Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Erina Firdausy
Abstrak :
LGBTQ+ merupakan istilah yang memayungi orientasi seksual dan identitas gender. Sulit untuk tidak membicarakan coming out ketika membahas tentang LGBTQ+ karena coming out merupakan isu penting di dalam komunitas LGBTQ+ yang berkaitan erat terhadap penerimaan diri individu LGBTQ+. Terdapat kecenderungan dalam studi mengenai coming out yang menganggap coming out merupakan pencapaian sekali dalam seumur hidup. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kepentingan aksi coming out yang digambarkan dalam manga Shimanami Tasogare (2015) karya Kamatani Yūki. Teori yang digunakan adalah teori coming out oleh Klein et. al (2015) yang menyatakan bahwa coming out merupakan proses sosial yang dinamis dan tidak linear. Metode penelitian yang digunakan adalah metode analisis teks dan metode interpretasi komposisi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa coming out yang digambarkan dalam Shimanami Tasogare sebagai aksi yang penting dilakukan berdasarkan dua alasan: (1) come out menjadi cara bagi individu LGBTQ+ untuk tidak perlu lagi menyembunyikan jati diri mereka sebagai individu non-heteronormatif, dan (2) come out juga menjadi cara untuk mendidik orang yang belum memahami atau memiliki kesalahpahaman terhadap isu LGBTQ+. Penelitian ini melihat bahwa Shimanami Tasogare berhasil menggambarkan realita kompleksitas pencarian jati diri individu LGBTQ+. ......LGBTQ+ is a term that encompasses sexual orientation and gender identity. It is difficult not to talk about coming out when discussing LGBTQ+ because coming out is an important issue in the LGBTQ+ community that is closely related to the self-acceptance of LGBTQ+ individuals. There is a tendency in previous studies to consider coming out as a once-in-a- lifetime achievement. This study aims to analyze the importance of coming out depicted in Kamatani Yūki's manga, titled Shimanami Tasogare (2015). This study uses the coming out theory by Klein et. al (2015) which states that coming out is a dynamic and non-linear social process. This study uses text analysis and composition interpretation methods as the analysis tool. The results show that coming out as depicted in Shimanami Tasogare is an important action based on two reasons: (1) coming out is a way for LGBTQ+ individuals to no longer need to hide their identity as non-heteronormative individuals, and (2) coming out is also a way to educate people who do not understand or have misconceptions about LGBTQ+ issues. This study also sees that Shimanami Tasogare has succeeded in portraying the real complexity of self-discovery within LGBTQ+ individuals.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Situmorang, Gloria Natalia
Abstrak :
Masalah homoseksual adalah masalah yang tidak pernah ada habis- habisnya. Setiap saat masalah ini selalu menjadi bahan pembicaraan yang menarik dan menimbulkan perdebatan yang seru. Para ahli sibuk mencari sebab-sebabnya mengapa seseorang menjadi homoseksual. Apakah penyebabnya nature atau nurture? Sebagian ahli berpendapat, jika penyebabnya adalah nurture, berarti pasti bisa ?disembuhkan?. Sebaliknya, jika penyebabnya adalah nature, berarti pasti ada saudara lainnya, dari ayah atau ibu yang juga homoseksual. Sebagian konselor dan terapis juga yakinbahwa penyebabnya adalah nurture, sehingga dalam menangani klien homoseksual, mereka mendorong para homo tersebut untuk ?kembali ke jalan yang benar?. Padahal permasalahannya tidak sesederhana itu. Sumber masalahnya adalah homoseksual tidak bisa menerima bahwa minat seksual mereka adalah sesame jenis, bukan lain jenis. Nilai-nilai yang ditanamkan sejak lahir pada seorang anak, sebagian besar tidak memperkenalkan adanya perilaku homoseksual. Yang mereka ketahui dan yang mereka lihat di lingkungan mereka adalah perilaku heteroseksual. Setelah mereka sendiri menyadari bahwa mereka lebih menyukai sesama jenis daripada lawan jenis, timbullah rasa bersalah, penolakan terhadap diri sendiri, yang makin lama makin menggganggu (Plummer, 1992). Dengan menolak perasaan mereka sendin, berarti mereka menolak diri sendiri. Jadi mereka berperang dengan perasaan mereka sendiri. Kaum homo terdiri dari wanita, yang biasa disebut lesbian, dan pria, yang biasa disebut gay. Skripsi ini akan meneliti pria homoseksual, jelasnya adalah proses coming out yang terjadi pada mereka. Gay terbagi menjadi 4 kategori besar (Plummer, 1992). Kategori pertama adalah mereka yang bisa menekan rasa tersebut hingga akhir hayat mereka, mereka membangun rumah tangga dengan seorang wanita. Kategori kedua adalah mereka yang bertahun-tahun memerangi perasaannya sendiri, hingga berumah tangga dan punya anak, yang kemudian akhirnya runtuh pertahanannya di penghujung usianya, mereka akhirnya coming out pada usia dewasa tua. Kategori ketiga adalah mereka yang hidup di dua dunia. Di satu pihak, mereka menjadi suami yang baik, di Iain pihak mereka tetap mempunyai teman sesama jenis, di mana mereka bisa agak mengurangi beban perasaan yang menekan. Kategori terakhir adalah homoseksual yang tidak mau berpura-pura mencintai wanita, bahkan di antara mereka ada yang berani hidup berpasangan dengan sesama pria. Oleh karena itu, mereka hidup melajang seumur hidup mereka. Penelitian ini adalah tentang gay lajang yang berani coming out. Artinya mereka berani menunjukkan kepada sejumlah orang orientasi seksual mereka yang berbeda. Mengapa coming out penting untuk diteliti? Tanpa coming out pun, homoseksual sudah ditolak oleh masyarakat. Jadi, pasti ada sesuatu yang ?mendorong? gay memilih untuk berterus terang daripada tetap menyembunyikan orientasi seksual yang sesungguhnya. Untuk sampai kepada coming out, ada tahap-tahap yang dilalui. Beberapa ahli mengulas teori- teori mereka mengenai tahap-tahap coming out-nya gay. Peneliti memilih salah satunya, yaitu teori Coleman (dalam Paul, dkk., 1982), yang paling lengkap menguraikan karakteristlk-karakteristik pada masing-masing tahap yang dilalui oleh gay sebelum coming out. Untuk Iebih melengkapi teori Coleman, peneliti juga menggunakan teori-teori Iainnya, yaitu Davies (dalam Plummer, dkk., 1992) dan Cass (dalam Paul, dkk, 1982). Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, menggunakan wawancara dan observasi, agar dapat tergali proses-proses yang dialami oleh para subjek. Wawancara dengan bertatap muka dilakukan dua kali untuk masing-masing subjek, dilanjutkan dengan beberapa kali wawancara melalui telepon. Wawancara secara mendalam dilakukan kepada 4 gay, namun yang digunakan oleh peneliti sebagai data untuk skripsi ini hanya 3 gay, karena wawancara terhadap salah satu subjek tidak bisa diulang disebabkan oleh keterbatasan waktu subjek tersebut. Dari wawancara, peneliti memperoleh gambaran yang lengkap mengenai proses coming out di mana ada tahap-tahap yang dilalui oleh masing-masing gay. Dalam setiap tahap, ada karakteristik-karakteristik yang sama pada semua subjek. Dalam proses coming out tersebut, tampak kapan subjek-subjek penelitian mulai tertarik pada sesama jenis, dan sampai pada tahap manakah subjek sewaktu diwawancarai oleh peneliti. Proses perkembangan 2 subjek sudah sampai pada Tahap Integrasi, yaitu tahap kelima dan terakhir, tetapi salah satunya mundur ke Tahap Coming Out, tahap yang kedua. Satu subjek lagi sampai pada Tahap Eksplorasi, yaitu tahap ketiga. Bagi 2 subjek, ada yang bisa dibanggakan berkaitan dengan homo-seksualitas mereka, sedangkan bagi subjek satunya lagi, tidak ada yang bisa dibanggakan. Dalam melewati tahap-tahap dalam proses coming out tersebut, ketiga subjek penelitian terus berusaha untuk mencintai seorang wanita. Namun, salah satu subjek akhirnya berhenti berusaha, karena tidak mau membohongi diri sendiri. Ketiga subjek pada akhirnya memilih untuk berumah tangga kelak dan bukan hidup melajang sampai akhir hayat mereka.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2000
S2965
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Setiawati
Abstrak :
Disertasi ini membahas mengenai organisasi LBT (Lesbian, Biseksual,dan Transgender) Ardhanary Institute di Jakarta. Organisasi feminis ini, dimaknai “coming out” di tengah kondisi sosial budaya yang tengah mengalami perubahan global dan pasca reformasi. Pada dasarnya penolakan-penolakan lebih kuat dari pada penerimaan keberadaan mereka, namun berani untuk “coming out”. Disebabkan adanya jaringan sosial yang dilakukan aktor-aktor di dalam organisasi ini melalui relasi dengan aktor serta lembaga lainnya. Sebagai kajian antropologi feminis, lebih menekankan pada jaringan sosial yang bersifat deskriptif, tidak pada tataran analitik. Manfaat kajian ini; Pertama, mengisi ruang penelitian akademik tentang organisasi LBT (Lesbian, Biseksual dan Transgender) telah “coming out” dalam perspektif antropologi. Kedua, menambah kajian selama ini terabaikan, yakni tentang jaringan sosial bersifat deskriptif pada organisasi LBT (Lesbian, Biseksual, dan Transgender) di Indonesia. Kesimpulan kajian ini: 1). Situasi global sangat mempengaruhi eksistensi dari organisasi LBT di Indonesia terutama organisasi AI “coming out” melalui jaringan sosial yang relasi internasional yang dilakukan aktor-aktor dalam organisasi ini, 2). Sebagai organisasi yang telah “coming out”, memberikan effek“struggling”dimana aktor-aktor lesbian inilah sebagai motivator, fasilitator, inspirator dan berimplikasi dalam pergerakan organisasi LBT yang ada di daerah-daerah seluruh Indonesia, 3). Organisasi ini secara aktif membangun jaringan sosial yang lebih luas dan secara eksternal relasi sosial diperoleh melalui dukungan kerjasama dari berbagai organisasi-organisasi perempuan lainnya, baik secara langsung maupun tidak, dan 4). Berkaitan dengan negara, adanya kontestasi dan sikap negara yang “ambivalen” terhadap LGBT/LBT. Satu sisi negara seakan-akan tidak pernah hadir atau absen bahkan negara seakan-akan berada dalam wilayah yang tidak jelas atau dengan istilah “the blurred zone’.Negara yang memiliki tugas untuk melindungi setiap warga negaranya dari kekerasan, diskriminasi dan perlakuan yang sewenang-wenang, tanpa memandang orientasi seksual dari warga negaranya. ......This dissertation discusses the LBT organization (Lesbian, Bisexual, and Transgender) Ardhanary Institute in Jakarta. The feminist organization, has interpreted "coming out" in the middle of the socio-cultural conditions of global change and post-reform. Basically denials are more powerful than the acceptance of their existence, but they dare to "coming out". Due to the social networks that they do through actors within this organization that builds relationships with actors and other institutions .As discipline of anthropology, the study was more emphasis on the social network that is descriptive, not at the level of analytics. So in the data collection techniques no measurements but rather on the process of intensive observation and in-depth interviews and participant observation. The study also rests on an ethnographic approach feminist, which is the action and practice everyday be material from an ethnographic study. Benefits of this study; First, fill the space of academic research on the organization LBT (Lesbian, Bisexual and Transgender) that have been "coming out" in the perspective of anthropology. Secondly, adding studies have been neglected, which is about the social network that is descriptive in the organization LBT (Lesbian, Bisexual, and Transgender) in Indonesia. Conclusion of this study: 1). The global situation greatly affect the existence of LBT organization in Indonesia especially AI organizations "coming out" via social networks which international relations are conducted actors in this organization, 2). As an organization that has been "coming out", giving effect "struggling" in which actors lesbian is as a motivator, facilitator, inspiration and organizations implicated in the movement of LBT in areas throughout Indonesia, 3). This organization is actively building a broader social network and social relationships acquired externally through cooperation support of various women's organizations, whether directly or indirectly, and 4). In connection with the state, there is a contestation and the country's stance that "ambivalent" towards LGBT / LBT. One side of the country as if it was never present or absent even a country as if it were in the area that are not clear or with the term "the blurred zone '. Countries that have a duty to protect all citizens from violence, discrimination and arbitrary treatment, regardless of the sexual orientation of citizens.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2016
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library