Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 42 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Mohammad Anas
Abstrak :
Populasi penyandang autis di berbagai belahan dunia dalam beberapa dekade ini menunjukkan peningkatan yang sangat tajam, tak luput di Indonesia juga mengalami peningkatan yang sama. Dampak dari kehadiran penyandang autis ini dirasakan oleh keluarga, di satu sisi keluarga harus menghadapi tantangan global yang semakin menekannya di sisi lain keluarga yang memiliki anak autis harus mempersiapkan anak tersebut agar dapat mandiri pada jamannya kelak. Oleh karena itu mau tidak mau keluarga harus membekali mereka dengan pendidikan yang cukup sejak dini. Dengan semakin meningkatnya jumlah penyandang autis pada masa mendatang mau tidak mau lembaga pendidikan akan terkena dampaknya. Namun tidak semua lembaga pendidikan mau menerima penyandang autis untuk dapat mengenyam pendidikan di lembaganya, menerima penyandang autis berarti menanggung suatu resiko. Dengan kondisi demikian inilah dilakukan penelitian dengan mempertanyakan bagaimana adaptasi penyandang autis di lingkungan sekolah. Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Permata Harapan Jakarta Timur dan Sekolah Dasar Negeri Tebet Timur 11 Pagi Jakarta Selatan. Penelitian ini bermaksud untuk memperoleh gambaran mengenai pola adaptasi penyandang yang dilihat pada kemampuan interaksi, kemampuan bahasa, perilaku khas dan kemampuan akademik serta peran guru maupun orang tua Penelitian ini bersifat kualitatif dengan pendekatan studi kasus yang menfokuskan pada 3 penyandang autis yang memiliki gangguan penyerta yang berbeda. Sedangkan jenis penelitian yang dipakai adalah explorasi, pengumpulan data dengan menggunakan teknik wawancara dan observasi. Informan dalam penelitian ini adalah sebanyak 11 orang, yang terdiri dari 3 ibu dari penyandang autis dan 8 orang guru. Teknik pemilihan informan yang digunakan adalah purposive (non probability), yakni atas dasar penilaian bahwa informan tersebut mengetahui dan terkait dengan permasalahan yang sedang dikaji. Untuk menganalisa pola adaptasi penyandang autis di sekolah pada penelitian ini menggunakan teori Merton yaitu pola-pola adaptasi individu dalam situasi tertentu. Hasil penelitian di lapangan menunjukkan terdapat dua pola adaptasi, yang pertama berbentuk conformity pada kedua kasus dan yang kedua berbentuk retreatisme pada satu kasus. Pala adaptasi conformity pada kedua kasus tidaklah terlepas dari perhatian dan bimbingan guru maupun orang tua sejak dini dan terus menerus. Sedangkan pola adaptasi retreatisme pada satu kasus tidaklah terlepas dari menurunnya perhatian orang tua dan pendekatan guru yang kurang tepat. Dari hasil penelitian telah muncul beberapa saran baik kepada guru maupun orang tua. Guru perlu mengupayakan sarana belajar yang efektif sesuai dengan karakteristik penyandang autis, guru perlu mencatat kebutuhan khusus penyandang autis, guru perlu merubah pendekatan yang selama ini belum tepat atau mengikuti pelatihan tentang penanganan anak autis. Sedangkan saran kepada orang tua perlu bekerjasama dengan guru untuk memantau perkembangan penyandang autis.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
T639
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Intan Nurma Yulita
Abstrak :
ABSTRAK
Kurangnya melatonin pada anak-anak dengan Autisme menyebabkan mereka sulit tidur dibandingkan dengan anak-anak lain. Akibatnya, masalah gangguan tidur ini meningkatkan perilaku menyimpang anak-anak dengan autisme. Polisomnografi menjadi salah satu alternatif yang dapat dilakukan untuk mendiagnosis gangguan tidur mereka. Untuk mengatasi masalah ini, kami mengembangkan sistem yang dapat secara otomatis mengklasifikasikan tahap tidur. Penelitian ini juga mengusulkan metode baru untuk klasifikasi tahap tidur, yang disebut metode FastConvolutional. Metode yang diusulkan dievaluasi terhadapdataset yang dikumpulkan di Rumah Sakit Mitra Keluarga Kemayoran, Indonesia. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, FastConvolutional memiliki kinerja terbaik dibandingkan dengan semua classifier untuk dataset Autisme. F-measure -nya adalah 51,33 . Metode FastConvolutional bekerja dengan baik pada dataset yang diuji. Metode ini mencapai hasil dengan F-measure yang tinggi dan running time yang efisien. Dengan demikian, metode ini dapat menjadi classifier yang menjanjikan untuk klasifikasi tahap tidur.
ABSTRACT
A lack of the melatonin in children with Autism causes them difficult to sleep compared with other children. As a result, the sleep disorder increases the deviant behavior of children with Autism. Polysomnography becomes one of the alternatives that can be done to diagnose their sleep disorders. To overcome this problem, we developed a system that can automatically classify sleep stages. This study also proposes a new method for sleep stage classification, called the FastConvolutional method. The proposed method was evaluated against a sleep datasets that were collected in Mitra Keluarga Kemayoran. Based on research that has been done, the FastConvolutional had the best performance compared to all the classifier for Autism dataset. Its F-measure was 51.33 . The FastConvolutional method worked well on the tested datasets. It achieved a high F-measure result and an efficient running time. Thus, it can be considered a promising tool for sleep stage classification.
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2018
D2489
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gemala Khalida Rakhmasari Putri
Abstrak :
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara caregiver strain dan psychological well-being pada ibu sebagai caregiver dari anak dengan autism spectrum disorder. Penelitian dilakukan pada 37 orang ibu yang menjadi caregiver dan berdomisili di daerah Jabodetabek. Caregiver strain diukur dengan menggunakan alat ukur the modified caregiver strain index (Thornton dan Travis, 2003) dan psychological well-being diukur dengan menggunakan Ryff's psychological well-being scale (Ryff, 1995). Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan negatif yang signifikan antara caregiver strain dan psychological well-being (r = -0,412; p= 0,011, signifikan pada L.o.S 0,05). Untuk penelitian selanjutnya dilakukan kontrol terhadap usia caregiver dan carerecipient sehingga hasil penelitian tidak terlalu beragam.
This study aims to find the correlation between caregiver strain and psychological well-being among mothers as caregivers of autism spectrum disorder children. The participant of this study were 37 mothers as caregiver of autism spectrum disorder children and lived in Jabodetabek. Caregiver strain was measured using the modified caregiver strain index (Thornton and Travis, 2003) and psychological well-being was measured using Ryff's psychological wellbeing scale (Ryff, 1995). The result of this study showed that there is a significant negative relationship between caregiver strain and psychological well-being (r = -0,412; p = 0,011, significant at L.o.S 0,05). Futher study should be conducted to control caregiver’s and care-recipient's age so the results are not too diverse.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
S46635
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irin Oktafiani
Abstrak :
ABSTRAK
Skripsi ini menjelaskan mengenai pola pengasuhan dua anak laki-laki bergejalaautis dalam keluarga Batak. Perasaan sayang yang dirasakan oleh orangtua kemudian terbentuk menjadi perilaku dalam pengasuhan anak mereka. Walaupun lahir dengan keadaan berbeda, anak laki-laki bergejala autis tetap diasuh seperti anak normal lainnya dalam rangka mempertahankan nilai budaya dalam masyarakat Batak. Pengumpulan data dilakukan dengan cara in-depth interview dan pengamatan untuk mendapatkan data yang menjelaskan keterkaitan pengasuhan dua keluarga dengan anak laki-laki bergejala autis, terhadap nilai budaya masyarakat Batak, yaitu hamoraon, hagabeon, dan hasangapon.
ABSTRACT
This thesis explains about upbringing patterns of two male child with autism symptoms in Batak’s family. The love felt by the parents then, becomes into behaviors to raise their children. Although born in different being like others, but these male child with autism symptoms still treated like normal children to keep the Bataknese cultural values. Datas collected by in-depth interview and observation way to explain about the connection between the upbringings of two families of boys with autism symptoms towards Bataknese cultural values of hamoraon, hagabeon, and hasangapon.
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
S57534
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rozala Ria
Abstrak :
Penelitian ini membahas tentang hubungan antara family functioning dan psychological well-being ibu dari anak autis usia kanak-kanak menengah. Metode penelitian yang digunakan adalah metode lapor diri (self-report). Lima puluh satu orang ibu yang memiliki anak autis usia 6-12 tahun mengisi dengan lengkap kuesioner family functioning dan psychological well-being. Pengukuran family functioning dilakukan dengan menggunakan modifikasi alat ukur Family Assessment Device (FAD) yang dikembangkan Epstein, Bishop dan Levin (1976) dan untuk mengukur psychological well-being menggunakan modifikasi alat ukur Psychological Well-being Scale yang dikembangkan oleh Ryff (1989). Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat hubungan positif yang signifikan antara family functioning dengan psychological well-being pada ibu dari anak autis (r = 0.756 ; p = 0.000, signifikan pada L.o.S 0.01). Artinya, semakin efektif keberfungsian keluarga berdasarkan persepsi ibu, maka semakin tinggi psychological well-being individu, dan sebaliknya. Hal ini sesuai dengan pendapat King, King, Rosenbaun & Goffin (1999) bahwa family functioning sebagai salah satu faktor sosial-ekologis merupakan prediktor yang signifikan pada psychological well-being orang tua dengan anak autis.
This study discusses the relationship between family functioning and psychological well-being of mothers of autistic children in middle childhood. Fifty one mothers who have autistic children with age 6-12 years, complete the family functioning and psychological well-being questionnaires. Family functioning was measured by using a modification of the Family Assessment Device (FAD) instrument developed by Epstein, Bishop, and Levin (1976) and to measure the psychological well-being using a modified Psychological Well-being Scale developed by Ryff (1989). The results of this study indicate there is a significant positive relationship between family functioning with psychological well-being of mothers of autistic children (r = 0756; p = 0.000, significant at the LoS 0.01). Therefore, the more effective functioning of the family, the higher psychological well-being of individuals. This is in accordance with the opinion of King, King, Rosenbaun & Goffin (1999) that the family functioning as a social-ecological factors are significant predictors of psychological well-being of parents with autistic children.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Wahyu Septiono
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2010
S26620
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Seroussi, Karyn
Abstrak :
When their nineteen-month-old son, Miles, was diagnosed with autism, Karyn Seroussi, a writer, and her husband, a scientist, fought back with the only weapons at their disposal: love and research. Consulting medical papers, surfacing the Web, and networking with other parents, they traced the onset of their child's problems to an immune system breakdown that coincided with his vaccinations. As a result, his digestive system was unable to break down certain proteins, which in turn led to abnormal brain development. So Karyn and her husband got to work -- Karyn implementing their program at home while her husband tested his theories at the scientific lab where he worked. Unraveling the Mystery of Autism and Pervasive Developmental Disorder is an inspiring and suspenseful chronicle of how one couple empowered themselves to challenge the medical establishment that promised no hope -- and found a cure for their child. Here are the explanations and treatments they so carefully researched and discovered, a wealth of crucial tools and hands-on information that can help other parents reverse the effects of autism and PDD, including step-by-step instructions for the removal of dairy and gluten from the diet, special recipes, and an explanation of the roles of the key players in autism research.
New York: Simon & Schuste, 2000
618.928 SER u
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Danar Tri Kusuma Ramdani
Abstrak :
Berbagai literatur mengemukakan bahwa joint attention merupakan defisit yang khas dialami anak dengan autism spectrum disorders (ASD). Joint attention merupakan dasar utama dari perkembangan sosial-komunikasi anak, dan anak dengan ASD umumnya mengalami masalah dalam hal ini (Volkmar, 2007). Pivotal response training (PRT) merupakan salah satu bentuk intervensi yang dapat diterapkan untuk membantu anak dengan ASD meningkatkan kemampuan joint attention. Penelitian ini menggunakan desain single-subject untuk melihat apakah penerapan PRT secara efektif dapat meningkatkan kemampuan joint attention pada anak dengan ASD. Penerapan teknik PRT akan dilakukan oleh ibu. Hasil menunjukkan bahwa terdapat peningkatan perilaku joint attention setelah diterapkannya intervensi PRT oleh ibu.
Various literatures have been explaining that joint attention deficiency is unique to children with autism spectrum disorders (ASD). Joint attention is the main fundamental for social-communication development of children, and children with ASD usually have problem with this skill (Volkmar, 2007). Pivotal response training (PRT) is one of the interventions that can be used to increase joint attention skill. This current study used single-subject design to find whether PRT is effective to increase joint attention skill for child with ASD. PRT intervention is used by the mother. Results indicated the increase of joint attention after PRT intervention have been used.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
T32955
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Autisma adalah salah sam gangguan yang dialami dalam masa perkembangan anak. Islilah ‘autisme’, baru dikenal di Indonesia secara luas semenj ak tahun 1995-an, dan beberapa tahun terakhir merupakan suatu istilah atau fenomena yang cukup rnembuat khawatir kebanyakan orang tua. Belakangan ini jumlah anak yang dicliagnosa menyandang autisma semakin bertambah banyak seiring dengan meningkatnya faklor pemicu munculnya gangguan ini seperti faktor lingkungan (termasuk polusi udara) dan pola hidup. Menurut catatan pakar autis, di Amerika Serikat jumlah penyandang autis meningkat tajam dari tahun ke tahun bila dibandingkan dengan kelahiran normal. Pada tahun 1987 dikatakan I diantara 5000 anak menunjukkan gejala autisme maka I0 tahun kemudian tercatat l diantara 500 kelahiran. Bahkan pada 3 tahun terakhir meningkat menjadi l dari |50 kelahiran dan pada tahun 2001 jumlah ini meningkat menjadi 1 dalam 100 kelahiran. Jumlah p enyandang autis di Indonesia kurang diketahui secara pasti tetapi di iperkirakan tidakjauh Dari perbandingan di Amerika tersebut Banyak masyarakat yang belum memahanli istilah autis ini secara luas dan seringkali terjadi salah pengertian terhadap istilah ini. Perasaan bersalah, stres dan menghukurn diri sendiri sering terjadi pada orang ma yang anaknya didiagnosa sebagai penyandang autisme ini karena belum memahami benar apa sebenamya autisma ini. Sebagai suatu gangguan perkembangan yang baru dikenal luas masyarakat, pemahaman terhadap istilah autisma sering kurang tepat. Bahkan para p rofcsional yang menangani anak yang mengalami gangguan perkembangan pun kadang masih mengalami kesulitan dalam rnendiagnosa seorang anak yang menunjukkan ciri-ciri autisme, sehingga orangtua harus mendatangi beberapa orang ahli sampai mendapatkan kesimpulan bahwa anaknya ternyata menyandang gangguan autisme. Terkadang suatu gejala sudah dianggap menunjukkan kelainan tenentu dan penangananya hanya untuk mengatasi keterlambatan yang ada tanpa melihat faktor lain yang mungkin menjadi penyebabnya. Seorang anak yang menunjulckan gejala yang hampir sama dapat menghasilkan diagnosa yang berbeda. Seorang anak yang menyandang autisma ini akan mengalami masalah, terutarna saat memasuki usia sekolah. Mereka sulit mengikuti kegiatan di sekolah umum biasa karena liclak clapat mengikuti instruksi yang diberikan oleh guru, berperilaku seenaknya dan dianggap mengganggu tata trtib sekolah. Gejala autisma sudah bisa terlihat dalam 30 bulan pertama kehidupan seorang anak. Jadi sebelum mereka berusia 3 tahun, gangguan autisma ini sudah bisa dideteksi bahkan sebagian dari mereka sudah menunjukkan gejala semenjak lahir, namun seringkali luput dari perhatian orangluanya (Sutadi, 1997). Beberapa ahli masih memperdebatkan pengklasifnkasian autisme ini, namun mereka sepakat dengan istilah Autistic Spectrum Disorder (ASD) atau ganggguan dengan spektrum autistik. Gejala autistik muncul dalam berbagai tingkatan dari yang ringan sampai yang berat dan tampak Iebih sebagai spektrum karena ternyata ditemukan anak yang tidak hanya menampakkan gejala autis melainkan juga anak dengan gangguan mmbuh kembang. Seperti anak yang rnengalami gangguan dalam perkembangan bahasa tetapi memiliki keterampilan motorik yang relatif baik sehingga istilah autis yang dikenal luas di masyarakat tidak h anya d itujukan p ada anak yang menyandang autis mumi. 2 Gangguan autisme ini diklasifikasikan dalam beberapa tingkatan dar] yang ringan hingga gangguan yang berat. Pengklasifikasian ini dapat dilakukan dengan menggunakan ‘alat’ antara lain dengan CARS ( Childhood Autism Rating Scale- bisa dipergunakan unluk mendiagnosa anak yang berusia 3 tahun keatas) dan GARS (Gilliam Autism Rating Scale- dapat dipakai untuk mendiagnosa penyandang autis berusia 3-22 tahun). Aspek-aspek yang diungkap dalam CARS dan GARS secara garis besar adalah sama. Perbedaannya keduanya adalah CARS masih menggunakan pengertian dari DSM- III dan cenderung mendiagnosa autis seorang anak yang memiliki keterampilan verbal yang minim, begitu juga terhadap anak yang memiliki keterbelakangan mental. Sedangkan GARS dibuat berdasarkan DSM-IV yang memuat kriteria diagnosa autis yang lebih rinci. Dalam studi ini peneliti mencoba untuk menyempurnakan instrumen berupa cheklist sebagai pedoman anamnesa dan observasi yang dapat sekaligus member-ikan gambaran kemajuan seorang anak penyandang autis sejak awal diagnosa sampai saat/setelah ia menjalani terapi. Dalam hal ini peneliti akan menggunakan cheklist GARS, dengan m enambahkan sejumlah aspek-aspek pertanyaan dalam anamnesa dan observasi yang belum terdapat dalam GARS sebagai pelengkap. Cheklist yang baru ini diberi nama GARS Plus. Cheklist ini diharapkan dapat memudahkan pembuatan diagnosis dalam wakm yang relatif singkat dan terutama ditujukan untuk panyandang autis yang berusia dibawah 5 tahun. Pemakaian terutama untuk usia balita, agar anak dapat didiagnosa secara tepat semenjak dini karena pada usia balita terjadi perkembangan otak yang pesat. Anak dapat diberi stimulasi untuk meningkatkan kemampuannya dan mengurangi dampak dari gangguan ini. Sampel penelitian pada penelitian ini adalah para orangtua dari 5 orang anak penyandang autis yang sedang menjalani terapi di sebuah klinik. Sampel ini dipilih dengan menggunakan teknik incidental sampling, artinya hanya terbatas pada orang tua yang bersedia ikut sebagai sampel. Hasil diagnosis anak (penyandang) autis yang sudah ada akan di cross-check dengan inslrurnen GARS plus, untuk melihat apakah hasil yang didapat tetap konsisten.
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2003
T37955
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dessy Ilsanti Sjarif
Abstrak :
Menjadi orangtua bagi anak merupakan tantangan yang sangat besar, yang menciptakan respon emosional dan butuh penyesuaian. Menjadi orangtua dari anak ASD membutuhkan perhatian lebih terhadap sikap sendiri, harapan, rasa takut dan harapan. Ketika orangtua merasa yakin atau percaya diri pada kemampuan mereka menjadi orangtua, mereka cenderung akan mempraktekkan pengasuhan yang lebih efektif, yang akan membantu perkembangan positif bagi anaknya. Metode penelitian merupakan deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Tiga orang ibu yang memiliki anak ASD usia sekolah menjadi partisipan. Kepada mereka diberikan intervensi dengan pendekatan solution-focused secara perorangan, sebanyak 4 sesi dalam kurun waktu 3 minggu. Setiap sesi dilakukan selama kurang lebih 1 hingga 2 jam. Kuesioner Parental Scale of Confidence digunakan sebagai alat pre-test dan post-test. Berdasarkan penilaian dan pengukuran sebelum dan sesudah intervensi, partisipan menunjukkan keberhasilan mendapatkan solusi dari permasalahan, yang mengakibatkan mengurangnya emosi negatif dan meningkatnya kepercayaan diri dalam mengasuh anak ASD. Penelitian ini membuktikan bahwa intervensi dengan pendekatan solution-focused dapat secara efektif membantu orangtua dalam mengatasi permasalahan yang terkait dengan pengasuhan anak ASD serta memberikan dampak positif pada diri orangtua.
Being a parent for a child has an enormous challenge, which could intrigue emotional response and thus needs an adjustment for the parent. Being the parent of an ASD child needs extra attention to owns's attitude, hope and fear. Once the parent has the confidence regarding his/her capabilities as parent, he/she tends to do a more effective parenting, which could give positive impact for the child's development. This research is a descriptive research which uses qualitative approach. Intervention with solution-focused approach is given individually to three mothers of ASD shool-age child, consist of 4 session with 1 to 2 hours each, within 3 weeks. Parental Scale of Confidence is used as pre-test and post-test. According to the evaluation and the assesment before and after the intervention, the participants successfully find the solution of their problem, which affect in lowering their negative emotion and increasing parents self-confeidence in parenting ASD child. This research has shown that the intervention with solution-focused approach could effectively help parent to overcome the problem regarding parenting issue, and also has positive effect for parent.
Depok: Universitas Indonesia, 2012
T30609
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5   >>