Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 20 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Kaelani
Abstrak :
Perlunya mengontrol kebutuhan perjalanan penumpang antar kota/daerah di wilayah Jabodetabek yang diakibatkan oleh faktor sosia-ekonomi, berubahnya tata guna lahan dan kondisi sistem transport yang aria. Sehingga kebijakan-kebijakan yang akan dilakukan dalam rangka menyediakan sistem baik sarana maupun prasarana transportasi dengan kualitas seminimal mungkin tapi anenghasilkan pelayanan dengan bark. Oleh karena itu perlu dibuat model sederhana yang dapat dipakai sebagai alai bantu oleh para pengambil keputusan dalam memformulasikan kebijakan transport untuk menentukan kebijakan yang akan diambil. Melalui penelitian ini penulis mengusulkan suatu model yang dapat dipakai dengan relatif fleksibel dan sederhana, yaitu dengan pendekatan model kebutuhan simultan atau model kebutuhan langsung dengan melakukan estimasi parameter dan proses kalibrasi hanya dilakukan dalam satu tahap. Untuk mendapatkan model yang sepal, model dikembangkan menjadi dua tipe, yaitu model moda abstrak dan model moda spesifik Sedangkan untuk menyesuaikan dengan karakteristik perjalanan, pengembangan model juga dilakukan dengan menganalisis kebutuhan perjalanan penumpang berdasarkan maksud perjalanan.Hasil model dapat digunakan untuk menghitung atau memprediksi kebutuhan perjalanan penumpang antar daerah/kota di wilayah Jabodetabek dan menghasilkan variasi ketersediaan moda antar pasangan daerah dan persaingan antar moda.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
T15001
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Riny Handayani
Abstrak :
ABSTRAK Tesis ini membahas permasalahan penduduk yang kian menjadi permasalahan yang pelik terutama seiring berkembangnya dan perubahan status wilayah Kabupaten Serang Provinsi Banten. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis pola commuting pekerja di Kabupaten Serang Provinsi Banten dan faktor yang memengaruhinya. Adapun metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis spatial ditunjang dengan metode kuantitatif, menggunakan 400 sampel dengan unit analisis kecamatan. Hasil penelitian menunjukkan banyak commuter pekerja pada jarak yang dekat dan jarak jauh lebih tertuju ke pusat-pusat perdagangan dan industri yang penting, Adanya arus commuting yang terarah, dan adanya commuting dari desa-kota kecil-kota besar, Wanita melakukan commuting pada jarak yang lebih jauh dibandingkan pria dan Tingkat Perekonomian tidak berpengaruh dominan terhadap pola commuting di kabupaten Serang Provinsi Banten. Dari enam faktor yang diduga berpengaruh terhadap Pola Commuting Pekerja, faktor Aksesibilitas, Penguasaan Lahan Pertanian, Umur dan Jenis Kelamin adalah faktor yang dominan sedangkan faktor Jarak dan Tingkat Perekonomian tidak berpengaruh secara signifikan. Kecamatan yang memiliki karakteristik commuter pekerja Kategori Tinggi merupakan wilayah yang didominasi pekerja usia 20-24 tahun dengan Jenis Kelamin Perempuan, memiliki Aksesibilitas Kategori Tinggi, dan Penguasaan Lahan Pertanian Kategori Rendah. Kecamatan sebelah Timur Kabupaten Serang mendominasi ciri-ciri tersebut yaitu Kecamatan Kragilan, Cikande, Ciruas, Kopo dan Jawilan
ABSTRACT This thesis discusses the population problem which is increasingly become a serious issue, especially with a growing and status changing of Serang District Banten Province. The purpose of this study is to analyze the commuting patterns of workers in Serang District Banten Province and factors that affect it. The research method used in this study is quantitative research methods with descriptive spatial analysis, using 400 samples with sub-district as the unit of analysis. Results showed a lot of commuter workers in close and long range is much more drawn to centers of commerce and important industry area, the existence of directional commuting flows, and the commuting of rural small towns to big cities, women do commuting in longer distance than men and the economy of commuting workers?s origin area have no dominant effect on commuting patterns. From six factors variation in the pattern of commuting workers, can be explained by four independent variables (Accessibility, Agricultural Land Tenure, Age and Sex), while the distance and the economy have no dominant effect on commuting patterns. Sub- districts in High Category of Commuting Workers have the caracteristics characteristics ; dominated by 20-24 years age group of workers, with female as the main gender, in high category of accessibility and have low category for agricultural land tenure. This characteristics dominant in Eastern sub-district of Serang, covers the area of sub-district Kragilan, Cikande, Ciruas, Kopo and Jawilan.
2012
T33169
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Hilda Triany
Abstrak :
Dalam beberapa tahun terakhir, pencapaian pendidikan dan partisipasi angkatan kerja perempuan meningkat cukup pesat di Indonesia. Seiring dengan meningkatnya peran perempuan dalam pasar kerja menjadikan rumah tangga dengan pasangan menikah yang keduanya bekerja juga meningkat (dual worker). Rumah tangga dual-worker yang bekerja di lokasi yang berbeda akan memilih lokasi tempat tinggal yang dapat memaksimalkan potensi pendapatan bersama. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi waktu tempuh mobilitas ulang-alik suami dan istri dalam rumah tangga yang keduanya bekerja, dan khususnya mempertimbangkan pendapatan yang berdampak pada waktu mobilitas ulang-alik dari pasangan suami istri yang merupakan kepala rumah tangga dan pasangannya. Penelitian ini menggunakan data Survei Angkatan Kerja Nasional 2018 dan data pendukung dari hasil Survei Sosial dan Ekonomi Nasional 2018. Dengan menggunakan regresi logistik multinomial, penelitian ini menunjukkan bahwa perbedaan waktu tempuh komuter dalam rumah tangga dual-worker dipengaruhi secara signifikan oleh perbedaan pendapatan, perbedaan jam kerja, perbedaan status pekerjaan, dan status migrasi. ......In recent years, educational attainment and female labor force participation have increased rapidly in Indonesia. Along with the increasing role of women in the labor market making households with married couples who both work also increase (dual workers). Dual-worker households who work in different locations will choose residential locations that can maximize the potential income together. This study aims to explore the commute time of husbands and wives in households that both work, and in particular considering income that affects the time of shuttle mobility of a married couple and their spouse. This study uses 2018 National Labor Force Survey data and supporting data from the results of the 2018 National Economic and Social Survey. Using multinomial logistic regression, this study shows that commuter time differences in dual-worker households are significantly affected by differences in income, rental prices home, differences in working hours, differences in employment status, and migration.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2019
T53526
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mochamad Sarif Hasyim
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan jenis transportasi pelaku mobilitas ulang-alik yang digunakan ketempat kerja di kawasan metropolitan. Di Indonesia telah terbentuk delapan kawasan metropolitan, yaitu Mebidang, Jabodetabek, Bandungraya, Kedungsepur, Joglosemar, Gerbangkertosusila, Sargabita dan Mamminasata. Hasil regresi binomial logit menggunakan data Sakernas 2013 menunjukkan bahwa di metropolitan secara keseluruhan ditemukan bahwa jenis transportasi umum cenderung dilakukan oleh pekerja yang tinggal di perkotaan dan dengan waktu tempuh lebih lama. Terdapat pola yang berbeda pada tiap kawasan metropolitan, secara umum pekerja pelaku mobilitas ulang-alik lebih memilih transportasi pribadi kecuali perempuan di kawasan metropolitan Mebidang. ......This study aims to analyze several factors related to choice of transport modeof commuter worker to and from working place in the whole metropolitan area and each of 8 metropolitan area, namely Mebidang, Jabodetabek, Bandungraya, Kedungsepur, Joglosemar, Gerbangkertosusilo, Sargabita and Mamminasata. Using data of National Labor Force Survey-SAKERNAS 2013, the result of binomial logit regression shows that in the whole metropolitan area, commuter worker who live in urban area and has longer travelling time tend to use public transport than private transport. Furthermore, there is a different pattern in each metropolitan area. Generally, in 8 metropolitan areas, commuter worker prefers private transport than public transport. However, only women in Mebidang favor public transport more than private transport.
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vivi Frizalda
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pola waktu tempuh mobilitas ulangalik di Jabodetabek menurut karakteristik demografi, ekonomi dan lainnya. Hasil analisis regresi logistik biner dari data Survei Komuter Jabodetabek 2014 menunjukkan bahwa pekerja yang berpeluang lebih tinggi untuk melakukan waktu tempuh yang lama adalah pekerja laki-laki, berumur lebih dari 60 tahun, berpendidikan SMA, menggunakan moda transportasi kendaraan umum beroda empat atau lebih dan menempuh jarak lebih dari 20 km. ......The purpose of this study is to analyze the pattern of commuting time by demographic, economic and other characteristics in Jabodetabek Area. The result of binary logit regression shows that workers with high probability in longer commuting time is male, aged more than 60 years old, high school educated, use four-wheels and more wheels public transportation and has more than 20 km in length.
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2016
T46174
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eka Hastawati
Abstrak :
PT. Kereta Api Commuter Jabodetabek PT. KCJ terus mendorong penumpang Kereta Rel Listrik KRL yang masih menggunakan Tiket Harian Berjaminan THB untuk beralih menggunakan Kartu Multitrip KMT yang lebih praktis dan efisien. Namun demikian, pada tahun 2016 sekitar 42 penumpang KRL masih menggunakan THB.Penumpang KRL harus membayar Rp.50.000 harga KMT Rp.20.000 dan saldo KMT Rp.30.000 yang relatif cukup mahal untuk sebagian penumpang. Disisi lain, keberadaan saldo minimun yang harus ada pada KMT sebesar Rp.13.000 diduga menjadi kendala penumpang untuk menggunakan KMT dan tetap menggunakan THB. Penelitian ini bertujuan menguji kebijakan yang dapat mendorong penumpang KRL yang masih menggunakan THB untuk beralih ke KMT. Dua kebijakan kebijakan menggratiskan KMT yang harga kartunya Rp.20.000 dan berisi saldo Rp.30.000 dan memberikan diskon sebesar 80 dari harga KMT yang harga kartunya Rp.20.000 dan berisi saldo Rp.30.000 telah diuji menggunakan percobaan ekonomi ekonomi kepada 100 responden di Stasiun Bogor. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kebijakan menggratiskan KMT dan diskon 80 dari harga KMT akan mendorong penumpang KRL menggunakan KMT. Namun demikian, kebijakan menggratiskan KMT akan membuat penumpang KRL tidak menghargai KMT. ......PT. Jabodetabek Commuter Line continues to push passengers of Jabodetabek train KRL passengers who still use Guaranteed Daily Tickets or Tiket Harian Berjaminan THB to switch to Multitrip Card KMT which is more practical and efficient. However, in 2016, there are still 42 of KRL passengers who use THB. It is hypothezied that to obtain KMT, passengers must purchase it at a relatively expensive price, which is IDR 50.000 KMT price is IDR 20.000, whereas the balance of the card is IDR 30 000 . In addition, the provision of settling minimum balance in the KMT of IDR 13.000, is also another factor that make passengers become reluctant to use KMT and retain using THB. This study aims to test the policies that can encourage KRL passengers who are still using THB, to switch to KMT. Two policies i.e giving KMT for free KMT price is IDR 20.000, whereas the balance of the card is IDR 30.000 and discounting KMT price by 80 KMT price is IDR 20.000, whereas the balance of the card is IDR 30.000 have been tested using experimental economic of 100 KRL passengers at Bogor Station. This research shows that the policy of discounting KMT prices by 80 and giving the KMT card for free will encourage the KRL passengers to use KMT, effectively. However, giving KMT card for free will make passengers disrespect the KMT.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2018
T49594
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andi Rachman
Abstrak :
Penelitian terhadap pola persebaran rumah dilakukan di Kecamatan Tambun Selatan yang termasuk dalam wilayah dengan keadaan perumahan dan kehidupan sosial yang beragam. Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh kondisi fisik wilayah serta hubungan pola persebaran rumah dengan Pemilihan moda transportasi penduduk, dan dilakukan dengan survey lapangan dan wawancara terhadap responden, analisis keruangan dan statistik digunakan sebagai metode analisis. Proses terbentuknya pola perumahan teratur dan tak teratur. Perilaku komuter yang selalu melakukan perjalanan ini secara tidak langsung berpengaruh terhadap pengembangan wilayah, baik wilayah tempat tinggalnya maupun wilayah tujuannya. Pergerakan yang dilakukan umumnya berasal dari pinggiran kota menuju pusat kota atau dari satu kota ke kota lainnya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pengaruh Tipologi Penglaju terhadap Pemilihan Moda Transportasi pada waktu puncak pagi dan sore di Stasiun Tambun. Alur pikir penelitian didasari oleh menemukan pola mobilitas penglaju Kelurahan Mekarsari yang bekerja di Kota Bekasi. Penduduk Kecamatan Tambun Selatan yang sebagian besar bekerja sebagai karyawan swasta, baik yang berada pada Perumahan Teratur maupun Perumahan Tak Teratur melakukan mobilitas jenis harian. Jarak mobilitas yang paling banyak terdapat pada penduduk yang berasal dari ketiga pola persebaran rumah 1 dan 2 kilometer. Perbedaan selanjutnya terdapat pada Pemilihan Moda Transportasi penduduk dari pola Perumahan Teratur yang lebih banyak menggunakan Ojek Online di Pagi Hari dan Sore Hari dibandingkan dengan Perumahan Tak Teratur. ......Research on the pattern of distribution of houses was carried out in Tambun Selatan Subdistrict, which is included in the region with various housing conditions and social life. The study aims to determine the effect of the physical condition of the area and the relationship of patterns of distribution of houses with the selection of modes of population transportation, and carried out by field surveys and interviews with respondents, spatial analysis and statistics used as an analysis method. The process of forming regular and irregular housing patterns. Commuter behavior that always makes this trip indirectly affects the development of the region, both the area of residence and the destination area. Movements carried out generally originate from the suburbs to the city center or from one city to another. The purpose of this research is to find out how the influence of commuter typology on the selection of modes of transportation during the peak morning and evening at Tambun Station. The thinking of the study is based on finding the pattern of commuters' mobility in Mekarsari Village who works in Bekasi City. The residents of Tambun Selatan Subdistrict, most of whom work as private employees, both in Regular Housing and Irregular Housing, conduct daily mobility. The most mobility distance is found in the population originating from the three patterns of distribution of houses 1 and 2 kilometers. The next difference is in the selection of the mode of transportation of the population from the Irregular Housing pattern which uses Ojek Online in the Morning and Afternoon Days more than the Irregular Housing.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adelia Azmi Sabila
Abstrak :
Peningkatan angka pekerja komuter akan menyebabkan peningkatan penggunaan kendaraan bermotor dalam kehidupan sehari-hari. Hal tersebut tentunya akan meningkatkan emisi gas rumah kaca yang dilepaskan ke atmosfer. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui jejak karbon yang dihasilkan oleh pekerja komuter dari Tangerang menuju DKI Jakarta, mengidentifikasi jenis kendaraan yang menghasilkan nilai jejak karbon terbesar (hotspot) serta mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya jejak karbon. Pengumpulan data primer dilakukan dengan menggunakan kuesioner dan wawancara terhadap pekerja komuter sebagai responden sesuai dengan persyaratan responden yang telah ditentukan dalam wilayah studi. Perhitungan jejak karbon dilakukan menggunakan metode faktor emisi yang didasarkan pada bahan bakar. Total jejak karbon yang dihasilkan adalah 3.630 kgCO2eq/bulan pada periode sebelum pandemi dan 2.602 kgCO2eq/bulan pada periode selama pandemi. Uji korelasi yang digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat adalah uji korelasi pearson. Berdasarkan hasil uji korelasi diketahui bahwa Faktor yang paling mempengaruhi nilai jejak karbon yang dihasilkan pekerja komuter dengan skenario 1,2, dan 3 jenis kendaraan adalah jarak (r = 0,52—0,37—0,21); p-value= 0—0,001—0,028) dan frekuensi (r = 0,29—0,32—0,25; p-value=0,001—0,32—0,25). ......The increasing number of commuter workers will excalate the use of motorized vehicles in everyday life. It will also certainly give rise to the emission of greenhouse gases released into the atmosphere. This study was conducted to determine the carbon footprint generated by commuter workers from Tangerang to DKI Jakarta, to identify which mode of transportation is the largest contributor to the carbon footprint of commuter workers activities and to determine the factors influencing the magnitude of the carbon footprint. Primary data collection was carried out using questionnaires and interviews with workers as respondents in accordance with the respondent's requirements that had been determined in the study area. Calculation of the carbon footprint was carried out using the emission factor method which was based on fuel. The total carbon footprint generated was 3.630 kgCO2/month in the pre-pandemic period and 2.602 kgCO2/month during pandemic period. The correlation test used to determine the relationship between the independent variable and the dependent variable was the Pearson correlation test. Based on the results of the correlation test, it was known that the most influencing factor for the carbon footprint in this study were the distance traveled (r = 0,52—0,37—0,21); p-value= 0—0,001—0,028) and the frequency of driving (r = 0,29—0,32—0,25; p-value=0,001—0,32—0,25).
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bissell, David, 1982-
Cambridge: The MIT Press, 2018
388.413 2 BIS t
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Fadry Kurniawan Kasim
Abstrak :
Penelitian ini menjelaskan tentang bagaimana persepsi karyawan pengguna sepeda ke tempat kerja pada komunitas Bike to Work (B2W) Indonesia tentang gejala kelelahan (fatigue). Persepsi tersebut ditentukan melalui analisis frekuensi deskriptif dengan melihat frekuensi nilai mean dan sebaran penilaian responden terhadap variabel gejala kelelahan yang terdiri dari tiga dimensi; pelemahan kegiatan, pelemahan motivasi, dan pelemahan fisik akibat keadaan umum. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan melakukan penyebaran kuesioner kepada 100 orang responden. Melalui analisis SPSS 17.0 for Windows didapat hasil bahwa karyawan pengguna sepeda pada komunitas B2W tidak setuju dengan gejala kelelahan atau dengan kata lain tidak mengalami kelelahan. ......This research describes about how the perception of employee using bicycle to work in Bike to Work Indonesia Community about fatigue symptom is. The perception is determined using descriptive frequency analysis by referring the frequency of mean values and the distribution of respondent's answers to the fatigue symptom variabel which is consisted of three dimentions; activity weakening, motivation weakening, and physical weakening because of common circumstances. This research uses quantitative approach by using questionaires as the data collecting instrument spreading to 100 respondents. Trough SPSS 17.0 for Windows analysis, the result shows that the majority of the respondents disagree to the fatigue symptoms or in the other words do not experience fatigue.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>