Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 24 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Manopo, Christine
Abstrak :
ABSTRAK
Attachment (kelekatan) yang teijadi antara pengasuh utama dan anak mempengaruhi kehidupan seseorang, terutama kehidupan individu saat berhubungan dengan orang lain (Bowlby, 1982). Perilaku attachment yang berkembang pada masa kanak-kanak akan direfleksikan dalam berbagai bentuk hubungan, termasuk persahabatan (Kerns, Klepac & Cole, 1996). Dalam hal ini, setiap individu akan mengembangkan kategori adult attachment yang berbeda berdasarkan kombinasi tertentu yang terpola dari dimensi avoidance dan dimensi anxiety. Persahabatan sebagai salah satu bentuk hubungan interpersonal yang kualitasnya dipengaruhi pola tersebut di atas tidak luput dari penelitian-penelitian yang berkembang saat ini. Berkualitas atau tidaknya sebuah hubungan persahabatan tergantung bagaimana indikator-indikator dalam hubungan tersebut berfiingsi dengan baik (Mendelson, 2000). Indikator-indikator tersebut terdiri atas 6 dimensi, yaitu stimulating companionship, help, intimacy, reliable alliance, self validation, dan emotional security. Topik ini layak untuk diteliti karena berpengaruh pada aspek kehidupan manusia. Namun, penelitian mengenai topik ini belum banyak dilakukan di Indonesia. Oleh sebab itu peneliti tertarik untuk menyelidiki pengaruh perbedaan karakteristik dimensi-dimensi adult attachment terhadap kualitas persahabatan remaja akhir. Dalam penelitian ini, metode yang digunakan adalah metode korelasional yang bertujuan untuk melihat hubungan yang teijadi antara variabel-variabel penelitian. Tehnik utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa regresi berganda dan korelasi produk momen-Pearson. Disamping itu, penelitian ini juga melakukan uji beda means dengan t test. Adult attachment dimensi avoidance dan dimensi anxiety diukur dengan menggunakan skala ECL yang disusun Brennan et al (1998). Skala ini terdiri atas 18 pemyataan yang berbentuk skala Likert 1-7 yang berfungsi mengukur masing-masing dimensi. Sedangkan untuk kualitas persahabatan, peneliti menggunakan McGill Friendship Questionairre yang disusun Mendelson (2000). Skala ini terdiri atas 6 sub skala berbentuk skala Likert. Skala ini terdiri atas 6 pemyataan untuk masing-masing dimensi yang bertujuan mengukur apakah indikator yang mempengaruhi kualitas persahabatan berfungsi dengan baik. Subyek penelitian ini adalah 162 mahasiswa yang terdapat di Universitas Indonesia dan memasuki tahap remaja akhir (18-22). Hal ini didasarkan pertimbangan bahwa individu yang berada pada tahap ini lebih tenang dan stabil serta lebih berkualitas dibanding sebelumnya (Kems, Klepac & Cole, 1993). Sedangkan tehnik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah incidental sampling. Hasil penelitian menunjukkan adanya korelasi yang signifikan antara dimensi adult attachment avoidance terhadap kualitas persahabatan dimensi stimulating companionship, help, reliable alliance, self validation dan emotional security. Pada hasil tambahan, tidak ditemukan adanya perbedaan antara responden pria dan wanita pada dimensi adult attachment dan kualitas persahabatan. Selain itu, lama hubungan persahabatan mempunyai hubungan yang negatif terhadap kualitas persahabatan. Saran praktis dari penelitian ini adalah seseorang perlu memperhatikan selfmodel sebagai sesuatu yang positif pada saat memandang diri sendiri dalam rangka membentuk hubungan interpersonal dengan orang lain. Saran metodologis dari penelitian ini adalah melakukan variasi karakteristik subyek sehingga basil yang diperoleh lebih beragam. Disamping itu, perlu ditambahkan alat ukur, seperti observasi dan wawancara, sehingga dapat dilakukan validasi silang yang berguna untuk meningkatkan keakuratan suatu pengukuran dan konstruk yang diukur.
2002
S2871
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Greta Lutdmilla Sumarhudoyo
Abstrak :
Kondisi SMU saat-saat ini sangatlah memprihatinkan karena semakin bermunculannya perilaku bullying atau gencet-gencetan pada Pelajar SMU. Perilaku bullying ini terlihat pada saat Masa Orientasi Siswa (MOS) (Ambarwati & Nuryadi, 2003). Perilaku bullying ini tidak hanya membuat cemas para pelajar SMU untuk datang ke sekolah namun juga bagi para orangtua. Hal itu disebabkan oleh adanya dampak yang buruk bagi korban bullying ini. Selain dapat meninggal dunia, kemudian menurunnya nilai pelajaran dan meningkatnya tingkat absen di sekolah, tekanan lain seperti gangguan psikologis juga dapat dialami oleh korban bullying. Lingkungan keluarga merupakan faktor terpenting yang menjadi penyebab terjadinya perilaku bullying. Hubungan yang tidak harmonis antara anak dan orang tua merupakan kelanjutan atau akibat dari adanya attachment yang tidak secure (anxiousavoidant dan anxious-ambivalent). Attachment yang tidak secure membuat anak tidak dapat mengendalikan emosinya dengan baik dan merasa cemas ketika harus berinteraksi dengan orang lain di luar lingkungan keluarga. Selain itu, anak dengan pola attachment yang tidak secure akan mengharapkan adanya konflik dan memiliki pandangan yang negatif apabila berada dalam situasi yang tidak aman. Dengan demikian, pola attachment yang tidak secure akan memunculkan perilaku agresif sehingga menyebabkan terjadinya perilaku anti sosial yang di antaranya adalah perilaku bullying. Pola attachment pada masa anak-anak merupakan pola attachment yang konsisten hingga masa dewasa. Anak yang memiliki pola attachment yang tidak secure pada masa anak-anak juga akan memiliki pola attachment yang tidak secure pada masa remaja dan masa dewasa. Hal itu disebabkan adanya representasi simbolik dari attachment sehingga attachment anak dan orangtua mempengaruhi persepsi anak dalam berhubungan dengan orang lain atau teman. Selain itu, Attachment juga merupakan dasar yang paling penting bagi seseorang dalam menentukan pilihan yang baik untuk diri dan jiwanya. Dalam penelitian ini digunakan dua alat ukur berupa kuesioner, yaitu kuesioner bagian 1 untuk mengukur attachment dan kuesioner bagian 2 untuk mengukur perilaku bullying. Pengambilan sampel dilakukan secara insidental sebanyak 80 orang (34 lakilaki dan 46 perempuan) yang berusia antara 14 tahun hingga 17 tahun. Dari hasil analisis utama penelitian ini ditemukan adanya hubungan antara pola attachment dan intensi untuk melakukan perilaku bullying. Dapat dilihat bahwa remaja dengan pola attachment yang tidak secure memiliki intensi untuk melakukan perilaku bullying aktif daripada remaja dengan pola attachment yang secure. Begitu pula dengan hasil analisis tambahan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara pelajar SMU laki-laki dan pelajar SMU perempuan terhadap perilaku bullying sehingga dapat dikatakan bahwa pelajar SMU lakilaki lebih memiliki intensi untuk melakukan perilaku bullying aktif daripada pelajar SMU perempuan. Dapat dilihat bahwa hasil yang ada sesuai dengan pernyataan Olweus (1993) bahwa lingkungan keluarga merupakan lingkungan terpenting yang menjadi penyebab dari pelaku bullying. Dengan demikian, diharapkan para orangtua mau mengubah pola asuhnya kepada anak, terutama orangtua yang baru memiliki bayi. Dengan dimulainya menjalin attachment yang secure antara anak/bayi dan orangtua diharapkan perilaku bullying dapat dicegah dan berkurang.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2004
S3391
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ulfa Jihan Khusna
Abstrak :
Penelitian ini dilakukan untuk melihat hubungan antara parent attachment dan adaptabilitas karir pada siswa SMA kelas 12. Responden penelitian ini adalah siswa SMA kelas 12 di Jakarta, sebanyak 272 orang. Parent attachment diukur dengan menggunakan alat ukur IPPA-R (Inventory Parent and Peer Attachment Revised) father mother version yang disusun oleh Greenberg dan Armsden (2009). Adaptabilitas karir diukur dengan Skala Adaptabilitas Karir yang disusun oleh Indianti (2015). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif dan signifikan antara parent attachment dengan adaptabilitas karir (r = 0,281, p<0,01). Artinya semakin tinggi parent attachment, maka semakin tinggi adaptabilitas karirnya. Ditemukan pula bahwa attachment pada ibu berkontribusi lebih besar terhadap adaptabilitas karir, dibandingkan dengan attachment ayah. Berdasarkan hasil penelitian ini, penting untuk membangun attchment antara orangtua dengan remaja agar memiliki adaptabiltas karir yang baik. ...... The research aims to get the correlation between parent attachment and career adaptability on 12th grader senior high school students. The participants of this research are the 12th grader senior high school students in Jakarta, amounts 272 students. Parent attachment was measured by measurement tools IPPA-R (Inventory Parent and Peer Attachment Revised) father mother version made by Greenberg and Armsden (2009). On the other hand, career adaptability measured by measurement tools Career Adaptability Scale made by Indianti (2015). The results indicates that there are positive and significant relations between parent attachment and career adaptability (r = 0,281, p<0,01). Which means, the higher amount of parent attachment, the higher career adaptability. Result also showed that mother attachment gives more contributions to career adaptability than father attachment. Based on this results, its important to build attachment betweeen parent and adolescence to have a good career adaptability.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
S63536
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ryan Aditya
Abstrak :
Latar belakang: Teori attachment telah terbukti menjadi suatu dasar dalam mempelajari regulasi emosi dan kesehatan jiwa. Pola attachment yang tidak aman merupakan suatu keadaan yang berisiko dan rentan untuk terjadi gangguan jiwa, sedangkan peningkatan keamanan dalam attachment memberikan dampak perbaikan terhadap psikopatologi yang dimiliki seseorang. Pengenalan terhadap pola attachment ini penting untuk menentukan intervensi yang tepat untuk pasien. Pengenalan ini dapat dilakukan dengan melakukan wawancara psikiatri yang mendalam atau dengan menggunakan kuesioner. Menilai pola attachment menggunakan kuesioner membantu psikiater mengetahui pola attachment pasien lebih cepat. Tujuan: Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan instrumen Relationship Questionnaire RQ versi Bahasa Indonesia serta menguji kesahihan dan keandalan instrumen Relationship Questionnaire dalam Bahasa Indonesia. Metode: Penelitian ini menggunakan disain uji validitas isi dan uji validitas konstruksi. Uji reliabilitas yang dilakukan adalah reliabilitas konsistensi internal dengan mengukur koefisien korelasi dengan nilai Cronbach's ?. Hasil: Koefisian validitas isi instrumen RQ versi Bahasa Indonesia adalah 1.00. Keandalan instrumen Relationship Questionnaire versi Bahasa Indonesia menurut nilai Cronbach's ? untuk keseluruhan butir instrumen adalah 0,577. Nilai Cronbach's ? untuk pola A secure adalah 0,279; untuk pola B preoccupied adalah 0,619, untuk pola C fearful adalah 0,659, dan untuk pola D dismissing adalah 0,615. Simpulan: Instrumen RQ versi Bahasa Indonesia memiliki kesahihan yang baik dan dinilai cukup andal. ...... Background: Attachment theory has proven as one basic to learn emotional regulation and mental health. Insecure attachment styles were risky and vulnerable condition to grow become mental illness, meanwhile attachment security improvement have good healing effect in psychopathology. Detection for someone's attachment styles is important so a psychiatrist can decide which intervention fit the best for the patients. We can know someone's attachment styles through detail psychiatic interview or use an instrument. Using an instrument can help psychiatrist to know the patients'attachment styles faster. Aims: We did this research to get and to evaluate validity and reliability of Relationship Questionnaire in Bahasa Indonesian version. Methods: This research use content validity test and construct validity test to evaluate validity of the questionnaire and use Cronbach's to evaluate the reliability. Results: Construct validity coefisien of the RQ in Bahasa Indonesia version is 1.00. The reliability according to Cronbanch's values for whole item is 0,577 for secure attachment is 0,279 for preoccupied attachment 0,619, for fearful attachment is 0,659, and for dismissing attachment is 0,615. Conclusion: Relationship Questionnaire in Bahasa Indonesia version have good validity dan reliability.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Willy Steven
Abstrak :
Latar Belakang: Penilaian pola kelekatan adalah hal yang penting dalam proses psikoterapi. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan instrumen untuk menilai pola kelekatan, yaitu ECR-R versi Bahasa Indonesia dan melakukan uji validitas dan reliabilitas instrumen tersebut. Penelitian ini dilakukan di Unit Rawat Jalan Psikiatri Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo pada Februari hingga April 2017 N= 360, usia 18 hingga 59 tahun. Uji validitas isi memperoleh koefisien 1,00 yang menunjukkan bahwa seluruh butir pertanyaan dalam instrumen sesuai dengan teori. Uji validitas konstruksi membuktkan bahwa butir-butir pertanyaan dalam instrumen mewakili konstruksi teoritis dan konseptual. Uji reliabilitas dengan penghitungan koefisien Cronbach's Alpha memperoleh hasil 0,887 yang menunjukkan konsistensi internal instrumen adalah baik. Penelitian ini menghasilkan instrumen ECR-R versi Bahasa Indonesia yang sahih dan andal dalam menilai pola kelekatan. ...... Background: Assessment of attachment pattern is important in the process of psychotherapy. This research aimed to obtain a valid and reliable Indonesian version of Experiences in Close Relationships Revised ECR R , an instrument to assess attachment pattern. The study was conducted at a psychiatric outpatient clinic, Cipto Mangunkusumo Hospital, Indonesia on February until April 2017. There were 360 subjects participated in the study, aged between 18 to 59 years. Validity score for ECR R was 1,00. All items in Indonesian version of ECR R were suited the theory of attachment. The construction validity test showed that all items in ECR R represent both theoretical and conceptual construction. Cronbach rsquo s Alpha for ECR R was 0,887 which showed good internal consistency. Therefore, Indonesian version of ECR R is a valid and reliable instrument to assess attachment pattern.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Lasvita
Abstrak :
Penelitian yang dilakukan Beiz dan Fitzgerald (1987) mengemukakan bahwa proses perkembangan karier pada perempuan temyata lebih kompleks dibandingkan dengan proses yang terjadi pada laki-laki. Beberapa faktor yang menjadi pertimbangan mengapa proses perkembangan karier perempuan Iebih sulit adalah kurangnya kesempatan untuk perempuan, kurangnya keterampilan yang dimiliki dan adanya fokus untuk menyeimbangkan antara karier dan tanggung jawab keluarga. Untuk itu perempuan perlu mendapatkan pendidikan khusus yang sesuai dengan kebutuhan jenis kelaminnya. Sekolah homogen atau single-sex school adalah sekolah yang muridnya perempuan saja atau Iaki-Iaki saja. Pada sekolah model ini murid perempuan atau murid laki-Iaki tidak memperoleh kesempatan yang sama dan pendidikan yang tersedia bagi mereka disesuaikan menurut kebutuhan masing-masing jenis kelamin. Melihat adanya kecenderungan anak akan merasa lebih dekat dengan ibu dan ibu bertanggung jawab dalam mendidik dan membesarkan anak, mengakibatkan peran ibu dalam proses pemilihan karier anaknya tidak sedikit. Keadaan ibu yang bekerja dan tidak bekerja sangat berpengaruh pada pemilihan karier anak terutama remaja puteri karena remaja puteri Iebih mengidentifikasi dirinya terhadap ibu dibandingkan remaja putera. Hoffman mengatakan bahwa remaja puteri yang ibunya bekerja di luar rumah memiliki aspirasi tinggi pada karier dibandingkan dengan remaja puteri yang ibunya tidak bekerja. Selama bertahun-tahun, berbagai penelitian hanya membahas karier perempuan dari segi tradisional dan nontradisional. Bidang pekerjaan nontradisional adalah pekerjaan yang sebagian besar pekerjanya adalah Iaki-Iaki. Sedangkan bidang pekerjaan tradisional adalah pekerjaan yang sebaian besar pekerjanya adalah perempuan. Masalah yang ingin diungkap dalam penelitian ini adalah melihat apakah kelekatan remaja puteri terhadap ibu ada hubungannya dengan orientasi karier yang dipilih oleh remaja puteri tersebut. Jika remaja puteri dekat dengan ibu, diharapkan mereka mempunyai orientasi karier nontradisional. Hal Iain yang juga ingin diungkap adalah melihat apakah memang ada hubungan antara ibu bekerja dan tidak bekerja dengan orientasi karier remaja puteri. Remaja puteri yang ibunya bekerja diharapkan memiliki orientasi karier yang nontradisional, Instrumen untuk mengukur orientasi karier pada remaja puteri dibuat berdasarkan peta penyebaran pekerjaan (cognitive map of occupations) oleh Gottfredson. lnstrumen ini terdiri dari 47 jenis pekerjaan yang terbagi menjadi 3 golongan, yaitu maskulin, netral dan feminin. Pllihan jawaban yang disediakan adalah ya, tidak dan ragu-ragu. Sedangkan instrumen yang digunakan untuk mengukur kelekatan dengan ibu dibuat berdasarkan instrumen IPPA (Inventory of Parent and Peer Attachment). Instrumen dalam penelitian ini terdiri dari 60 item yang terbagi menjadi 3 dimensi, yaltu kepercayaan, komunikasi dan alienasi. Skala yang digunakan adalah skala model Likert dengan rentang 1-5. Subjek dalam penelitian ini adalah murid kelas 3 semua jurusan, yaitu IPA, IPS dan Bahasa, di SMU Talakanita 1 sebagai salah satu sekolah homogen khusus perempuan di Jakarta. Jumlah subjek dalam penelitian ini adalah 206 orang dan tergolong dalam masa remaja akhir (late adolescence) dengan rentang usia sekitar 16 sampai 18 tahun. Untuk melihat apakah ada hubungan antara kelekatan dengan ibu dan orientasi. karier remaja puteri digunakan metode korelasi Pearson Product-Moment. Sedangkan untuk melihat apakah hubungan ibu bekerja dan tidak bekerja dalam orientasi karier remaja puteri digunakan metode one-way ANOVA. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner yang disebar di semua jurusan kelas 3 SMU Tarakanlta 1. Uji reliabilitas dan analisis item dari instrumen kelekatan dengan ibu dan orlentasi karier menggunakan metode konsistensi intemal dengan teknik koefisien Cronbach Alpha. Koefisien Cronbach Alpha yang dihasilkan sebesar 0.9224 sehinga dapat dikatakan reliabilitas instrumen kelekatan dengan ibu sedang cenderung tinggi. Koefisien Cronbach Alpha dalam instrumen orientasi karier sebesar 0.8730 sehingga dapat dikatakan sedang cenderung tinggi. Hasil korelasi dengan Pearson Product-Moment antara orientasi karier dan kelekatan dengan ibu sebesar -0.013 dan p< sig 0.05 (dan label Q dalam Guilford & Fruchter sebesar 0.137). Sedangkan hasil perhitungan F test dalam ANOVA antara ibu bekerja dan tidak bekerja dengan orientasi karier sebesar O.926. Hasil ini leblh kecil dan level sinifikansi 0-05 ( dalam tabel F dari Gulford & Fruchter sebesar 3.8894). Dari hasil perhitungan di atas, maka hipotesis nol pertama yang menyatakan tidak ada hubungan yang signifikan antara orienlasi karier dan kelekatan denga ibu pada remaja puteri di sekolah homogen khusus perempuan, dlterima. Sedangkan hipotesis pertama yang menyatakan ada hubungan yang signifikan antara orientasi karier dan kelekatan dengan ibu pada remaja puteri di sekolah homogen khusus perempuan, ditolak. Demikian juga dengan hipotesis nol kedua yang menyatakan tidak ada perbedaan yang slgnifikan dalam orientasi karier remaja puteri di sekolah homogen khusus perempuan yang ibunya bekerja dan yang tidak bekerja, diterima. Sedangkan hipotesis kedua yang menyatakan ada perbedaan yang signifikan dalam orientasi karier remaja puteri di sekolah homogen khusus perempuan yang ibunya bekerja dan yang tidak bekerja, ditolak.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2000
S2978
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Rizky Ramdhana
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah terdapat hubungan antara kualitas attachment dan psychological well-being pada remaja dari keluarga miskin perkotaan. Attachment dibagi dalam dua kelompok figur yang paling dekat diusia remaja yakni orangtua dan peer. Variabel kualitas attachment pada orangtua dan peer diukur menggunakan The Inventory Parent Peer Attachment (IPPA Revision) yang terdiri dari masing-masing 12 item pada bagian orangtua dan peer yang mencakup dimensi communication, trust dan alienation. Alat ukur ini telah divalidasi dan diterjemahkan oleh peneliti dari alat ukur asli yang dibuat Armsden dan Greenberg (1987). Variabel lainnya yakni psychological well-being diukur dengan alat ukur self-report yang diadaptasi dari penelitian oleh Putri (2012), yang menggunakan Ryff's Scale of Psychological Well-Being (RPWB) (1989). Penelitian melibatkan 122 partisipan laki-laki dan perempuan dengan proporsi yang sama berusia 11-18 tahun dan berasal dari daerah Jabodetabek. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara kualitas attachment pada orangtua dan peer dengan psychological well-being dimana jika remaja memiliki kualitas attachment yang tinggi maka ia akan memiliki psychological well-being yang tinggi. Namun, dalam penelitian ini ditemukan bahwa tidak terdapat hubungan antara variabel lain yang menjadi karakteristik partisipan seperti jenis kelamin, usia, jumlah teman, jumlah saudara kandung dan urutan kelahiran terhadap kualitas attachment dan psychological well-being. ......The objective of this research is to investigate the correlation between quality of attachment and psychological well-being among adolescent from poor urban family. Attachment divided into two figure groups that closer to adolescent group, parents and peer. Quality of attachment to parents and peer was measured using used The Inventory Parent Peer Attachment (IPPA Revision) which consist of 12 items each in parents's and peer's part which cover communication, trust and alienation's dimension. This measurement is validated and translated by researcher from the original measurement created by Armsden and Greenberg (1987). Psychological well-being was measured using self-report scale which is adopted by Putri (2012) from Ryff's Scale of Psychological Well-Being (RPWB) (1989). The respondents of this research are 122 male and female adolescents with the same proportion from age 11-18 years old and living in Jabodetabek area. The result of the research shows that quality of attachment to parents and peer with psychological well-being are significantly and positively correlated when adolescents's quality of attachment is high they will have a high score on psychological well-being too. Furthermore, this research found there is no correlation among the others variables which are the characteristics of respondents, sex, age, number of peer, number of siblings, and birth order to quality of attachment and psychological well-being.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
S45517
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hanida Mievela
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah terdapat hubungan antara kualitas attachment terhadap orangtua dan peer dengan keterlibatan dalam bullying. Variabel keterlibatan bullying ini diukur menggunakan modifikasi Bullying Questionnaire dari Duffy (2004), sedangkan variabel kualitas attachment pada orangtua dan peer diukur dengan menggunakan The Inventory Parent Peer Attachment (IPPA Revision) dari Armsden dan Greenberg (1987) yang mencakup dimensi communication, trust dan alienation pada bagian orangtua dan peer. Penelitian ini melibatkan 303 partisipan (laki-laki 119 orang dan perempuan 184 orang) yang berada pada tingkat SMA kelas X, XI dan XII dari Jakarta dan Depok. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif yang signifikan antara skor kualitas attachment terhadap orangtua dengan skor bagian pelaku bullying dengan r(303)=-0,213, p<0,000 dan terdapat hubungan negatif yang signifikan antara skor kualitas attachment terhadap orangtua dengan skor bagian korban dengan r(303)=-0,117, p<0,005. Sedangkan tidak terdapat hubungan negatif yang signifikan antara skor kualitas attachment terhadap peer dengan skor bagian pelaku dan korban bullying. ......The objective of this research is to investigate the relationship between parent’s and peer’s quality of attachment and bullying involvement. Bullying involvement was measured using the modification of Bullying Questionnaire by Duffy (2004). Quality of attachment to parents and peer was measured using The Inventory Parent Peer Attachment (IPPA Revision) by Armsden and Greenberg (1987) which cover communication, trust and alienation’s dimension. The respondents of this research are 303 adolescents (119 male and 184 female) from highschool grade X, XI and XII living in Jakarta and Depok. The result of the research shows that bully’s score and quality of attachment toward parents’s score are significantly and negatively correlated r(303)=-0.213, p<0.000, victim’s score score and quality of attachment toward parents’s score too are significantly and negatively correlated r(303)=-0.117, p<0.005. While bully’ s and victim’ s score and quality of attachment toward peer’s score are not significantly and negatively correlated.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
S52592
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Meliala, Hana Elisya S.
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah kelekatan dengan ibu dapat memengaruhi regulasi emosi marah pada remaja. Remaja yang dimaksud dalam penelitian ini adalah remaja laki-laki dan perempuan yang berada pada rentang usia 16-21 tahun dan berdomisili di sekitar daerah Jabodetabek. Selain itu juga penting untuk diperhatikan bahwa remaja yang menjadi partisipan juga memiliki sosok ibu atau caregiver sebagai figur kelekatan. Alat ukur kelekatan dengan ibu yang digunakan adalah Mother Attachment Sub-Scale dari Inventory of Parent and Peer Attachment Revisited (IPPA-R) yang diciptakan oleh Armsden dan Greenberg (2009) dan diadaptasi pada penelitian sebelumnya oleh Annisa Binarti (2012). Sedangkan alat ukur regulasi emosi marah yang digunakan pada penelitian ini adalah Anger Management Scale Short Forms Version (AMS-20) yang dibuat oleh Stith dan Hamby (2002). Dengan menggunakan partisipan sebanyak 287 remaja, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif yang signifikan antara kelekatan dengan ibu dan regulasi emosi marah pada remaja (R2 = .046, F = 6.138, p < .01). Artinya, semakin tinggi skor kelekatan dengan ibu pada remaja, maka semakin tinggi pengaruhnya terhadap regulasi emosi marah. Selain itu, ditemukan juga bahwa dimensi alienation memberikan pengaruh yang paling besar terhadap regulasi emosi marah. ......This study aimed to find out whether maternal attachment effects anger regulation in adolescents. Adolescents in this study were referred to them who are in the age of 16-21 years old and live around the Jabodetabek area. It was also important to note that adolescents who become participants also have mother(s) or caregiver(s) as the attachment figures. The instrument used to measure the maternal attachment in this study was Mother Attachment Sub-Scale of the Inventory of Parent and Peer Attachment Revisited (IPPA-R) created by Armsden and Greenberg (2009) that has already been adapted in the previous study by Annisa Binarti (2012). Meanwhile, the instrument used to measure anger regulation in this study was Anger Management Scale Short Forms Version (AMS-20) created by Stith and Hamby (2002). By using a total of 287 adolescent participants, the results of this study indicated that there is a significant positive effect of maternal attachment towards anger regulation in adolescents (R2 = .046, F = 6.138, p < .01). That is, the higher the maternal attachment?s score, the more effect it gives to anger regulation. In addition, this study also found that alienation gives the most effect towards anger regulation
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
S63988
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Brilliana Salsabila
Abstrak :
ABSTRACT
Dewasa muda dihadapkan pada berbagai tuntutan, seperti memilih teman hidup, belajar hidup bersama pasangan dengan membentuk sebuah keluarga, dan mengelola rumah tangga. Ketiadaan hubungan romantis atau tidak terbentuknya hubungan intim dengan orang lain dapat menjadi salah satu faktor penyebab utama berkembangnya rasa kesepian yang dirasakan seseorang. Selain itu, kecenderungan seseorang untuk mengalami kesepian sangat dipengaruhi oleh hubungan masa lalunya dengan orang tua. Pengasuhan yang diberikan orang tua dan pengalaman mengenai kualitas hubungan interpersonal yang didapat individu selama masa kecil sangat mempengaruhi pembentukan rasa kesepian pada individu di masa dewasa. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan antara tipe attachment saat dewasa dan dimensi kesepian pekerja dewasa muda yang tidak menjalin hubungan romantis. Variabel attachment diukur menggunakan Adult Attachment Scale (AAS) dan variabel kesepian diukur menggunakan Social Emotional and Loneliness Scale. Terdapat 323 partisipan dalam penelitan ini dengan kriteria, yaitu berusia 20-40 tahun, tidak sedang menjalin hubungan romantis, dan bekerja di DKI Jakarta. Hasil analisis statistik one-way ANOVA menunjukkan bahwa terdapat perbedaan skor yang signifikan pada ketiga dimensi kesepian, yaitu kesepian sosial, keluarga dan romantis antara kelompok tipe attachment secure, anxiety, dan avoidance. Hal ini berarti tipe attachment yang dimiliki individu dapat mempengaruhi dimensi kesepian yang ia miliki di masa dewasa.
ABSTRACT
Young adults are faced with various demands, such as choosing a life partner, learning to live with a partner by forming a family, and managing a household. The absence of a romantic relationship or the formation of an intimate relationship with another person can be one of the main factors causing the development of loneliness felt by someone. In addition, a persons tendency to experience loneliness is greatly influenced by his past relationships with parents. Parental care and experience regarding the quality of interpersonal relationships what an individual gets during childhood greatly influences the formation of loneliness in individuals in adulthood. Therefore, this study aims to determine the differences between attachment types as adults and the lonely dimensions of young adult workers who do not have romantic relationships. Attachment variable is measured using the Adult Attachment Scale (AAS) and the loneliness variable was measured using the Social Emotional and Loneliness Scale. There were 323 participants in this study with the criteria, namely aged 20-40 years, not currently in a romantic relationship, and working in DKI Jakarta. One-way ANOVA statistical analysis results show that there are significant score differences in the three dimensions of loneliness, namely social, family and romantic loneliness between groups of attachment types secure, anxiety, and avoidance. This means that the type of attachment that an individual has can affect the dimension of loneliness he has in adulthood.
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>