Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 54 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Eka Harjanto Setiawan
Abstrak :
ABSTRAK


lndustri Real Estat mengalami fluktuasi yang hebat antara tahur1 1993- 1999. Semaraknya industri ini dimulai pada tahun 1993 yang ditandai dengan banyaknya pameran-pameran real estat di Jakarta yang menawarkan berbagai macam produk properti seperti kawasan perumahan, kondominium, komplek perkantoran, kawasan wisata, kawasan agrowisata dan juga resort terpadu. Namun kondisi booming ini tidak bertahan lama, dengan terjadinya kelesuan pada tahun 1996 hingga tahun 1997 dimana mulai terjadi krisis ekonomi di Indonesia. Dan akhirnya terjadilah yang dinamakan property crash di tahun 1998, dim ana hampir seluruh pengembang mencatat kerugian.

Krisis industri real estat di tahun 1998 diawali oleh krisis likuiditas akibat turunnya permintaan, kemudian diperparah dengan meningkatnya jumlah hutang, kenaikan tingkat suku bunga dalam negeri, dan depresiasi nilai rupiah terhadap dollar AS yang terus berfluktuasi. Dengan hilangnya kepercayaan investor dan spekulan terhadap prospek investasi merupakan faktor yang menambah semakin memburuknya pasar modal di Indonesia. Hal ini kemudian menjalar langsung pada krisis permodalan yang dihadapi oleh pihak perbankan. Walaupun Bank Indonesia (BI) telah mengeluarkan pedoman restrukturisasi kredit, namun hingga saat ini belum tampak dengan jelas bagaimana mekanisme yang akan ditempuh oleh perbankan dalam menyelesaikan hutang para pengembang nasional.

Kondisi krisis pada industri real estattersebut tidak akan berlangsung terus menerus, dengan total penduduk Indonesia yang mencapai kurang lebih 210 juta jiwa, kebutuhan akan real estat akan terus ada. Dengan serangkaian program reformasi yang telah dilakukan oleh pemerintah yang baru untuk memulihkan kepercayaan investor, seperti penyehatan sektor perbankan, kebijakan moneter dan berbagai deregulasi di sektor riil, diharapkan kondisi perekonomian Indonesia akan kembali membaik, dan juga industri real estat pun akan kembali meningkat.

Adapun tujuan penulisan karya tulis ini adalah melihat trend yang terjadi pada bisnis real estate selama tahun 1994-1999, yang diikuti dengan penilaian pasar modal Indonesia terhadap fluktuasi yang terjadi di industri real estat melalui penerapan Arbitrage Pricing Theory (APT) dan kemudian menentukan faktorfaktor apa saja yang mempengaruhi pembelian saham di sektor real estat oleh investor yang rasional.

Secara teoritis, Arbitrage Pricing Theory (APT) menggunakan pemikiran yang menyatakan bahwa dua kesempatan investasi yang mempunyai karakteristik yang identik tidaklah bisa dijual dengan harga berbeda. Konsep yang digunakan adalah hukum satu harga (the law of one price). Apabila aktiva yang berkarakteristik sama tersebut dijual dengan harga yang berbeda, maka akan terdapat kesempatan untuk melakukan arbitrage dengan membeli aktiva dengan harga yang lebih tinggi di tempat lain sehingga memperoleh laba tanpa resiko.

Dan penggunaan Arbitrage Pricing Theory (APT) ini akan sangat bermanfaat kalau kita bisa mengidentifikasikan tidak terlalu banyak faktor-faktor makro ekonomi, mengukur expected return masing-masing faktor tersebut dan juga mengukur kepekaan masing-masing saham terhadap faktor-faktor tersebut.

Dalam penelitian ini, juga akan diteliti faktor-faktor yang mendasari investor yang rasional dalam membeli suatu saham. Secara umum keputusan pembelian saham oleh seorang investor yang rasional, akan mempertimbangkan berbagai aspek ekonomi perusahaan (faktor-faktor fundamental), antara lain : kemampuan perusahaan untuk mendapatkan laba di masa yang akan datang, rasio-rasio keuangan perusahaan, kondisi ekonomi nasional (seperti tingkat suku bunga dan tingkat inflasi), kebijakan-kebijakan pemerintah dan juga kebijakan direksi perusahaan.

Setelah melalui proses pengumpulan sejumlah data-data sekunder dari berbagai sumber, yang dilanjutkan dengan perhitungan rasio-rasio keuangan yang diperlukan, dan akhirnya dengan penggunaan software statistik SPSS 9.0 didapatkan hasil seperti berikut ini.

Sejak awal tahun 1995 sampai dengan pertengahan tahun 1998, telah terjadi trend menurun pada harga saham di sektor real estat dan juga terdapat bukti parsial mengenai kemungkinan ketidakefisienan pasar saham sektor properti.

Variabel Laba didapatkan mempengaruhi harga saham real estat secara signifikan dan berkorelasi positif. Hal ini menunjukkan pengelolaan secara baik perusahaan real estat oleh pihak manajemen akan tercermin pada tingkat laba yang tinggi sehingga mendorong investor yang rasional untuk melakukan investasi dan tercermin pada peningkatan harga saham yang tinggi juga. Didapatkan juga variabel Return On Investment (ROI) mempengaruhi return saham secara signifikan dan berkorelasi positif. Dengan tingginya nilai ROI ini menunjukkan seberapa efektif pihak manajemen perusahaan real estat dalam memanfaatkan sumber ekonomi yang ada (aktiva perusahaan) untuk menciptakan laba yang kemudian tercermin pada return saham yang tinggi pula. Sehingga kedua variabel tersebut sangat memegang peranan penting bagi investor dalam melakukan investasi di bidang real estat.

Dengan melakukan penelitian lanjutan didapatkan juga variabel Earning Per Share memberikan hasil yang signifikan dan berkarelasi pasitif dalam mempengaruhi harga saham perusahaan real estat. Dengan nilai Earning Per Share yang tinggi menunjukkan earning yang didapatkan aleh pemegang saham untuk setiap lembar saham yang dimilikinya tinggi juga dan menandakan kemampuan perusahaan yang lebih besar dalam menghasilkan keuntungan bersih dari setiap lembar sahamnya yang kemudian tercermin dari tinggi tingkat harga saham. Dari penelitian lanjutan ini didapatkan pula return saham dipengaruhi secara signifikan aleh variabel Price Earning Ratio yang berkarelasi secara positif. Semakin tinggi nilai PER berarti harga pasar dari setiap lembar saham akan semakin baik.

Adapun hasil pengujian karelasi rasia-rasio keuangan perusahaan real estat sebagian besar memberikan hasil sesuai dengan hipatesis. Rasia likuiditas memberikan karelasi yang pasitif terhadap harga dan return saham yang menunjukkan bahwa semakin baik kemampuan perusahaan dalam menyelesaikan kewajiban jangka pendeknya maka semakin tinggi pula harga dan return saham perusahaan tersebut. Rasia hutang memberikan karelasi yang negatif terhadap harga dan return saham yang menunjukkan perusahaan yang mempunyai rasia leverage yang rendah akan mempunyai risika kerugian lebih kecil ketika keadaan ekonomi merosot, dan mempunyai kesempatan memperoleh laba lebih rendah ketika ekanami melanjak menjadi baik. Sebaliknya, perusahaan yang mempunyai leverage tinggi, mempunyai risika menanggung rugi besar ketika keadaan ekanami merasat tetapi mempunyai kesempatan memperaleh laba besar ketika keadaan ekanami membaik. Rasia aktivitas memberikan karelasi yang aditif terhadap harga dan return saham, sehingga semakin efektif operasi perusahaan dalam memanfaatkan sumber-sumber dana yang ada maka semakin tinggi harga dan return saham perusahaan tersebut. Rasia profitabilitas dan market ratio memberikan korelasi yang positif terhadap harga dan return saham, sehingga scmakin efektif operasi perusahaan dalam menghasilkan keuntungan maka akan memberikan peningkatan pada harga saham dan return saham.

Adapun kenaikan bunga dan tingkat inflasi memberikan pengaruh yang negatifterhadap perkembangan harga saham dan return saham di sektor real estat. Pengaruh negatif dalam hal kenaikan bunga adalah sesuai dengan hipotesis scmula. Tingkat bunga adalah ukuran keuntungan investasi yang dapat diperoleh oleh investor dan juga merupakan ukuran biaya modal yang harus dikeluarkan oleh perusahaan untuk menggunakan dana dari investor. Semakin tinggi tingkat bunga perbankan, akan menyebabkan investor mengalihkan investasinya pada investasi di perbankan, dan menyebabkan penurunan harga & return saham. Sedangkan pengaruh negatif untuk tingkat inflasi memberikan hasil yang berlawanan dengan hipotesis semula.
2000
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yanur Akhmadi
Abstrak :
Perkembangan sektor perbankan Indonesia dalam 11 tahun terakhir mengalami pertumbuhan yang agresif, tetapi juga mempertahankan likuiditas yang memadai berdasarkan risiko sesuai dengan ketentuan otoritas. Bank-bank milik Pemerintah Indonesia mengendalikan ±42% dari total aset di sektor perbankan dan menghadapi tantangan dalam mempertahankan kondisi yang optimal antara regulasi, risiko, dan profitabilitas. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui risiko likuiditas dan faktor-faktor yang mempengaruhi bank BUMN setelah krisis ekonomi 2008 dan implementasi Basel III di Indonesia. Penelitian ini menggunakan data spesifik perbankan dan data ekonomi makro yang diproses menggunakan Common Effect Model yang dibandingkan dengan Fixed Effect Model dan juga dengan Random Effect Model. Berdasarkan analisis data menunjukkan bahwa faktor-faktor spesifik perbankan terutama LDR, NPL, CAR, dan ROA mempengaruhi risiko likuiditas bank-bank BUMN di Indonesia sementara faktor pertumbuhan deposito dan faktor makroekonomi tidak berpengaruh secara signifikan. ......Growth of the Indonesian banking sector in 11 years be through aggressive growth, but also maintained adequate liquidity based on risk in accordance with the provisions of the authorities. Indonesia state-owned banks control ±42% of total assets in the banking sector and face challenges in maintaining optimal conditions between regulation, risk and profitability. The purpose of this study is to determine the liquidity risk and the factors that influence SOE (state owned) banks after the 2008 economic crisis and the implementation of Basel III in Indonesia. This study uses specific banking data and macroeconomic data which are processed using the Common Effect Model which is compared with the Fixed Effect Model and also with the Random Effect Model. Based on data analysis indicated that banking-specific factors especially LDR, NPL, CAR, and ROA affect the liquidity risk of state-owned banks in Indonesia while deposit growth and macroeconomics factors do not significantly influence.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pamungkas Hadi Susmono
Abstrak :
ABSTRAK
Fokus dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi bank-bank yang dianggap berisiko sebagai counterpart oleh bank lainnya dalam transaksi Pasar Uang Antar Bank PUAB , sehingga diharapkan dapat mencegah serta memitigasi potensi terjadinya risiko sistemik pada industri perbankan di Indonesia. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data transaksi intraday bilateral pinjam meminjam tanpa agunan dengan tenor overnight O/N yang diambil dari transaksi PUAB dengan periode observasi dari Januari 2008-Juni 2009. Dari hasil penelitian, berhasil diidentifikasi sebanyak 4 bank yaitu FI 81, FI 94, FI 3 dan FI 54 yang secara statistik signifikan menunjukkan signal risiko tertinggi di PUAB.Selain itu ditemukan juga bukti bahwa sebagian besar bank yang menunjukkan frekuensi signal yang tinggi umumnya bertindak sebagai net peminjam di PUAB, hal ini mengindikasikan bahwa bank tersebut terus-menerus menghadapi permasalahan likuiditas. Dari hasil regresi ditemukan juga bukti adanya hubungan negatif dengan tingkat kemiringan slope sebesar -0,93 antara besarnya share signal risiko terhadap Z Score. Dari hasil penelitian ini diharapkan metode ini dapat digunakan sebagai tools pelengkap dalam melakukan monitoring risiko individual bank selain dari angka rasio keuangan, serta dapat diaplikasikan sebagai Early Warning System EWS perbankan
ABSTRACT
The focus of this study is to identify which banks that are considered risky as counterpart by other banks in interbank money market transactions PUAB , and it is expected to prevent and mitigate the potential of systemic risk in the banking industry in Indonesia. In this research used intraday bilateral lending transaction without collateral data with overnight tenor O N taken from PUAB transaction with observation period from January 2008 to June 2009. Based on the research result, it was identified 4 banks, FI 81, FI 94, FI 3 and FI 54 which statistically show the highest sign of risk in PUAB.There is also evidence that most banks that exhibit high signal frequencies generally act as net borrowers in the interbank money market, indicating that banks are constantly facing liquidity problems. From the regression results found also evidence of a negative relationship with the level of slope 0.93 between the amount of risk signal share against Z Score. Hopefully the method from this study can be used as a complementary tool in monitoring individual bank risk apart from the financial ratio, and can be applied as the Early Warning System EWS banking
2018
T49561
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adinda Kartika Putri
Abstrak :
[ABSTRAKbr Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh dari struktur pasar perbankan terhadap profitabilitas dan stabilitas bank terkait rencana integrasi sektor perbankan ASEAN yang merupakan salah satu cetak biru dari Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Dalam mengukur struktur pasar perbankan digunakan pangsa pasar bank {Relative Market Power (RMP) Hypotesis} dan konsentrasi pasar perbankan {Structure Conduct Performance (SCP) Hypothesis}. Penelitian ini menggunakan data bank komersial yang terdaftar di pasar bursa saham negara ASEAN 4, yaitu Indonesia, Malaysia, Thailand, dan Filipina pada periode 2009- 2014. Hasil penelitian ini menunjukan RMP Hypothesis berlaku di perbankan ASEAN dalam mempengaruhi profitabilitas bank, namun tidak berlaku di Thailand dan Filipina. Di Indonesia SCP Hypothesis berlaku dominan dalam menentukan profitabilitas bank. Lain halnya dengan Malaysia, Efficiency Hypothesis mengonfirmasi hubungan pangsa pasar, konsentrasi pasar, dan profitabilitas bank. Penelitian ini juga menemukan bahwa konsentrasi pasar perbankan berpengaruh negatif terhadap stabilitas bank pada perbankan ASEAN, Thailand dan Filipina. Hal tersebut mendukung konsep Concentration Fragility. Lain halnya dengan Indonesia dan Malaysia, konsetrasi pasar perbankan membuat bank lebih tidak stabil. Sehingga hal tersebut mendukung Concentration Stability. Penemuan penting dalam penelitian ini adalah bank dengan pangsa pasar besar/ukuran besar dan permodalan kuat membuat bank dapat bersaing terkait rencana integrasi sektor perbankan ASEAN. Hal tersebut dapat dilakukan dengan marger dan akuisisi, khususnya untuk Indonesia.;This study is aimed for analyzing the influence of banking market structure on bank profitability and stability related to ASEAN banking sector integration plan which is in line with blue print of ASEAN Economic Community (AEC). In measuring banking market structure, the research utilized reference of bank market share {Relative Market Power (RMP) Hypotesis}and banking market concentration {Structure Conduct Performance (SCP) Hypotesis}. This research also utilized other references of commercial banks in which listed in stock exchange of ASEAN 4 countries: Indonesia, Malaysia, Thailand, and Filiphine for 2009 ? 2014 period. One of the research findings has shown that RMP Hypotesis takes part in influencing bank profitability in ASEAN banks, but it does not work in Thailand and Filiphine. In case of Indonesia, SCP Hypothesis dominantly takes part in creating bank profitability. In case of Malaysia, on the other hand, Efficiency Hypothesis confirms market share, market concentration, and bank profitability. The research has also found out that banking market concentration contributes negative impact on bank stability in ASEAN banks, Thailand and Filiphine. This matter supports Concentration Fragility. On the contrary, in case of Indonesia and Malaysia: banking market concentration leads to more instability within the banks. The condition, therefore, supports Concentration Stability. The important finding of this research is that high market share/bigger bank and strong capital leads to banks in order to win the competition in regard with ASEAN banking integration sector plan. This achievement can be reached by policy of merge and acquisition, especially for Indonesia banks.;This study is aimed for analyzing the influence of banking market structure on bank profitability and stability related to ASEAN banking sector integration plan which is in line with blue print of ASEAN Economic Community (AEC). In measuring banking market structure, the research utilized reference of bank market share {Relative Market Power (RMP) Hypotesis}and banking market concentration {Structure Conduct Performance (SCP) Hypotesis}. This research also utilized other references of commercial banks in which listed in stock exchange of ASEAN 4 countries: Indonesia, Malaysia, Thailand, and Filiphine for 2009 ? 2014 period. One of the research findings has shown that RMP Hypotesis takes part in influencing bank profitability in ASEAN banks, but it does not work in Thailand and Filiphine. In case of Indonesia, SCP Hypothesis dominantly takes part in creating bank profitability. In case of Malaysia, on the other hand, Efficiency Hypothesis confirms market share, market concentration, and bank profitability. The research has also found out that banking market concentration contributes negative impact on bank stability in ASEAN banks, Thailand and Filiphine. This matter supports Concentration Fragility. On the contrary, in case of Indonesia and Malaysia: banking market concentration leads to more instability within the banks. The condition, therefore, supports Concentration Stability. The important finding of this research is that high market share/bigger bank and strong capital leads to banks in order to win the competition in regard with ASEAN banking integration sector plan. This achievement can be reached by policy of merge and acquisition, especially for Indonesia banks., This study is aimed for analyzing the influence of banking market structure on bank profitability and stability related to ASEAN banking sector integration plan which is in line with blue print of ASEAN Economic Community (AEC). In measuring banking market structure, the research utilized reference of bank market share {Relative Market Power (RMP) Hypotesis}and banking market concentration {Structure Conduct Performance (SCP) Hypotesis}. This research also utilized other references of commercial banks in which listed in stock exchange of ASEAN 4 countries: Indonesia, Malaysia, Thailand, and Filiphine for 2009 – 2014 period. One of the research findings has shown that RMP Hypotesis takes part in influencing bank profitability in ASEAN banks, but it does not work in Thailand and Filiphine. In case of Indonesia, SCP Hypothesis dominantly takes part in creating bank profitability. In case of Malaysia, on the other hand, Efficiency Hypothesis confirms market share, market concentration, and bank profitability. The research has also found out that banking market concentration contributes negative impact on bank stability in ASEAN banks, Thailand and Filiphine. This matter supports Concentration Fragility. On the contrary, in case of Indonesia and Malaysia: banking market concentration leads to more instability within the banks. The condition, therefore, supports Concentration Stability. The important finding of this research is that high market share/bigger bank and strong capital leads to banks in order to win the competition in regard with ASEAN banking integration sector plan. This achievement can be reached by policy of merge and acquisition, especially for Indonesia banks.]
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2015
S59163
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tamba, Deta Basa Nia Octavia
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh diversifikasi pendapatan terhadap profitabilitas dan risiko Bank Umum Konvensional di Indonesia periode 2006-2012 dengan menggunakan data panel. Profitabilitas bank diukur dengan menggunakan return on asset dan risk-adjusted return on asset. Penelitian ini menggunakan FOCUSk, Non Interest Income (NII), Fee, Trade, dan Other sebagai indikator diversifikasi. Dengan sampel 94 bank umum konvensional di Indonesia, penelitian ini menunjukkan diversifikasi pendapatan memiliki pengaruh signifikan pada return on average assets, risk-adjusted returns, dan risiko insolvensi bank.
This study aims to determine the effect of income diversification on profitability and risk of Commercial Bank in Indonesia during 2006-2012 by using panel data. Profitability of banks is measured by using return on assets and risk-adjusted return on assets. This study uses FOCUSk, Non Interest Income (NII), Fee, Trade, and Other as indicators of diversification. With a sample of 94 conventional commercial banks in Indonesia, this study shows income diversification has a significant effect on return on average assets, risk-adjusted returns, and insolvency risk.
2015
S59116
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mahendra Apriamilega
Abstrak :
Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat pengaruh dari variabel-variabel makroekonomi (inflasi, kurs, suku bunga, GDP, jumlah uang beredar), bank spesifik (CAR, bank deposit, bank size) dan struktur finansial (rasio total asset dengan GDP) terhadap profitabilitas bank yang ditunjukkan dengan return on asset (ROA). Penelitian ini menggunakan data-data keuangan dari 28 bank yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia. Pemilihan tahun 2009-2013 sebagai periode penelitian ditujukan untuk melihat pengaruh variabel-variabel tersebut pada sektor perbankan pasca krisis ekonomi dunia tahun 2008. Regresi linear berganda dilakukan terhadap data-data makroekonomi, bank spesifik dan struktur finansial baik secara terpisah maupun bersama-sama. Hasil penelitian menunjukan hanya terdapat tiga variabel yang mempengaruhi kinerja sektor perbankan secara signifikan, yaitu bank size, bank deposit dan struktur finansial. Hal ini menunjukan bahwa faktor internal lebih mempengaruhi profitabilitas perbankan dibandingkan faktor eksternal seperti makroekonomi. Berdasarkan hasil penelitian, peneliti menyarankan agar digunakan variabel kinerja perbankan lainnya yaitu, return on equity (ROE) dan net interest margin (NIM), untuk memberikan hasil penelitian yang lebih terperinci. ......The Purpose of this study was focused on the effect of macroeconomic (inflation, exchange rates, interest rates, GDP, money supply), bank specific (CAR, bank deposits, bank size) and the financial structure ( ratio total asset with GDP ) on Indonesian bank's profitability shown by return on assets ( ROA). Bank?s performance was measured using return on assets (ROA). The study used financial data from 28 commercial banks that were listed on Indonesia Stock Exchange (IDX) within the period of 2009 to 2013. The rationale for selecting the study period was to examine the hyact of the aforementioned variables on banking sector post 2008 global economy crisis. Multiple linear regression was applied on each variable category (macroeconomic, bank spesific and financial structure) exclusively as well as concurently. The result of this study showed the dominate effect of three variables, namely bank size, bank deposit and financial structure, on bank?s profitability. The period insight that internal factor, other than internal factor such as macroeconomic variables, affected bank?s performance. Based on this study, the researcher suggested two variables, i.e. return on equity (ROE) and net interest margin (NIM), as proxy for bank?s profitability. The use of these variables might provide a more detail explanation on factors affecting bank?s performance.
Depok: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, 2015
S59391
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gadis Myrillasandri Atmodipurwo
Abstrak :
ABSTRAK
Makalah ini meneliti keadaan kekuatan pasar terkini pada industri perbankan dan keuangan dan bagaimana telah berkontribusi pada perubahan pekerjaan. Khususnya, tren-tren global seperti teknologi dan masyarakat berpengaruh besar terhadap bagaimana pekerja pada industri ini memahami dan bergerak pada lingkungan kerja sehari-hari dan perlahan-lahan merevolusi masa depan pekerjaan pada suatu organisasi. Sangat penting untuk organisasi tersebut melaksanakan strategi-strategi yang memastikan masa depan yang lebih baik untuk pekerja Australia. Makalah ini akan membahas bagaimana perubahan-perubahan ini telah mempengaruhi Citibank Australia dan memberikan rekomendasi akan bagaimana dapat memanfaatkan perubahan-perubahan ini agar Citibank Australia dapat menjadi pelopor dalam industri perbankan yang cashless .
ABSTRACT
This essay will examine the current market forces within the banking and finance industry and how they have contributed towards changes in the work. In particular, global megatrends such as technology and society have strong impact in gradually revolutionising the nature of work within the organisation. It is crucial that such organisations implement strategies to ensure a better future for Australian workers. This essay will pinpoint how these changes have affected a particular organisation Citibank, and provide subsequent recommendations as to how these changes can be used as leverage for it to become a pioneer in the cashless banking industry.
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2018
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Ratih Herawati
Abstrak :
Bank sebagai suatu institusi yang menjalankan kegiatan usahanya dengan berdasarkan azas kepercayaan, prinsip kehati-hatian mutlak harus dilaksanakan untuk menjamin keamanan dana masyarakat yang tersimpan di sana. Tutupnya sebuah bank yang disebabkan penyimpangan terhadap prinsip kehati-hatian yang terjadi di bank tersebut akan menyebabkan turunnya kepercayaan masyarakat terhadap kinerja institusi keuangan tersebut yang selanjutnya menimbulkan dampak negatif pada bank-bank lainnya atau disebut juga sebagai efek domino. Kekhawatiran yang timbul di masyarakat dapat menyebabkan masyarakat menarik dananya yang disimpan di bank. Jika hal ini dilakukan dalam waktu yang bersamaan, bukan tidak rnungkin akan menimbulkan rush yang selanjutnya berdampak pada terjadinya kesulitan likuiditas di bank-bank tersebut. PT. Bank Asiatic adalah salah satu bank yang dicabut ijin usahanya yaitu pada tanggal 8 April 2004, karena penurunan kinerja yang sangat drastis akibat terjadinya penyimpangan di bank tersebut. Permasalahan utama yang menjadi penyebab ditutupnya PT Bank Asiatic adalah adanya pemberian kredit fiktif serta pembelian surat berharga fiktif yang menyebabkan CAR bank turun hingga menjadi -46,77% pada akhir Februari 2004. Upayaupaya perbaikan yang coba untuk dilakukan tidak menunjukkan basil yang positif, di mana laporan keuangan bank selama kurun waktu 3 tahun terakhir nyatanya tidak menunjukkan kondisi keuangan yang sebenarnya. Hal ini menyebabkan pencatatan yang ada hanya mampu menunjukkan sedikit gambaran permasalahan yang ada, sehingga penyimpangan yang sebenarnya telah cukup lama terjadi tidak dapat segera diatasi dan pada alhirnya berdampak signifikan terhadap kinerja keuangan bank. Selanjutnya penulisan karya akhir ini adalah untuk mencoba melakukan analisa terhadap kondisi keuangan suatu bank dengan menggunakan rasio-rasio umum yang lazim digunakan dalam menganalisa suatu laporan keuangan. Adapun metode yang digunakan antara lain analisa trend, analisa common size dan analisa rasio. Selain itu sebaga pendukung juga digunakan analisa CAMEL yang merupakan penilaian tingkat kesehatan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. Dengan cara ini diharapkan masyarat sedikit banyak mampu membaca perkembangan kondisi keuangan suatu bank serta mernperoleh sedikit gambaran mengenai permasalalian yang mungkin sedang terjadi di bank tersebut. Adapun data mengenai kinerja keuangan bank dapat diperoleh masyarakat melalui laporan keuangan publikasi yang wajib diumumkan bank setiap 3 bulan sekali di media cetak yang beredar lugs di Indonesia serta laboran keuangan publikasi bulanan yang diumumkan melalui web site Bank Indonesia setiap bulannya. Dalam kasus Bank Asiatic, permasalahan utama yang terjadi adalah pemberian kredit fiktif serta pembelian surat berharga fiktif yang menyebabkan bank mengalami kerugian karena hams membentuk Penyisiban Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP) atas kredit dan surat berharga fiktif tersebut. Laporan keuangan yang dipublikasikan bank tidak cukup menunjukkan adanya permasalahan dimaksud. Secara umum rasio CAMEL yang disajikan dalam laporan keuangan publikasi triwulanan selama kurun waktu 2001- 2003 cukup baik walaupun menunjukkan adanya kecenderungan menurun. Beberapa ha! yang dapat diketahui dari laporan keuangan tersebut adalah meningkat.n.ya secara drastis jumlah kredit yang disalurkan bank hingga akhir tahun 2003 namun tidak diikuti dengan naiknya pendapatan bunga dari kredit dalam proporsi yang seimbang. Selain itu juga terjadi peningkatan penanaman dana bank dalam bentuk surat berharga terutama untuk kategori diperdagangkan dan tersedia untuk qua!, namun tidak diimbangi dengan peningkatan keuntungan yang diperoleh bank dari transaksi surat berharga dimaksud, tercermin dari laba yang belum direalisasi dari surat berharga hanya menunjukkan peningkatan yang sangat kecil. Selain itu secara keseluruhan rasio-rasio rentabilitas bank juga tidak menunjukkan peningkatan yang seimbang dengan peningkatan aktiva produktif bank. Hal ini menunjukkan indikasi meningkatnya pula aktiva produktif yang tergolong non performing khususnya dalam bentuk kredit dan surat berharga. Berangkat dari pemasalahan sebagaimana yang terjadi di Bank Asiatic memberikan gambaran bahwa untuk mewujudkan suatu sistem perbankan yang sehat yang dapat menunjang pembangunan ekonomi yang berkesinambungan, peranan Bank Indonesia selaku otoritas pengawas di sektor perbankan kiranya juga perlu didukung kega sama dengan semua pihak yang terkait, dalam hal ini antara lain dengan Bapepam selaku otoritas pengawas pasar modal, mengingat banyak bank yang saat ini juga melakukan transaksi dengan instrumen pasar modal. Selain itu koordinasi dengan beberapa pihak-pihak lainnya juga perlu ditingkatkan seperti dengan Direktorat Jendral Pajak maupun Irnigrasi. Hal ini terkait dengan seringkalinya terjadi praktek penghindaran pajak di suatu bank serta perlunya peningkatan efektifitas pencekalan terhadap para pelaku kejahatan di bidang perbankan. Selanjutnya penyelesaian terkait dengan permasalahan yang terjadi di Bank Asiatic perlu dilakukan secara tuntas guna menjaga kepercayaan masyarakat terhadap institusi perbankan di Indonesia dan sedapat mungkin mencegah berulangnya permasalahan yang sama serta mengingatkan para bankir untuk lebih bersikap hati-hati dan senantiasa menjalankan kegiatan usaha suatu bank dengan berpegang pada prinsip kehati-hatian dan ketentuan yang berlaku.
Bank, as an institution that undertook its activities based on trust principle, has to carry out the prudential principle to guarantee the security of people's fund that is being kept there. The revocation of operating license of a bank caused by the deviation towards the prudential principle will cause the decreasing of people's trust to this financial institution that furthermore cause negative impact to other banks which also acknowledged as the domino effect. The concern that emerged in the community could cause people to draw their fund that is being kept in the bank. If this situation happens in the same time, it will cause rush that furthermore had an impact on the occurrence of the liquidity difficulty in these banks. PT Bank Asiatic was one of the banks that was revocated on April 8, 2004, because of the declining of its financial performance as a result of the occurrence of the deviation in this bank. The main cause of the revocation of operating license of PT Bank Asiatic was the giving of fictious credit as well as the purchase of the fictious commercial papers that caused bank's CAR descended until becoming -46.77% at the end of February 2004. Corrective actions that were being carried out did not show positive results, since the bank's financial report for the last 3 years, in fact, did not show the real financial condition. This thing caused the bank's record only showed few pictures of the real problems, so the actual deviation which has been exist for a long time could not be overcome immediately and in the long run had a significant impact on the bank's financial performance. Furthermore, the writing of this thesis was to try to carry out the analysis towards the financial condition of a bank by using ratios which was generally used in analysing a financial report. The method includes the trend analysis, the common size analysis, the ratio analysis and the CAMEL analysis. CAMEL analysis is the assessment of bank rating that was determined by Bank Indonesia. Hopefully with this method, people could read the development of the financial condition of a bank as well as to get few pictures concerning the problems that possibly happen in the bank. The data concerning the bank's financial performance could be obtained from the condensed financial statement which was announced by the bank every 3 months in the newspapers circulating in Indonesia as well as the monthly condensed financial statement which was announced through Bank Indonesia's web site. In the case of PT Bank Asiatic, the main problem that happened was the giving of fictious credit as well as the purchase of the fictious commercial papers that caused the bank to experience huge loss because of the admission of provision for earning assets losses on fictions credit and commercial papers. The bank's published financial report was not illustrate the existence of these problems. In general, the CAMEL ratio that was presented in the bank's condensed financial statement for the period of 2001- 2003 was good enough, although there were some debasement of the trend. Several matters that could be known from the financial report were the enhancement of the credit amount untilThe end- of 2003 that was not followed by the increasing of interest income proportionally. Moreover, the incremental of bank's commercial papers especially in the category of trading and available for sale was not well balanced by the improvement in the profit that was obtained by the bank from the commercial papers transaction, as reflected from the unrealized profit from the commercial papers which only showed very small enhancement. The profitability ratios of the bank also did not show the proportional improvement related to the increasing of the bank's earning asset. This could be assumed that non performing assets of this bank especially in the form of credit and the commercial papers has also increased. This situation gave the conclusion that to develop a healthy banking system which could support the continuous of economics development, the role of Bank Indonesia as the authority of the banking supervision should be supported by the cooperation of all related parties, such as Bapepam as the authority of the money market supervision, as recently there are many banks have many transactions using money market instruments. Moreover the coordination with several other parties also must be improved such as with Tax Regulator and Immigration. This was often related to the tax evasion in a bank as well as the need of the improvement in the effectiveness of travel ban against the perpetrators of the crime in the banking field. Furthermore, the resolution related to the problem that happened in the PT Bank Asiatic must be carried out completely in order to maintain the people's trust to the banking institution in Indonesia and, as well as, to prevent the same problem to be re-occurred and to remind bankers to be more careful and always doing business by gripping on the prudential principles and the current regulations.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2007
T19728
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lyza Raessy Zainuddin
Abstrak :
Untuk dapat memperoleh gambaran yang tepat tentang perkembangan perusahaan, kita perlu mengetahui kondisi bisnis yang dijalankan perusahaan dalam beradaptasi terhadap lingkungan usaha yang selalu berubah. Laporan keuangan yang merupakan ringkasan dari kegiatan ekonomi yang dijalankan suatu perusahaan dapat mencerminkan kondisi perusahaan itu. Maka perlu dilakukan penilaian kinerja keuangan terhadap kondisi perusahaan. Dalam hal ini untuk menjadi salah satu bank terkernuka dapat kita kaji melalui pencapaian asset Bank Niaga. Penelitian yang diiakukan berdasarkan laporan keuangan, bertujuan untuk melihat kinerja keuangan. Penilaian kinerja keuangan perusahaan merupakan usaha untuk mengukur efektifitas dan efisiensi kegiatan keuangan perusahaan selama periode tertentu, dimana kinerja keuangan sangat mempengaruhi visi dan mini yang hendak dicapai. Hasil penilaian kinerja perusahaan bermanfaat bagi pihak-pihak seperti, pemegang saham, kreditur, direksi atau manajemen dalam perusahaan. Kriteria yang dipakai dalam melakukan penilaian kinerja keuangan perusahaan berbeda-beda didasari tujuan dan kepentingan pihak-pihak terkait. Untuk dapat meningkatkan nilai perusahaan, manajemen hares mampu mengeloia sumber-sumber daya yang dimiliki perusahaan secara efektif dan efisien. Tetapi apakah pemegang saham memiliki suatu alas ukur yang tepat bagi kinerja manajemen yang telah dipilihnya, masih menjadi pertanyaan bagi pemegang saham. Terdapat berbagai cara mengukur kinerja sebuah perusahaan yang sudah dikenal seperti Return on Equity (ROE) dan Return on asset (ROA). ROE merupakan salah satu pengukur kinerja yang telah lama digunakan. ROE merupakan rasio antara laba bersih perusahaan dengan ekuitas yang dimilikinya, sen}akin tinggi ROE semakin besar keuntungan yang dihasilkan oleh perusahaan terhadap setiap ekuitas yang dimiliki. Tetapi ROE memiliki kelemahan-kelemahan yang mcnyebabkan ROE tidak dapat mengukur kinerja perusahaan secara akurat. Sumber utania dari kelemahan tersebut berasal dari distorsi yang disebabkan oleh standar akuntansi yang dapat digunakan dalam pembuatan laporan keuangan perusahaan. Dikeiahui bahwa keunggulan dari ROE adalah dalam kemudahan perhitungannya. Tetapi kemudahan tersebut tidak dapat menutupi kekurangannya, yaitu adanya distorsi akuntansi yang menyebabkan kinerja perusahaan tidak dapat diukur secara akurat. Selain ilu ROE tidak memasukkan biaya kapital dalam perhitungannya. ROE juga tidak dapat langsung diperbandingkan antar perusahaan karena ada kemungkinan penggunaan metoda pencatatan yang berbeda dalam laporan keuangan perusahaan. ROE tidak dianjurkan digunakan dalam nenilai kinerja perusahaan publik di Indonesia. Selain terdistorsi oleh prinsip akuntansi disinyalir banyak window dressing yang dilakukan manajemen yang dilakukan oleh inanajetnen sehingga laporan keuangan perusahaan menjadi terlihat baik. Pada perkembangannya muncul berbagai ide dan upaya mencari metoda lain yang melihat sudut pandang yang berbeda dalam pengukuran kinerja perusahaan baik kualitatif maupun kuantitatif. Pada tahun 1980-an, Stern Stewart & Co., perusahaan konsultan yang didirikan pada tahun 1982, mengusulkan satu jenis metoda dari konsep barn ini, yaitu Economic Value Added (EVA). Konsep penilaian kinerja tersebut dimaksud untuk memperbaiki kelemahan pada metoda penilaian kinerja. Konsep EVA sederhana yaitu suatu perusahaan dikatakan dapat meningkatkan kekayaan peniegang sahamnya bila tingkat pengcmbaliannya lebih besar daripada biaya kapitainya. Cara menghitung EVA adalah dengan mengurangkan laba operasional bersih setelah pajaklnet operating profs after tar atau biaya disebut dengan NOPAT dengan biaya modal/cost of capital_ Biaya modal adalah tingkat pengembalian yang diharapkan oleh penyedia modal jika modal tersebut diinvestasikan ditempat lain dengan resiko sebanding. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana kinerja keuangan perusahaan berdasarkan analisis dengan menggunakan penghitungan metode EVA_ Disamping itu juga penelitian bertujuan untuk mengetahui seberapa besar nilai tambah yang telah diciptakan old] manajemen PT. Bank Niaga, TBK dalam periode 2001-2005 dengan menggunakan konsep EVA sehingga hasil penilaian kinerja keuangan dapat mencerminkan nilai yang sebenarnya dari perusahaan. Dalam penelitian ini, data diperoleh dengan menggunakan metode kepustakaan (librwy research) dengan menganalisis laporan keuangan perusahaan yang listing di BEJ dan laporan keuangan tersebut telah diaudit. Penelitian ini dilakukan berdasarkan studi literatur yang didapat daii jurnal jurnal penelitian, buku referensi, artikel dan beberapa data dari website di internat. Selanjutnya dilakukan penghitungan EVA dengan beberapa penyesuaian terhadap angka akuntansi dalam laporan keuangan. Penghitungan akan dimulai dengan mencari NOPAT, biaya modal dan nilai akhir EVA. Setelah melakukan penghitungan EVA langkah selanjutnya yaitu mengadakan analisis yang menjelaskan nilai EVA pada periode tersebut. Sumber data tersebut dapat mengukur kinerja manajemen PT. Bank Niaga, TBK dengan melihat ada tidaknya nilai tambah yang diciptakan bagi perusahaan selama periode penelitian. Dari Penelitian, didapatkan hasil bahwa nilai EVA cenderung memiliki nilai yang positif selama tahun penelitian (2001-2005). Pada tahun 2002, sempat mengalami penurunan nilai EVA tetapi tidak mencapai angka negatif. Penurunan ini disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain: kenaikan capital charge yang banyak dipengaruhi oleh komponen biaya modal atas ekuitas dan tingginya suku bungs sertifikat Bank Indonesia. Pada tahun 2003, terjadi penciptaan nilai tambah yang cukup signifikan, mencapi 100 %. Pada Tahun 2004 nilai EVA tetap positif, terdapat penurunan NOPAT dan penurunan capital charge dibandingkan dengan tahun sebelumnya dan adanya peningkatan modal, Tahun 2005 penciptaan nilai EVA tetap positif dimana pada taliun ini peningkatan jumlab modal cukup tinggi dan dapat dikatakan nilai pencapaian modal yang lertinggi selama periode penelitian (2001-2005). Dari hasil analisis diketahui bahwa nilai EVA yang dihasilkan dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor external yang diluar kendali manajemen, seperti misalnya meningkatnya suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI rate), Sehubungan dengan itu maka disarankan agar hal-hal yang berada di bawah kendali langsung inenajemen khususnya yang dapat meningkatkan NOPAT lebih mendapat perhatian. Hal tersebut dapat diupayakan dengan cara meningkatkan pendapatan-pendapatan lainnya seperti meningkatkan fee based income (charges) yang dibebankan kepada nasabah. Hal lain yang harus diperhatikan adalah proporsi ekuitas perlu diturunkan, sehingga bersamaan dengan biaya modal atas ekuitas yang terus menurun sejak tahun 2002 sampai dengan 2005, dapat mendukung penurunan WACC dan capital charge inenjadi lebih efektif. Selama kurun waktu periode penelitian dari tahun 2001 sampai dengan 2005, biaya modal atas ekuitas sempat mengalami peningkatan pada tahun 2001 ke tahun 2002, tetapi pada tahun 2002 sampai dengan tahun 2005 biaya modal atas ekuitas terus mengalami penurunan nilai. Atas beberapa pertimbangan tersebut diatas diharapkan nilai EVA perusahaan dapat terus meningkat kedepannya, sehingga peifarmance kinerja keuangan PT. Bank Niaga, Tbk selalu semakin baik tiap tahunnya.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
T19780
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fatahillah Muhammad Kanam
Abstrak :
Dan sisi yuridis, penyaluran BLBI bukan merupakan kebijakan yang "baru" dan secara mendadak diciptakan. Kebijakan itu telah dilakukan jauh sebelum terjadinya krisis moneter dan memiliki landasan hukum Bank Indonesia yang lama yaitu Undang-undang No. 13 tahun 1968 tentang Bank Sentral dan Undang-undang No. 7 tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang No. 10 tahun 1998. Pasal 32 ayat (3) UU No. 13 tahun 1998 menyebutkan "Bank dapat pula memberikan kredit likuiditas kepada bank-bank untuk mengatasi kesulitan likuiditas dalam keadaan darurat" sedangkan pasal 37 ayat (2) bumf b UU No. 7 tahun 1992 menegaskan "Dalam hal suatu bank mengalami kesulitan likuiditas yang membahayakan kelangsungan usahanya, maim BI dapat mengambil tindakan lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.". Dalam pelaksanaannya, penyaluran BLBI yang meneapai Rp 144,54 triliun itu dapat dikategorikan dalam beberapa kebijakan. Pertama, BLBI yang ditujukan untuk mengatasi kesulitan likuditas bank yaitu saldo debet, SBPUK dan fasilitas diskonto (Rp 129,40 triliun). Kedua, dalam rangka pembayaran seluruh sisa dana masyarakat pada 16 Bank Dalam Likuidasi dan Bank Baku Operasi (Rp 6,015 trilyun). Ketiga, BLBI berupa dana talangan untuk pembayaran tunggakan trade finance kepada kreditur luar negeri (Rp 9,13 triliun). Untuk kategori pertama, dilakukan berdasarkan kebijakan Pemerintah tidak memberlakukan stop kliring, sedangkan kategori kedua dan ketiga, berdasarkan kebijakan penjaminan Pemerintah balk dalam blanket guaranty (Keppres No. 26 tahun 1998) maupun penjaminan luar negeri (Keppres No. 120 tahun 1998). Yang menjadi pokok permasalahan adalah : 1. Apakah yang menjadi landasan hukum pemberian BLBI oleh Bank Indonesia? 2. Bagaimanakah dan proses upaya penyelesaian kebijakan pemberian BLBI di Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN)? 3. Bagaimanakah pembagian beban pemberian kebijakan BLBI antara Pemerintah dan Bank Indonesia? Tujuan penulisan dari tesis ini yaitu : 1. Untuk mengetahui Landasan hukum pemberian BLBI oleh Bank Indonesia. 2. Untuk mengetahui bagaimana proses penyelesaian BLBI di BPPN. 3. Untuk mengetahui bagaimanakah pembagian beban BLBI antara pemerintah dan Bank Indonesia.
Depok: Universitas Indonesia, 2003
T19875
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6   >>