Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 487 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rochmah
Abstrak :
ABSTRAK
Untuk memenuhi kebutuhan telekomunikasi pada zaman modern ini, diperlukan sistem komunikasi serat optik yang mana memiliki redaman yang sangat rendah dengan kapasitas yang besar serta kecepatan yang tinggi sebagai persiapan menuju Jaringan Digital Pelayanan Terpadu (JDPT).

Dalam makalah ini dibahas mengenai transmisi serat optik ragam tunggal pada derah panjang gelombang 1,5μm. Serat optik ragam tunggal ini mempunyai lebar pita frekuensi yang lebar dan rugi-rugi serat yang sangat kecil, sehingga banyak dipergunakan dalam sistem komunikasi serat optik.

Dari studi literatur didapatkan bahwa lebar pita frekuensi untuk serat optik ragam tunggal pada panjang gelombang 1,3μm dan 1,5μm lebih besar dari 50GHz. Rugi-rugi serat yang terbaik pada panjang gelombang 1,3μm adalah 0,5 dB/km, sedangkan pada panjang gelombang 1,5μm adalah 0,2 dB/km. Dengan rugi-rugi serendah ini jarak pengulang dapat dibuat mencapai kurang lebih 200 km.

Laser DFB (Distributed Feedback Laser) dipergunakan sebagai sumber optik yang mempunyai panjang gelombang opersai pada 1,5 - 1,6 μm dan laser Fabry Perot sebagai perbandingan. Jarak pengulnagan sejauh 104 km dan 40 km dapat dicapai pada laju data 400 Mbit/s dan 1,6 Gbit/s beturut-turut dengan panjang gelombang 1,536μm yang dihasilkan laser DFB. Sensitivitas dari Avalanche Photodiode Germanium (APD Ge) sebagai detektor optik memberikan tingkat daya yang tinggi pada panjang gelombang 1,3 μm untuk serat optik ragam tunggal.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2000
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Buick, Joanna
Bandung: Mizan For beginners, 1997
003.5 BUI ct
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Daranawandi Fadjar
Abstrak :
Teknologi jaringan 3G WCDMA telah dioperasikan oleh operator telekomunikasi di Indonesia mulai pertengahan tahun 2006 dengan beraneka ragam layanan dan fitur. Adanya layanan dan fitur ini membuka peluang bisnis baru bagi operator maupun bagi perusahaan lain yang ingin berkecimpung dalam bisnis ini. Salah satu layanan yang berpotensi untuk dijadikan bisnis adalah layanan video on demand, yang merupakan bentuk layanan 3G dimana pelanggan dapat menikmati ataupun menyaksikan film atau video yang diinginkannya hanya melalui perangkat handphone yang dimilikinya, sehingga pelanggan dapat merasa nyaman, dan memiliki kebebasan dalam memilih hiburan yang diinginkan. Untuk mengetahui kelayakan perencanaan model bisnis revenue share video on demand di pada layanan 3G DKI Jakarta, perlu adanya suatu analisa perencanaan model bisnis. Analisa perencanaan model bisnis ini dibuat dengan meninjau beberapa aspek penting dalam perencanaan bisnis, yaitu : aspek pemasaran, aspek lingkungan industri, aspek teknologi, aspek regulasi, aspek sumber daya manusia dan aspek keuangan. Dalam analisa perencanaan ini untuk menentukan proyeksi pelanggan video on demand, digunakan acuan data dari PT. Telkomsel tahun 2005 sampai dengan tahun 2007. Perencanaan bisnis dibuat dengan menggunakan 3 skenario, yaitu skenario 1 dengan asumsi tarif layanan tetap, skenario 2 dengan asumsi tarif layanan naik, dan skenario 3 dengan asumsi tarif layanan turun. Dari hasil analisa seluruh aspek dapat disimpulkan bahwa model bisnis revenue share video on demand pada layanan 3G yang layak diterapkan di DKI Jakarta adalah dengan menggunakan skenario 1, dimana hasil dari analisa keuangannya diperoleh nilai parameter Payback Period selama 2 tahun, NPV USD 583,302 , IRR sebesar 43%, dan Profitability Index sebesar 1.458.
The 3G WCDMA network technology has been operated by the telecommunication operators in Indonesia since the middle of 2006 with various services and features. These services and features open a prospect of new lines of business for the operators and also for other companies who are interested to take part in this business. One of the service that has the potential to become a new line of business is the ?video on demand? service. Video on demand is a form of 3G services where customers can watch and enjoy watching films or videos that they want, simply through cellular phones, so that the customers feel comfortable and have the freedom in choosing the entertainment that they want. In order to understand the feasibility of revenue share video on demand business plan of the 3G service in DKI Jakarta, an analysis of a business plan model is necessary. The analysis of the business plan model is done by examining some important aspects in business planning, which are: the marketing, regulation, human resource, and financial aspects. This plan analysis is using data from PT. Telkomsel from the year 2005-2007 to forecast the video on demand customers. The business plans are made using three scenarios: the first scenario with the assumption of fixed tariff; the second scenario with the assumption of increasing tariff; and the third scenario with the assumption of decreasing tariff. The feasibility analysis result from all aspects leads to the first scenario as the most feasible to be applied in DKI Jakarta. The first scenario of revenue share video on demand business model of the 3G service has the value of Payback Period for 2 years, NPV USD 583,302 , 43% IRR, and 1.458 Profitability Index. In order to increase the profit of this business, it is advised to engage partnerships with several services/network operators in Indonesia.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2007
T40810
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Kiansantang
Abstrak :
Penataan alokasi frekuensi layanan FWA yang dilakukan dengan diterbitkannya KM.181/2006-yang kemudian direvisi dengan KM.162/2007, diklaim sebagai salah satu faktor yang menyebabkan tidak berkembangnya infrastruktur Flexi di Area Jakarta, Banten, dan Jawa Barat pada tahun 2005-2006. Penataan alokasi frekuensi ini menyebabkan TELKOM harus mengeluarkan capital expenditure (CAPEX) yang sangat besar untuk melaksanakan 'migrasi frekuensi' dari 1900 MHz menjadi 800 MHz dalam waktu kurang dari satu tahun. Kompleksitas penyediaan network baru tersebut menyebabkan trade-off antara waktu pemenuhan network dengan kualitas layanan yang dapat diberikan oleh TELKOM. Dari hasil analisis SWOT yang dilakukan pada network Flexi, ditemukan bahwa network Flexi harus dikembangkan dengan strategi yang agresif, untuk menutupi faktor kelemahan dominan yaitu perbaikan performansi network serta pemenuhan SDM yang dibutuhkan untuk optimalisasi network. Hasil pengujian juga menunjukan bahwa optimalisasi network Flexi perlu dilakukan dengan menggunakan strategi 'growth'-konsentrasi melalui integrasi horisontal dengan konsolidasi internal yang dipenuhi dengan optimalisasi network Flexi serta 'stability'-tanpa memerlukan perubahan dalam pelaksanaan strategi profit. Pada framework optimalisasi network yang dilakukan dengan enhanced Telecom Operations Map (eTOM) dan Balanced Scorecard (BSC) didapatkan kebutuhan SDM pengelola network Flexi di Area Division (ARDIV) Jakarta dapat ditingkatkan sampai dengan 145%, dengan memperhitungkan proyeksi market size tahun 2007 - 2011. Performansi network Flexi juga mulai membaik dengan call drop rate (CDR) mencapai kurang 1.4% di area Jakarta, Banten, dan Jawa Barat. Sementara call setup success ratio (CSSR) di Area Jakarta dan Banten lebih dari target 98.5%, sementara CSSR Jawa Barat baru sebesar 95.4%. Hasil perspektif keuangan Flexi menunjukan bahwa bisnis Flexi pasca migrasi frekuensi adalah bisnis yang sangat feasible, didapatkan Net Present Value (NPV) 3.834 triliun Rupiah, Internal Rate of Return (IRR) 154.8%, Profitability Index (PI) 14.39, serta Payback Period (PBP) selama 1 tahun 5 bulan. Optimalisasi network jelas diperlukan untuk mengamankan pendapatan Flexi tersebut. ......Government regulation, KM.181/2006 replaced by KM.162/2007, which address frequency allocation, driven uncertainty and blamed to be one of the factors that hindering the growth of Flexi infrastructures in Jakarta, Banten, and Jawa Barat during 2005-2006. TELKOM, has spent enormous capital expenditure (CAPEX) to replace existing network infrastructure from 1900 MHz to 800 MHz, this process known as 'frequency migration'. In short periodic time, less than one year, TELKOM was assigned to deploy new network infrastructures causing trade-off between: 'time to deliver services' versus 'Flexi network quality'. SWOT analysis on Flexi network, identified that human resources fulfillment and network performance improvement are two most dominant factors to comply aggressive strategies that have to be conducted during network optimization. Results urges Flexi to apply growth-strategy, which mean internal consolidation realized by network optimization, concentrating on horizontal integration along with stability-strategy without changing any profit business scenario. In-depth analysis on enhanced Telecom Operation Map (eTOM) and Balanced Scorecard (BSC), found that number of human resources can be multiplied up to 145%, by considering market size 2007 - 2011. Network performance in Area Jakarta, Jawa Barat and Banten met 1.4% call drop ratio (CDR) and 98.5% call setup success rate (CSSR) target, except CSSR in Jawa Barat still 95.4%. Result of 3.834 triliun Rupiah Net Present Value (NPV), 154.8% Internal Rate of Return (IRR), 14.39 Profitability Index (PI), and 1 year and 5 months Payback Period (PBP), mean that optimization of network worth to be conducted to assure Flexi revenue gain.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
T38872
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dhany Krishna Murti
Abstrak :
WiMAX (Worldwide Interoperability for Microwave Access) merupakan standar internasional tentang Broadband Wireless Access yang mengacu kepada standar IEEE 802.16. Keunggulan utama WiMAX adalah jarak jangkauan yang mampu mencapai 50 km, dan secara teoritis mampu menangani kecepatan data sampai 75 Mbps. Segmentasi pelanggan WiMAX diperlukan agar operator dapat menjangkau seluruh tipe pelanggan yang ada (class 1, class 2, dan class 3) dan mengoptimalkan bandwith yang tersedia, sesuai dengan karakteristik tipe pelanggan tersebut. Setelah melakukan segmentasi pelanggan, operator perlu menyelidiki bagaimana perbandingan tarif pada tiap segmen agar mencapai keuntungan yang diharapkan. Pada skripsi ini dilakukan dua perhitungan. Perhitungan pertama bertujuan untuk mengetahui rancangan segmentasi pelanggan terbaik pada metropolitan dan rural area, berdasarkan perhitungan ekspektasi keuntungan (Present Worth). Perhitungan kedua akan mencari perbandingan tarif pada tiap segmen metropolitan dan rural area, sehingga didapat hubungan tarif tiap segmen pelanggan. Rancangan segmentasi pelanggan WiMAX pada Metropolitan dan Rural Area dapat digunakan sebagai acuan bagi operator mengenai ekspektasi keuntungan yang akan didapat setiap rancangan segmentasi. Perhitungan perbandingan tarif tiap segmen menunjukkan bahwa segmen yang ditujukan untuk tipe pelanggan class 3 akan memberi kontribusi yang minim terhadap keuntungan. Meskipun demikian, keberadaan segmen ini membuat operator dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat menjadi pelanggannya.
WiMAX (Worldwide Interoperability for Microwave Access) is an international standard for Broadband Wireless Access which refers to IEEE 802.16. The most prominent features of WiMAX are it's wide coverage and high speed data-rate. The maximum distance that can be covered by WiMAX in one area is 50 km, and theoretically, data transfer can be supported up-to 75 Mbps. A segmentation for WiMAX subscribers is needed by operators in order to reach all available subscriber type (class 1, class 2, dan class 3). A segmentation for WiMAX subscribers could also optimize the use of available bandwith, according to the characteristics of each subscriber type. After implementing subscribers segmentation, operators need to compare the tariff for each segment, in order to achieve expected profit. In this thesis, two calculations have been proposed. The first calculation was done to understand the best subscriber segmentation design in metropolitan and rural area, based on Present Worth method. In the second calculation, tariffs comparison for each segment in metropolitan and rural area has been calculated, in order to understand the corelation between each segment tariffs. The aim of designing WiMAX subscriber segmentation in metropolitan and rural area is to provide operators with a reference of profit expectations in each subscriber segmentation design. The tariffs comparison calculation of each segment showed that the segment aimed for class 3 subscriber types will give minimum profit contribution. Nonetheless, this segment could be used by operators as a medium to reach the entire society stratum to become its costumer.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S40270
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1995
S38465
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kiki Setyono
Abstrak :
PT. Bakrie Telecom, merupakan salah satu operator layanan seluler dengan menggunakan teknologi CDMA yang menawarkan produknya yakni ESIA, saat ini terus mencoba memperluas dan memperbaiki coverage area yang dimilikinya. Perbaikan kualitas jaringan yang dilakukan saat ini hampir meliputi seluruh wilayah kota Jakarta, dan terutama wilayah Sudirman, Senayan, Gatot Subroto dan Kuningan yang memiliki prospek menjanjikan. Dalam Tugas Akhir ini, dilakukan analisa coverage eksisting di wilayah Sudirman, Senayan, Gatot Subroto dan Kuningan untuk menentukan langkah perbaikan yang meliputi analisis dari sisi transmisi dan dari sisi jaringan. Dari sisi transmisi dilakukan perhitungan parameter transmisi pada radio link yang meliputi perhitungan power link budget untuk menentukan radius sel dengan menggunakan model propagasi Okkumura-Hatta. Dari sisi jaringan, dievaluasi perfomansi jaringan menggunakan data hasil drive test yang meliputi tiga parameter yaitu nilai Rx Level, Ec/Io dan FER, dan di lakukan penilaian dari data drop call. Hasil analisa menunjukkan bahwa performansi jaringan di wilayah Sudirman, Senayan, Gatot Subroto dan Kuningan pada awal pembangunan jaringan masih dibawah standar yang diinginkan, hal ini disebabkan karena daerah tersebut tidak tercover dengan baik oleh BTS-BTS di sekitarnya. Untuk itu dilakukan perbaikan coverage dengan pembangunan BTS baru. Dari hasil perhitungan didapatkan bahwa untuk dapat mengcover wilayah Sudirman, Senayan, Gatot Subroto dan Kuningan dengan baik, dibutuhkan tiga BTS baru. Dianalisa pula kondisi performansi di daerah tersebut setelah tercover oleh tiga BTS baru, Secara keseluruhan, performansinya sudah memenuhi standar yaitu - 85 dBm untuk Rx level, -13 dB untuk Ec/Io dan 3% untuk FER. Untuk nilai Rx level, masih ditemukan ada beberapa daerah yang nilai rata-ratanya masih dibawah -85 dBm, karena ini merupakan daerah blank spot, ataupun terhalang oleh Obstacle. Saran perbaikan untuk mendapatkan nilai Rx level yang lebih baik adalah re-orientasi antena sektor sesuai target yang diinginkan untuk daerah blank spot, yakni wilayah pemukiman padat, mall, kampus, dll., dan pemasangan repeater untuk daerah yang wilayah nya tidak Line Of Sight dengan antena BTS atau terhalang obstacle.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
S40227
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Feher, Kamilo
Upper Saddle River, N.J. : Prentice-Hall, 1995
621.384 5 FEH w
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Weerawardane, Thushara
Abstrak :
Thushara Weerawardane introduces new transport technologies and features for High Speed Packet Access (HSPA) and Long-Term Evolution (LTE) networks. Using advanced scientific methods, he proposes new adaptive flow control and enhanced congestion control algorithms, then defends them with highly-developed analytical models derived from Markov chains. For faster analysis, compared to long-lasting detailed simulations, these models provide optimum network performance and ensure reliable quality standards for end users during transport network congestion. Further, the author investigates and analyzes LTE transport network performance by introducing novel traffic differentiation models and buffer management techniques during intra-LTE handovers.
Berlin: [, Springer-Verlag], 2012
e20398634
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
Chandler, Nick
Abstrak :
Contents : - Chapter I: Introduction - Chapter 2: System Overview - Chapter 3: Radio Signals - Chapter 4: Generations of Cellular Technologies - Chapter 5: Antennas and Signal Propagation - Chapter 6: Spread Spectrum in Cellular - References
Chicago: International Engineering Consortium, 2006
e20451405
eBooks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>