Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 33 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fauzi `Arasj
"ABSTRAK
Tingginya angka anemia di Propinsi Jawa Barat yang diatas rata-rata angka Nasional dan besarnya jumlah ibu yang melahirkan dengan kondisi anemia serta dampak yang ditimbulkannya, menyebabkan anemia masih merupakan masalah besar yang sedang dihadapi pemerintah.
Untuk mengetahui hubungan antara terjadinya anemia pada ibu hamil dengan frekuensi konsumsi makanan (perilaku konsumsi makanan), maka dilakukan analisis lanjut data sekunder Survei Cepat Anemi di Jawa Barat 1997, dengan memanfaatkan variabeI perilaku konsumsi makanan (kelornpok heme, nonheme, pendorong dan penghambat) dan menghubungkannya dengan kejadian anemia pada ibu hamil, serta faktor lain yang mempengaruhinya.
Jumlah sampel minimal untuk analisis lanjut dihitung dengan kekuatan uji 90%, pada tingkat kepercayaan 95%, disain effect 2 dan Po = 62.5 serta IPo - Pal = 3 %, sehingga didapatkan jumlah sampel minimal sebesar 5654 orang dan dalam analisis lanjut digunakan 6679 sampel yang memenuhi syarat dan sampel penelitian sebelumnya. alat bantu yang digunakan antara lain Epi Info (merge data) versi 5.0, SPSS versi 5.0 (manajemen data dan uji univariat) dan Stata versi 5.0 untuk analisis regresi logistik (uji bi dan multivariat).
Dari analisis lanjut terdapat kemungkinan hubungan yang bermakna antara kejadian anemia pada ibu hamil dengan a) frekuensi konsumsi sayuran hijau minimal 28 kali dalam sebulan, b) frekuensi konsumsi jeruk minimal 4 kali dalam sebulan, c) tingkat pendidikan ibu (rendah/SLTP kebawah, dan d) usia kehamilam trimester satu. Sementara itu tidak terdapat kemungkinan hubungan yang bermakna antara kejadian anemia pada ibu hamil dengan beberapa variabel lainnya.
Kemungkinan tidak bermaknanya beberapa variabel tersebut antara lain karena perilaku konsumsi bahan makanan ibu hamil (frekuensi bahan makanan) dalam sebulan yang masih rendah, bentuk pola menu yang dikonsumsi oleh ibu hamil yang kebanyakan berpola nabati (nonheme) yang banyak mengandung protein, serat, polyphenol dan pytat serta tanin, yang akan dapat membentuk senyawa yang lebih komplek dengan zat besi, sehingga zat besi menjadi sukar untuk diserap didalam tubuh, kemungkinan rendahnya cadangan zat besi yang ada dalam tubuh, ditunjang pula dengan rendahnya konsumsi bahan makanan pendorong, serta tingginya konsumsi faktor penghambat dan rendahnya tingkat pendidikan, pengetahuan ibu tentang bahan makanan, pengetahuan ibu tentang tablet tambah darah serta pemeriksaan ANC yang masih rendah, yang menyebabkan seolah-olah frekuensi konsumsi bahan makanan bukan merupakan faktor penyebab terjadinya anemia pada ibu hamil, disamping tidak diketahuinya dengan pasti besar porsi (kuantitas) yang dikonsumsi setiap kali mengkonsumsi bahan makanan.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak semua bahan makanan kelompok heme, nonheme, pendorong dan penghambat yang mempunyai kemungkinan hubungan dengan kejadian anemia, maupun dengan variabel - variabel lainnya. Oleh karena itu perlu dilakukan pemasaran sosial bahan makanan kelompok heme, nonheme, pendorong dan penghambat dan faktor faktor lain melalui program JPS yang sedang diluncurkan pemerintah saat ini. Ini dimaksudkan untuk mengatasi peningkatan kejadian anemia khususnya dan kesehatan ibu hamil pada umumnya. Pemasaran sosial dengan menggunakan media komunikasi yang tepat dan sesuai dengan kondisi ibu hamil serta tingkat materi yang mudah untuk dipahami, diharapkan akan dapat memberi dampak yang lebih baik terhadap penurunana kejadian anemia pada ibu hamil.
Dafar Bacaan ; 128 (1979 - 1998) "
1999
T 697
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Djulaeha Yahya
"Ruang lingkup dan cara penelitian : Suatu penelitian eksperimental telah dilaksanakan pada 29 orang wanita hamil trimester II dengan anemia (kadar Hb 8 - 10,9 g%) pengunjung poliklinik Kesehatan Ibu dan Anak Puskesmas di wilayah Kecamatan Kebayoran Baru Jakarta Selatan. Penelitian bertujuan untuk melihat pengaruh pemberian pil besi (ferrosulfat 200 mg + asani folat 0,25 mg) & riboflavin (5 mg) terhadap kenaikan kadar Hb. Kelompok I (perlakuan) diberikan pil besi & riboflavin dan kelompok II (kontrol) hanya diberikan pil besi. Lama penelitian; 6 (enam) minggu, diberikan 1 X / hari.
Hasil : Terdapat prevalensi anemia 30,77 % dengan kadar Hb 10,18 ± 0,92 untuk kelompok perlakuan dan 10,29 ± 0,49 untuk kelompok kontrol. Asupan kalori, protein, zat besi dan riboflavin di bawah AKG. Terdapat kenaikan status hematologi kedua kelompok setelah suplementasi, secara analisis statistik tidak berbeda bermakna (p > 0,05 ). Kelompok perlakuan rerata nilai perubahan VER & HER naik Iebih besar dibanding kelompok kontrol. Kelompok perlakuan rerata nilai perubahan VER 3,13 ± 2,42 dan HER 1,84 ± 2,56, kelompok kontrol rerata nilai perubahan VER 0,86 ± 3,11 dan HER 0,07 ± 1,44. Secara analisis statxstik berbeda bermakna (p < 0,05 ).
Kesimpulan : Prevalensi anemia pada wanita hamil trimester II 30,70 %. Penyebabnya asupan zat gizi kurang dari AKG. Kenaikan Hb setelah suplementasi pil besi ditambah riboflavin setiap hari selama 6 minggu tidak berbeda bermakna. Kenaikan VER dan HER secara analisis statistik pada kekompok perlakuan berbeda bermakna dibanding dengan kelompok kontrol.

Material and methods: An experimental study was done on 29 pregnant women, 2nd trimester, with anemia (Hb 8 - 10,9 g %) attending the mother and child Health Care at the Public Health Centre of Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. The aim of the study was to study the effect of Iron and Riboflavin Tablets supplementation on the level of Hb. The treatment group was given Iron Tablets (Ferrous sulfate 200 mg and folic acid 0,25 mg) and Riboflavin 5 mg where as the control group was given Iron Tablets only. The duration of the study was 6 weeks.
Results : The prevalence of anemia was 30,77 % with Hb levels of 10,18 ± 0,92 for the treatment group and 10,29 ± 0,49 for the control group. Calory intake, Protein, Iron and Riboflavin were below the RDA. Hematological state increases in both groups after supplementation but it was not statistically significant (p > 0,05). In the treatment group the changes of MCV & MCH was bigger compared to control that was changes MCV 3,13 ± 2,42 and MCH 1,84 ± 2,56 compared to changes MCV 0,86 ± 3,11 and MCH 0,07 t 1,44. These results were statistically significant (p < 0,05).
Conclusion : The prevalence of anemia in pregnant woman, 2ND triunes ter was 30,70 %. The etiology of anemia was mainly nutrient intake that was below the RDA. Iron and Riboflavin Tablets Supplementation every day for 6 weeks did not increase the hemoglobin level significantly compared to iron tablets supplementation alone. However, changes in MCV & MCH in riboflavin group were significantly different.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aswawarman
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan anemia ibu hamil dengan persalian preterm di Rumah Sakit Umum Pusat Mohammad Hoesin Palembang.
Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah "Case Control", dimana sebagai kasus adalah persalinan dengan umur gestasi 28 minggu s/d kurang dari 37 minggu, sedangkan sebagai kontrol adalah persalinan dengan umur gestasi 37 minggu s/d 42 minggu.
Populasi pada penelitian ini adalah ibu yang melahirkan di Rumah Sakit Umum Pusat Mohammad Hoesin Palembang, sedangkan sampelnya adalah seluruh ibu yang melahirkan di RSUP Mohammad Hoesin Palembang dari bulan Januari tahun 2000 s/d Desember tahun 2002.
Hasil penelitian diperoleh anemia ibu hamil (Hb< 10,6 gr %) berhubungan signifikan dengan persalinan preterm dan ibu hamil dengan kadar hemoglobin < 10,5 gr % berisiko 2,5 kali dibandingkan dengan ibu yang mempunyai kadar hemoglobin normal (Hb I0,6 gr %) dengan OR = 2,53 (95 % CI : 1,37-4,68) dan nilai p = 0,003. Adapun variabel yang mempunyai risiko terbesar terhadap kejadian persalinan preterm adalah riwayat melahirkan bayi prematur dimana kelompok ibu yang mempunyai riwayat melahirkan bayi prematur berisiko 4 kali dibandingkan dengan kelompok ibu yang tidak mempunyai riwayat melahirkan bayi prematur.

The Relationship between Maternal Anemia with Preterm Delivery in Mohammad Hoesin Hospital, PalembangThis study aims to understand the relationship between maternal anemia with preterm delivery in Mohammad Hoesin Hospital, Palembang.
Design employed in this study was case-control design where cases were preterm deliveries defined as gestational age of 28 weeks to less than 37 weeks, while controls were deliveries of gestational age of 37 weeks to 42 weeks.
Population in this study was mothers delivered in Mohammad Hoesin Hospital and sample was all mothers who delivered in Mohammad Hoesin Hospital from January 2000 to December 2002.
The result found maternal anemia (Hb <10.6 gr%) significantly related to preterm delivery and mothers with hemoglobin level less than 10.6 gr% had 2-5 higher risk of having preterm delivery compared to those with normal hemoglobin level (Hb 10.6 gr%) with OR = 2.53 (95% CI: 1.37-4.68) and p value = 0.001 The biggest risk factor of preterm delivery was premature history where mothers with premature history had 4 times higher risk to have preterm delivery compared to those without premature history."
Depok: Universitas Indonesia, 2004
T 12901
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lanny Ch. Salim
"Prevalensi anemia gizi pada ibu hamil masih cukup tinggi di Indonesia. Pada umumnya anemia gizi pada ibu hamil disebabkan kekurangan zat besi. Penyebab utama anemia gizi tampaknya adalah konsumsi zat makanan yang tidak cukup, terutama protein dan bahan lainnya pembentuk darah seperti besi, asam folat, vitamin B12, vitamin C. Konsumsi zat makanan tersebut sering lebih rendah dari dua pertiga kecukupan zat makanan yang dianjurkan sehari. Pada ibu hamil, jugs didapatkan penurunan kadar asam folat yang lebih besar dari pada wanita yang tidak hamil, hal ini merupakan salah satu faktor kontribusi untuk terjadinya anemia gizi. Suplementasi preparat zat besi dan asam folat, merupakan pendekatan yang efektif untuk memenuhi kebutuhan zat besi dan asam folat yang meningkat pada waktu hamil.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan pengaruh pemberian zat besi dengan zat besi dan asam folat terhadap kadar Hb pada ibu hamil dengan anemia. Dilakukan studi eksperimental terhadap 92 orang ibu hamil dengan umur kehamilan 16 - 32 minggu dengan anemia gizi (8 g% S Hb < 11 g%, Ht < 37%) yang berkunjung ke Bagian Kesehatan Ibu dan Anak Puskesmas Kecamatan Cilandak Jakarta Selatan. Subyek dibagi menjadi kelompok perlakuan (45 orang) dan kelompok kontrol (47 orang). Selama 8 minggu kelompok perlakuan diberikan pil zat besi dan asam folat (200 mg + 0,25 mg/hari) sedangkan kelompok kontrol mendapat pil zat besi (200 mg/hari) saja.
Dari penelitian ini ditemukan :
  1. Prevalensi anemia gizi pada ibu hamil masih cukup tinggi (42,73%).
  2. Subyek umurnya berasal dari golongan sosial ekonomi rendah, tingkat pendidikan rendah, berpengetahuan gizi dan berperilaku gizi kurang. Agaknya hal tersebut yang menyebabkan kurangnya asupan zat gizi, terutama protein, zat besi, asam folat, vitamin B12, dibandingkan AKG yang dianjurkan untuk ibu hamil, serta memungkinkan terjadinya anemia gizi pada kehamilan.
  3. Dengan pemberian setiap hari pil zat besi atau pil zat besi + asam folat selama 8 minggu, didapatkan kenaikan kadar Hb dan Ht. Tetapi pada pemberian pil zat besi + asam folat didapatkan kenaikan kadar Hb dan Ht yang lebih tinggi secara bermakna dibandingkan pemberian pil zat besi saja (nilai rata-rata kenaikan Hb kelompok perlakuan 2,12 g% dan kelompok kontrol 0,78 g%, nilai rata-rata kenaikan Ht kelompok perlakuan 4,49% dan kelompok kontrol 1,98 %).(p < 0,01).

The prevalence of nutritional anemia among pregnant women is still high in Indonesia. The most common nutritional anemia among pregnant women is iron deficiency anemia which is apparently due to inadequate dietary nutrient intake, i.e. protein, iron, folic acid, vitamin B12 and vitamin C. Estimated dietary nutrients intake is often below two thirds of the RDA. The decrease of plasma folic acid concentration in pregnancy is more than in non pregnant women, which forms one of the contributing factors in the causation of the nutritional anemia in pregnancy. Combined iron and folate supplementation is an effective approach to meet the high iron and folate requirement during pregnancy.
The objective of this study is to compare the effect of iron and combined iron and folate supplementation. An experimental study, was carried out on 92 women 16-32 weeks pregnant with hemoglobin concentration between 8 g% and less than 11 g%, and hematocrit less than 37%, who visited the Primary Health Center Cilandak at Kecamatan Cilandak, South Jakarta. Subjects are deviled into study and control groups consisting of 45 and 47 subjects respectively. During 8 weeks the combined iron and folate preparation (200 mg ferrosulfate and 0,25 mg folic acid) were distributed to the study group and the iron preparation (200 mg ferrosulfate) to the control group.
From this study can be concluded as follow :
  1. The prevalence of nutritional anemia in pregnancy is still high ( 42,73 % ).
  2. Subjects were primarily from low socio economic level, had low education, poor knowledge and nutritional behavior. Which apparently led to inadequate dietary nutrient intake (i.e. protein, iron, folic acid, vitamin B12) compared to RDA causing probably the nutritional anemia in pregnancy.
  3. Daily supplementation of combined iron and folic acid pils or iron pils only for 8 weeks, increased the hemoglobin and hematocrit concentration of the subjects. But combined pits increased the Hb and Ht concentration more significant than iron pils only. (The mean of increased hemoglobin concentration of the study group was 2,12 mg% and 0,78 mg% of the control group. The mean of the increased hematocrit concentration of the study group was 4,49 % and 1,98 % of the control group )(p<0.41).
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1993
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Luthfi Syafei
"ABSTRAK
Di Indonesia angka kematian bayi (AKB) cukup tinggi bahkan paling tinggi di Asia Tenggara. Angka kematian bayi merupakan salah satu indikator yang penting untuk menilai tingkat kesejahteraan suatu bangsa.
Kematian bayi neonatal (0-30 hari) di Indonesia memberikan proporsi terbesar dibanding dengan proporsi segmen kematian bayi lain dalam angka kematian bayi 0-1 tahun. Secara nasional proporsinya ± 40% (Depkes RI, 1991). Di Kabupaten lndramayu 1990 proporsi kematian bayi neonatal itu ± 47% dari kematian bayi 0-1 tahun.
Salah satu kemungkinan penyebab yang berhubungan dengan kematian neonatal adalah anemia ibu hamil.
Masalah anemia pada ibu hamil sudah menjadi masalah nasional dan prevalensi anemia ibu hamil di Indonesia antara 50 - 70% (SKRT,I992).
Penelitian ini bertujuan ingin mendapatkan gambaran tentang seberapa besar hubungan anemia ibu hamil dengan kematian bayi neonatal di Kecamatan Sliyeg dan Gabus Wotan, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat.
Penelitian ini dilakukan dengan disain kohort retrospektif dengan data sekunder yang diambil dari data hasil penelitian Study Prospektif KB-Kes oleh PUSKA III di Kecamatan Sliyeg dan Gabus Wotan, Kabupaten lndramayu, Jawa Barat tahun 1991-1992.
Penelitian ini menemukan bahwa bayi yang dilahirkan oleh :
- Ibu hamil dengan anemia berat mempunyai resiko kematian bayi neonatal lebih tinggi 3,36 kali dibanding dengan bayi yang dilahirkan oleh ibu hamil dengan anemia ringan. Hubungan ini bermakna secara statistik dengan p=0,O2.
- Ibu hamil dengan anemia berat mempunyai resiko kematian bayi neonatal lebiih tinggi 1,88 kali dibanding dengan bayi yang dilahirkan oleh ibu hamil tidak anemia.
Dari hasil analisis stratifikasi didapatkan bahwa terdapat faktor-faktor lain yang merupakan faktor resiko dan dapat mempengaruhi hubungan ibu hamil dengan anemia berat dan ibu hamil tidak anemia yaitu antara lain : jarak kelahiran, berat bayi lahir, pelayanan antenatal , umur ibu.

ABSTRACT
Infant mortality is still high in Indonesia and even the highest in Southeast Asia. Infant mortality rate constitute one of significance factors to find out a prosperous rank of a nation.
Proportion of neonatal mortality (0-30 days) in Indonesia is the highest among other mortality within the first year of life. The proportional is 40% at national wide (Department of Health of the Republic of Indonesia, 1991). Meanwhile, by 1990, neonatal mortality proportion at district Indramayu was 47% of the infant mortality. One factor that is contributory to neonatal mortality is anemia in pregnant mother. The anemia of pregnant mother is a national problem with prevalence between 50% - 70% (SKRT, 1992).
The objective of this research is to find out relationship between pregnant mother with anemia and neonatal death at both sub-district Sliyeg and Gabus Wetan, District of Indramayu - West Java.
This research is conducted through a cohort retrospective design with secondary data taken from the result of Study Prospective of Family Planning and Health conducted by PUSKA UI at the two sub-districts in 1991-1992.
Research findings are babies delivered by:
- Pregnant mother who is suffering severe anemia has neonatal death risk about 3,36 times higher than those born by mother suffering from mild-anemia, and this correlation is statistically significant with p=0,02.
- Pregnant mother who is suffering severe anemia has neonatal death risk about 1,88 times higher then those born by mother without suffering from anemia.
Other factors which are considered as other risk factors and influencing the correlation of pregnant mother with severe anemia and those without anemia and neonatal mortality are: birth distance period, weight of delivery baby, antenatal care, mothers age of delivery.;Infant mortality is still high in Indonesia and even the highest in Southeast Asia. Infant mortality rate constitute one of significance factors to find out a prosperous rank of a nation.
Proportion of neonatal mortality (0-30 days) in Indonesia is the highest among other mortality within the first year of life. The proportional is 40% at national wide (Department of Health of the Republic of Indonesia, 1991). Meanwhile, by 1990, neonatal mortality proportion at district Indramayu was 47% of the infant mortality. One factor that is contributory to neonatal mortality is anemia in pregnant mother. The anemia of pregnant mother is a national problem with prevalence between 50% - 70% (SKRT, 1992).
The objective of this research is to find out relationship between pregnant mother with anemia and neonatal death at both sub-district Sliyeg and Gabus Wetan, District of Indramayu - West Java.
This research is conducted through a cohort retrospective design with secondary data taken from the result of Study Prospective of Family Planning and Health conducted by PUSKA UI at the two sub-districts in 1991-1992.
Research findings are babies delivered by:
- Pregnant mother who is suffering severe anemia has neonatal death risk about 3,36 times higher than those born by mother suffering from mild-anemia, and this correlation is statistically significant with p=0,02.
- Pregnant mother who is suffering severe anemia has neonatal death risk about
1,88 times higher then those born by mother without suffering from anemia.
Other factors which are considered as other risk factors and influencing the correlation of pregnant mother with severe anemia and those without anemia and neonatal mortality are: birth distance period, weight of delivery baby, antenatal care, mothers age of delivery.
"
1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yati Rohayati
"Anemia pada ibu hamil merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting. Perdarahan adalah salah satu komplikasi persalinan yang menyebabkan masih tingginya kematian maternal di Indonesia. Prevalensi anemia pada ibu hamil di Kabupaten Cirebon tahun 2011 sebesar 12,4% sedangkan di Kecamatan Gempol kejadian anemia ibu hamilnya sebesar 40,0%.
Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui gambaran kejadian anemia pada Ibu hamil dan faktor-faktor yang mempengaruhinya di Kecamatan Gempol Kabupaten Cirebon Propinsi Jawa Barat tahun 2012.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan desain cross sectional, dengan jumlah sampel 205 responden. Hasil penelitian ini didapatkan angka prevalensi anemia pada Kecamatan Gempol Kabupaten Cirebon sebesar 60.5% dan rata-rata kadar haemoglobin ibu hamil sebesar 10.6 gr %.
Dan dari hasil penelitian didapatkan status gizi ibu hamil yang menderita anemia lebih banyak pada ibu hamil yang kekurangan energi kronis yaitu sebesar 71.8%. Hal ini disebabkan asupan gizi sebelum hamil yang tidak adekuat. Untuk mengatasi masalah anemia pada ibu hamil di Indonesia, perlu perbaikan asupan gizi bagi wanita sejak anak dan remaja.

Anemia in pregnancy is on important public health problem, bleeding is complication of labor that causes the high maternal mortality in Indonesia. Prevalensi of anemia in district Cirebon in 2011 about 12.4% and 40,0% in sub district Gempol.
The aim of study to describe prevalency of anemia during pregnancy and the factors assos ated with, in sub district Gempol district Cirebon West Java in 2012.
This was a descriptive cross sectional study with 205 respondent. The result of prevalency of anemia during pregnant women about 60.5% and the avernge of haemoglobin level in 10.6 gr%.
The result showed that the nutrional status of pregnancy suffer from anemia in pregnancy women more of a cronic energy shortage that is equal to 71.8%. This is due to pregnancy nutrition is not adequate. To overcome the problem of anemia in pregnancy women in Indonesia need to be improved for women since the nutritional intake of children of adolescents.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sitti Asyirah
"Anemia pada ibu hamil potensial membahayakan ibu dan janin. Penelitian menggunakan rancangan cross sectional dilakukan bulan maret sampai april 2012 di Puskesmas Bajeng Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa, sampel 100 ibu hamil. Pengumpulan data menggunakan kuesioner, wawancara dan pengukuran kadar hemoglobin. Analisis secara Univariat, Bivariat menggunakan Chi- Square dan Multivariat dengan Uji Regresi Linear Ganda. Kejadian anemia 82%.
Terdapat hubungan bermakna antara frekuensi Antenatal Care ( ANC ), pengetahuan ibu dan kepatuhan ibu mengkonsumsi tablet fe dengan anemia pada ibu hamil. Dalam analisis multivariat,Frekuensi ANC mempunyai pengaruh tertinggi terhadap status anemia pada ibu hamil.
Disarankan meningkatkan penyuluhan kepada ibu hamil untuk melakukan pemeriksaan kehamilan secara teratur, peningkatan pengetahuan ibu hamil dengan penyuluhan tentang bahaya anemia dalam kehamilan,pentingnya mengkonsumsi tablet fe dan makanan yang mengandung zat besi, mendistribusikan tablet fe dan memantau tablet fe yang sudah didistribusikan.

Anemia in pregnant women potentially harm the mother and fetus. Research using cross sectional design conducted in March to April 2012 at the Health Center Bajeng Bajeng Gowa District, a sample of 100 pregnant women. Collecting data using questionnaires, interviews and measurement of hemoglobin levels. Univariate analysis, using Chi-Square Bivariate and Multivariate Linear Regression with Multiple Test. 82% incidence of anemia.
There is a significant relationship between frequency of Antenatal Care (ANC), knowledge of the mother and the mother of taking tablets fe compliance with anemia in pregnant women. In multivariate analysis, the frequency of the ANC has the highest influence on the status of anemia in pregnant women.
Recommended increased outreach to pregnant women to perform regular pregnancy, increased knowledge of pregnant women with counseling about the dangers of anemia in pregnancy, the importance of taking tablets fe and foods that contain iron, distribute and monitor the tablet tablet fe fe that has been distributed.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Kumala Handayani
"Anemia dapat membawa dampak buruk bagi kehamilan. Kejadian anemia di dunia memiliki angka prevalensi yang cukup tinggi. Di Puskesmas Liang Anggang Kota Banjarbaru, belum ada penelitian tentang anemia yang bisa menggambarkan prevalensi anemia di Puskesmas Liang Anggang.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian anemia pada ibu hamil di Wilayah Puskesmas Liang Anggang Kota Banjarbaru Kalimantan Selatan Tahun 2012. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain cross sectional. Populasi target dalam penelitian ini seluruh ibu hamil yang bermukim di wilayah kerja Puskesmas Liang Anggang Kota Banjarbaru Kalimantan Selatan. Dengan populasi studi ibu hamil trimester III.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara ANC(6,111;2,310-16,16), pengetahuan (17,076; 5,62-51,879), dan kepatuhan konsumsi TTD (4,909; 1,897- 1,633) dengan kejadian anemia.

Anemia can bring harm to the pregnancy. Incidence of anemia in the world have a high prevalence rate. At the health center Anggang Liang Banjarbaru City, there has been no research on the anemia that can describe the prevalence of anemia in Anggang Liang health center.
This study aims to determine the factors associated with the incidence of anemia in pregnant women in the Region Banjarbaru City Health Center Anggang Liang South Kalimantan 2012. The study was a quantitative study with cross sectional design. Target population in this study all pregnant women living in the region of Banjarbaru City Health Center Anggang Liang South Kalimantan. With a population study of third trimester pregnant women.
These results indicate that there was a significant association between ANC (6.111: 2.310 to 16.16), knowledge (17.076; 5.62 to 51.879), and compliance with the consumption of TTD (4.909: 1.897 to 1.633) the incidence of anemia.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Windarti
"Angka kematian ibu di Indonesia masih tinggi, menurut SDKI 2007 sebesar 228/ 100 Kelahiran Hidup (KH). Penyebab kematian ibu secara langsung sebagian besar adalah karena perdarahan dan penyebab tidak langsungnya sebagian besar karena anemia pada ibu hamil. Anemia dalam kehamilan merupakan sebab potensial morbiditas serta mortalitas ibu dan anak. Bagi ibu, dapat mengakibatkan abortus, partus prematurus, partus lama karena inersia uteri, perdarahan postpartum karena atonia uteri, syok, infeksi baik intra partum maupun post partum. Bagi hasil konsepsi anemia dalam kehamilan dapat mengakibatkan: kematian mudigah, kematian perinatal, prematuritas, dapat terjadi cacat bawaan, dan cadangan besi kurang.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kejadian anemia ibu hamil dan faktor-faktor yang berhubungan di Puskesmas Kismantoro Wonogiri Tahun 2012. Desain penelitian ini adalah cross sectional dengan jumlah sampel 103 ibu hamil.
Hasil penelitian menunjukkan lima variabel yang secara statistik memiliki hubungan yang bermakna dengan kejadian anemia pada ibu hamil yaitu pendidikan dengan nilai p=0,016 dan nilai OR= 3,052, jarak kehamilan dengan nilai p=0,04 dan nilai OR=9,067, ANC dengan nilai p=0,005 dan nilai OR=4,831, ukuran lingkar lengan atas (LILA) dengan nilai p=0,0001 dengan nilai OR sebesar 18, 519 dan kepatuhan konsumsi Fe dengan nilai p=0,048 dan nilai OR 2,533. Sedangkan lima variabel yang lain tidak memiliki hubungan yang bermakna.

Maternal mortality in Indonesia is still high, according to the Demographic and Health Survey 2007 of 228/ 100 live births (KH). Direct causes of maternal mortality is largely due to indirect causes of bleeding and mostly because of anemia in pregnant women. Anemia in pregnancy is a potential cause of morbidity and mortality of mothers and children. For the mother, can result in abortion, prematurus parturition, parturition due to inertia uteri old, post partum hemorrhage due to uterine atony, shock, infection, both intra partum and post partum. For the products of conception can lead to anemia in pregnancy: embryo mortality, perinatal mortality, prematurity, birth defects can occur, and less iron reserves.
This study aims to determine the overview of the incidence of maternal anemia and associated factors in the health center Kismantoro Wonogiri 2012. The design is a cross sectional study with a sample of 103 pregnant Women.
The results showed that five variables have a statistically significant association with the incidence of anemia in pregnant women: education with value p = 0.016 and OR = 3.052, spacing pregnancies with a value of p = 0.04 and OR = 9.067 value, the ANC with a value of p value = 0.005 and OR = 4.831, the size of the upper arm circumference (LILA) with p-value = 0.0001 with OR values of 18, 519 and compliance with the consumption of Fe p = 0.048 and OR value of 2.533. Whereas the other five variables have no meaningful relationship.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sukasmiyati
"Anemia dapat berdampak buruk bagi ibu, dan tingginya prevalensi anemia sebesar 33.14% di wilayah Puskesmas Dlingo II menjadi alasan dalam penelitian ini. Penelitian ini menggunakan disain cross sectional, yang meneliti hubungan antara umur kehamilan dan suplementasi tablet besi, dengan status anemia ibu hamil, terhadap 90 responden ibu hamil yang dipilih secara acak. Hasil analisis didapatkan rata-rata kadar hemoglobin responden adalah 10.5 gr% (95% CI : 10.399 - 10.735) standar deviasi 0.8 gr%. Sebanyak 54 responden yang mengonsumsi tablet besi < 90 tablet, 44 responden (78.6%) mengalami anemia. Responden yang mengonsumsi ≥90 tablet besi ada 36 responden, hanya 10 responden (29.4%) yang mengalami anemia. Hasil analisis lain, ada hubungan yang signifikan antara umur kehamilan, pemberian, dan konsumsi tablet besi, dengan status anemia.

Anaemia can be bad for the mother, the high prevalence of anaemia by 33.14% at the health center Dlingo II be the reason in this study. This study uses crosssectional design, which examined the relationship between gestational age and supplementation of iron tablet, with aenemia status of pregnant women, that 90 respondents were randomly selected. The analysis found an average haemoglobin level was 10.5 g% of respondents (95% CI: 10399-10735) standard deviation of 0.8 g%. The part of 54 respondents who took iron tablets <90 tablets, 44 respondents (78.6%) had anaemia. Respondents who consumed ≥90 iron tablets there are 36 respondents, only 10 respondents (29.4%) who endured anaemia. The results of other analyzes, there is a significant association between gestational age, delivery, and consumption of iron tablets, with anaemia status.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4   >>