Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Maria Sinta Hartojo
Abstrak :
Penelitian mengenai strategi persaingan pemasaran melalui iklan cetak dalam kategori produk rokok jenis rendah tar dan rendah nikotin ini dilakukan berdasarkan ketertarikan terhadap adanya fenomena persaingan iklan-iklan di berbagai media, termasuk di media cetak. Diasumsikan bahwa persaingan ini merupakan salah satu terobosan panting dan menjadi bagian dari strategi pemasaran produk-produk tertentu. Tujuan penelitian kualitatif ini berusaha untuk mengetahui dan memaparkan bagaimana pesan-pesan iklan dikonstruksikan lewat susunan-susunan gambar dalam suatu konteks persaingan pemasaran. Untuk itu pendekatan teori pemasaran dan semiotika dalam aktivitas persuasi lewat elemen-elemen gambar menjadi relevan dalam konteks persaingan tersebut di atas. Dengan paradigma konstruktivis, peneliti secara metodologis bersikap sebagai passionate participant, yaitu fasilitator yang menjembatani keragaman subyektivitas pelaku sosial. Tujuan paradigma ini adalah melakukan rekonstruksi realitas sosial secara dialektis antara peneliti dan pelaku sosial yang diteliti (Cuba & Lincoln, 1994). Data penelitian berasal dari data sekunder berupa teks dan gambar iklan cetak produk tiga merek rokok, yaitu : A Mild, LA Lights, dan Star Mild. Ketiganya diambil dari media cetak (majalah, tabloid dan surat kabar yang terbit dari tahun 1995-2000). Studi kepustakaan dan pengumpulan kliping artikel mengenai ketiga merek rokok tersebut mendukung pengumpulan data sekunder. Hasil penelitian menghasilkan kesimpulan bahwa: elemen-elemen gambar dalam iklan cetak dapat menjadi sarana melakukan persaingan, baik persaingan iklan dan hingga tingkat tertentu juga bisa menjadi representasi persaingan pemasaran antara merek-merek yang beriklan. Ketiga merek rokok kategori rendah tar dan rendah nikotin ini sama-sama menggunakan strategi serupa dalam beriklan, yaitu strategi penciptaan keunikan karakteristik `kepribadian' dari merek. Dengan strategi itu, masing-masing merek rokok menciptakan karakternya sendiri yang membuat mereka terdiferensiasi secara perseptual satu sama lain. Pembentukan karakterisasi yang tegas ini secara implisit juga mengindikasikan adanya motif persaingan pemasaran dari para produsen rokok yang proses eksekusinya difasilitasi oleh pihak biro iklan, entah internal ataupun eksternal.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2000
T2928
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahman Salihul Hadi
Abstrak :
Dilematik bagi industri rokok di Indonesia, khususnya rokok kretek, sering menghadapi situasi yang tidak menggembirakan. Tantangan yang dihadapi sangat komplek, baik dari Internasional maupun dari dalam negeri sendiri. Organisasi kesehatan dunia, World Health Organization (WHO), lewat program-programnya, antara lain kampanye anti tembakau seperti dengan gencar menyebarluaskan opini anti rokok ke seluruh dunia dengan isu bahwa rokok berbahaya bagi kesehatan manusia. Demikian juga pemerintah lewat kebijakannya menerbitkan PP 81/1999 tentang Pengamanan Rokok bagi Kesehatan yang kemudian direvisi menjadi PP No. 38/2000 diatur batas maksimum kandungan tar dan nicotine per batang rokok sebesar 20 mg dan 1,5 mg. Tidak hanya itu pemerintah juga mengatur promosi rokok diantaranya adalah : kewajiban pencantuman peringatan bahaya merokok di setiap pak rokok dan di setiap iklan rokok, aturan jam tayang iklan rokok di media elektronik yaitu dimulai dari jam 21.30 sd. 05.00 Disini tentang pembatasan waktu tayang iklan memang menjadi tantangan yang berat bagi industri rokok. Dilain pihak kontribusi sektor industri ini bagi perekonomian nasional cukup besar. Data Gabungan Perserikatan Pabrik Rokok Indonesia (GAPPRI) menunjukkan bahwa tenaga kerja, langsung dan tidak langsung yang diserap industri ini kurang lebih berjumlah 18 juta sd. 21 juta orang atau 10 persen jumlah penduduk Indonesia. Industri ini juga menjadi penyumbang terbesar ke-2 ke pendapatan negara dalam bentuk cukai dan sebagai gambaran pada tahun anggaran 1999-2000 lalu, industri rokok menyumbang cukai sebesar Rp. 10,1 triliun, PPN sebesar Rp. 2 triliun dan pajak lainnya sebesar Rp. 1 triliun. Untuk anggaran 2000-2001 industri rokok rnembayar Rp. 17,6 triliun dan tahun 2002-2002 pembayaran kepada pemerintah sebesar Rp. 22,3 triliun selanjutnya pemerintah akan menaikkan lagi pembayaran cukai rokok menjadi Rp. 35 triliun, pada tahun 2003. Melihat kegiatan Komunikasi Korporasi (Corporate Communications) yang diawali dengan tekanan, pengawasan dan peringatan Badan POM tentang iklan-iklan di media cetak majalah/ tabloid/koran. Nampaknya secara menyeluruh media komunikasi industri rokok baik produk/brand maupun korporat akan semakin sempit dan sulit, terlebih dengan pemberlakuan keputusan-keputusan FCTC/WHO mendatang (Maret 2003), oleh karena perihal tersebut diatas kami perlu mengetahui bagaimana strategi program komunikasi korporasi (corporate communications) PT. Djarum dalam melakukan kegiatan Komunikasi antara PT. Djarum dengan Stakehoidersnya Pasca PP81/1999 dan Revisinya PP38/2000?.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2002
T2303
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rifqi Nadhmy Dhia
Abstrak :
Ditengah masa krisis global, industri periklanan telah bergegas meninjau kembali strategi pesan mereka. Sebagian besar negara tidak hanya bertarung dengan COVID-19 tetapi juga dengan infodemik di berbagai media. Tesis ini menggali bagaimana segmen strategi pesan pada iklan rokok Gudang Garam "Surya" menggunakan konsep Strategi Pesan 6 Segmen milik Ronald E. Taylor. Penelitian ini adalah penelitian konstruktivis-kritis dengan desain kualitatif deskriptif-korelasional yang menggunakan metode analisis multimodal SF-MDA. Penelitian ini membuka wawasan bahwa melalui sumber semiotiknya, iklan "Surya" cenderung merepresentasikan tema besar seputar solidaritas dan maskulinitas lebih kepada untuk tujuan identifikasi merk. Penelitian ini membuktikan bahwa dimasa pandemi COVID-19, segmen strategi pesan yang digunakan iklan Surya bergeser memiliki sisi informasional. Terkait hal ini penelitian ini menyimpulkan bawa terdapat praktik komodifikasi terkait masa krisis kesehatan yang menguatkan pernyataan bahwa pengiklan semakin berani mengkomodifikasi momen krisis sebagai sebuah daya tarik. ......In the midst of the global crisis, the advertisers in the industry has quickly revisiting their message strategies. Most countries are not only battling with COVID-19 but also with the infodemic in various media. This study focuses on how the message strategy segment is in the Gudang Garam "Surya" cigarette advertisement using Ronald E. Taylor's 6 Segment Message Strategy. This is a criticalconstructivism study with a descriptive-correlational qualitative design using the SF-MDA multimodal analysis method. Through its semiotic sources, "Surya" advertisements tend to represent big themes around solidarity and masculinity for brand identification purposes. This study proves that during the COVID-19 pandemic, the message strategy segment used by Surya advertisements shifted to have an informational side. This study concludes that there are commodification practices related to the health crisis period which strengthens the statement that advertisers are increasingly daring to commodify crisis moments as an attraction.
Jakarta: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Derus Afdil Yazid
Abstrak :
ABSTRAK
Skripsi ini bertujuan untuk mengidentifikasi ada atau tidaknya pengaruh iklan gambar seram & iklan jantan terhadap konsumsi & willingness to pay pada perokok aktif di Universitas Indonesia. Masalah ini berimplikasi pada dampak iklan gambar seram mempengaruhi konsumsi yang memiliki pemikiran untuk berhenti merokok pada perokok aktif & pada dampak iklan jantan mempengaruhi preferensi perokok karena merokok jantan. Selain itu, Iklan gambar seram mempengaruhi willingness to pay dapat dilihat preferensi rokok yang buruk & iklan jantan mempengaruhi willingness to pay dapat dilihat preferensi rokok jika merokok jantan. Skripsi ini menganalisis implikasi tersebut dengan menggunakan data primer yang dilakukan dengan cara survei perokok aktif di Universitas Indonesia. Hasil estimasi menunjukan bahwa terdapat hubungan negatif pada iklan gambar seram terhadap konsumsi & willingness to pay dan terdapat hubungan positif pada iklan jantan terhadap konsumsi & willingness to pay.
ABSTRACT
This paper studies effect of pictorial health warnings advertising & manly advertising on consumption and willingness to pay cigarette by smoker in University of Indonesia. The implies that effect pictorial health warnings on consumption have thought for quit cigarette to smoker & effect manly advertising on consumption have preference smoker because manly smoker. Moreover, pictorial health warnings on willingness to pay that smoker can look preference cigarette is bad & effect manly advertising to willingness to pay can look preference cigarette because manly smoker. This paper analiysis use primary data to collected by customer survey in University of Indonesia. The estimation have negatif relationship between pictorial health warnings advertising on consumption & willingness to pay and positif relationship between manly advertising on consumption & willingness to pay.
Fakultas Eknonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2016
S61680
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fiona Sinta Dewi
Abstrak :
Periklanan adalah kegiatan pengenalan atau penyebarluasan informasi suatu barang dan/atau jasa untuk menarik minat beli konsumen terhadap barang dan/atau jasa yang akan dan sedang diperdagangkan. Informasi tidak jarang digunakan oleh masyarakat tertentu atau negara tertentu untuk membuat opini publik. Opini yang dibangun dapat berupa opini yang menjurus kepada hal-hal yang positif dan ada pula yang menjurus pada hal-hal yang negatif. Masalah informasi ini jelas dibutuhkan oleh semua konsumen, karena hak konsumen antara lain adalah mendapatkan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang yang akan dibeli. Hal tersebut merupakan indikasi baik buruknya kemauan pelaku usaha untuk bertanggung jawab atas produk yang dihasilkan dan diperdagangkannya. Era globalisasi dan perdagangan bebas yang didukung oleh kemajuan teknologi, telah memperlancar ruang gerak anus transaksi barang dan/atau jasa. Kondisi dan fenomena ini dapat mengakibatkan kedudukan pelaku usaha dan konsumen menjadi tidak seimbang dan konsumen berada pada posisi yang lemah. Konsumen menjadi obyek aktivitas bisnis untuk meraup keuntungan yang sebesar-besarnya oleh pelaku usaha melalui kiat promosi, cara penjualan, serta penerapan perjanjian standar yang merugikan konsumen. Dari sekian banyak iklan produk di media massa elektronika yaitu televisi maka iklan rokok yang paling sering ditayangkan, khususnya produsen rokok papan atas. Pada dewasa ini, sering terlihat berbagai macam iklan rokok pada media televisi, pelaku usaha periklanan semakin gencar dalam membuat iklan dengan tujuan untuk menarik konsumen agar membeli produk yang diildankan. Namun dari banyaknya iklan-iklan tersebut masih terdapat iklan-iklan yang menyesatkan dan mengelabui konsumen, seperti halnya kasus pelanggaran iklan rokok yang digugat secara legal standing oleh Tim Advokasi Gerakan Nasional Penanggulangan Masalah Merokok terhadap PT. Djarum Kudus Tbk dan PT. HM. Sampoerna Tbk. Apabila konsumen tidak jeli dan kritis terhadap iklan, hal ini akan berakibat lemahnya posisi konsumen. Menyadari pada masalah tersebut maka pemerintah telah mengeluarkan Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. Di mana dengan adanya piranti hukum yang melindungi konsumen itu tidak dimaksudkan untuk mematikan usaha para pelaku usaha melainkan perlindungan konsumen justru dapat mendorong iklim berusaha yang sehat dan juga bertujuan melindungi konsumen secara integratif dan komprehensif agar dapat diterapkan secara efektif di masyarakat. Melalui Undang-Undang Perlindungan Konsumen, diharapkan dapat memberikan perlindungan kepada konsumen apabila mengalami kerugian, misalnya melalui proses beracara legal standing yang merupakan langkah tegas untuk menghadapi tindakan perildanan yang menyimpang dan melanggar aturan.
Depok: Universitas Indonesia, 2004
T18656
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library