Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ryan Muhammad Fahd
"Tesis ini membahas sejauh mana penerimaan PBB dan negara terhadap norma pelarangan pre-emptif sistem senjata otonom atau Autonomous Weapon Systems (AWS) yang diusung oleh organisasi Campaign to Stop Killer Robots selaku norm entrepreneur utama. Norma pelarangan pre-emptif bertujuan untuk menciptakan ketentuan hukum yang melarang pengembangan, produksi, dan penggunaan AWS sebelum teknologi tersebut tercipta. Karya ini menggunakan metode penelitian yang beriorientasi pada pemahaman (Verstehen) dan bukan pengujian hipotesis. Karya ini akan terlebih dahulu mendeskripsikan fenomena, kemudian merepresentasikannya sesuai dengan kerangka analisis, dan menganalisisnya juga sesuai dengan kerangka analisis. Tesis ini menggunakan data sekunder berupa berita, terbitan pemerintah, laporan organisasi masyarakat sipil, studi, video, dan podcast. Tesis ini menggunakan tiga landasan konseptual: Teori Pengendalian Senjata, Tipologi NGO, dan Teori Dinamika Norma. Teori Pengendalian Senjata penulis pergunakan untuk menjelaskan sifat pelarangan pre-emptif AWS yang sulit dicapai karena sangat membatasi kedaulatan negara. Tipologi NGO penulis pergunakan untuk menjelaskan struktur organisasi Campaign to Stop Killer Robots dan strategi yang dipergunakan untuk memajukan norma. Teori Dinamika Norma penulis pergunakan untuk memetakan penerimaan norma oleh PBB dan negara. Tesis ini menemukan bahwa PBB dan negara hanya menerima norma pelarangan pre-emptif AWS secara parsial. Parsial karena sudah ada pembahasan secara substantif namun belum ada regulasi yang mengikat.

This thesis examines the degree of acceptance of Autonomous Weapon Systems (AWS) pre-emptive ban norm which propagated by an NGO called Campaign to Stop Killer Robots. The pre-emptive ban norm aims to create a legal instrument that prohibits the development, production, and usage of AWS before the said technology come into existence. The work attempts to “understand” (Verstehen) the phenomenon, as opposed to hypothesis-testing type of work. The present work will begin by describing the phenomenon, and proceed to represent or frame the phenomenon as required by the analytical framework, and subsequently interpret the findings with the analytical franeworks This thesis utilises secondary data: news, government publications, studies, NGO publications, video, and podcast. The present work utilises three core analytical frameworks: Arms Control Theory, Typology of NGO, and Norm Dynamics Theory. Arms Control Theory is utilised to examine the difficulty of AWS pre-emptive ban attempt. Typology of NGO is utilised to explain the structure and the role of Campaign to Stop Killer Robots. Norm Dynamics Theory is utilised to explain the degree of acceptance of the said norm by the UN and states. This thesis concludes that the said norm is only partially accepted by both the UN and states. „Partially‟ because substantial discussions concerning AWS are already present, yet there still is not any regulation that prohibit AWS as intended."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizka Iswara
"Perang tidak pernah menunjukkan wajah yang sama disetiap perang. Jika dahulu manusia berperang menggunakan batu, sekarang manusia berperang menggunakan teknologi. Manusia telah memasuki era gelombang ketiga dimana peranan teknologi sudah tidak bisa lepas dari peradaban manusia. Teknologi-teknologi yang dilengkapi dengan kecerdasan buatan dan dapat bertindak tanpa bantuan manusia (Sistem Senjata Otonom) kini hadir dan telah terjun langsung di medan perang dan memberikan ketakutan yang luar biasa bagi beberapa pihak dan juga menjadi sebuah senyuman bagi pihak lainnya karena merasa bahwa ini merupakan sebuah mahakarya yang dapat melindungi dan menyelamatkan nyawa. Pemanfaatan ilmu pengetahuan dalam wujud penciptaan sistem senjata otonom ini kemudian diuji dengan etika dan moralitas dalam berperang. Pro dan kontra kerap terjadi dengan mengacu pada keraguan apakah sistem seperti ini dapat tunduk pada kaidah-kaidah yang hidup dan berlaku. Apakah hadirnya teknologi otonom seperti ini membawa manusia kedalam pertempuran yang lebih manusiawi atau malah semakin sadis? Pengaturan terkait hadirnya teknologi ini juga terlihat statis sehingg membuat banyak pihak semakin mempertanyakan keabsahan teknologi ini. Penelitian ini dilakukan secara normatif dengan mengkaji sistem senjata otonom berdasarkan hukum humaniter.

War never shows the same face in every war. If in the past humans carried out executions using stones, now humans carry out executions using technology. Humans have entered the third wave era where the role of technology cannot be separated from human civilization. Technologies that are equipped with artificial intelligence and can act without human assistance (Autonomous Weapon Systems) are now present and have plunged directly into the battlefield and have given great fear to some parties and also become a smile for others because they feel that this is a masterpiece that can protect and save lives. The use of science in the form of making an autonomous weapon system is then tested with ethics and morality in a sense of anxiety. Pros and cons often occur with reference to doubts whether a system like this can be subject to living and valid rules. Does the presence of autonomous technology like this bring humans into battles that are more humane or even more sadistic? Arrangements related to the presence of this technology also look static, so that many parties are increasingly modifying the validity of this technology. This research was conducted normatively by examining autonomous weapons systems based on humanitarian law."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library