Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ressa Adrian Bernessa
"Jalan Tol Kayu Agung–Palembang–Betung atau Jalan Tol Kapalbetung adalah megaproyek infrastruktur jalan tol sepanjang 111,6 kilometer dari Kayu Agung hingga Betung. Jalan tol ini merupakan bagian dari Jalan Tol Trans Sumatra dan pembangunannya diperkirakan menelan biaya sekitar Rp 7-8 triliun. Pembangunannya dilaksanakan PT Waskita Sriwijaya Tol selaku Badan Usaha Jalan Tol (BUJT), hingga Juni 2020 sudah sepanjang 42 kilometer dikerjakan, dari Kayu Agung sampai Palembang dengan waktu pelaksanaan dimulai dari 1 Juni 2016.
Jembatan Ogan merupakan merupakan satu dari tiga jembatan bentang panjang yang ada di Ruas Tol Kayu Agung – Palembang. Jembatan ini memiliki total panjang 1,6 kilometer dengan lebar bentang utama 385 meter, clearance horizontal 185 meter dan clearance vertikal 16,5 meter. Nilai investasi jembatan adalah Rp1,2 triliun.
Jembatan Ogan merupakan jembatan segmental box girder yang didirikan di atas sungai Ogan yang sampai saat ini masih aktif dan masih dilewati oleh kapal dan ponton di Sumatera Selatan. Dengan minimum tinggi bersih jembatan setinggi 75 meter, dan supaya tidak mengganggu lalu lintas di Sungai Ogan, sehingga metode balanced cantilever dengan form traveler system merupakan metode yang tepat.

Kayu Agung - Palembang - Betung Toll Road or Kapalbetung Toll Road is a mega project. 111,6 kilometers of toll road infrastructure is builded from Kayu Agung to Betung. This toll road is part of the Trans Sumatra Toll Road and its construction is estimated to cost around Rp. 7-8 trillion. The construction was carried out by PT Waskita Sriwijaya Toll as the Toll Road Business Entity (BUJT), up to June 2020, 42 kilometers have been worked on, from Kayu Agung to Palembang with the implementation time starting from June 1, 2016.
Ogan Bridge is one of three long span bridges in the Kayu Agung - Palembang Toll Road Section. This bridge has a total length of 1.6 kilometers with a main span width of 385 meters, horizontal clearance of 185 meters and vertical clearance of 16.5 meters. The investment value of the bridge is IDR 1.2 trillion.
Ogan Bridge is a segmental box girder bridge which was erected on the Ogan River which is still active and still being passed by ships and pontoons in South Sumatra. With a minimum bridge height of 75 meters high, and so as not to disturb traffic on the Ogan River, so the balanced cantilever method with the form traveler system is the right method."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Dicky Prasetyo
"SNI 2847:2019 dalam Pasal 26.12.4.1 menyatakan bahwa batas penerimaan kualitas beton adalah 85% kekuatan rencana dari rata-rata 3 beton inti. Namun, saat ini belum banyak ditemukan penelitian terkait dampak penurunan kualitas beton tersebut terhadap kinerja struktur dan seismik dari bangunan. Selain itu, bagaimana syarat tersebut dapat diterima pada bangunan dengan adanya kolom miring dan kantilever juga perlu dilakukan penelitian lebih lanjut, mengingat perkembangan desain arsitektur yang semakin beragam saat ini. Penelitian ini bertujuan mengevaluasi dampak penurunan mutu beton terhadap kinerja seismik gedung delapan lantai berbentang tunggal yang dirancang menggunakan Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK) dengan variasi kolom miring dan kantilever. Berdasarkan pedoman ASCE 41-17, evaluasi dilakukan menggunakan metode respon spektrum berbasis linear dinamis tier 3. Penelitian meninjau dampak penurunan kualitas beton sebesar 7,5%, 15%, dan 25% terhadap kebutuhan tulangan dan kinerja seismik. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan signifikan pada kebutuhan tulangan serta kinerja seismik struktur seiring dengan terjadinya penurunan kualitas beton. Selain itu, keberadaan kolom miring dan kantilever akan memberikan dampak terhadap perilaku struktur dalam kinerja seismiknya.

SNI 2847:2019 Article 26.12.4.1 stipulates that the acceptable limit for concrete quality is 85% of the design strength based on the average of three core concrete samples. However, current studies on the impact of such reductions in concrete quality on the structural and seismic performance of buildings remain limited. Moreover, how this requirement applies to buildings featuring inclined columns and cantilevers also requires further investigation, particularly considering the increasing complexity of modern architectural designs. This study aims to evaluate the impact of reduced concrete quality on the seismic performance of an eight-story, single-span building designed using a Special Moment Resisting Frame (SMRF) system with variations in inclined columns and cantilevers. In accordance with ASCE 41-17 guidelines, the evaluation is conducted using the Tier 3 linear dynamic response spectrum method. The study examines the effects of concrete strength reductions of 7,5%, 15%, and 25% on reinforcement demand and seismic performance. The results show a significant increase in reinforcement requirements as well as changes in the structural seismic performance corresponding to the reduction in concrete quality. Furthermore, the presence of inclined columns and cantilevers significantly affects the structural behavior under seismic conditions. "
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library