang sangat tergantung dari minat dan motivasi akseptor sendiri. Perilaku kontrol dari akseptor sangat bervariasi. Jika banyak keluhan frekuensi lebih dari 4 kali tetapi bila tidak keluhan mereka tidak kontrol sama sekali. Tidak ada perbedaan pengetahuan tentang AKDR antara akseptor yang melakukan kontrol ulang dengan yang tidak melakukan kontrol ulang. Sikap yang ditunjukkan terhadap kontrol ulang cukup positif, namun ada yang mempunyai sikap negatif karena alasan merepotkan dan malu untuk diperiksa. Umumnya motivasi akseptor melakukan kontrol ulang karena ada keluhan. Dukungan petugas untuk kontrol ulang terutama bila ada keluhan. Umumnya dorongan dari para suami untuk kontrol ulang cukup baik. Untuk itu disarankan kepada BKKBN perlu adanya pelatihan petugas dan buku panduan untuk meningkatkan kualitas konseling. Perlu adanya pengawasan dan bimbingan dari Kepala Puskesmas kepada petugas dalam memotivasi akseptor melakukan kontrol ulang. Perlu adanya pendekatan spiritual dan kebudayaan serta pengawasan dari petugas kepada akseptor untuk melakukan kontrol ulang.
Analysis of Family Planning Acceptors' Behaviors in Conducting Re-Control After Applying AKDR in Banda Aceh, Special Region of Aceh, of The Year 2001One of the objectives of national development in Family Planning is to realize NKKBS accompanied by significant decrease in birth rate. Nationally, the number of FP participants has reached 26,729,030 (BKKBN, 1999). Most accepters prefer applying pills (as first choice), injection (second choice), and IUD (third choice). The outcome of SDKI (1977) indicates that 12 % IUD participants quit applying IUD due to its side effects. The outcomes of BKKBN research show that some participants go for re-control 1-7 days after the applying date, whereas some do not go for re-control due to their lack of knowledge, no advice from officials, and no complaints. In Special Region Aceh the number of active participants reaches 334,434 persons. In Banda Aceh the number of acceptors who apply IUD reaches 3,509 persons. The number of acceptors who experience IUD complication, unserious or serious, is 74 persons; the number of those who experience failure is 2 persons (BKKBN, Aceh, 2000). The information from officials regarding acceptors' attitudes to re-control after applying IUD is various. In case they have complaints they go for control more than 5 times; in case there are no complaints they do not go for control. This research has the objective to get information regarding Family Planning acceptors' behaviors in doing re-control after applying IUD seen from internal variables (knowledge, attitudes, motivation) and external variables (officials' supports, husband' support). This is based on the assumption that there is relationship between the two factors with behavior of doing re-control after applying IUD. The location of research is Banda Aceh because the number of IUD participants in this area reaches 28 %. The data collection was carried out from February to March 2001. The research design applies qualitative approach, by methods of FGD technique and intense interview. The outcomes of the research show that despite the fact that acceptors posses enough knowledge about IUD, not all of them are willing or ready to do re-control. This is because they feel ashamed and depressed of the fact that they are examined at genitals. Most acceptors have positive attitudes to the need of re-control after applying, but the fact is that not all of them do it. Their motivation to do re-control is because they have their health complaints or because some advice from health officials, or because their own need to do so. They realize that they need to go for a control; but because they feel ashamed and depressed they become reluctant to do it. Official support for doing re-control is required especially when acceptors have complaints, especially hard complaints. Spouses' support (husbands' support) for acceptors is good, but the willingness to do re-control is dependent on acceptors themselves. Acceptors' behavior on doing re-control is various. When they have complaints, frequency of doing re-control is more than 4 times; but they do not go for doing re-control when they have no complaints at all. There is no difference of knowledge about IUD between acceptors who do re-control and those who do not. The attitude towards doing re-control is positive; negative attitudes appear because doing re-control is considered burdensome and embarrassing. Generally, acceptors' motivation to do re-control is due to the existence of complaints. Generally support from husbands is good. Therefore it is recommended for BKKBN to provide officials trainings and manuals to enhance the quality of counseling. Supervision and guidance from heads of Public Health Center to their subordinates (officials) are required in increasing acceptors' motivation in doing re-control. Spiritual and cultural approaches as well as monitoring are required from officials to motivate acceptors in doing re-control.
Depok: Universitas Indonesia, 2001
T10348
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ikhsan
Abstrak :
Upaya pengendalian penduduk dan penurunan fertilitas merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari upaya kesehatan reproduksi yang berorientasi pada hak reproduksi perorangan. Pelayanan Keluarga Berencana (KB) diharapkan mampu meningkatkan derajat kesehatan reproduksi perorangan di samping menurunkan fertilitas. KB bertujuan untuk memenuhi hak reproduksi dan kesehatan reproduksi serta untuk membentuk keluarga kecil bahagia dan sejahtera. Program KB di Indonesia dianggap berhasil oleh dunia internasional, terbukti dengan tingkat kesertaan KB yang meningkat dari 26% tahun 1980, menjadi 50% tahun 1991, kemudian meningkat lagi menjadi 57% tahun 1997 dan terakhir menjadi 78,2% tahun 1999/2000. Namun yang menjadi persoalan adalah penggunaan kontrasepsi oleh laki-laki masih rendah. Kontrasepsi kondom penggunaannya masih sangat rendah walaupun merupakan kontrasepsi yang efektif dan hampir tidak mempunyai efek samping serta merupakan satu-satunya alat kontrasepsi yang dapat mencegah penularan IMS dan HIV/AIDS. Penelitian ini bertujuan untuk menggali berbagai informasi mengenai rendahnya penggunaan kondom sebagai kontrasepsi di kecamatan kota Arga Makmur kabupaten Bengkulu Utara berdasarkan pendekatan pemasaran sosial. Rancangan penelitian menggunakan metode kualitatif dengan informan adalah provider dari berbagai tingkatan, yaitu tingkat penentu kebijakan, kordinator pelaksana dan pelaksana teknis pada Dinas Kesehatan dan BKKBN. Informan lain adalah konsumen bukan pengguna kondom. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam dan diskusi kelompok terarah serta hasil penelitian dianalisis dengan analisis isi. Hasil penelitian menunjukkan hampir semua informan, mengatakan kondom program berkualitas kurang baik dilihat dari segi ketebalan, kemasan dan aroma, sedangkan alasan tidak menggunakan kondom karena tidak praktis, mengurangi kenikmatan dan kurang efektif. Argumentasi tersebut menyebabkan rendahnya penggunaan kondom. Menurut provider harga kondom termasuk murah dan terjangkau. Menurut konsumen hampir tidak ada perbedaan dalam hal biaya yang dikeluarkan jika menggunakan kondom dibandingkan dengan kontrasepsi lain, bahkan cenderung lebih mahal jika penggunaan dalam jumlah relatif banyak. Distribusi sampai ke pelayanan terdepan tidak ada kendala. Apotek dan toko obat adalah tempat untuk mendapat kondom. Akses ke tempat tersebut mudah dan dapat dijangkau dengan biaya murah. Kendala lain adalah promosi yang kurang, pesan yang disampaikan kurang komunikatif dan belum tersedianya dana khusus untuk kegiatan promosi. Media televisi merupakan sumber informasi utama mengenai kondom dan HIV/AIDS. Berdasarkan hasil penelitian ada beberapa saran yang perlu dikemukakan. Pertama BKKBN dalam pengadaan kondom hendaknya memperhatikan kualitas produk dan disesuaikan dengan kebutuhan serta tuntutan konsumen. Tidak perlu lagi program kondom gratis karena tidak tepat sasaran. Kedua provider hendaknya meningkatkan kualitas dan frekuensi promosi.
Analysis on the Lowness of Condom Usage Based on Social Marketing approach at Kota Arga Makmur Subdistrict in North Bengkulu District in 2002. Population control and fertility reduction attempts are not apart from reproduction health efforts oriented to individual reproduction right. Family planning program (FPP) is hoped to be able to improve personal reproduction health as well as reduce fertility. FPP is aimed at fulfilling personal reproduction and reproduction health, also forming happy and welfare small family. FPP in Indonesia is considered successful by the world with the proof that its membership participation increased from 26% in 1980, into 50% in 1991, into 57% in 1997 and finally into 78,2% in 199912000. On the other hand, contraception used by men is still low. For example, condom is low, although this contraception is effective, almost has no side-effect, and seems to be the only contraception which enables to prevent IMS and HIV/AIDS spreading. The research purpose is to explore a great deal of information about the lowness of condom usage as contraception tool at Kota Arga Makmur Subdistrict, North Bengkulu District based on social marketing approach. The research uses qualitative method with informants through providers of all levels consisting of governance deciding maker, provider coordinator, technical operator from District Health Department and BKKBN. The other informant is non condom user. Data are collected through deep interview and directed group discussion. Then, these data are analyzed through content analysis. The research proves that according to most informants, condom from FPP is not so good in thickness, package and odor. Then, the reason not to use condom is that it is not practical, not effective and reduces sexual enjoy ness. These arguments cause the lowness of condom usage. According to provider, condom is cheap and accessible. According to consumers, condom almost has no price difference, if compared with other contraception tool. Even, condom tends to be expensive if used in great quantity. Condom distribution up to the user has no obstruction. Condom is usually obtained from drugstore and apotik. The access to those places is easy and reachable with cheap cost. The other obstruction is that condom promotion is less, its message is not so communicative and thre is no special finance for its promotion. Television is dominant media for main information source for condom and HIV/AIDS. Based on the research result, there are some points to suggest. First, BKKBN should notice condom quality in providing it and this providing suits the users need and demand. There should be no fee of charge condom as it reaches wrong target. The second is that provider should improve condom quality and its promotion frequency.
Depok: Universitas Indonesia, 2002
T 10698
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suksesyadi
Abstrak :
Peralihan kekuasaan dari pemerintahan Orde Lama ke pemerintahan Orde Baru pada periode tahun 1960-1970 melahirkan kebijakan baru di bidang kependudukan. Pemerintahan Orla berikap prenatalis sedangkan pemerintahan Orba justru sebaliknya. Pemerintahan orba yang berorientasi pada pembangunan ekonomi menganut kebijakan kependudukan yang antinatalis. Salah satu kebijakan kependudukan yang diambil pemerintah adalah menekan angka pertumbuhan penduduk melalui upaya penurunan angka kelahiran dan juga menekan angka kematian. Hasilnya, laju pertumbuhan penduduk menjadi 1,35 % pada periode tahun 1990-2000. Keberhasilan tidak terlepas CIO dukungan prNrard KB Melalui penyuluhan yang diarahkah kepada suami isteri pasangan usia subur (PUS). Terutama dalam pelaksanaan penggunaan kontrasepsi oleh PUS. Pemilihan jenis kontrasepsi tertentu merupakan keputusan yang diambil suami Isteri PUS. Dalam proses pengambiian keputusan memilih kontrasepsi tersebut terdapat relasi gender antara keduanya. Berlcaitan dengan hal tersebut, maka permasalahan penelitian dilokasikan pada proses pengambilan keputusan suami isteri pasangan usia subur dalam memilih kontrasepsi. Sacaraa umum, teori-teori yang dipakai untuk menjelaskan masalah tersebut antara lain teori yang dikemukakan oleh Amal, Amran, Baumholz, Budiman, Effendy, Lestari, Moffat, Safilios-Rotschild, Sajogyo, Schramm, dan Singarimbun. Tujuannya adalah untuk memperoleh gambaran tentang proses pengambilan keputusan suami istri pasangan usia subur dalam memilih kontrasepsi dan bagaimana penyuluhan yang dilakukan oleh penyuluh kepada suami Isteri pasangan usia subur untuk memperoleh gambaran tentang pees pengambilan keputusan suami isteri PUS dalam memilih kontrasepsi dan bagaimana penyuluhan yang dilakukan penyuluh kepada suami isteri PUS, maka dalam penelitian ini dipilih pendekatan kualitatif bersifat studi kasus dengan Jenis penelitian deskriptif. Untuk memperoleh data yang komprehensif dilakukan melalui wawancara mendalam terhadap 16 subjek penelitian dan observasi terhadap penyuluhan yang dilakukan oleh penyuluh sebagai sampal penelitian, ditetapkari Secara purposif Kecamatan Tanjungpandan, Kabupaten Belitung, Propinsi Kepulauan Bangka Belitung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses pengambilan keputusan suami isteri PUS dalam memilih kontrasepsi adalah sebagai berikut. Panama, suami isteri membuat keputusan untuk menunda ketahiran atau tidak ingin menambah anak lagi. Terdapat 2 variasi dalam pengambilan keputusan yaitii : (a) keputusan yang dibuat berdataskan kesepakatan bersama antara suami isteri; (b) suami menyerahkan pengambilan keputusannya kepada isteri. Kedua, suami isteri mencari informasi mengenai cara-cara menunda kelahiran atau tidak ingin menambah anak lagi. Dalam proses ini, suami dan isteri baik secara bersama-lama maupun sendiri-sendiri mencari informasi kepada kader KB, pengurus posyandu, penyuluh KB, bidan atau dokter. Ketiga, suami isteri membuat kaputusan rnemilih kontrasepsi yang sasuai dengan kebutuhannya. Terdapat 4 variasi dalam pengambilan keputusan memilih kontrasepsi yang sesuai dengan kebutuhan suami isteri, yaitu : (a) keputusan yang dibuat berdasarkan kesepakatan bersama antara suami isteri dengan isteri sebagai akseptor; (b) keputusan yang dibuat oleh isteri sendiri dengan isteri sebagai akseptor; (c) keputusan yang dibuat oleh suami sendiri dengan isteri sebagai akeptor; (d) keputusan yang dibuat berdasarkan kesepakatan bersama antara suami isteri dengan suami sebagal akseptor. Keempat, suami isteri memilih tempat pelayanan kontrasepsi yang sesuai dengan kebutuhannya. Terdapat 3 variasi dalam pengambilan keputusan suami isteri dalam memilih tempat pelayanan kontrasepsi yang sesuai dengan kebutuhan mereka, yaitu : (a) keputusan isteri seorang diri; (b) keputusan suami seorang diri; (e) keputusan bersama suami isteri. Kelima, suami isteri baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama mendatangi tempat pelayanan kontrasepsi sesuai dengan Jenis kontrasepsi pilihannya. Dari hasil penelitian ini, kepada instansi pembuat kebijakan kependudukan, khususnya kepada pemerintah Propinsi Kepulauan Bangka Belitung diusulkan rekomendasi sebagai berikut: (a) program KB hendaknya dibuat dengan Memperhatikan kebutuhan dan kesejahteraan perempuan. Jangan hanya perempuan yang menjadi sasaran utama bagi pemakaian kontrasepsi tapi juga laki-laki. Caranya, dengan menyedihkan kontrasepsi untuk laki-laki - di luar kondom dari vasektomi-seperti berbagai kontrasepsi yang diperuntukan bagi perempuan; (b) dibuat kampanye iklan seperti suami Siaga pada iklan persalinan dan penyuluhan KS dilakukan juga ditempat/kantor suami bekerja untuk menggugah kepedulian suami terhadap kesejahteran isteri/perempuan; (c) supaya suami terlibat secara aktif dalam program KB maka advokasi harus menjadi prioritas program KB.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
T12163
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rajagukguk, Wilson
Abstrak :
Studi tentang perilaku pemakaian kontrasepsi antara lain meliputi studi pemakaian (use), pemilihan (choice), penggantian (switching), ketidaklangsungan (discontinuation) dan kegagalan (failure). Studi ini memiliki sumber data yang kaya. Di Indonesia, salah satu sumber data untuk studi ini adalah hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI). Dalam SDKI sejarah pemakaian alat kontrasepsi dalam lima tahun sebelum survei dicatat. Data sejenis ini disebut data kalender.

Studi tentang perilaku pemakaian kontrasepsi penting dalam upaya peningkatan dan perbaikan pelayanan kontrasepsi. Secara khusus, studi tentang penggantian metode kontrasepsi (contraceptive switching) penting untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan penggantian metode serta siapa yang mempunyai risiko paling tinggi untuk mengganti, Pengetahuan tentang hal ini penting untuk intervensi program khususnya dalam upaya pengendalian angka kelahiran melalui pencegahan kehamilan yang tidak direncanakan. Kehamilan yang tidak direncanakan dapat terjadi setelah menghentikan pemakaian suatu metode kontrasepsi.

Oleh karena itu, dalam tesis ini dilakukan analisis faktor-faktor yang mempengaruhi penggantian metode kontrasepsi. Sumber data yang digunakan adalah hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 1994. Karena variabel respon bersifat biner (y=1 jika ganti metode kontrasepsi dan y=4 jika tidak ganti metode kontrasepsi) maka untuk analisis digunakan model regresi logistik biner. Variabel bebas dalam analisis adalah faktor-faktor sosial, ekonomi, demografi dan faktor-faktor yang berhubungan dengan alat kontrasepsi.

Hasil analisis menunjukkan bahwa secara statistik ada pengaruh yang signifikan dari masing-masing faktor sosial, ekonomi, demografi dan faktor yang berhubungan dengan metode kontrasepsi. Analisis deskriptif menunjukkan bahwa faktor yang paling kuat yang mempengaruhi keputusan untuk mengganti pemakaian suatu metode KB adalah alasan untuk berhenti dan masalah kesehatan. Probabilitas mengganti pemakaian suatu metode kontrasepsi tertinggi untuk para perempuan yang ingin metode yang lebih baik (mudah diperoleh, lebih efektif, nyaman dipakai dan harga terjangkau).
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Erna Mutiara
Abstrak :
Prevalensi penggunaan kontrasepsi di beberapa propinsi wilayah Indonesia Timur masih lebih rendah dari prevalensi nasional. Salah satu penyebabnya masih banyaknya hard to reach area atau daerah-daerah yang masih tertinggal dalam kemampuannya memberikan pelayanan KB dan kesehatan yang optimal pada masyarakat, sehingga informasi dan aksesibilitas KB masih rendah. Di samping itu ada beberapa faktor lain yang berperan seperti faktor sosio-demografi (umur, lama pernikahan, pendidikan, pekerjaan, daerah tempat tinggal, jumlah anak masih hidup), faktor sosio-psikologi (keinginan untuk mempunyai anak) dan faktor yang berhubungan dengan pelayanan (tempat tinggal terlama sampai umur 12 tahun, paparan media massa, akses pelayanan KB). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi penggunaan kontrasepsi di 8 propinsi Indonesia Timur (Nusa Tenggara Timur, Timor Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Maluku dan Irian Jaya) dan hubungan antara faktor-faktor tersebut dengan penggunaan kontrasepsi berdasarkan data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 1994. Studi dengan analisis data sekunder ini mendasarkan pada rancangan cross-sectional dengan jumlah sampel 5066 wanita berstatus kawin umur 15 - 49 tahun, tidak hamil dan tinggal di wilayah cacah terpilih pada waktu wawancara dilaksanakan. Analisis data meliputi analisis univariat, bivariat dan multivariat dengan menggunakan uji tabulasi silang dan analisis regesi logistik. Analisis dilakukan dengan menggunakan program STATA versi 4.0 dengan mempertimbangkan unsur strata, klaster, maupun pembobotannya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proporsi responden yang sekarang menggunakan kontrasepsi hampir sama dengan proporsi yang tidak menggunakan kontrasepsi, masing-masing sebesar 49,7 % dan 50,3 %. Responden yang menyatakan pernah menghubungi/dihubungi petugas KB sekitar 29,3 %, yang menunjukkan masih rendahnya akses pelayanan KB. Dari yang menyatakan tidak pernah menghubungi atau dihubungi petugas KB sebagian besar (82,2 %) berpendidikan rendah dan bertempat tinggal di desa (80,7 %). Ditemukan adanya hubungan yang bermakna dari semua variabel dengan penggunaan kontrasepsi, kecuali variabel pekerjaan responden. Dari hasil analisis bivariat ternyata variabel yang berperanan besar adalah variabel akses pelayanan KB. Kemungkinan responden yang menyatakan pernah kontak dengan petugas KB untuk menggunakan kontrasepsi sebesar 3,90 kali dibanding yang tidak pernah mengadakan kontak dengan petugas KB. Ditemukan adanya interaksi antara umur dengan jumlah anak masih hidup. Pada kelompok umur 15 - 19 tahun, kemungkinan responden yang memiliki anak 2 orang atau lebih untuk menggunakan kontrasepsi 0,91 kali dibanding yang memiliki anak < 2 orang (95 % CI = 0,17 - 4,82), sementara pada kelompok umur 30 tahun keatas, kemungkinan responden yang telah memiliki anak 2 orang atau Iebih untuk menggunakan kontrasepsi 5,81 kali dibanding yang memiliki anak < 2 orang (95 % CI = 4,01 - 8,43) setelah dikontrol dengan variabel lain. Mengingat masih rendahnya akses pelayanan KB, perlu diupayakan langkah-langkah yang dapat memperluas kontak dengan petugas melalui kegiatan-kegiatan yang lebih produktif, program perlu lebih menjelaskan tentang keuntungan dari suatu Cara kontrasepsi, perlu upaya penyuluhan yang intensif kepada kelompok umur 15 - 19 tahun yang memiliki 2 anak atau lebih, berpendidikan rendah dan bertempat tinggal di pedesaan dan perlu penelitian lebih lanjut tentang rendahnya akses pelayanan KB selain karena alasan kondisi geografis.
The prevalence of contraceptive use in some provinces in Eastern Indonesia was still lower than national prevalence. One of its causes was still many hard to reach areas or areas which were left behind by progress in their capability to give family planning service and optimum health to the community, so that information and accessibility about family planning was still poor. Besides there were some other factors which contributed such as socio-demography factors (age, marital duration, education, occupation, type of place of residence, number of living children), socio-psychology factor (desire for more children) and factors related to service (childhood place of residence, exposure of mass media, accessibility of family planning service). The objective of this study was to understand the prevalence of contraceptive use in 8 provinces in Eastern Indonesia (East Nusa Tenggara, East Timor, North Sulawesi, Central Sulawesi, South Sulawesi, South-East Sulawesi, Maluku and Irian Jaya) and the relationship between those factors and contraceptive use based on data of Indonesia Demographic and Health Survey (IDHS) 1994. The study using this secondary data based on cross-sectional design and the number of samples were 5066 married women, aged 15 - 49 years, not pregnant and lived in selected census area at the time interview was conducted. The data analysis included univariate, bivariate and multivariate analysis by using cross-tabulation and logistic regression analysis. The analysis was conducted by using software STATA version 4.0 by considering strata, cluster and weight. The result showed that the proportion of respondents used contraceptive almost the same as the proportion who did not use, respectively 49,7 % and 0,3 %. Respondents who had contact with family planning workers were 29,3 %, showed that family planning accessibility was still poor. From the respondents who said that they never visited family planning workers or be visited by family planning workers, most of them (82,2 %) had low education and lived in rural area (80,7 %). There was a significant relationship between all variables, except respondents' occupation, and contraceptive use. From the bivariate analysis, the variable that had great contribution was variable of family planning accessibility. The probability of respondents who said that they had ever visited family planning workers to use contraceptive use was 3,90 times compared to respondent who did not visit family planning workers. There was an interaction between age and number of living children. For the respondents aged 15 - 19 years, the probability of respondents had 2 children or more to use contraceptive was 0,91 times compared to respondents with no child and 1 child (95 % CI = 0,17 - 4,82), meanwhile for the age group 30 years and more, the probability of respondents had 2 children or more to use contraceptive was 5,81 times compared to respondents with no child and 1 child (95 % CI = 4,01 - 8,43) after be adjusted with other variables. By considering that family planning accessibility was still poor, it is necessary some ways which can extent contact with family planning workers by conducting more productive activities, family planning program should explain the advantage of contraceptive, it is necessary to give the information intensively to the women aged 15 - 19 years with 2 children or more, had low education and lived in rural area and it is necessary to carry out a further research about the poor of family planning accessibility not caused by geographical condition.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>