Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 15 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Azalia Maritza
Abstrak :
Fenomena nongkrong pada convenience store adalah sebuah gambaran ketika ruang komersial bertemu dengan budaya nongkrong yang diminati oleh anak muda. Convenience store merupakan ruang komersial yang tertuju pada jenis transaksi jual beli yang berlangsung dengan cepat. Namun, penyediaan area duduk pada convenience store memberikan peluang terjadinya kegiatan nongkrong yang semakin dominan sehingga orang tidak lagi datang untuk bertransaksi dengan cepat. Pada dasarnya, ruang komersial tidak tertuju sebagai ruang publik karena pada ruang komersial diberlakukan syarat yang menjadikan ruang tersebut lebih privat. Pada kasus di atas ruang komersial dan ruang publik tidak lagi dapat dilihat secara terpisah. Kegiatan nongkrong yang terjadi pada ruang komersial menyebabkan keduanya memiliki suatu irisan. Kegiatan nongkrong pada ruang komersial merupakan sebuah bentuk pemaknaan yang menjadikan ruang tersebut sebagai tempat atau placemaking. Placemaking pada ruang komersial tidak hanya menjadikannya sebatas ruang yang lebih publik, namun menjadikannya sebagai destinasi nongkrong itu sendiri. Dengan adanya kegiatan nongkrong pada ruang komersial, maka akan diperoleh kemungkinan ruang komersial dengan derajat kepublikan yang lebih tinggi. ......The hang out phenomenon that occurs in convenience stores is a description of how commercial space meet the so-called ?hang-out? culture, which interested the young generation. A convenience store itself is a commercial space that fixed to sales transaction that moves quickly. However, the provision of seating areas in convenience stores provides for increasingly dominant hangout activities so that people no longer come to transact quickly. Basically, commercial space is not fixed as a public space because the requirements imposed on commercial space makes the space more private. On that case, the commercial space and public space can no longer be viewed separately. The hangout activities that occur in commercial space yield an intersection between the two spaces, the commercial space and public space. The hangout activities in commercial space is a form of meaning that makes the space as a place or placemaking. Placemaking in the commercial space not only will make the space more public, but also will make it as a destination for the hangout activities itself. Therefore, the occurrence of hangout activities in commercial space will obtain itself the possibility to become a commercial place with higher degree of publicness.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
S760
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Hidayati Ahmad
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian dilakukan mengenai Perilaku Pencarian Pengobatan IMS Pada WUS di Wilayah Perkotaan Indonesia berdasarkan Analisis Data SDKI 2012. Responden merupakan WUS menikah maupun pernah menikah yang memiliki gejala terkait IMS. Sumber data yang digunakan ialah data sekunder kuesioner Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012. Desain Studi Cross-Sectional. Analisis dilakukan secra univariat dan bivariat dengan jumlah sampel 1594 responden. Dari hasil analisis didapatkan : 68,6% responden tidak mencari pengobatan atau melakukan pengobatan non medis, dan pengobatan medis 31,4%. Karakteristik berdasarkan faktor predisposisi: responden berusia 25-49 tahun (83,2%), dengan rata-rata umur 32,48 tahun, berpendidikan menengah (60,9%), memiliki pengetahuan rendah mengenai gejala IMS (96,4%), bekerja (53,5%), status ekonomi berada pada level atas (50,6%), melakukan hubungan seksual pertama kali pada usia kurang 21 tahun (54%), dan tidak menggunakan kondom saat terakhir kali berhubungan seksual (94,7%). Berdasarkan faktor pemungkin menunjukan 57,5% responden tidak memiliki asuransi kesehatan. Berdasarkan faktor pendukung: responden mengambil keputusan mengenai pemeriksaan kesehatan bersama dengan pasangan 48,3%. Tidak pernah terpapar sumber informasi IMS (69,7%) sumber informasi mengenai IMS terbanyak didapatkan dari teman (30,94%). Analisis hubungan faktor predisposisi menunjukan faktor pendidikan (p-value = 0,006), status ekonomi (p-value = 0,000), penggunaan kondom (p-value = 0,000) terbukti secara statistik memiliki hubungan signifikan dengan perilaku pencarian pengobatan IMS. pada faktor pemungkin terlihat bahwa kepemilikan asuransi kesehatan terbukti memiliki hubungan dengan perilaku pencarian pengobatan IMS (p-value = 0,013). Sedangkan pada faktor pendukung menunjukan variabel keterpaparan sumber informasi terbukti secara statistik memiliki hubungan signifikan dengan perilaku pencarian pengobatan IMS (p-value = 0,001). Peningkatan pendidikan, ekonomi, kepemilikan asuransi sangat penting untuk meningkatkan akses pengobatan IMS ke pelayanan kesehatan medis oleh WUS, Selain itu pemberian pengetahuan mengenai gejala IMS dan penggunaan kondom pada WUS dirasa penting untuk meningkatkan kewaspadaan WUS mengenai IMS.
ABSTRACT
Research conducted on STI treatment seeking behavior on Women in reproductive age at Indonesian Urban Areas. As per the analysis of SDKI 2012 Data, this research was conducted on Female in reproductive Age who is or was married have symptoms related to STIs. Data source used is from questionnaires in Indonesia Health Demographic Survey (SDKI) 2012, with Cross-Sectional Design Study, with univariate and bivariat analycist used. The sample used is 1594 Female in reproductive Age that meets sample criteria. From the analysis result, it is found that the proportions of treatment seeking behavior of Women during reproductive age in Indonesian urban area are as: 68.6% did not seek treatment or non medical treatment and 31.4% was seeking medical treatment. Characteristics based on predisposing Factor indicated that the respondents were mostly aged 25 -49 years 83,2% with an average age of 32,48 years, 60,9% respondents were mediumeducated, 99.9% respondent had low knowledge of STI symptoms, 53.5% respondent were working or had a job and 50,6% of the respondent were on the top status of economic level. 54% of the respondent had their first sexual intercourse at age less than 21 years and 94,7% did not use condom during last sexual intercourse with partner. Characteristics based on enabling Factor shows that 57,5% respondents did not have health insurance. Characteristics based on the reinforcing Factor shows that 48.3% respondents make decision about health examination with husband or partner and most of the respondents were never exposed to any source of information on STIs, whereas 30.94% of the respondent obtained the information on STIs from their friends. Analysis of the relationship between predisposing Factor and treatment seeking behavior, the relationships proved statistically are: educational Factor (p-value = 0,006), economic status (p-value = 0,000) and the use of condoms (p-value = 0,000). The result of the relationship analysis between enabling Factor shows that the ownership of health insurance has been proven statistically related to STI treatment seeking behavior (p-value = 0,013). Also based on analysis result of correlation between reinforcing factor with STI treatment seeking behavior, it is seen as the only variable of exposure to the information source of STI. Statistically it is proven that the exposure source have significant relation with treatment seeking behavior of STI (p-value = 0,001). Increased education, economics, insurance ownership is essential to improve access to STI treatment to medical services. In addition, the provision of knowledge about STI symptoms and condom use in is also important to increase awareness of STIs.
2017
S69757
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eko Budihardjo, 1944-2014
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press , 1994
728 EKO p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Bandung: Badan Litbang Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, {s.a.}
728 JUPKIM
Majalah, Jurnal, Buletin  Universitas Indonesia Library
cover
Nudzran Yusya
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran perbedaan persepsi pada kelompok tingkat pendidikan tinggi dan kelompok tingkat pendidikan rendah terhadap tingkah laku civil. Fokus tingkah laku civil yang akan di teliti adalah tingkah laku sopan santun, respek, empati dan kewajiban warga kota. Partisipan dalam penelitian ini adalah 138 orang yang memiliki tingkat pendidikan tinggi (pendidikan terakhir D1, D3, S1, dan S2) maupun pendidikan rendah (pendidikan terakhir SD dan SMP) di Jakarta. Alat ukur utama yang digunakan dalam penelitian ini merupakan hasil dari penelitian awal terhadap 59 mahasiswa, untuk menemukan pengertian dan elemen civility yang dipahami oleh mereka. Kuesioner penelitian, kemudian dikembangkan untuk kelompok pendidikan tinggi dan rendah. Partisipan diminta untuk mengurutkan 20 tingkah laku (terdapat 4 elemen dan pada masing-masing elemen terdapat 5 tingkah laku civil) berdasarkan peringkat 1 sampai 5. Peringkat 1 paling menggambarkan elemen tertentu, sedangkan peringkat 5 tidak menggambarkan elemen tertentu. Hasil penelitian menunjukkan tidak terdapat perbedaan pada kedua kelompok.
ABSTRACT
This study aimed to describe the differences in the perception of civil behavior elements (politeness, respect, empathy and obligations of citizens) of high education level group and low education level group. Participants in this study consist of high education level group (1-year Diploma, 3-year diploma, undergraduate, and graduate) and low education level group (elementary and junior high school) in Jakarta as many as 138 people. The main measuring instrument used in this study is based on the result of the preliminary research conducted by the researchers. Participants were asked to rank several behaviors from rank 1 to 5. Rank 1 best describes the elements, while rank 5 does not describe the elements. There was no difference between the two groups regarding the behavior that best described the obligations of citizens. Meanwhile, there was a difference between high education level group and low education level group regarding the behavior that best described politeness, respect, and empathy. Items used in future studies are expected to be more easily understood by participants. This study is expected to be introspection and a benchmark for civil behaviors in Jakarta, as well as being a reference future intervention regarding civility in urban areas.
2016
S62871
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andi Ilman Alqadri M.
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran persepsi pada kelompok white collar, blue collar dan pink collar worker terhadap elemen tingkah laku civil (sopan santun, respek, empati dan kewajiban warga kota). Partisipan dalam penelitian ini adalah kelompok pekerja di Jakarta. Alat ukur utama yang digunakan dalam penelitian ini merupakan hasil dari penelitian awal yang dilakukan oleh peneliti. Partisipan diminta untuk mengurutkan tingkah laku yang paling menggambarkan elemen civility berdasarkan ranking. Hasil penelitian menunjukkan bahwa baik white collar worker, blue collar worker dan pink collar worker secara signifikan memiliki perbedaan persepsi dalam memandang tingkah laku civil dari masing masing elemen, yaitu kewajiban warga kota, sopan santun, respek dan empati. Penelitian selanjutnya disarakankan melakukan wawancara untuk mendapatkan data yang lebih kaya mengenai persepsi tingkah laku civil dari ketiga kelompok pekerja.
ABSTRACT
The research purpose is to describe the differences in the perception of civil behavior elements (politeness, respect, empathy, and obligations of citizen) among white collar, blue collar, and pink collar worker. The participants were employees in Jakarta area. Primary measurement tool used in the research was the result of a preliminary study. Participants were asked to put the most describing civil behaviors in order of ranking. The result showed either white collar, blue collar, or pink collar worker had differences in perceiving civil behavior based on each element (politeness, respect, empathy, and obligations of citizen). Future researches are suggested to include interviews to obtain a deeper understanding on perception of civil behavior from the three groups of worker.
2016
S65424
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Lestari, Dee Lestari, 1976-
Yogyakarta: Bentang Pusaka, 2021
899.221 DEW r
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Lestari, Dee Lestari, 1976-
Yogyakarta: Bentang Pusaka, 2022
899.221 DEW r
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Lestari, Dee Lestari, 1976-
Yogyakarta: Bentang Pusaka, 2022
899.221 DEW r
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Seno Gumira Ajidarma, 1958-
Abstrak :
Essays on daily life and behavior of people living in Jakarta and in other urban areas of Indonesia
Bandung: Mizan, 2015
307.765 98 SEN t
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>