Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 107 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Samsudin
Abstrak :
Penelitian ini akan melihat pertama apa sebenarnya faktor dominan yang mempengaruhi keputusan nasabah untuk menggunakan jasa Bank Syariah Mandiri, kedua ada hubungan atau tidaknya antara karakteristik responden (nasabah) dengan faktor-faktor yang mempengaruhi keputusannya untuk menggunakan jasa Bank Syariah Mandiri. Untuk menjawab permasalahan pertama digunakan teknik analisis faktor (factor analysis) sedangkan untuk menjawab permasalahan kedua digunakan teknik analisis Cross Tabulation Chi Square (X2) pada tingkat signifikansi a = 5 %. Penelitian ini menghasilkan jawaban-jawaban atas kedua permasalahan tersebut di atas. Pertama, faktor dominan yang mempengaruhi keputusan nasabah untuk menggunakan jasa Bank Syariah Mandiri adalah faktor fasilitas dan pelayanan yang terdiri dari 5 atribut faktor yaitu: faktor fasilitas banyaknya cabang BSM di berbagai daerah,factor fasilitas banyaknya (jaringan) ATM BSM, faktor fasilitas sarana pelayanan transaksi perhankan yang lengkap, faktor pelayanan yang cepat dari para karyawan/ti BSM dun faktor pelayanan yang ramah dari para karyawan/ti BSM. Faktor dominan tersebut temyata bukanlah faktor-faktor yang berkaitan dengan atribut-atribut syariah Islam (faktor syariah) sebagaimana dugaan awal (hipotesis) dalam penelitian ini. Kedua, ada hubungan antara beberapa karakteristik responden (nasabah) yang terdiri atas jenis kelamin, agama, umur, pendidikan, stalus/pekerjaan, responden (nasabah) yang menggunakan/tidak menggunakan produk tabungan mabrur, produk deposito, produk giro dan lamanya responden menjadi nasabah BSM dengan faktor-faktor yang mempengaruhi keputusannya untuk menggunakan jasa BSM. Hasil ini sesuai dengan dugaan awal (hipotesis) pada penelitian ini. ...... Influencing Factors Analysis of the Consumers' Decision in Using Bank Syariah Mandiri Services: The Case Study on The Consumers of Bank Syariah Mandiri Branch of Thamrin There are two problems in this research, The first is what the dominant factors that influence consumers' decision in using Bank Syariah Mandiri services is and The second is whether there is a relationship or not between characteristics of respondent (the consumers) and the influencing factors of consumers' decision to use the Bank Syariah Mandiri services. To analyze the first problem, we use factor analysis technique while for the second problem, we use Cross Tabulation (Chi Square (X2)) technique on the level of significant a =5 %. This research answers the two problems. The first, the dominant influencing factors of the consumer's decision to use Bank Syariah Mandiri services is facilities and services factor including five factors: the quantity of BSM branches' facilities, the quantity (connection) ATM BSM facilities, the complete equipment of BSM transaction services facilities, the fast services by the official employees of BSM, the hospitality services by the official employees of BSM The dominant factor in this research is not the factor that related to the Islamic attributes factors (syariah factors) as it is hypothesized in this research. The second, there is a relationship between characteristics of the consumers that include gender, religion, age, education, status, the consumers who use Mabrur saving account product, deposit saving account product, giro saving account product and the period of respondents to be the consumers of BSM, and the influencing factors of consumers' decision to use the Bank Syariah Mandiri services. This result is appropriate with the hypothesis of this research.
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2004
T11950
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Simarmata, Desy Karoline
Abstrak :
Globalisasi semakin membuka pasar Indonesia pada rentang produk asing yang lebih luas daripada sebelumnya. Hal ini semakin meningkatkan persaingan. Dengan telah banyaknya merek yang beredar di pasar Indonesia, apalagi dengan adanya gempuran dari merek-merek Cina saat ini, membuat para konsumen memiliki banyak pilihan produk dan merek, serta bebas memilih produk dan merek yang mereka sukai. Dengan demikian, para pemasar harus mampu menjadikan produk dan mereknya sebagai produk dan merek unggulan serta terpilih oleh konsumen. Ekuitas merck (brand equity) menjadi salah satu aset terpenting sebab dapat dijadikan sebagai keuntungan kompetitif (competitive advantage). Merek juga dapat diasosisikan dengan negara asalnya (country of origin), di mana negara asal tersebut berpengaruh pada penilaian konsumen atas produk. Konsumen cenderung memiliki kesan tertentu pada produk yang dihasilkan oleh suatu negara, misalnya Jerman dengan teknologinya dan Italia dengan fashion-nya. Perusahaan harus mampu membangun asosiasi di pemikiran konsumen yang sesuai dengan ekuitas mereknya. Pcrusahaan pun harus memiliki pengertian yang mendalam dan menyeluruh atas pemikiran konsumen Indonesia. Ketidakmampuan perusahaan untuk membaca dan membentuk persepsi konsumen atas produknya akan menghambat kesuksesan pencapaian tujuan bisnis. Penelitian ini difokuskan untuk memberi gambaran yang mendekati mengenai pengaruh persepsi atas negara asal terhadap persepsi konsumen atas merek produk peralatan rumah tangga, ditinjau dari beberapa faktor yaitu kesan kualitas (perceived quality), atribut produk (desain, teknologi), bauran pemasaran harga dan distribusi (kemudahan menemukan barang), faktor personalitas (kebanggaan memiliki produk atau merek), satu pelayanan purna jual yang diberikan oleh perusahaan. Selain itu diteliti juga faktor-faktor keputusan pembelian pengguna produk peralatan rumah tangga dan dibandingkan dengan peta persepsi di atas. Dari analisa dapat disimpulkan bahwa persepsi konsumen Indonesia saat ini atas merek ternyata tidak lagi secara signifikan dipengaruhi oleh asosiasi negara asal, kwcuali untuk merek-merek yang belum kuat. Hal ini membuka kesempatan bagi pemasar untuk membangun ekuitas merek yang mampu mengungguli merek pesaing. Produk negara maju secara umum memiliki image lebih tinggi di mata konsumen Indonesia dibanding dengan produk negara berkembang. Pada akhirnya, image merek yang bagus bila tidak sesuai dengan perilaku target konsumen, tidak dapat membawa merek tcrscbut menjadi merek dominan di pasar. Terbentuknya merek yang baik (brand management) merupakan proses yang didukung berbagai aspek perusahaan termasuk bauran pemasaran, agar produk perusahaan tersedia, terjangkau dan dapat diterima.
Globalization results in Indonesian market more open to foreign product range than before. This enhances competitiveness. With many brands have existed in Indonesian market, especially with Chinese brands entering progressively, consumer have many choice of product or brand, and free to choose product or brand they prefer. Therefore, marketers have to be able to make their product or brand becoming the lead product or brand and preferred by consumer. Brand equity is one of important asset because it could be used as company's competitive advantage. Brand could be also associated with its country of origin and the origin could give effect to consumer evaluation over a product. Consumers tend to have certain perceptions on product from certain country, such as Germany with its technology and Italy with its fashion. Company has to be ability to build association in consumer's mind according to its own brand equity. Company also has to have deep understanding over Indonesian consumer's mind. Inability to read and build consumer perception on its product could make the company could not achieve its business target. This research is focused to give close picture regarding effect of perception on country of origin over consumer perception on home appliance product, from few factors which are perceived quality, product attribute (design, technology), marketing mix (price and distribution), personality (pride in having the product/brand), and after sales service. Next, home appliance customer purchase decision factors also be studied and compared to perception map above. From the analysis, it could be subtracted that Indonesian consumer perception currently over brand is not significantly effected by country of origin. But for weak brand, country of origin still gives effect higher than strong brand. This opens opportunity for marketer to build brand equity which lead competitors' brand. Product which comes from developed country has higher image in Indonesian consumer mind than from developing country. Finally, a good brand image if could not meet its target consumer's behaviour, could not bring the brand in becoming dominant brand in market. Brand management is a process which has to be supported by every company's aspect including marketing mix to make the product available, affordable and acceptable.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
T18328
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Trisika Putri Hapsari
Abstrak :
Keberadaan orang-orang gay yang kini terlihat semakin nyata di antara kita merupakan salah satu indikasi bahwa jumlah orang-orang gay ini tidak sedikit ditarnbah dengan adanya sejarah yang menujukkan bahwa gay di Indonesia sudah ada sejak jaman Tradisional. Kategori gay yang single income with no kids serta memiliki karakteristik global sebagai pengikut trend dan pelaku gaya hidup yang dinamis, menjadikan gay sebagai satu komunitas haru yang menarik untuk dipelajari. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mencari proposisi faktor budaya , faktor individu, faktor sosial, dan faktor psikologi pada orang-orang gay di Jakarta dengan menggunakan model pemikiran yang dikenlukakan Deborah Baxter dui T'c :as Christian University dan merggiinakan model penelitian eksploratif, dimana pada penelitian eksploratif penelitian berangkat dari sebuah konsep yang abstrak untuk kemudian menemukan dan menstrukturisasi informasi-informasi ditemukan agar dapat menuju kepada sebuah hipotesis. Penelitian ini tidak menguji hipotesis. Pengambilan data menggunakan teknik wawancara mendalam dan responden diambil berdasarkan teknik judgmental sampling. Faktor budaya pada dibatasi pada nilai-nilai yang ada dalam lingkungan sosial gay di Jakarta dan yang berkaitan dengan pembelian produk. Penelitian ini menemukan 8 proposisi yang berkaitan dengan faktor budaya. Yang pertama adalah adanya istilah Gaydar atau gay radar sebagai media untuk mengenali sesama gay yang berupa tanda-tanda fisik dan non fisik. Kedua, adanya klasifikasi orang gay berdasarkan ras, berdasarkan media untuk sosialisasi, berdasarkan karakter penampilan orang gay dipengarulii oleh latar belakang pekerjaan mereka, vaitu bidang administratif, di bidang kreatif dart pekerja bidang lapangan. Kemudian gay juga dapat dilihat dari sifat keterbukaan orientasi seksualnya kepada orang lain. Ketiga, penelitian ini juga menemukan bahwa kegiatan seksual dan falk-tor fisik menipakan faktor penting yang dianut oleh orang-orang gay, dimana fisik dianggap sebagai media utilitas dalam mencari pasangan. Keempat, penelitian ini menemukan bahwa orang gay memperhatikan perawatan dan penampilan fisik mereka agar maksimal untuk mendapatkan pasangan dan awet muda dengan melakukan perawatan wajah dan tubuh serta mengikuti trend. Kelirna, penelitian ini menemukan bahwa perpaduan sisi feminin dan maskuiin ini menjadikan orang gay lebih peka, sensitif dan kreatif Keenam, gay akan selalu berusaha untuk bisa terlihat lebih, kelas dan status sosial adalah faktor penting mereka. Untuk ini mereka akan bekerja lebih keras atau mencari jalan lain seperti mencari gadun atau sugar daddy agar dapat mengangkat kelas sosialnya, Ketujub, gaya hidup pada orang-orang gay ternyata untuk dua kepentingan vaitu gava hidup untuk sosialisasi dan gaya hidup untuk kepentingan self image. Faktor individual pada penelitian ini dibatasi pada umur dan gaya hidup para responden. Penelitian ini menemukan bahwa gaya hidup prang gay dipengaruhi oleh umur dan pengalaman pribadi mengenai kehidupan orang gay di luar Indonesia. Responden yang telah berumur 30 tahun ke atas dan yang pernah mengalami kehidupan gay di luar negeri cenderung masuk ke dalam kelompok actualizer dan fl lfilleds. Sementara untuk gay yang berada pada rentang 20 - 30 tahun umumnya berada pada kelas experiencer. Faktor sosial pada penelitan ini dibatasi pada grup referensi dan menemukan bahwa gay cenderung lebih memilih sahabat sesama gay atau perempuan dibandingkan laki-laki hetero. Grup referensi ini berperan penting dalam normative influence yang memberikan pengaruh informasional, utilitarian dan pengaruh ekspresi untuk orang-orang gay. Topik-topik yang sering menjadi pembahasan di antara grup referensi adalah laki-laki, fashion, entertainment dan kehidupan prbadi masing-masing anggotanya. Faktor psikologi pada penelitian ini dibatasi pada motivasi, dikhususkan kepada motivasi pembelian. Aspek-aspek pembangun motivasi pada responden berasal dari faktor biologis, faktor emosi atau fantasi dan faktor lingkungan. Kebutuhan responden biasanya berupa acquired needs basil adapasi lingkungan. Mayoritas pembelian berdasarkan emosional adalah untuk barang-barang trend dan merek-merek yang menimbulkan kecintaan pada diri responden. Impulsive buying dominan pada rentang usia 20 - 30 tahun dimana kegiatan tersebut dianggap sebagai elemen hiburan. Pada usia 30 tahun keatas lebih membeli barang berdasarkan rasio, kebutuhan dan kualitas produk. Lalu ditemukan pula proposisi bahwa posisi dalam kegiatan seksuat orang gay (top atau bottom) memberikan pengaruh terhadap perilaku konsumsi orang gay. Penelitian ini menemukan sebuah konsep yang populer di kalangan orang-orang gay yaitu konsep gay friendly yang biasanya ditujukan untuk sebuah lokasi. Gay friendly adalah situasi yang dapat membuat gay merasa nyanian berada di sebuah lokasi, walaupun sebenarnya tempat tersebut ditujukan untuk segmen hetero. Penelitian ini juga menemukan bahwa produk atau tempat untuk orang gay di Jakarta ternyata sudah ada, balk yang dikhususkan untuk gay yang kebanyakan adalah entertainment, atau yang secara implisit ditujukan untuk orang gay yang biasanya menggunakan tanda-tanda hanya dapat dimengerti oleh orang-orang gay, seperti bahasa (contoh : PLU, Q), warna -warna terang, potongan pakaian yang spesifik (Contoh: body fit, kaos ketat, celana ketat), dan ornamenomamen pada pakaian. Promosi yang biasanya dilakukan untuk orang gay adalah melalui mouth w mouth, fasilitas internet, telepon dan sms.
The presence of gays in the society has become more obvious nowadays. This is an indication that the quantity of gays in the society have risen above the amount from the traditional era. Gays with the characteristics of single income with no kids and usually are trend followers of globalization live a life that is dynamic, make the gay community very interesting to study. The objective of this research is to determine the proposition of the culture, individual, social, and psychology actors which influence the gay society in Jakarta in terms of product's buying activitiy. The model used to examine this phenomenon was taken from the thoughts of Deborah Baxter .from Texas Christian, University, ::while the research method used is the expolatory method. This exploratory method would start from an abstract view of the concept to later on determine and structurize all the information so that it can be used to determine a hypothesis. This research will not test the hyphotesis but gather all information and hypothesis or proposition gathered. Technique used to gathered informations was in depth interview and respondent was taken using judgemental technique sampling. The culture factors which inlufence the gay society in Jakarta will only be looked upon from the charactersitics of which gays buys their products. There are eight propositions of which will be looked upon in this study from the culture point of view. The first is what is called the gaydar or gay radar, which is a kind of media or gays to determine other gays in the society. The second would be the clasiffication of gays according to race, the media they socialize in, and also their appearance which is usually a direct affect from their background, namely administrative, creative or field work. Gays can also be characterized from their sexual openess to others. The third would be how the gays use the method of physical and sexual factors an important media to find their partners. The fourth, the reality in which gays give extra attention to take care of their physical appearance as art effort to maximize their chance in getting a partner and also to stay young in apppearance. The fifth, the mixture of the feminin and masculin side make gays more sensitive and creative. The sixth, gays often desire to appear more Fancy in style, as class and status matter greatly for them. For this purpose it is very common that gays work harder so that they can achieve more income to support their lifestyle, or they try to find other ways to do that such as finding a gadun or sugar daddy. The seventh, gays live in two life dimensions, one for socialization and secondly for self-image. The individual factors of this study will be looked upon from the age and the lifestyle of the respondents This study reveals that a gay's lifestyle is heavily affected by their age and life experience of foreign gay societies. The respondents which are 30+ years old and have had foreign gay society experience tend all into the actualizes and fullields category. Whilst the ones which are between 20-30 years old tend to all into the experiencer category. The social factors in the study will be looked upon from the reference group and has found that gay are more intend and comfort to have nor a woman best friend or gay, rather than a heterosexual man. The reference groups in gay world is important to transfer normative value which influences them in the aspect of information, utilitarian and expressive way for gay. Topics that are often happened in gay group is a light topics such as man, fashion entertainment and personal life among members. The psyhcology factors in the study will be looked upon from the buying motivation. The arousal motives in gay people is caused by biological factors, emotional factors and environmental factors. The needs oftenly is the result from environment learning. Majority, the buying activity of gay people was based on emotional or impulsive buying, specifically for trend items or product that courage fetish feeling among individual_ Impulsive buying is dominant to those are in the range of-20-30 years old. Meanwhile to those who are above 30, buying activity was based on ratio, need and the product quality. This research has also found that the sex style has influenced gay in their buying activity. This research has also found the gay friendly concept among gay people. Gay friendly concept oftenly is for a location that has the ambiance of comfort, friendly that made gay people are enjoy to be there, even though this location was built for heteroseksual segmentation. This research has also found that gay's product or specific location for gay in Jakarta are already existed now. Most of them are in the entertainment area. Those who are implicitly aiming gay people oftenly used sign or symbol that can only be understood by gay people, such as language (example : PLU, Q), bright colors or specific cutting for wardrobe (example : body fit, body flattering, tight pants) and special ornaments. Promotion for gay products in Jakarta commonly using mouth to mouth method, Internet facilities, direct phones and sms.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
T18497
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Aryani
Abstrak :
Sejak diberlakukannya AFTA (Asean Free Trade Area) atau lebih dikenal dengan perjanjian perdagangan bebas untuk wilayah ASEAN, Indonesia merupakan salah satu negara yang juga turut serta ikut dalam program tersebut. Tingkat persaingan menjadi dan semakin makin ketat, seiring dengan pertumbuhan salt-tor otomotif yang makin meningkat (rata-rata mencapai 3,5% per tahun, Media Indonesia, Januari 2004) dan regulasi bidang oli atau pelumas kendaraan yang b ergulir c epat m engakibatkan p ertumbuhan industri oli sebagai suplemen dari industri otomotif juga semakin meningkat. Salah satu produk oli impor yang memanfaatkan kebijakan pemerintah tersebut adalah Pennzoil, yaitu produk oli merek intemasional yang berasal dari negara Amerika Serikat. Untuk melihat bagaimana kontribusi PT WGI terhadap keberadaan industri oli di Indonesia, salah satu produk PT WG1 yaitu merek Pennzoil dijadikan obyek yang akan di teliti dengan alasan dari basil penelitiannya nanti dapat dijadikan acuan sebagai pertimbangan dalam menentukan kebijakan dan strategi yang berkaitan dengan konsumen, terutama konsumen oli varian sepeda motor atau kendaraan roda dua. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang menjadi pertimbangan konsumen dalam mengambil keputusan membeli produk oli sepeda motor merek Pennzoil di Daerah Khusus Ibukota Jakarta dan untuk mengidentifikasi faktor yang paling menjadi pertimbangan konsumen dalam mengambil keputusan membeli produk oli sepeda motor merek Pennzoil di Wilayah Penjualan Daerah Khusus Ibukota Jakarta.
Since the coming into effect of AFTA Oman Free Trade Area) agreement, to which Indonesia is one of the signatories, the competition became tighter as the automotive sector grew rapidly (at the average of 3.5% per annum, Media Indonesia, January 2004). The fast chaging regulatory environment of vehicle oil and lubricant industry has led to the increasing growth of oil industry as supplement to automotive industry. One of imported oil products that benefited from the government policy is Pennzoil, an International US brand oil product. In order to assess the contribution of PT WG1 to oil industry in Indonesia, one of PT WGI's products, i.e., Pennzoil oil, is selected as the object of the study. It is expected that this study will bring results that can be taken into account in the m along of policies and strategies pertaining to the consumers, in particular consumers of motorcycle or two-wheeled vehicle motor oil. This study is aimed at identifying factors affecting Jakarta consumers' decision to buy Pennzoil motorcycle motor oil. The samples for this study were consumers of Pennzoil two-wheeled vehicle oil or motorcycle riders in five regions within the Jakarta capital territory province. The sampling was focused on the motorcycle garages and oil outlets. The discussion of the study findings revealed that the factor considered by the customers.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2006
T21882
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Faila Shofa
Abstrak :
Informasi memegang peranan penting bagi seluruh aspek dari kegiatan pemasaran. Konsumen selalu di sajikan berbagai informasi oleh perusahaan - perusahaan untuk menawarkan berbagai produk buatannya, selain juga membangun kesadaran bagi konsumen akan keberadaan produk dan perusahaan pembuatnya. Konsumen juga lebih dahulu mencari informasi tentang produk yang dibutuhkannya sebelum melakukan pembelian. Untuk membangun familiaritas konsumen akan produk dan perusahaan, membangun citra perusahaan dan citra produk dibutuhkan sarana media untuk menyampaikan informasi tentang produk dan perusahaan. Perusahaan menyebarkan informasi itu melalui beberapa sumber seperti sumber komersil, sumber publik dan sebagainya. Penelitian ini mencoba mengungkapkan pengaruh informasi yang diterima oleh konsumen terhadap citra perusahaan, citra produk, familiritas konsumen dalam penentuan preferensi konsumen shampo. Perusahaan yang diteliti disini adalah PT Unilever dengan salah satu produk shamponya yaitu shampo Sunsilk. Masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah apakah informasi yang diterima konsumen mempengaruhi citra perusahaan, citra produk, familiaritas dalam penentuan preferensi konsumen shampo Sunsilk. Tujuan penelitian ini adalah meneliti tentang pengaruh informasi yang diterima konsumen, citra perusahaan, citra produk, dan familiaritas konsumen dalam penentuan preferensi konsumen shampo Sunsilk. Metode analisis yang digunakan adalah Structural Equation Model (SEM) dengan menggunakan perangkat lunak LISREL 8.3. Pengumpulan data dengan cara penyebaran kuesioner kepada para mahasiswi SI di lingkungan Ul Depok sebanyak 256 responden. Hasil penelitian membuktikan bahwa informasi yang diterima oleh konsumen berpengaruh positif terhadap citra PT Unilever, citra shampo Sunsilk, familiaritas konsumen, dan berpengaruh pula terhadap preferensi konsumen, sementara itu familiaritas konsumen berpengaruh terhadap citra PT Unilever dan citra shampo Sunsilk. Untuk citra perusahaan tidak berpengaruh positif terhadap preferensi konsumen dalam memilih shampo, sementara citra shampo sunsilk berpengaruh terhadap preferensi konsumen dalam memilih shampo.
Information holds an important role to all aspects of marketing activities. Consumers are always provided with various information by the companies- it is not only that the companies offer their. Various products, but also they aim to a rise the awareness of the consumers about the products as well as the companies manufactured the products. Additionally, consumers always seek some information about the product required before buying it. Media infrastructures, as the means of conveying information about the product and the company, are extremely needed for the purpose of developing consumer?s familiarity about the product and the company as well as further developing company's image and product image. The company disseminates the information through some sources, such as commercial sources, public sources, etc. This research attempts to describe the influences of information on the consumers towards the company's image, product image and consumers' familiarity in determining their preferences of Sunsilk shampoo. The research is conducted on PT Unilever, of which one of its shampoo products is Sunsilk. The purpose of this research is to investigate the influences of information received by the consumers towards the company's image, product image and consumers' familiarity in determining their preferences of Sunsilk shampoo. The method of analysis used in this research is Structural Equation Model (SW with the help of the programmed LISREL 8.3. The data for this research is collected through the questionnaires. Distributed to SI students of UI Depok, amounting to 256 respondents. The result of this research proved that the information accepted by the consumers remarks a positive effect towards PT Unilever's image, the image of Sunsilk shampoo, consumers' familiarity as well as the consumers' preferences, whereas the consumers' familiarity has an effect on PT Unilever's image and the image of Sunsilk shampoo: Nonetheless, the image of the company image remarks no positive effect toward the consumers' preferences in choosing their shampoo, whereas the image of Sunsilk has an effect on the consumers' preferences in doing so.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2005
T20021
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lumowa, Priscilla J.
Abstrak :
Keterlibatan konsumen (consumer involvement) meskipun dalam penelitian pemasaran di Indonesia kurang begitu banyak ditemukan, penelitian tentang keterlibatan konsumen ini telah dilakukan di manca negara sejak sekitar 7 dekade lalu. Ini terbukti dengan adanya jurnal hasil penelitian yang dilakukan oleh Sherifdan Cantril (1947) seperti yang dikemukakan oleh Andrews et al. (1990) yaitu penelitian tentang psychology of ego-involvement. Keterlibatan konsumen merupakan topik yang tidak dapat diabaikan begitu saja dalam perilaku konsumen, mengingat keterlibatan konsumen sangat mempengaruhi perilaku pembelian produk atau jasa. Hal lain yang dapat diteliti bersamaan dengan keterlibatan konsumen ini adalah efektivitas iklan. Adalah penting bagi perusahaan pengiklan produknya untuk melihat hubungan efektivitas iklan dengan derajat keterlibatan konsumen. Hai ini diperlukan untuk mengevaluasi apakah iklan yang dibuat dan ditayangkan di berbagai jenis media massa cukup efektif dalam menyampaikan pesannya kepada konsumen yang dituju. Jika belum cukup efektif, usaha apa yang harus dilakukan oleh manajemen perusahaan untuk mengefektifkan variabel-variabel yang dianggap tidak efektif. Masalah yang diteliti dalarn tesis ini adalah berupa pengukuran derajat keterlibatan konsumen terhadap produk dan dihubungkan dengan efektivitas iklan tersebut, dengan menggunakan iklan produk oli motor Revtex. Hasil kuesioner yang dibagikan menghasilkan pemisahan konsumen ke dua cluster, yaitu dua jenis keterlibatan, keterlibatan tinggi (high involvement) dan keterlibatan rendah (low involvement). Analisis dilakukan dengan menggunakan Skala Personal Involvement Inventory yang dikembangkan oleh Zaichowsky (Andrews et al., I990) dan diikuti oleh perieliti-peneliti Iainnya. Kemudian analisis faktor dilakukan untuk rnelihat faktor-faktor karakter pribadi konsumen yaitu kegiatan, minat dan pilihan atau AIO (Activities, Interests and Options) yang muncul paling menonjol di antara kedua cluster konsumen dan dijadikan ciri gaya hidup masing-masing cluster konsumen tersebut. Analisis Chi-Square digunakan untuk melihat pengaruh faktor demografi terhadap derajat keterlibatan kdnsurnen. Setelah itu dilakukan uji analisis. varian (ANOVA) untuk melihat perbedaan pengaruh indicator-¬indikator variabel persepsi konsumen. Pada penelitian ini, pertama-tama ditemukan bahwa ada perbedaan yang signifikan pada kedua cluster konsumen terhadap variabel demografi yakni pada indikator Pekerjaan, Pendidikan Terakhir dan Pengeluaran per Bulan. Tidak adanya perbedaan signifikan terlihat pada analisis faktor keterlibatan konsumen terhadap seluruh indikator variabeI pribadi - persepsi. ANOVA juga digunakan untuk melihat perbedaan kedua cluster konsumen terhadap efektivitas iklan yang menggunakan Hirarki Efek. Hasilnya, kedua cluster konsumen menunjukkan perbedaan yang signifikan terhadap empat dari enam indikator variabel efektivitas iklan tersebut yaitu Kesukaan, Preferensi, Keyakinan dan Pembelian. Dengan demikian, hasil penelitian terhadap iklan produk motor Revtex ini adalah terdapatnya hubungan antara derajat keterlibatan konsumen dengan efektivitas iklan. Adapun analisis efektivitas iklan ini menggunakan iklan "Tantangan Harta Karun Revtex", yakni iklan promosi bcrhadiah oli motor Revtex yang saat ini sedang diadakan, Hasil penelitian ini memungkinkan manajemen penrsahaan PT. Caitex Oil Indonesia untuk dapat mengevaluasi kebijakan program promosi melalui iklan agar semakin efektif dan berhasil membangun brand awareness kepada konsumen yang dituju.
Depok: Universitas Indonesia, 2003
T20201
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andreas Baital
Abstrak :
Para praktisi pemasaran mengetahui bahwa atribut yang dimiliki suatu produk bisa memainkan peranan penting pada saat konsumen memutuskan untuk membeli. Keputusan memilih untuk produk seperti mobil seorang konsumen harus lebih meneliti dan pada produk yang secara umum harganya lebih murah dan tidak rumit. Sebuah mobil adalah produk yang rumit yang mana didalamnya banyak atribut atribut penting, konsumen bisa saja mengevaluasi produk dan serangkaian merek sebagai bentuk preferensi. Bagaimanapun, informasi atribut produk dibutuhkan untuk mengevaluasi dan bisa menjadi lebih mudah dengan keikut sertaan konsumen dalam meneliti informasi yang lebih luas. Pada penelitian ini diketahui ada enam atribut produk: kehandalan, interior, kenyamanan, pengendalian, style, luas kabin dan tiga alternatif SUV, MPV, Sedan dan keputusan permasalahan disusun kedalam sebuah hirarki tiga level dengan menggunakan Analytical Hierarchy Process. Prioritas dari level 2 menetapkan pilihan preferensi relatif dan enam kriteria ketika memilih sebuah mobil dan pnoritas dan level 3 memberikan pilihan preferensi relatif terhadap tiga jenis mobil dengan hubungannya kepada masing masing enam kriteria pads level 2. Hasil penelitian mengindikasikan pioritas dari level 2, ada tiga kriteria yang sangat penting yang mempengaruhi konsumen pada saat memutuskan untuk memilih mobil yaitu kehandalan, interior and comfort, kemudian diikuti oleh pengendalian, style dan luas kabin. Dari prioritas mobil pads level 3, SUV menjadi mobil pilihan yang paling disukai untuk kriteria kehandalan, pengendalian, style dan luas kabin. Yang lainnya, Sedan menjadi mobil pilihan yang paling disukai untuk kriteria interior, kehandalan dan kenyamanan. MPV menjadi paling sedikit disukai oleh konsumen.
Marketing practitioners know that product's attribute may play an important role in a consumer's purchase decision. For a product such a car, consumer choice decisions are likely to be more elaborate than products that are generally less costly and less complicated.A car is complex product with many salient attributes, which consumers may use in product evaluations and subsequent brand preference formation. However, product attribute information usi d in these evaluations may not be easily accessible without involving consumers in relatively extensive information search. In the research, there is six criteria for product 's attribute; handling, interior, comfort, ride, style, luggage cabin and three alternative; SUY, MP I! Sedan are identified and the decision problem is structured into a three level hierarchy using the Analytical Hierarchy Process. The priorities of level 2 provide the relative importance of the six criteria when choosing a car. The priorities of level 3 give the relative preference of the three cars with respect to each of the six criteria in level 2. Result indicate that the priorities of level 2, the three most important criteria affecting consumer cars selection decisions are handling, interior; comfort. They are followed by ride, style and luggage cabin. From the priorities of the cars in level 3, SUV is the most preferred car for four out of the six selection criteria these are handling, ride, style and luggage cabin. On the other hand, Sedan is most preferred on the remaining three criteria these are interior, handling and comfort. MPV being the least preferred.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2005
T20269
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anom Karnowo
Abstrak :
Pada tiga dekade terakhir ini, peningkatan kepedulian konsumen terhadap lingkungan semakin besar, dan isu pemasaran hijau mulai bergeser dari sekedar nilai tambah menjadi hal yang utama. Seperti halnya kasus di luar negeri, di Indonesia walaupun banyak faktor yang mendorong konsumen untuk menggunakan produk ramah lingkungan, peningkatan respon pasar untuk membeli produk ramah Iingkungan jauh dari kata sukses di pasar. Sebagian besar produk ramah lingkungan memiliki market share yang rendah. Produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan kepada pasar untuk dalam bentuk ketertarikan, kepemilikan, penggunaan, konsumsi yang dapat memberikan kepuasan dari keinginan (want) dan kebutuhan (need) yang tidak hanya sebatas berbentuk tangibel (orang, tempat, property organisasi, informasi dan kejadian) tapi juga intangible (ide, service dan pengalaman) (Kotler, 2003). Produk ramah lingkungan menurud Redjellyfish (2003) adalah produk organik atau modifikasi genetik dari organisme yang keseluruhan produknya mampu didaur ulang, tidak melakukan test terhadap hewan dan merupakan hasil dari proses produksi bersih. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis sifat dari produk atribut, harga, kualitas dan sifat dari persepsi konsumen terhadap konsekuensi lingkungan dan konsekuensi individu dihubungkan dengan dorongan pembelian produk ramah lingkungan. Penelitian ini menggunakan NonProbability Judgment Sampling atau Purposive Sampling teknik. Populasi dari penelitian ini adalah responden pria dan wanita dewasa (15-60 tahun) yang sedang atau pemah membeli produk toiletters/kosmetik ramah lingkungan dari berbagai merek (Body Shop, Wood of Windsor dan Oriental Princess) dan produk toileters/kosmetik konvensionaVumum dari berbagai merek (Sariayu, Mustika Ratu, Viva, Avon, Orfame, Pixy, Revlon, Mirabella, Produk Unilever, Produk P&G, Produk Wings), selama kurun waktu 6 bulan terakhir. Pengolahan data dilakukan dalam dua tahap; Tahapan pertama, pengolahan data dilakukan dengan menggunakan Faktor Analisis pada setiap konstruk yang ada pada model penelitian. Tahapan kedua, dilakukan teknik analisis regresi berganda. Hasil penelitan menunjukkan bahwa atribut produk, persepi harga dan persepsi nilai, tidak berpengaruh signifikan terhadap dorongan pembelian sedangkan konsekuensi lingkungan dan konsekuensi individu secara signifikan berpengaruh terhadap dorongan pembelian produk. Atribut produk, persepsi nilai, persepsi harga dan persepsi nilai tidak mendorong konsumen untuk membeli, hal ini disebabkan mininmya pengetahuan konsumen tentang produk. Ada dua kemungkingan pengetahuan konsumen tentang produk sangat minim, yaitu konsumen kurang/jarang melakukan pembelian (frekuensi pembelian yang kecil) atau komunikasi pemasaran produk tidak sampai kepada konsumen. Minimnya komunikasi pemasaran berupa iklan dan promosi pada produk ramah lingkungan, menyebabkan pesan produk (atribut produk, harga, kualitas dll) tidak sampai menimbulkan dorongan pembelian. Konsumen hanya membeli produk sebatas pada persepsi mereka tentang produk ramah lingkungan itu sendiri, bahwa produk ramah lingkungan itu tidak memberikan konsekuensi negatif kepada pribadi dan lingkungan di sekitarnya.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2003
T20345
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dion Dewa Barata
Abstrak :
Saat ini kondisi persaingan penyedia jasa layanan penerbangan semakin tajam, terutama sejak kenaikan harga serta pengenaan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) pada Avtur, sebagai bahan bakar pesawat, menjadikan biaya operasional perusahaan penerbangan meningkat. Peningkatan ini tentu juga berimbas pada kenaikan harga tiket sehingga mengurangi keunggulan bersaing dari perusahaan penerbangan. Peningkatan biaya operasional ini juga berimbas pada penyampaian informasi kepada konsumen yang biasanya dilakukan melalui kampanye iklan. Solomon (2004) menyatakan bahwa informasi kepada konsumen menjadi faktor yang panting dalam proses pengambilan keputusan membeli konsumen. Salah satu sumber informasi yang digunakan oleh konsumen adalah melalui Word of Mouth (WOM) dimana informasi dicari oleh konsumen dari orang lain. Pencarian informasi WOM ini dipengaruhi oleh dua hal yaitu pengetahuan konsumen tentang layanan penerbangan dan persepsi resiko konsumen tentang layanan penerbangan. Kedua hal itu rnempengaruhi pencarian WOM secara aktif oleh konsumen dan pada akhirnya mempengaruhi keputusan konsumen menggunakan jasa layanan penerbangan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana WOM yang dicari secara aktif oleh konsumen dapat berpengaruh pada keputusannya menggunakan jasa layanan penerbangan. Penelitian ini merupakan studi kasus pada konsumen jasa layanan penerbangan di lima wilayah DKI Jakarta dengan jumlah responden sebanyak 187 orang. Jumlah responden yang besar dikarenakan pengolahan data dilakukan dengan metode SEM (Structural Equation Modelling) menggunakan program Lisrel 8.30 dengan metode estimasi Maximum Likelihood. Hasil pengolahan data menunjukkan bahwa variabel pengetahuan konsumen berpengaruh secara positif terhadap persepsi resiko konsumen tentang jasa layanan penerbangan. Variabel pengetahuan konsumen berpengaruh secara positif terhadap pencarian WOM secara aktif oleh konsumen. Penelitian ini juga menemukan pengaruh negatif persepsi resiko terhadap pencarian WOM oleh konsumen secara aktif. Variabel WOM secara aktif dicari oleh konsumen kemudian akan berpengaruh terhadap keputusan membeli konsumen. Dalam konteks penelitian ini, keputusan membeli konsumen adalah keputusan konsumen untuk menggunakan jasa layanan penerbangan. Selain itu terlihat pula bahwa persepsi resiko konsumen juga mempengaruhi keputusan membeli konsumen. Hal ini disebabkan karena konsumen tidak ingin mengambil resiko dengan mengambil keputuan yang salah. Oleh sebab itu konsumen membutuhkan lebih informasi dan salah satu sumber yang digunakan adalah melalui WOM. Ini menunjukkan bahwa WOM merupakan suatu sumber informasi yang dianggap penting, bukan hanya sebagai sumber informasi pelengkap raja. Key point dari penelitian ini adalah bahwa WOM memiliki keunggulan untuk menyebarkan informasi secara efektif dan dapat dipercaya oleh konsumen sehingga apabila dapat dikelola dengan baik akan memberikan keuntungan yang besar bagi perusahaan.
Recent development in rapid competition of airline industries, especially since the rise of price fuel (AVT'UR) and more higher tax deduction, implies that more operation cost is needed which effect to the rise of ticket price and the reduction of airline' s competitive advantages The rise of operation cost also implies information deliverance process from the airlines to their consumer which usually used advertising campaign as its channel. According to Solomon (2004), information deliverance to the customer is the critical factor in consumer buying decision process. One of the information sources used by the customer is through word of mouth (WOM) which customer seeks the information from the other people. The process of seeking the WOM are effected by two variables, consumer knowledge and risk perception of airline services. These two variables effects the customer 's WOM searching activity and at the end also effects consumer buying decision for using the airline services. The main purpose of this research is to study how WOM, that actively sought by customer, effects customer buying decision for using the airline services. This Research is a case study on airline's customer in Jakarta. Total respondent are 187 which are gathered from five districts in Jakarta Data analysis use SEM (Structural Equation Modeling) with applicable software package Lisrel 8.30. Estimation Method in analyzing the data is Maximum Likelihood The results of data processing shows that consumer knowledge variable positively effect customer risk perception variable on airline services. Customer knowledge variable also positively effects WOM actively sought by customer. This research found that consumer perceive risk negatively effects WOM actively sought by customer. This variable, WOM actively sought by customer, then positively effects consumer buying decision. In this research context, consumer buying decision is describe as consumer decision for using airline services. This research also found that customer risk perception implies consumer buying decision. This because customer do not want to take the risk by making a wrong decision. They need more information and one of the sources used to find information is through WOM. This shows that WOM is important source of information. The key point of this research is WOM has an advantage to spread the information effectively and trustable to the customer and iIt can give a large benefit for the company if it manage properly.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2005
T20532
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Godo Tjahjono
Abstrak :
Memilih merek bank utama dari segi alokasi dana bagi seorang muslim adalah keputusan yang terkait dengan berbagai pertimbangan. Kenyataannya, mayoritas nasabah bank syariah juga memiliki rekening di bank konvensional (non syariah). Apabila nasabah yang memiliki rekening di Bank Muamalat Indonesia (BMI) sebagai bank syariah sekaligus di Bank Central Asia (BCA) sebagai bank konvensional, memilih BCA sebagai merek bank utama dari segi alokasi dana, BMI dapat menghadapi hambatan dalam memperbesar dana dari nasabahnya. Untuk mengetahui preferensi merek antara BMI dan BCA, dilakukan survei terhadap 100 nasabah yang mempunyai rekening baik di EMI maupun BCA di Jakarta. Data dianalisis dengan model regresi binary logit menghasilkan kesimpulan bahwa menariknya nilai merek berpengaruh positif terhadap keputusan nasabah memilih BMI sebagai merek utama. Walaupun Hest membuktikan bahwa BMI sigrzifiikan dipersepsikan lebih religius dari BCA, namun peta persepsi correspondence analysis menunjukkan BMI masih belum dipersepsikan ideal dalam elemen nilai spiritual atau religius dan beberapa elemen nilai merek lainnya. ...... Choosing a main brand of bank in terms of money allocation for a moslem is such a decision related to various considerations. In fact, majority of sharia bank's customers also own accounts in conventional (non sharia) banks. In case the customers of Bank Muamalat Indonesia (BMI} as sharia bank who also own accounts in Bank Central Asia (BCA) as conventional bank, choose BCA as the main brand of bank in terms of money allocation, BMI could face a barrier in enlarging fund size from the customers. To find out the brand preference between BMI and BCA, a survey was conducted amongst 100 customers who own accounts both in BMI and BCA in Jakarta. Data which were analyzed through binary logit regression delivers a conclusion that brand value attractiveness has positive impact on customer's decision in choosing BMI as a main brand. Despite of t-test proves that BMI is perceived significantly more religious than BCA; correspondence analysis perceptual map shows that BMI has not been perceived ideal in spiritual or religious element.
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2007
T20738
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>