Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 44 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Muhammad Mirwan
"Latar belakang. Hubungan antara hormon estrogen pramenopause dan reseptor estrogen masih belum diketahui. Hormon estrogen memiliki faktor risiko penyebab kanker payudara. Sedangkan reseptor estrogen berperan dalam menentukan rencana pengobatan lebih lanjut pada pasien kanker payudara. Pasien dengan reseptor estrogen tinggi memiliki prognosis yang lebih baik. Jika hormon estrogen pramenopause dapat mempengaruhi reseptor estrogen, maka hormon estrogen dapat dimanipulasi untuk mendapatkan prognosis yang lebih baik.
Metode. Penelitian ini dilaksanakan di Bagian Onkologi Departemen Bedah FK UI - RSCM dari bulan Desember 2021 sampai Mei 2022. Jenis penelitian ini adalah studi potong lintang, dengan sampel sebanyak 32 subjek. Subyek penelitian diambil berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi. Setelah itu data dikumpulkan dan dilakukan analisis menggunakan SPSS dengan uji korelasi Pearson jika berdistribusi normal dan Spearman jika berdistribusi tidak normal.
Hasil. Estradiol subjek memiliki kisaran 15,3-89,8 pg/mL. Reseptor estrogen memiliki kisaran luas 10-90%. Uji korelasi Spearman antara estradiol dan reseptor estrogen menunjukkan nilai p = 0,864 dan koefisien korelasi negatif 0,032.
Kesimpulan. Hormon estrogen secara statistik tidak berhubungan dengan reseptor estrogen pada pasien kanker payudara pramenopause, sehingga menggambarkan bahwa prognosis pasien kanker payudara tidak berhubungan dengan hormon estrogen yang diproduksi oleh tubuh.

Background. The relationship between the premenopausal estrogen hormone and estrogen receptors is still not known. The hormone estrogen has a risk factor for causing breast cancer. Meanwhile, the estrogen receptor plays a role in determining further treatment plans in breast cancer patients. Patients with high estrogen receptors have a better prognosis. If the premenopausal estrogen hormone can affect the estrogen receptor, then the estrogen hormone can be manipulated to get a better prognosis.
Method. This research was conducted at the Oncology Division of the Department of Surgery, FK UI - RSCM from December 2021 to May 2022. This was cross-sectional study research, with a sample of 32 subjects. Research subjects were taken based on inclusion and exclusion criteria. After that, the data was collected and analysis was done using SPSS with the Pearson correlation test if the distribution was normal and Spearman if the distribution was not normal.
Results. The estradiol of the subjects has a range of 15.3 − 89.8 pg/mL. Estrogen receptors ​​have a wide range of 10-90%. The Spearman correlation test between the estradiol and the estrogen receptor showed a p-value = 0.864 and a negative correlation coefficient of 0.032.
Conclusion. Estrogen hormone is not statistically associated with estrogen receptors in premenopausal breast cancer patients, thus illustrating that the prognosis of breast cancer patients is not related to the estrogen hormone produced by the body.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sudirman
"ABSTRAK
Angka kejadian kanker payudara di Indonesia tertinggi diantara jenis kanker pada
wanita dengan prevalensi nyeri diperkirakan 40-89%. Tujuan penelitian ini adalah
mengembangkan model pengelolaan nyeri berbasis kenyamanan dengan strategi
coaching dan mengidentifikasi pengaruhnya terhadap derajat nyeri, kenyamanan, dan
kualitas hidup pasien kanker payudara. Penelitian ini dilakukan melalui dua tahap,
yaitu tahap 1 berupa penelitian deskriptif kualitatif dan pengembangan model, serta
tahap 2 berupa penelitian kuasi eksperimen pre-post test control group design.
Metode sampling tahap 1 digunakan purposive sampling dengan 11 partisipan. Tahap
2 sampel dipilih secara consecutive sampling dengan jumlah 64 responden (32 pasien
kelompok intervensi dan 32 pasien kelompok kontrol). Hasil penelitian tahap satu
teridentifikasi 12 tema dan dihasilkan model pengelolaan nyeri berbasis kenyamanan
beserta perangkatnya. Hasil penelitian tahap dua membuktikan bahwa ada pengaruh
yang signifikan dari model pengelolaan nyeri berbasis kenyamanan dengan strategi
coaching terhadap penurunan derajat nyeri, peningkatan kenyamanan, peningkatan
status fungsional dan perbaikan status gejala pasien kanker payudara. Namun, tidak
ada pengaruh pada status kesehatan/kualitas hidup global. Rekomendasi penelitian
hendaknya perawat menerapkan model pengelolaan nyeri berbasis kenyamanan
sebagai bentuk nyata pengelolaan nyeri kanker secara holistik dalam pelayanan
keperawatan.

ABSTRACT
Incidence of breast cancer in Indonesia is still the highest among the other type of
cancer deseases on women with the prevalence of pain estimated from 40 ? 89
per cent. The purpose of this research was to develop model of pain management
based on comfort with coaching strategy and identify its effect on pain severity,
comfort, and quality of life patient breast cancer. This study was conducted in two
stages. The first stage was descriptive qualitative research and the development of
model. The second stage was quasi-experimental research with pre - post test control
group design. The sampling method that used to stage 1 was purposive sampling
with 11 partisipants. Sampling method on stage 2 this study was consecutive
sampling with 64 breast cancer patients (32 respondents as intervention group and 32
respondents as control group). The first stage of the study resulted 12 themes and has
resulted the model of pain management based on comfort and its devices. The second
stage of research proved that there were significance effects from the model of pain
mnagement based on comfort with coaching strategy toward decreasing pain
severity, increasing comfort and functional status, and repairing symptom status for
breast cancer patients. However, there was no effect on global health status/quality of
life. This study recommends that nurse should apply the model of pain management
based on comfort as a concrete holistic cancer pain management in setting practice of
nursing care."
2016
D2210
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andinia Fathonah
"Kemoterapi merupakan pengobatan sistemik yang mulai banyak dikembangkan sebagai pengobatan rawat jalan. Namun, efek samping kemoterapi seringkali menyebabkan penurunan kondisi klinis yang mempengaruhi tingkat ketepatan jadwal kemoterapi intravena pasien.
Penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan cross-sectional ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang berhubungan dengan ketepatan jadwal kemoterapi intravena pada pasien kanker payudara dalam menjalani kemoterapi di rawat jalan. Jumlah sampel pada penelitian ini adalah 85 pasien kanker yang menjalani kemoterapi intravena, ditentukan berdasarkan purposive sampling. Instrumen yang digunakan meliputi kuesioner karakteristik demografi, Smilkstein's family system apgar APGAR, Symptom Management Self Efficacy Scale-Breast Care SMSES-BC dan lembar ketepatan jadwal kemoterapi intravena.
Hasil penelitian ini menunjukkan tidak terdapat hubungan bermakna antara usia, pendidikan, pendapatan, stadium penyakit, lamanya pengobatan dan dukungan keluarga dengan ketepatan jadwal kemoterapi p=0,563; p=0,240; p=0,195;p=0,195; p=0,743; p=0,681, ? =0,05. Ada hubungan positif bermakna antara efikasi diri dengan ketepatan jadwal kemoterapi, namun hubungannya lemah p=0,045, r=0,218. Peneliti menyarankan perlunya upaya peningkatan efiskasi diri untuk memperbaiki ketepatan jadwal kemoterapi.

Chemotherapy is a systemic treatment has been developed as an outpatient treatment. However, the side effects of chemotherapy often lead to decreased clinical conditions that affect the accuracy of the patients intravenous chemotherapy schedule.
This descriptive analytic study with cross sectional approach aims to identify factors related to the accuracy of intravenous chemotherapy schedule in breast cancer patients in undergoing outpatient chemotherapy. The number of samples in this study were 85 cancer patients who underwent intravenous chemotherapy, determined by purposive sampling. The instruments used include demographic characteristics questionnaires, Smilksteins family apgar system APGAR, Symptom Management Self Efficacy Scale Breast Care SMSES BS and intravenous chemotherapy compliance sheets.
The results of this study showed no significant correlation between age, education, income, disease stage, duration of treatment and family support with accuracy of chemotherapy schedule p 0,563 p 0,240 p 0,195 p 0,195 p 0,743 p 0,681, 0,05. There was a significant positive correlation between self efficacy with the accuracy of chemotherapy schedule, but the correlation was weak p 0,045, r 0,218. Researchers suggest improving self efficacy efforts to improve the accuracy of chemotherapy schedule.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indah Alza Farhana Yusuf
"Kanker payudara menempati posisi pertama kasus kanker terbanyak, dan juga merupakan penyumbang kematian akibat kanker pertama di Indonesia. Nyeri merupakan salah satu gejala yang paling sering, memberatkan dan menakutkan yang dihadapi oleh pasien kanker. Mekanisme koping merupakan upaya seseorang dalam menghadapi perubahan yang dialaminya atau beban tubuh yang ditanggungnya yang menyebabkan tubuhnya bereaksi secara tidak spesifik dengan menimbulkan stres. Metode penelitian ini bersifat kuantitatif dan jenis penelitian deskriptif. Jenis pengambilan sampel Non Probability Sampling dengan teknik Consecutive Sampling. Hasil penelitian menunjukkan metode penanggulangan nyeri pasif yang paling sering digunakan adalah worrying, resting, dan retreating. Koping nyeri aktif yang paling sering digunakan adalah distraction, pain transformation, dan reducing demands. Responden lebih sering menggunakan mekanisme koping religius yang positif dibandingkan yang negatif. Kesimpulannya responden penderita kanker payudara menggunakan berbagai strategi koping sesuai dengan kondisi yang dialaminya.

Breast cancer occupies the first position in most cancer cases, and is also the first contributor to cancer deaths in Indonesia. Pain is one of the most frequent, burdensome and frightening symptoms that affects cancer patients. Coping mechanisms are a person's efforts to deal with the changes they experience or the body burden they bear which causes the body to react non- specifically by causing stress. This research method is quantitative and descriptive research type. The sampling type is Non Probability Sampling with the Consecutive Sampling technique. The results showed that the most frequently used passive pain management methods were worrying, resting, and retreating. The most frequently used active pain coping were distraction, pain transformation, and reducing demands. Respondents used positive religious coping mechanisms more often than negative ones. In conclusion, respondents with breast cancer used various coping strategies according to the conditions they experienced."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sihombing, Ratna Mortarida
"Prevalensi kanker payudara semakin meningkat. Proses penyakit dan pengobatannya berdampak pada fisik dan psikologis sehingga menyebabkan perubahan kualitas hidup bahkan dapat menjadi perburukan. Faktor yang dapat memperbaiki kualitas hidup tersebut diantaranya adalah self- compassion dan hope, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan self-compassion, hope dengan kualitas hidup pada pasien kanker payudara yang menjalani kemoterapi. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah cross sectional pada 130 pasien kanker payudara dari dua Rumah Sakit Kanker, analisis data dengan regresi logistik untuk mengetahui hubungan dari 3 variabel tersebut. Kuesioner yang digunakan adalah self-compassion scale untuk menilai self- compassion, Hert Hope Index untuk menilai hope serta FACT-B menilai kualitas hidup. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa self-compassion dan hope berhubungan signifikan dengan kualitas hidup dengan p-value ≤0,05 dan Odds Ratio 5,965 dan 2,604. Simpulan: Terdapat hubungan self-compassion dan hope dengan kualitas hidup pada pasien kanker payudara. Rekomendasi: penting bagi perawat onkologi untuk mengetahui tentang self-compassion dan hope sehingga dapat melakukan asuhan keperawatan untuk meningkatkannya yang berdampak pada peningkatan kualitas hidup pasien kanker payudara.

The prevalence of breast cancer is increasing. The disease process and its treatment have an impact on physical and psychological aspects, causing changes in quality of life and can even worsen. Factors that can improve quality of life include self-compassion and hope, this study aims to determine the relationship between self-compassion, hope and quality of life in breast cancer patients undergoing chemotherapy. The method used in this study was cross-sectional in 130 breast cancer patients from two Cancer Hospitals, data analysis with logistic regression to determine the relationship between the 3 variables. The questionnaire used was the self- compassion scale to assess self-compassion, the Hert Hope Index to assess hope and FACT-B to assess quality of life. The results of this study indicate that self-compassion and hope are significantly related to quality of life with a p-value ≤0.05 and Odds Ratio 5.965 and 2.604. Conclusion: There is a relationship between self-compassion and hope and quality of life in breast cancer patients. Recommendation: It is important for oncology nurses to know about self-compassion and hope so that they can provide nursing care to improve them, which will have an impact on improving the quality of life of breast cancer patients."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kartika Sausan Hasna
"Pasien kanker payudara meningkat setiap tahun dan merupakan salah satu penyebab angka kematian yang terus meningkat. Pengobatan kanker payudara memberikan dampak fisik, sosial, spiritual, dan psikologis yang signifikan dan memakan waktu yang lama. Efikasi diri sangat diperlukan selama proses menjalani pengobatan dan beradaptasi terhadap perubahan yang terjadi, serta meningkatkan status fungsional pasien. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran tentang efikasi diri pasien kanker payudara yang menjalani kemoterapi di Rumah Sakit X. Penelitian deskriptif dengan pendekatan cross sectional melibatkan 62 pasien di ruang kemoterapi RS X Cirebon yang dipilih dengan teknik simple random sampling dan kriteria inklusi. Pengukuran efikasi diri menggunakan General Self Efficacy Scale versi Indonesia menunjukkan bahwa lebih dari setengah responden memiliki efikasi diri dalam kategorik baik yaitu sejumlah 34 responden (54.8 %). Usia rerata responden adalah 48,48 (±8.98) tahun dengan rentang usia 27 hingga 65 tahun, mayoritas tingkat pendidikan responden SMA (40.3%), sebagian besar responden sudah menikah (80.6%) dan berada pada stadium awal (66.1%) dengan lama terdiagnosis pada rentang 1-3 tahun (64.5%). Mayoritas pasien di ruang kemoterapi RS X Cirebon memiliki tingkat efikasi diri yang baik. Responden menunjukkan keyakinan yang kuat dalam kemampuan mereka untuk mengatasi kesulitan. Hasil ini dapat membantu dalam meningkatkan kualitas hidup pasien kanker yang sedang menjalani kemoterapi dengan memberikan dukungan secara tepat.

Breast cancer patients increase annually and are one of the leading causes of rising mortality rates. Breast cancer treatment has significant physical, social, spiritual, and psychological impacts and requires considerable time. Self-efficacy is crucial during treatment and adaptation to changes, enhancing patient functional status. This study aims to provide an overview of breast cancer patients' self-efficacy undergoing chemotherapy at Hospital X. A descriptive study using a cross-sectional approach involved 62 patients in the chemotherapy ward of Hospital X, Cirebon, selected through simple random sampling and inclusion criteria. Measurement of self-efficacy using the Indonesian version of the General Self-Efficacy Scale showed that more than half of the respondents had good self-efficacy, with 34 respondents (54.8%) falling into this category. The average age of respondents was 48.48 (±8.98) years, ranging from 27 to 65 years old, with the majority having completed high school education (40.3%), most being married (80.6%), and in the early stages of diagnosis (66.1%), with diagnoses ranging from 1 to 3 years (64.5%). The majority of patients in the chemotherapy ward at Hospital X, Cirebon, demonstrated good self-efficacy levels. Respondents showed strong belief in their ability to overcome challenges. These findings can contribute to enhancing the quality of life for breast cancer patients undergoing chemotherapy by providing targeted support."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marisya Putri Andina
"Kanker payudara adalah penyakit kronis yang banyak diderita oleh perempuan di Indonesia. Ketika menjalani proses pengobatan kanker payudara, pasien membutuhkan bantuan dalam menjalankan kehidupan sehari-hari. Keluarga sebagai unit terdekat seringkali berperan sebagai family caregiver bagi pasien kanker payudara. Ketika menghadapi kanker, keluarga seringkali menghadapi berbagai masalah, khususnya terkait family functioning Wozniak Izycki, 2014. Selain itu, akibat dari perubahan atau bertambahnya peran yang dimiliki oleh anggota keluarga akan berdampak pada caregiver burden yang dimiliki oleh family caregiver. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana hubungan antara family functioning dan caregiver burden pada family caregiver pasien kanker payudara yang telah melakukan caregiving selama minimal tiga bulan. Family functioning diukur dengan menggunakan Family Assessment Device FAD Epstein, Bishop Levin, 1978 dan caregiver burden menggunakan Zarit Interview Scale ZBI Zarit, 1980. Terdapat 35 partisipan dalam penelitian ini yang merupakan family caregiver pasien kanker payudara. Berdasarkan analisis, penelitian ini menemukan bahwa terdapat hubungan negatif yang signifikan antara family functioning dan caregiver burden. Artinya, semakin tinggi skor FAD maka semakin rendah skor ZBI yang dimiliki oleh family caregiver pasien kanker payudara.

Breast cancer is the most common chronic disease among Indonesian women. When the treatment is being taken, patients need assistance in carrying out daily activities. Family as the basic unit usually become the caregiver for breast cancer patients. As a caregiver, family member is sometimes facing various problems, particularly on family functioning Wozniak Izycki, 2014. In addition, the changing or multiple role the family member play have impact on the caregiver burden for family caregiver. The purpose of this study is to investigate the correlation between family functioning and caregiver burden among family caregiver breast cancer pasient who have been caregiving for at least three months. Family functioning is assessed using Family Assessment Device FAD with Epstein, Bishop Levin, 1978 and caregiver burden is assessed using Zarit Interview Scale ZBI Zarit, 1980. In this study there are 35 participants who are family caregiver of breast cancer patient. This study found that there is a significant negative correlation between family functioning and caregiver burden. That is, the higher FAD score then the lower ZBI score issued by family caregiver of breast cancer patients."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Desmawati
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2008
T24809
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Aristiati Lestari Adji
"
ABSTRAK
Penyakit kanker payudara merupakan penyakit kanker kedua tertinggi yang diderita oleh
wanita di Indonesia. Menerima diagnosa menderita kanker payudara merupakan suatu peristiwa
yang mengejutkan, menakutkan bahkan traumatis bagi penderita maupun orang-orang yang dekat
dengan penderita. Masalah-masalah yang berkaitan dengan penyakit, pengobatan dan dampaknya
semua fisik, sosial dan psikologis harus dihadapi oleh penderita kanker payudara.
Dalam menghadapi masalah-masalah tersebut, penderita kanker payudara. umumnya
mengalami stres. Stres dapat berakibat fatal apabila penderita tidak mampu berespon dengan tepat
dalam mengatasi stres. Dampak dari stres pada penderita, kanker payudara yang tidak diharapkan
terjadi, misalnya depresi berkepanjangan, menarik diri atau kecenderugan bunuh diri. Untuk
menghindari dampak negatif ini, dapat diusahakan dengan pemberian dukungan sosial.
Dukungan sosial sebagai hasil dari interaksi antara penderita kanker payudara dan
jaringan sosialnya dapat berpengaruh terhadap berkurangnya dampak stres pada penderita,
melemahnya nilai suatu stressor atau perbaikan perilaku mengatasi stres. Secara umum pengaruh
dari dukungan sosial itu adalah untuk mengurangi stres yang dirasakan penderita, sehingga ia
dapat terhindar dari dampak negatif stres. Dukungan sosial akan lebih efektif diterima oleh
penderita bila memenuhi kebutuhan yang ditimbulkan oleh stres sehingga dipersepsikan dengan
tepat (baik) oleh penderita, dan diberikan oleh sumber (significant others) yang tepat.
Penelitian ini menggunakan teori peran dukungan sosial sebagai stress-buffer. Hasil yang
diperoleh, dari pengambilan data yang dilakukan dengan metode studi kasus terhadap 3 (tiga)
subyek penelitian, menunjukkan bahwa ada pengaruh dukungan sosial terhadap berkurangnya
stres pada penderita kanker payudara. Pada 2 (dua) subyek yang menikah peran dukungan sosial
yang bersifat emosi dirasakan 'besar pengaruhnya dalam membantu mereka mengatasi stres.
terutama yang datang dari pasangan (suami). Hal ini karena penderita mengalami kecemasan dan
ketakutan akan persepsi suami terhadap perubahan yang akan mereka alami setelah menjalani
terapi. Dukungan harga diri dari lingkunga njuga dirasakan pengaruhnya dalam mengurangi stres
pada seorang subyek dengan meningkatnya kepercayaan diri dalam menjalani peran-peran sosial. Pada subyek lain, ditemukan bahwa dukungan informasi lebih berperan dalam mengurangi
stresnya, karena kebutuhannya untuk mengetahui tentang penyakit dan pengobatannya begitu
besar dan ini dapat dipenuhi dengan dukungan informasi dari seorang dokter ahli. Dari ketiga
subyek tidak ditemui adanya gangguan-gangguan psikologis atau fungsi sosial lebih lanjut.
Konflik dan masalah-masalah yang dihadapi ketiga subyek dapat diatasi dengan baik.
Hasil dari penelitian studi kasus ini khusus untuk menjelaskan ketiga kasus yang ada, dan
tidak dapat diambil suatu kesimpulan terhadap penderita kanker payudara yang ada di Jakarta
secara umum.
"
1998
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5   >>