Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ganesha Shamsudin
"Salah satu dari delapan penyebab paling umum kematian kanker di seluruh dunia adalah karsinoma sel skuamosa kepala dan leher. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan hubungan antara usia dan kebiasaan merokok pada pasien dengan kanker kepala dan leher yang datang ke klinik gigi RSCM Jakarta antara tahun 2006-2009. Penelitian potong lintang menggunakan data sekunder dari kanker kepala dan leher (HNC) rekam medis pasien, dan ditabulasi dan dianalisis menggunakan uji chi square. Prevalensi kanker nasofaring lebih menonjol daripada kanker oral antara pasien kanker kepala dan leher yang datang ke klinik gigi RSCM antara tahun 2006-2009.Pada umumnya pasien kanker nasofaring terpengaruhi pada kelompok umur 40-49 tahun, sedangkan pasien kanker oral terpengaruhi pada usia 60-69 tahun. Hasil ini mirip dengan beberapa studi.
Terdapat perbedaan usia yang signifikan antara pasien dengan kanker nasofaring dan oral yang datang ke klinik gigi RSCM antara tahun 2006-2009 (p = 0,000). Kanker nasofaring dan oral terutama dipengaruhi oleh pasien yang merokok secara aktif, tetapi tidak ada perbedaan kebiasaan merokok antara pasien kanker nasofaring dan oral dalam penelitian ini (p = 0.635). Beberapa pasien kanker nasofaring dan oral bukanlah perokok aktif maupun perokok pasif. Oleh karena itu, faktor risiko lain mungkin memainkan peran dalam pengembangan kanker nasofaring dan oral. Terdapat hubungan antara usia dan jenis kanker. Tidak ada perbedaan antara kebiasaan merokok pada pasien dengan kanker nasofaring maupun pasien dengan kanker oral.

One of the eight most common causes of cancer death in worldwide is squamous cell carcinoma of the head and neck. To determine the association of age and smoking habit in patients with head and neck cancer who came to dental clinic RSCM Jakarta between years 2006-2009. This cross sectional study use secondary data from head and neck cancer (HNC) patient?s medical record, and the tabulated and analyzed using chi square test. NPC is more prevalent than OC among HNC patients who came to dental clinic RSCM between years 2006-2009.NPC mostly affected patients at group age of 40-49 years old, while OC at 60-69 years old. This result similar to some previous studies.
There was significant difference of age between NPC and OC patients who came to dental clinic RSCM between years 2006-2009 (p=0,000). NPC and OC predominantly affected those who were active smokers, but there was no smoking habit difference between NPC and OC patients in this study (p=0,635). There were some NPC and OC patients who were not active smokers and also not passive smokers. Therefore other risk factors may play role in the development of NPC and OC. There?s a relation between age and type of cancer. There are no smoking habit differences between NPC and OC.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteraan Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dhienda Cempaka Shahannaz
"Karsinoma sel skuamosa dari mulut dan nasofaring adalah satu dari kanker yang sering ditemui di Indonesia juga pada peringkat dunia. Banyak riset yang menemukan bahwa kejadian kanker mulut dan nasofaring lebih banyak ditemukan pada pria daripada wanita. Disamping tembakau yang menjadi faktor risiko tunggal terbesar untuk kanker mulut dan nasofaring, factor pembaur lain seperti paparan polusi dalam mata pencaharian juga dapat mempengaruhi resiko pengembangan kanker mulut dan nasofaring.
Studi yang mengobservasi kejadian kanker mulut dan nasofaring dan dostribusinya pada factor - factor risiko dibutuhkan untuk merancang edukasi yang terprogram guna mengatasi masalah ini di Indonesia. Studi ini bertujuan untuk mendeskrispsikan asosiasi dari distribusi jenis kelamin dan paparan polusi dengan kasus kanker mulut dan nasofaring di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) tahun 2006 ? 2009.
Hasil riset ini menunjukkan bahwa ada hubungan antara distribusi jenis kelamin dengan kejadian kanker mulut dan nasofaring di RSCM tahun 2006 ? (x2(1) = 12.503, p-value < 0.001), sedangkan pada distribusi factor paparan polusi tidak ditemukan asosiasi dengan kanker mulut dan nasofaring (x2(1) = 0.159, p-value < 0.690).

Squamous cell carcinoma of the head and neck is one of the most common cancers Indonesia as well as worldwide. The incidence of nasopharyngeal and oral cancer has been researched as higher in males than in females. Whilst tobacco habits stands as the single largest risk factor for head and neck cancer (HNC), other confoundings such as occupational exposure to pollution or potential carcinogen may also affects the risk of developing oral cancer (OC) or nasopharyngeal cancer (NPC).
Studies addressing the comparison of cancer distribution are required as tailored educational program may be necessary in order to overcome this HNC issues in Indonesia. This study aims to describe and compare the distribution of sex and pollution exposure in HNC cases in RSCM between 2006 and 2009. Consecutive sampling is used as method of data collection in this retrospective cross-sectional study. Main outcome measure is the number of HNC cases analyzed by sex and occupational pollution exposure.
The result shows that there is a difference between sex distribution in NPC and OC cases (x2(1) = 12.503, p-value < 0.001) whilst there is no difference between pollution exposure distribution in NPC and OC cases (x2(1) = 0.159, p-value < 0.690).
"
Jakarta: Fakultas Kedokteraan Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Welly Hartono Ruslim
"ABSTRAK
β-catenin merupakan protein yang memiliki peran penting dalam
adhesi antar sel dan transduksi sinyal. Pada keadaan tanpa stimulasi β-catenin hanya
tampak pada membran sel, namun bila terdapat stimulasi maka β-catenin akan
tampak pada sitoplasma dan inti. Perubahan ekspresi β-catenin diketahui
berhubungan dengan progresivitas dan metastasis pada berbagai penyakit keganasan
manusia. Tujuan penelitian ini adalah mengevaluasi ekspresi β-catenin di daerah
peritumor pada karsinoma sel skuamosa oral (KSSO) derajat rendah dan tinggi
berdasarkan sistem grading Bryne.
Bahan dan Metode: Penelitian dilakukan pada 20 kasus KSSO derajat rendah dan
20 kasus derajat tinggi. Pewarnaan imunohistokimia β-catenin digunakan untuk
menilai perbedaan yang tampak pada membran, sitoplasma, dan inti sel tumor pada
area peritumor.
Hasil: Ekspresi β-catenin pada membran, sitoplasma, maupun inti sel tumor
memiliki perbedaan yang bermakna antara KSSO derajat rendah dan derajat tinggi
(p=0,000; p=0,005; dan p=0,035). Tidak ditemukan hubungan yang bermakna antara
ekspresi β-catenin dengan variabel umur, jenis kelamin, maupun lokasi tumor.
Kesimpulan: Terdapat perbedaan ekspresi β-catenin di daerah peritumor antara
KSSO derajat rendah dan derajat tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa ekspresi β-
catenin yang salah menyebabkan perubahan morfologi sel-sel KSSO ke arah yang
lebih ganas dan prognosis yang lebih buruk.

ABSTRACT
β-catenin is an important protein in cellular adhesion and signal
transduction. In unstimulated condition, β-catenin only appears on the cellular
membrane. Altered expression of β-catenin has been associated with progressiveness
and metastatic process of malignancy in human. The aim of this study was to
evaluate the expression of β-catenin on oral squamous cell carcinoma (OSCC) and
also to assess its different expression in low grade and high grade lesions based on
Bryne grading system.
Materials and methods: This study was conducted on 2 groups of OSCC which
included 20 cases of low grade and 20 cases of high grade. Immunohistochemistry
staining of β-catenin was used to identify the difference of its expression in cell
membrane, cytoplasm, and nuclei on invasive tumor front.
Results: The expression of β-catenin on cell membrane, cytoplasm, and nuclei
showed significant difference between low and high grade OSCC (p=0.000;
p=0.005; and p=0.035, respectively). There has not been any significant association
between β-catenin expression with age, sex, and tumor location.
Conclusion: Oral squamous cell carcinoma, both low and high grade, showed
significant differences in β-catenin expression in cell membrane, cytoplasm, and
nuclei. Thus, it showed that the altered expression of β-catenin could change the
OSCC to become more aggresive and have a poorer prognosis."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rut Angelika
"Latar belakang: Peningkatan insidensi karsinoma sel skuamosa (KSS) rongga mulut dan orofaring telah memicu berbagai studi mengenai peran Human Papilloma Virus (HPV) pada patogenesis KSS rongga mulut dan orofaring. Dewasa ini, pemeriksaan imunohistokimia p16, suatu protein penanda yang dibentuk oleh sel tubuh akibat terinfeksi HPV, semakin marak digunakan sebagai alternatif dari pemeriksaan polymerase chain reaction (PCR). Pemeriksaan ini membutuhkan biaya tinggi dengan ketersediaannya yang rendah. Status p16 juga menentukan stadium KSS orofaring berdasarkan panduan diagnosis oleh American Joint Commitee on Cancer (AJCC) edisi ke-8. Panduan diagnosis tersebut dibuat berdasarkan penelitian yang menyatakan bahwa respons radiasi dan prognosis KSS orofaring lebih baik pada pasien dengan status p16 positif. Tujuan penelitian: Membandingkan respons radiasi pada pasien dengan KSS rongga mulut dan orofaring berdasarkan status p16. Metode: Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional dan melibatkan 27 pasien KSS rongga mulut dan orofaring di RSUPN Cipto Mangunkusumo. Data karakteristik pasien diambil dari rekam medis, anamnesis pasien, serta hasil pemeriksaan CT scan dan/atau MRI. Status p16 ditentukan dengan pemeriksaan imunohistokimia dengan pulasan antibodi p16INK4a. Analisis data dilakukan menggunakan Statistical Program for Social Science (SPSS) versi 20. Hasil: Status p16 positif ditemukan pada 11 dari 27 subjek (40,7%). Berdasarkan analisis bivariat, tidak terdapat asosiasi yang bermakna antara status p16 dengan respons terapi (p>0,05). Kesimpulan: Tidak terdapat pengaruh signifikan dari status p16 terhadap respons radiasi pada KSS orofaring dan rongga mulut

Background: The increasing incidence of oral cavity and oropharyngeal squamous cell carcinoma (SCC) has led to the initiation of various studies on human papillomavirus (HPV), which plays a role in the pathogenesis of oral cavity and oropharyngeal SCC. Nowadays, immunohistochemistry examination of p16, a marker protein formed by HPV-infected cells, is increasingly used as an alternative to polymerase chain reaction (PCR) which requires high cost yet has low availability. According to 8th American Joint Committee of Cancer (AJCC) guideline on oropharyngeal cancer, p16 status also determines the staging of oropharyngeal SCC, indicating that the radiation response and prognosis of oropharyngeal SCC are better in p16-positive patients. Aim: To compare the radiation response in patients with oral and oropharyngeal SCC based on p16 status. Methods: This is a cross-sectional study involving 27 patients with oral and oropharyngeal SCC at Dr. Cipto Mangunkusumo National General Hospital. Patients characteristics were obtained from medical records, history taking, and CT scan and/or MRI results. p16 status was determined by p16INK4a immunohistochemistry and nasal polyp paraffin block examination (eosinophil infiltration and biofilm). Data analysis was performed using Statistical Program for Social Science (SPSS) version 20. Results: Positive p16 status was found in 11 of 27 subjects (40,7%). Based on bivariate analysis, no significant association was found between p16 status and radiation response (p>0.05)."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Manzoni, Giovanni de, editor
"This book aims to give a homogeneous approach to esophageal cancer treatment, based on the author’s lifetime experience in conjunction with exhaustive review of recent literature. In each chapter surgeons and oncologists will find appropriate tools for correct management of the diagnosis and therapy of this difficult disease. The book analyzes all the aspects of staging and treatment, such as modern diagnostic and staging techniques (MRI or PET-CT), endoscopic treatment of early cancer, new minimally invasive and open surgical techniques, and combined treatment. In addition, there are chapters dedicated to the postoperative course of these patients, as well as their quality of life, with indications for the correct follow-up and treatment of relapses."
Milan: Springer, 2012
e20420782
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
Sinambela, Robi Sahara
"Latar Belakang: Gen p21 adalah mediator aktivitas supresor tumor p53 dimana gen p21 C98A memiliki peran dalam perbaikan DNA dan apoptosis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran polimorfisme p21 C98A pada penderita karsinoma sel skuamosa kepala leher dan sampel individu sehat di Indonesia.
Metode: Penelitian ini dianalisis dengan metode PCR-RFLP menggunakan 50 sampel penderita KSSKL dan 50 sampel individu sehat.
Hasil: Genotip CA adalah variasi yang paling dominan pada penderita KSSKL dan individu sehat.
Kesimpulan: Tidak ditemukan hubungan secara bermakna antara polimorfisme genetik p21 C98A dengan penderita KSSKL.

Background: p21 gene is a mediator of p53 tumor suppressor activity where p21 C98A genes have a role in DNA repair and apoptosis. This study aims to describe polymorphism p21 C98A of head and neck squamous cell carcinoma and healthy control in Indonesia.
Methods: This study was analyzed by PCR RFLP method using 50 samples of HNSCC patients and 50 samples of healthy control.
Results: Genotype CA is the most common variations occurred in HNSCC patients and healthy control.
Conclusion: There is no significant difference distribution between genetic polymorphisms p21 C98A with HNSCC patient samples.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library