Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 23 dokumen yang sesuai dengan query
cover
New York: Cambridge , 1995
155.418 CON
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Eka Anefia Safitri
"Novel Klelep Ing Samudra Rasa karya Tulus Setiyadi menceritakan tentang tokoh Dewi sebagai orang ketiga dalam pernikahan Panji dan Septi. Posisi tersebut menimbulkan konflik batin dalam diri Dewi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis bentuk serta gelaja-gejala konflik batin, serta menguraikan faktor pemicu konflik batin yang dialami tokoh Dewi pada novel Klelep Ing Samudra Rasa karya Tulus Setyadi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif dengan menggunakan teori Psikologi sastra, sedangkan pembahasan mengenai konflik batin mendasarkan pada pendapat Muis (2009). Data penelitian ini adalah satuan peristiwa berupa teks kalimat yang berhubungan dengan konflik batin tokoh Dewi. Hasil penelitian ini adalah (1) Bentuk-bentuk konflik batin tokoh berupa perasaan depresi, obsesi, cemas, perasaan bersalah, perasaan takut, serta frustasi. (2) Faktor pemicu terjadinya konflik batin tokoh Dewi di antaranya; faktor latar belakang hidup Dewi, faktor ketertarikan fisik kepada Panji, dan perhatian serta kasih sayang yang oleh Panji. (3) Adanya kontradiksi antara sikap batin tokoh Dewi dengan sikap batin yang tepat menurut kebudayaan Jawa. Kesimpulan pada penelitian ini adalah dalam berfikir, berperilaku, serta bersikap sepatutnya mengedepankan akal budi dan memperhatikan apa yang ada di luar diri, serta mengesampingkan hawa nafsu jahat dan egoisme pribadi dengan tujuan meminimalisir terjadinya konflik-konflik supaya mendapat kehidupan yang tentram dan slamet.

The novel Klelep Ing Samudra Rasa by Tulus Setiyadi tells the story of Dewi as the third person in Panji and Septi's marriage. This position causes inner conflict in Dewi's self. The purpose of this study is to analyze the forms and symptoms of inner conflict, and to describe the factors that trigger inner conflict in Dewi's character in the novel Klelep Ing Samudra Rasa by Tulus Setyadi. The method used in this study is a qualitative descriptive method using literary psychology theory, while the discussion of inner conflict is based on the opinion of Muis (2009). The data of this research is the unit of events in the form of text sentences related to the inner conflict of the character Dewi. The results of this study are (1) The forms of inner conflict of the characters in the form of feelings of depression, obsession, anxiety, guilt, feelings of fear, and frustration. (2) The triggering factors for the inner conflict of Dewi's character include; Dewi's background, physical attraction to Panji, and Panji's attention and affection. (3) There is a contradiction between the inner attitude of the Dewi character and the appropriate inner attitude according to Javanese culture. The conclusion of this study is that in thinking, behaving, and acting, it is appropriate to prioritize reason and pay attention to what is outside of oneself, and to put aside evil desires and personal egoism with the aim of minimizing conflicts in order to have a peaceful and slamet."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sekar Adelina Rara
"Penelitian ini membahas pengaruh konflik pekerjaan-keluarga (time-based, strain-based, dan behaviour-based) menurut Greenhaus dan Beutell (1985) dan strategi SOK menurut Baltes dan Baltes (1960) terhadap kepuasan kerja menurut Spector (1997) pada manajer. 143 manajer yang berasal dari ketiga perusahaan, yaitu swasta, BUMN/BUMD, dan institusi pemerintah menjadi responden di dalam penelitian ini. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain studi lapangan. Hasil perhitungan statistik dengan menggunakan teknik ANOVA-dua arah menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang bermakna antara jenis konflik dan tingkat penggunaan strategi SOK terhadap kepuasan kerja manajer (F= 187,223, p= 0,000). Manajer dengan jenis konflik strain-based memiliki kepuasan kerja tertinggi dibandingkan dengan manajer dengan jenis konflik time-based dan behaviour-based apabila didukung tingkat penggunaan strategi SOK yang tinggi. Namun demikian, manajer berjenis konflik strain-based memiliki kepuasan kerja terendah dibandingkan dengan dua jenis konflik lainnya apabila level strategi SOK yang dimiliki rendah. Tidak ditemukan pengaruh level SOK dalam menentukan kepuasan kerja pada manajer yang berjenis konflik time-based.
The focus of this study was to examine the effect of work-family conflict and Selection, Optimization, and Compensation strategy on manager?s job satisfaction. 143 managers working in three different workplaces (private sectors, BUMN/BUMD, and government institutions) were involved. This study was a quantitative field study. A 2x3 between-subject ANOVA were used as a statistic technique. The results showed that there was a significant effect of work-family conflict and SOC strategy on manager?s job satisfaction (F= 187,223, p= 0,000). Managers possessing a high level of SOK strategy and having strain-based conflict had the highest job atisfaction, as compared to those having time-based and behaviour-based conflicts. On contrary, managers with a low level of SOC strategy and strain-based conflict had the lowest job satisfaction as compared to those with time-based dan behaviour-based. There was no effect of level of SOK strategy found in managers having time-based conflicts in predicting job satisfaction."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2009
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
cover
cover
Ressa Muliarestina
Depok: Universitas Indonesia, 1985
S2333
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alterina Hofan
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2003
S3317
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dina Chairuni
"Konflik interpersonal pada remaja merupakan hal yang tidak terlepas dalam kehidupan sosialnya. Dalam interaksi akan muncul pertentangan dan terkadang individu akan berselisih pendapat. Walaupun konflik dapat mengancam hubungan sosial namun konflik tidak selalu merusak hubungan sosial. Cara mengatasi konflik merupakan hal yang menentukan apakah konflik menjadi sesuatu yang fungsional ataupun disfungsional. Program intervensi resolusi konflik menggunakan metode skillstreaming merupakan salah satu cara untuk mengembangkan keterampilan resolusi konflik pada remaja. Penelitian ini bertujuan untuk melihat efektivitas program intervensi skillstreaming dalam mengembangkan keterampilan resolusi konflik pada seorang remaja. Setelah dilakukan analisis perbandingan hasil pre-test dan post-test dengan alat ukur Conflict Resolution Style Inventory (CRSI), diketahui bahwa program ini belum mampu mengembangkan resolusi konflik pada remaja.

Interpersonal conflict in adolescence is inevitable feature in their social relationship. When they interact, disagreement may arise. They sometimes disagree. Eventhough conflict may jeopardize social relationship, conflict is not necessarily detrimental. The way conflicts are handled is important in determining whether conflicts are functional or dysfunctional. Intervention program for conflict resolution using skillstreaming methods is a way to develop conflict resolution skill in adolescent. In the current research, the main focus is to see effectiveness of skillstreaming intervention program to develop conflict resolution skill in adolescent. After analyzing the result of pre-test and post test with Conflict Resolution Style Inventory (CRSI) on adolescent, the result shows this program has not been able to develop conflict resolution in adolescents.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
T38927
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Renata Ratnasari
"Lima tahun pertama pernikahan merupakan periode yang membutuhkan penyesuaian diri.Dalam periode ini individu dan pasangan rentan mengalami konflik karena menghadapi berbagai perbedaan nilai, pandangan, persespi hingga kebiasaan. Kerentanan terhadap konflik berkontribusi menambah tekanan yang dialami oleh individu dalam menyesuaikan diri terhadap kehidupan pernikahan. Dalam periode penyesuaian ini, salah satu faktor protektif individu dalam menghadapi tekanan, yaitu mindfulness. Salah satu mekanisme yang menjembatani hubungan antara mindfulness dan penyesuaian pernikahan diduga melalui penerapan strategi konflik baik secara konstruktif maupun destruktif. Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah strategi konflik konstruktif maupun destruktif memediasi hubungan antara mindfulness trait dengan penyesuaian pernikahan. Partisipan penelitian berjumlah 150 orang (74% perempuan; M = 27,49, SD = 2,4). Penyesuaian pernikahan diukur melalui DAS, mindfulness diukur menggunakan MAAS, dan strategi konflik diukur melalui RPCS. Melalui analisis mediasi, ditemukan adanya hubungan mediasi antara mindfulness dan penyesuaian pernikahan secara penuh melalui strategi konflik konstruktif (a1b = 0,334; SE = 0,148; 95%; CI [0,06 , 0,65]) dan strategi konflik destruktif (a2b = 0,137; SE = 0,07; 95%; CI [0,03 , 0,30]). Hal ini menunjukkan  peran strategi konflik berbasis mindfulness khususnya, berkolaborasi dalam pemecahan masalah bersama pasangan dan penurunan reaktivitas emosi, berperan penting terhadap penyesuaian pernikahan di lima tahun pertama.  

The first-five years of marriage is a period that requires adjustment. In this period, individuals and spouse more likely to argue during this time because of differences  values, opinions, perceptions, and habits. The vulnerability of conflict increased the pressure on individuals attempting to adjust to married life. During the adjustment period with the spouse, one of the individual protective factors in dealing with pressure is mindfulness. One of the mechanisms bridging the relationship between mindfulness and marital adjustment is postulated to be through the application of conflict strategies both constructively and destructively. This study aims to see whether constructive or destructive conflict strategies mediate the relationship between the mindfulness and marital adjustment. There were 150 study participants (74% female; M = 27,49, SD = 2,4). Marital adjustment was measured through DAS, mindfulness was measured using MAAS, and conflict strategies were measured through RPCS. Through mediation analysis, it was found that there was a mediation relationship through a constructive conflict strategy (a1b1 = 0,334; SE = 0,148; 95%; CI [0,06 , 0,65]) and destructive conflict strategy (a2b2 = 0,137; SE = 0,07; 95%; CI [0,03 , 0,30]). This shows that the role of mindfulness-based conflict strategies, particularly collaboration in solving problems with the spouse and the decreasing emotional reactivity, play an important role in the marriage adjustment in the first five-years."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Harlita NTB
"Bekerja merupakan salah satu upaya dalam membangun kemandirian terutam dalam hal ekonomi. Pada individu dewasa muda , hal ini mulai dibangun dan berkelanjutan (Santock, 2002). Sebagai proses yang terus berkelanjutan, proses penentuan dan pengubahan pekeijaan merupkan hal yang penting pada individu dewasa muda, sehingga dalam pelaksanaannya akan melibatkan banyak pertimbangan dan pemikiran. Oleh karena itu proses ini sering ditandai dengan adanya konflik pada individu yang bersangkutan (Atwater, 1983). Salah satu bentuk pengubahan pekerjaan yang terjadi adalah keputusan untuk berwirausaha pada individu yang sebelumnya adalah karyawan. Memutuskan untuk berhenti dari pekeijaan semula dan membangun usaha sendiri bukanlah hal yang mudah, terutama pada laki-laki yang telah menikah.
Penelitian yang dilakukan oleh Zimmerer & Scarborough (2004) menyatakan bahwa terdapat ancaman dalam keberlangsungan fungsi keluarga pada para wirausahawan yang mendirikan bisnis pada usia antara 25-39 tahun. Hal ini didasari oleh keadaan mereka yang baru atau berusaha memulai kehidupan keluarga mereka. Kondisi lainnya adalah ketegangan emosi yang lebih banyak diakibatkan ketidakpastian ekonomi (Kuratko & Hodgetts, 1995). Hal semacam inilah yang berpotensi menimbulkan konflik pada diri individu yang memutuskan untuk berwirausaha dengan meninggalkan pekerjaannya. Konflik yang dialami dapat terselesaikan salah satunya dengan memutuskan pilihan atau alternatif yang dianggap terbaik, sehingga dapat dikatakan pengambilan keputusan sebagai awal dari rangkaian penyelesaian konflik.
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh pemahaman mengenai jenis konflik apa saja yang mungkin dialami dan bagaimana proses pengambilan keputusna yang dijalani oleh individu yang bersangkutan. Dalam penelitian ini dipilih pendekatan kualitatif, agar dinamika konflik dan gambaran pengambilan keputusan yang dijalani dapat tergambar dan dapat dipahami lebih baik dari sudut pandang individu yang bersangkutan. Jumlah subyek dalam penelitian ini berjumlah tiga orang dengan karakteristik laki-laki berusia 25-45 tahun dan telah menikah ketika pengambilan keputusan dilakukan, pekeijaan sebelum berwirausaha adalah sebagai karyawan di sektor formal (Instansi Pemerintah atau Perusahaan Swasta) minimal selama 3 tahun, memutuskan keluar dari pekeijaan semula secara sukarela (voluntary turnover), dan memilih hanya berwirausaha setelah keluar dari pekerjaannya. Pengumpulan data-dilakukan dengan metode wawancara dan metode observasi sebagai penunjang.
Proses analisis yang dilakukan mencakup dua tahap. Pertama, analisis dilakukan pada masing-masing kasus untuk mengetahui pengalaman, permasalahan dan proses yang terjadi pada masing-masing subyek. Kemudian yang kedua, analisis dilakukan antar subyek atau lintas kasus. Pada bagian ini dilakukan perbandingan baik perbedaan maupun persamaan pada beberapa hal dari keseluruhan subyek. Dengan demikian, diharapkan dapat diperoleh suatu gambaran dan pola mengenai konflik yang dialami oleh individu yang memutuskan untuk berwirausaha setelah keluar dari pekerjaannya sebagai karyawan.
Hasil penelitian menunjukkan ketiga subyek memeiliki keinginan yang kuat untuk berwirausaha, namun terdapat hal-hal lain yang menjadi faktor pertimbangan yang oleh karena itu mengantarkan subyek pada situasi konflik. Salah satu konflik yang berpotensi dialami oleh individu adalah intrapersonal dengan tipe : (1) Double Approach-Avoidance dan (2) Driving forces vs restaining force. Proses pengambilan keputusan yang dilakukan digambarkan melalui tahapan yang dilalui dan stategi yang digunakan. Proses pengambilan keputusan yang dialalui menggunakan wish strategy dan escape strategy. Prilaku yang muncul pada umunya berupa kebimbangan, sehingga jalan yang ditempuh untuk menyelesaikannya antara lain dengan menimbang kekuatan relatif dari masing-masing pilihan untuk bisa menentukan pilihan mana yang akan diambil, selain itu terdapat pula tindakan meninggalkan situasi konflik. Kebimbangan itu bisa juga diselesaikan dengan cara meruntuhkan internal barrier agar tidak selamanya menunda penyelesaian konflik."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2004
S3349
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>