Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Andi Salamah
Abstrak :
Kemuning (Murray a panicxilata (L. ) Jack), yang dikenal sebagai tanaman bias, berpotensi sebagai tanaman obat. Telah dilakukan kultur kalus batang kemuning yang d iper lakiikan dengan kolkisin. Kolkisin merupakan senyawa kimia yang umura d-igunakan untuk merangsang pembentukan sel-sel yang bersifat poliploid pada tanaman. Perlakuan perendaman ujung batang kemuning selama 10 . raenit dalam larutan kolkisin 0, 5, 10, 15, 20, 25 dan 30. /■ ppm, sebelum ditanam pada modifikasi medium MS (1962), dapat merangsang pertumbuhan eksplan hingga membentuk kalus. Pengamatan kualitatif memper1ihatkan terbentuknya kalus berwarna krem dengan tipe "friabel kompak"; dan dari sayatan anatomi kalus setelah dikultur selama 8 minggu memper1ihatkan kecenderungan pembesaran inti sel pada perlakuan 5, 10, 15, 20, dan 25 ppm. Hasil uji Kruskal-Wal lis pada a = 0,05, menunjukkan bahwa kolkisin tidak berpengaruh nyata terhadap berat basah kalus, tetapi berpengaruh nyata terhadajp berat kering kalus. Uji perbandingan berganda pada a = 0,05, menunoukkan bahwa berat kering kalus,dengan perlakuan kolkisin 5, 15 dan 25 ppm berbeda nyata dengan kontrol; sedangkart antar perlakuan % terdapat beda nyata antara perlakuan kolkisin 5 ppm dengan | 20 dan 30 ppm; 15 ppm dengan 30 ppm; serta 25 ppm dengan f- 30 ppm.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 1992
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Roro Rahayu Inggriani
Abstrak :
Penggunaan larutan pra-perlakuan kolkisin dan pewarna sintetis, aseto-carmin diketahui dapat memberikan dampak toksik bagi penggunanya maupun lingkungan sehingga perlu dilakukan penelitian mengenai potensi bahan alam sebagai pengganti kolkisin dan pewarna aseto-carmin. Jenis bawang-bawangan seperti bawang bombay, bawang dayak, bawang merah, dan bawang putih memiliki kekerabatan ordo dengan tanaman penghasil kolkisin. Kayu secang memiliki senyawa aktif pewarna brazilin yang dapat menjadi potensi pengganti larutan kolkisin dan pewarna aceto-carmin. Penelitian dilakukan untuk mengetahui pengaruh pemberian empat larutan bawang terhadap indeks mitosis dan abnormalitas pada akar bawang merah dan menentukan larutan bawang yang digunakan dalam percobaan pewarna kayu secang untuk melihat perbedaan struktur morfologi kromosom yang diwarnai kayu secang dengan pewarna sintesis, aseto-carmin. Larutan empat bawang dibuat dengan melarutkan serbuk bawang ke dalam air hingga konsentrasi 0,01% dan 0,1%, sedangkan pewarna kayu secang dibuat dengan melarutkan serbuk kayu secang pada pelarut asam-asetat 25% dan 45% yang kemudian dibedakan dengan ada tidaknya pemanasan. Metode squash digunakan untuk mendapatkan kromosom akar bawang yang telah diberikan perlakuan larutan empat jenis bawang maupun pewarna kayu secang. Berdasarkan hasil Uji ANOVA satu arah, pemberian larutan bawang bombay, bawang dayak, bawang merah dan bawang putih sebagai larutan pra-perlakuan tidak berbeda nyata (P < 0,5) dengan yang diberi perlakuan kolkisin untuk indeks mitosis, indeks metafase dan abnormalitas kromosom. Bawang bombay 0,1% dipilih menjadi larutan pengganti kolkisin pada percobaan pewarna kayu secang karena memiliki kecenderungan lebih tinggi pada indeks mitosis, mefase dan c-metafase di antara bawang yang lain. Pewarna kayu secang dapat dijadikan alternatif pewarna kromosom karena tidak mempengaruhi struktur dan morfologi kromosom dibandingkan dengan pewarna sintetis, aseto-carmin. Larutan empat bawang memiliki potensi untuk menggantikan larutan kolkisin dan pewarna kayu secang memiliki potensi untuk menggantikan pewarna sintetis, aseto-carmin. ...... The use of colchicine pre-treated solution and synthetic dye, aceto-carmine, is known to have a toxic impact on its users and the environment. Hence, it is necessary to research the potential of natural ingredients as a substitute for colchicine and aceto-carmine dye. Types of onions such as shallots, Dayak onions, shallots, and garlic have an order kinship with colchicine-producing plants, and Sappan wood has an active compound of brazilin dye which can be a potential substitute for colchicine solution and aceto-carmine dye. The research was conducted to determine the effect of giving four onion solutions on the mitotic index and abnormalities in shallot roots to determine the onion solution used in the sappan wood dye experiment and to find out the differences in the morphological structure of the chromosomes in the sappan wood dye compared to the synthetic dye, aceto-carmine. The four onion solutions were made by dissolving each onion powder in water to a concentration of 0.01% and 0.1%. Sappan wood dye was made by dissolving sappan wood powder in 25% and 45% acetic acid solvent, which was then distinguished by heated or not. The squash method was used to get chromosomes from onion roots treated with four types of onions and sappan wood dyes. Based on the results of the one-way ANOVA test, the administration of onion, Dayak onion, shallot, and garlic solution as a pre-treatment solution was not significantly different (P <0.5) from that given colchicine treatment for mitotic index, metaphase index, and chromosomal abnormalities. Onion 0.1% was chosen as a colchicine replacement solution in the sappan wood dye experiment because it obtained the highest scores on the mitotic, metaphase, and c-metaphase indices among the other onions. Sappan wood dye can be an alternative to chromosome dye because it does not affect the structure and morphology of chromosomes compared to the synthetic dye, aceto-carmine. The four onions solution can potentially replace the colchicine solution, and Sappan wood dye can replace the synthetic dye, aceto-carmine.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yusniar Yusuf
Abstrak :
Kecambah kedelai yang diperlakukan dengan perendaman dalam larutan IAA. 2,4D dan Kolkisin dengan variasi konsentrasi (2,5, 5,0, 7,5, 10 ppm). Kemudian ditanam pada media tumbuh yang terdiri dari tanah dan pupuk kandang (21) yang direndam terlebih dahulu dengan formalin dan dikering anginkan. Parameter yang diambil yaitu jumblah bintil akar dan tinggi tanaman pada fase negatif dan jumblah polong, jumlah biji daun serat biji pada saat panen, Bintil akar tidak dijumpai baik pada fase negatif maupun -fase neneratif. Parameter lainnya diuji Annava 2 faktor dan dilanjutkan dengan uji BNJ. Tinggi tanaman dan jumlah polong pada tiap perlakuanrrya berbeda nyata baik pada perlakuan IAA, 2,40 dan kolkisin maupun dengan variasi konsentrasi yang diberikan. Sedangkan jumlah biji hanya berbeda nyata pada perlakuan IAA dan 2,4D terhadap kolkisin dan tidak berbeda nyata pada perlakuan variasi konsentrasi. Berat biji tidak dijutmpai pada perbedaan nyata pada tiap perlakuan baik. IAA, 2,4D dan kolkisin maupun dengan variasi konsentrasi yang diberikan.
Depok: Lembaga Penelitian Universitas Indonesia, 1996
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library