Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 14 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Boy Martin Naro
Abstrak :
ABSTRAK
ISOLASI DAN INDENTIFIKASI MOLEKUL SENYAWA KIMIA DALAM EKSTRAK PETROLEUM ETER DARI AKAR TANAMAN Acalypha indica Linn. SERTA UJI KHASIATNYA SEBAGAI CAT ATTRACTANT Tanaman Acalypha indica L. atau yang akrab disebut akar kucing adalah golongan tumbuhan rumput-rumputan dalam famili Euphorbiaceae yang banyak tumbuh di daerah tropis termasuk Indonesia. Tanaman Acalypha indica L. banyak digunakan sebagai obat tradisional di beberapa negara, tetapi penggunaannya sebagai obat di Indonesia masih belum banyak diketahui. Di Indonesia telah diketahui akar tanaman ini mempunyai sifat sebagai perangsang kucing (cat attactant) Penelitian ini bertujuan untuk mengisolasi molekul senyawa kimia dalam ekstrak petroleum eter dari akar tanaman Acalypha indica L. dan untuk mengetahui molekul senyawa kimia yang menyebabkan sifat perangsang kucing pada akar tanaman tersebut. Isolasi senyawa kimia dilakukan dengan metode ekstraksi secara maserasi dengan pelarut petroleum eter sehingga didapatkan ekstrak kasar petroleum eter. Untuk memisahkan komponen kimia di dalamnya dilakukan kromatografi kolom menggunakan fasa diam silika gel dan fasa gerak n-
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2006
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Deny Hidayat Syamsurizal
Abstrak :
Akar kucing (Acalypha indica Linn) merupakan tanaman yang memiliki banyak kegunaan antara lain sebagai obat yang dapat menurunkan kadar asam urat dalam darah. Pemanfaatan secara luas dari tanaman ini harus didukung oleh data-data yang dapat membuktikan keamanannya secara ilmiah. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh pemberian rebusan akar tanaman akar kucing terhadap fungsi ginjal tikus. Penelitian ini menggunakan 40 ekor tikus yang dipilih secara acak menjadi 4 kelompok. Kelompok I sebagai kontrol normal yang diberi air 2 ml/200 g bb. Kelompok II, III dan IV diberi perlakuan rebusan akar A. indica masingmasing dengan dosis 13,5 g/kg bb, 27 g/kg bb, dan 54 g/kg bb. Frekuensi pemberian sekali sehari selama 90 hari. Pada hari ke-91 tikus diambil darahnya untuk dilakukan pengukuran kadar urea dan kreatinin plasma secara kolorimetri dan dibedah untuk pemeriksaan histologis ginjal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada gejala toksik pada tikus yang diberi rebusan Acalypha indica Linn ditinjau dari kadar urea dan kreatinin plasma serta gambaran histologis ginjal.
Akar kucing (Acalypha indica Linn) is a plant that has many usage such as for reduce uric acid consentration. The comprehensive usage from this preparation must be supported with data which can prove it is safety scientifically. Therefore an experiment is done to know the effect of giving the extract to rat renal function. This research used fourty rats which divided into four groups. Group I as normal control which were given water 2 ml/200 g body weight. Group II, III, IV were given water extract of A.indica roots doses 13,5/kg body weight, 27g/kg body weight, and 54 g/kg body weight. Frequency of exposure A. indica was once a day during 90 days. In the 91st day blood sample was collected from observed rats and measured their plasma urea and creatinine levels through colorimetry methods, and the surgery were done to the rats for the histological inspection of their kidneys. The results shows that no toxic effect of Acalypha indica to white rats seen from plasma urea and creatinine levels and kidney histology.
Depok: Universitas Indonesia, 2006
S32819
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
William Tendi
Abstrak :
Penyakit ginjal kronik merupakan penyakit yang dapat berakibat fatal. Penyebab dari terjadinya penyakit ini bervariasi termasuk karena adanya stres oksidatif. Oleh karena itu, salah satu cara pencegahan terjadinya penyakit ini adalah dengan mengurangi stres oksidatif dengan menggunakan obat atau senyawa yang dapat meningkatkan aktivitas enzim antioksidan salah satunya katalase. Penelitian ini membahas mengenai pengaruh durasi pemberian kombinasi ekstrak akar kucing (Acalypha indica Linn) dan pegagan (Centella asiatica) terhadap perubahan aktivitas spesifik enzim katalase dalam ginjal tikus yang mengalami hipoksia. Penelitian ini menggunakan desain eksperimental dengan kontrol positif berupa pemberian pirasetam, kontrol negatif berupa pemberian akuades dan kelompok yang lain dengan perlakuan pemberian kombinasi ekstrak selama 3 hari, 7 hari dan 14 hari. Penelitian menggunakan uji Kruskal-Wallis dengan jumlah sampel sebesar 40 ekor. Setelah dilakukan analisis, ternyata tidak terdapat perbedaan bermakna pada semua kelompok yang diujikan (p=0.702). Dapat disimpulkan bahwa pemberian kombinasi ekstrak ini dengan durasi 3 hari, 7 hari dan 14 hari memiliki efek yang hampir sama dengan kontrol positif (pirasetam). ......Chronic kidney disease is a disease that can be fatal. The cause of this disease is vary, including oxidative stress. Therefore, one of the way to prevent this disease to develop is to decrease the amount of oxidative stress by using drug or substance that can increase the activity of antioxidant enzymes such as catalase. This research is about the effect of the duration of using extract combination between Akar Kucing (Acalypha indica Linn) and Pegagan (Centella asiatica) on the specific change of catalase enzyme activity in hypoxic rat's kidney. This research uses an experimental design with positive control using pirasetam, negative control using aquades and the other groups with the using of extract combination for 3 days, 7 days and 14 days. The analysis will be done with Kruskal-Wallis analysis and the samples are 40 rats' kidneys. The result show that there is no difference between all of the experimental groups (p=0.702). As a conclusion, use of this extract combination for 3 days, 7 days and 14 days has an almost same effect with the positive control (pirasetam).
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
David
Abstrak :
Ginjal adalah organ yang rentan akan hipoksia, di mana hipoksia menimbulkan kerusakan sel secara ireversibel. Namun, gejala kerusakan ginjal baru muncul setelah stadium lanjut. Kondisi ini dapat ditanggulangi dengan meningkatkan antioksidan untuk mengimbangi stres oksidatif akibat hipoksia. Efek antioksidan dari kombinasi ekstrak 200 mg/kgBB akar kucing (Acalypha indica Linn) dan 150 mg/kgBB pegagan (Centella asiatica) telah diteliti mampu meningkatkan aktivitas spesifik enzim glutation peroksidase (GPx) pada ginjal pascahipoksia. Dengan desain eksperimental menggunakan 5 hingga 8 ekor tikus Sprague Dawley perkelompok, sampel berupa kedua ginjal dihipoksia menggunakan kadar oksigen lingkungan sebesar 10%. Aktivitas spesifik GPx dalam ginjal dengan durasi pemberian kombinasi herbal selama 3, 7, dan 14 hari diukur menggunakan kit RANSEL dari RANDOX, kemudian dibandingkan dengan aktivitas spesifik GPx pada kontrol positif berupa pirasetam, kontrol negatif berupa akuades, dan tikus standard sebagai kontrol tikus sehat. Rerata aktivitas spesifik dinilai secara statistik dengan One-Way Anova yang dilanjutkan dengan Post Hoc. Terdapat kemaknaan kuat bahwa pemberian kombinasi herbal meningkatkan aktivitas spesifik GPx dibandingkan kontrol negatif (p<0,05), dengan peningkatan tertinggi pada pemberian kombinasi herbal selama 7 hari. Dengan demikian, pemberian kombinasi herbal memiliki efek yang bermakna dalam meningkatkan respons tubuh akan hipoksia, dilihat dari peningkatan aktivitas spesifik GPx, terutama pemberian selama 7 hari. ......Kidneys are susceptible for hypoxia, which causes cell damage irreversibly. However, the impairment symptoms appear in the later stage. This condition can be anticipated by increasing antioxidants to balance oxidative stress caused by hypoxia. Antioxidant effect of combined 200 mg/kgBW akar kucing (Acalypha indica Linn) and 150 mg/kgBW pegagan (Centella asiatica) extract have been proven to elevate glutathione peroxidase (GPx)’s activity in post-hypoxic mice kidneys. Using experimental design consisted of 5 to 8 mice pergroup, the sample, being two kidneys, was made hypoxic with 10% environmental oxygen concentration. The specific activity of GPx while given combined herbal for 3, 7, and 14 days was measured with RANSEL kit from RANDOX. Then, it was compared with piracetam, aquadest, and standard mice as positive, negative, and healthy control respectively. Spesific activity mean for each group was measured statistically using One Way Anova followed with Post Hoc. There was strong significance that combined herbal increased spesific activity of glutathione peroxidase compared to negative control (p<0,05), with the highest increment was on 7 days. In conclusion, the combined herbal gave significant effect in increasing body’s response on hypoxia, shown by increasing spesific activity of glutathione peroxidase, especially while given for 7 days.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siregar, Astrid Mariam Khairani
Abstrak :
Pendahuluan: Setiap manusia pasti mengalami proses penuaan, dimana proses penuaan itu sendiri erat kaitannya dengan kerusakan akibat radikal bebas. Kerusakan ini dapat terjadi pada protein dan akan memicu proses karbonilasi yang menghasilkan komponen toksik yaitu karbonil. Berbagai kerusakan dan penurunan fungsi tubuh yang terkait dengan proses penuaan menyebabkan minat masyarakat terhadap suplemen anti penuaan, termasuk tanaman Acalypha indica dan Centella asiatica yang berpotensi untuk mengurangi radikal bebas. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji kemampuan Acalypha indica dan Centella asiatica dalam menurunkan kadar karbonil akibat kerusakan protein pada proses penuaan. Metode: Penelitian dilakukan secara eksperimental di Laboratorium Departemen Biokimia dan Biologi Molekuler FKUI dengan menggunakan homogenat otak tikus Sprague dawley yang dikelompokkan sesuai perlakuannya masing-masing. Hasil: Kadar karbonil otak tikus tua yang diberi Centella asiatica menunjukkan angka yang jauh lebih rendah dibandingkan dengan kelompok tikus tua tanpa perlakuan, sedangkan kelompok yang diberi Acalypha indica tidak berbeda nyata dengan kelompok tua. tikus. Kesimpulan: Pegagan mampu menurunkan kadar karbonil akibat kerusakan protein pada proses penuaan.
Introduction: Every human being must experience the aging process, where the aging process itself is closely related to damage caused by free radicals. This damage can occur in proteins and will trigger the carbonylation process which produces a toxic component, namely carbonyl. Various damages and declines in body functions associated with the aging process have led to public interest in anti-aging supplements, including Acalypha indica and Centella asiatica plants which have the potential to reduce free radicals. This study aims to examine the ability of Acalypha indica and Centella asiatica to reduce carbonyl levels due to protein damage in the aging process. Methods: The study was conducted experimentally at the Laboratory of the Department of Biochemistry and Molecular Biology, Faculty of Medicine, using a brain homogenate of Sprague dawley rats which were grouped according to their respective treatments. Results: The brain carbonyl levels of old rats that were given Centella asiatica showed a much lower number than the group of old rats without treatment, while the group that was given Acalypha indica was not significantly different from the old group. rat. Conclusion: Gotu kola is able to reduce carbonyl levels due to protein damage in the aging process.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marsetyo Edhiatmi
Abstrak :
Latar Belakang: Kondisi hipoksia akan meningkatkan pembentukan dan pelepasan spesies oksigen reaktif (ROS). Sel mampu melindungi diri terhadap kerusakan akibat pembentukan ROS yang terjadi secara alami, tetapi pembentukan radikal bebas yang berlebihan, akan terjadi stres oksidatif yang menyebabkan kerusakan terutama pada jantung sehingga diperlukan antioksidan. Acalypha indica dan Centella asiatica terbukti memiliki efek antioksidan dan melindungi banyak organ dari kondisi hipoksia, sehingga penelitian dilakukan dengan tujuan untuk melihat efek antioksidan kombinasi ekstrak etanol Acalypha indica dan Centella asiatica pada organ jantung tikus Spraque-Dawley pascahipoksia. Metode: Tiga puluh lima ekor tikus Sprague-Dawley jantan diinduksi hipoksia selama 7 hari dalam ruang khusus, kemudian diberi perlakuan. Ekstrak etanol Acalypha indica dan Centella asiatica diberikan secara kombinasi dan tunggal kepada kelompok tikus yang telah dibagi menjadi grup A (hipoksia dan diberi air), B (hipoksia dan diberi kombinasi Acalypha indica 200 mg/kgBB dan Centella asiatica 150 mg/kgBB), C (hipoksia dan diberi kombinasi Acalypha indica 250 mg/kgBB dan Centella asiatica 100 mg/kgBB), D (hipoksia dan diberi Acalypha indica 250 mg/kgBB), E (hipoksia dan diberi Centella asiatica 150 mg/kgBB), F (hipoksia dan diberi vitamin C 100mg/kgBB) dan kelompok normal selama 7 hari. Parameter yang diamati adalah ekspresi mRNA HIF-1a, kadar MDA, aktivitas enzim SOD dan ekspresi mRNA cTnI. Hasil: Hasil uji dianalisis dengan uji one way anova. Tidak terdapat perbedaan bermakna pada ekspresi HIF-1a antara grup A dengan kelompok tikus normal (p>0,05). Kadar MDA meningkat signifikan pada grup A (p<0,05) dibanding tikus normal. Grup D mengalami penurunan kadar MDA secara signifikan (p<0,05) dibanding grup A. Aktivitas SOD menurun signifikan pada grup A (p<0,05) dibanding tikus normal. Grup B dan E (p<0,05) mengalami peningkatan aktivitas SOD secara signifikan dibanding grup A. Grup B meningkat signifikan (p<0,05) dibanding grup E. Tidak terdapat perbedaan bermakna antar kelompok perlakuan pada Ekspresi cTnI. Tidak terdapat korelasi antara kadar MDA dan aktivitas SOD serta ekspresi mRNA HIF-1a dan mRNA cTnI. Kesimpulan: Pemberian kombinasi ekstrak Acalypha indica 200 mg/kgBB dan Centella asiatica 150 mg/kgBB tidak dapat membantu memproteksi kerusakan jantung pascahipoksia.
Background: The condition of hypoxia will increase the formation and release of reactive oxygen species (ROS). Cells have mechanisms to protect themselves against damage caused by ROS generation occurring naturally. If the excessive formation of free radicals, oxidative stress will occur that cause damage, especially to the heart so that the necessary antioxidants. Acalypha indica and Centella asiatica has been shown to have antioxidant effects and protecting many organs from hypoxic conditions, so that the research was conducted to see the effect of the antioxidant combination Acalypha indica and ethanol extracts of Centella asiatica on cardiac organ Spraque Dawley rats pascahipoksia. Methods: Thirty-five male Sprague-Dawley rats induced hypoxia for 7 days in a specific chamber, later treated. Acalypha indica extract, Centella asiatica extract and the combination of both extract were given to the rats that divided into 7 group, ie groups A (water), B (combination of Acalypha indica 200 mg/kgBB and Centella asiatica 150 mg/kgBB), C (combination of Acalypha indica 250 mg/kgBB and Centella asiatica 100 mg/kgBB), D (Acalypha indica 250 mg/kgBB), E (Centella asiatica 150 mg/kgBB), F (vitamin C 100 mg/kgBB) and normal group. Those treatment were given orally for 7 days after hypoxia. The parameters were mRNA expression of HIF-1a, level of MDA, SOD enzyme activity and mRNA expression of cTnI. Results: There were no significant differences in the expression of HIF-1a between group A with group of normal rats (p>0,05). MDA levels increased significantly in group A (p<0,05) compared to normal rats. Group D decreased MDA levels were significantly (p<0,05) compared to group A. SOD activity decreased significantly in group A (p<0,05) compared to normal rats. Group B and E (p<0,05) increased the activity of SOD significantly compared to group A. Group B increased significantly (p<0,05) compared to group E. There was no significant difference between treatment groups on the mRNA expression of cTnI. There was no correlation between level of MDA and SOD activity so do between expression mRNA HIF-1a and mRNA cTnI. Conclusion: Administration of a combination of Acalypha indica extract 200 mg/kgBB and 150 mg/kgBB of Centella asiatica cannot help protect the heart against cardiac injury after hypoxia.
Depok: Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Robi Irawan
Abstrak :
Terapi sel merupakan salah satu pendekatan penyembuhan penyakit degenerasi yang memberikan harapan untuk dapat memperbaiki organ atau jaringan sehingga memberikan hasil yang memuaskan dalam hal regenerasi dan pengembalian fungsi normal suatu organ. Sel punca mesenkim diketemukan dalam darah manusia normal yang dapat dikultur. Sel punca mesenkim memiliki morfologi, cytoskeletal, cytoplasmik dan penanda permukaan (CD14-,CD31-, CD34-, CD44+, CD45-, CD73+, CD90+, CD105+, dan CD166+) yang sama seperti precursor mensenkim sumsum tulang. Darah tepi merupakan sumber yang menjanjikan untuk digunakan sebagai alternatif sumber sel punca mesenkim untuk tujuan terapi sel karena memiliki keuntungan yaitu tidak invasif, mudah, tidak perlu dilakukan biopsi dan tidak memerlukan keahlian dalam mendapatkannya. Namun ada kekurangan yang dimiliki oleh sel punca mesenkim yang berasal dari darah tepi yaitu jumlah populasi lebih sedikit dibandingkan dengan populasi yang dimiliki sel punca mesenkim yang berasal dari sumsum tulang. Mengamati pengaruh pemberian ekstrak Centella asiatica (pegagan) dan Acalypha indica (air akar kucing) terhadap peningkatan efisiensi rekayasa sel pada kultur sel punca mesenkim asal darah tepi dalam pendekatan terapi sel. Studi eksperimental in vitro pada kultur primer dan kultur post pasasi pada sel punca mesenkim asal darah tepi. Kelompok perlakuan terdiri atas beberapa kelompok yaitu satu kelompok control, 3 kelompok ekstrak air Acalypha indica (10mg/mL, 15mg/mL, 20mg/mL) dan 3 kelompok ekstrak air Centella asiatica (10μg/mL,15μg/mL,20μg/mL) selama 17 hari untuk kultur primer dan 48 jam pada kultur post pasasi. Setelah diberi perlakuan, nilai viabilitas relatif sel dan tingkat proliferasi sel diukur dengan metode MTT. Viabilitas relatif sel dan tingkat proliferasi sel pada kultur primer dan kultur post pasasi sel punca mesenkim dengan pemberian ekstrak Centella asiatica memiliki tingkat proliferasi lebih tinggi secara bermakna dibandingkan dengan kontrol dan pemberian ekstrak Acalypha indica Linn (p < 0,05). Pemberian ekstrak Centella asiatica lebih bermanfaat dalam meningkatkan proliferasi sel dan viabilitas relatif sel dibandingkan ekstrak Acalypha indica pada kultur post pasasi PBMC yang diperlukan untuk mendapatkan sel punca mesenkim yang akan dijadikan terapi sel. ......Cell therapy is one of healing degeneration diseases approaching which provides the hoping of organ or tissue repairing to provide satisfactory results in terms of regeneration and rehabilitation organ function. Mesenchymal stem cell found in the human peripheral blood. This stem cell have morphology, cytoskeletal, cytoplasmik and surface markers (CD14-, CD31-, CD34-, CD44 +, CD45-, CD73 +, CD90 +, CD105 + and CD166 +) which are the same with Bone marrow derived mesenchymal stem cell. Peripheral blood is a promising source that can be used as an alternative source of /Mesenchymal stem cells for cell therapy because it has the advantage that are not invasive, easy to cultur, not necessary for biopsy treatment and requires no expertise to be collected. The disadvantages of Mesenchymal stem cells derived peripheral blood are less population compared to bone marrow derived mesenchymal stem cells. This research purpose to observe the effect of Centella asiatica and Acalypha indica extract in Mesenchymal stem cells derived peripheral blood cultured to approach cell therapy. Experimental studies in vitro in primary culture and subculture of Mesenchymal stem cells derived peripheral blood. The treatment groups consisted of several groups: one control group, three groups of Acalypha indica water extract (10mg/mL, 15mg/mL, 20mg/mL) and three groups of Centella asiatica water extract (10μg/mL, 15μg/mL, 20μg/mL) for 17 days primary culture and 48 hours subculture. Further treatment, the relative cell viability and cell proliferation rate are measured by MTT method. Relative cell viability and cell proliferation rate of primary culture cells and the Mesenchymal stem cells subculture from Centella asiatica extract have a significant higher proliferation than the control group and Acalypha indica Linn extract (p <0.05). Centella asiatica extract is more useful for increasing cell proliferation rate and relative cell viability compared to Acalypha indica extracts in PBMC culture to obtain mesenchymal stem cells that will be used for cell.
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2011
T30202
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Leslie Melisa
Abstrak :
ABSTRAK Pendahuluan : Ginjal sensitif terhadap hipoksia karena memerlukan sekitar 20-25% dari total cardiac output harian. Hipoksia berperan penting dalam patogenesis penyakit ginjal kronis karena dapat memicu peningkatan stres oksidatif. Glutation (GSH) sebagai salah satu antioksidan intraseluler terbanyak dapat mencerminkan tingkat stres oksidatif di tingkat seluler (parameter stres oksidatif). Efek antioksidan dari akar kucing dan pegagan diduga dapat mengurangi pengunaan GSH oleh sel. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui durasi pemberian teroptimal dari kombinasi kedua herbal tersebut dalam menanggulangi stres oksidatif. Metode : Tikus diinduksi hipoksia selama 7 hari kemudian dibagi dalam 5 kelompok (kontrol positif yang diberikan pirasetam, kontrol negatif yang diberikan akuades, eksperimen 1, 2, dan 3 yang masing-masing diberikan kombinasi akar kucing 200 mg/kgBB dan pegagan 150 mg/kgBB selama 3, 7, dan 14 hari). Kadar GSH diukur setelah perlakuan. Hasil & Diskusi: Data hasil penelitian ini tidak bermakna secara statistik (p<0,05). Namun berdasarkan rerata kadar GSH tiap kelompok, kelompok eksperimen 2 dan 3 menunjukkan kadar GSH yang lebih tinggi berturut-turut 12,8% dan 10,1% daripada kontrol positif. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa kombinasi kedua herbal selama 7 dan 14 hari efektif dalam mengatasi stres oksidatif yang terjadi pada sel ginjal pascahipoksia. Durasi optimal pemberian kombinasi herbal adalah 7 hari.
ABSTRACT Introduction : Hypoxia has an important role in the pathogenesis of chronic kidney disease because it can trigger oxidative stress. The antioxidant effect of akar kucing and pegagan is hypothetized to help reduce the utilisation of GSH (an intracellular antioxidant) in cells. This research aims to find the optimal duration of the combined extract of akar kucing and pegagan for overcoming the oxidative stress in kidney cells. Method : After hypoxia, rats were divided into 5 groups (positive control - piracetam, negative control - aquades, experimental 1, 2, and 3 - a combination of 200 mg/kgBW akar kucing and 150 mg/kgBW pegagan each for 3, 7, and 14 days respectively). GSH level as the parameter of oxidative stress was then measured. Discussion : The results from this research are not statistically significant. However, if compared by means of each study group, the 2nd and 3rd experimental group show higher GSH levels (12,8% and 10,1% respectively) than that of the positive control group. Thus, the combined extract of akar kucing and pegagan for 7 and 14 days prove to be effective in handling the oxidative stress in post-hypoxic kidney cells. The optimal duration is 7 days.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sinurat, Degup Demolin P.
Abstrak :
Hipoksia menyebabkan sel membutuhkan adaptasi untuk bertahan. Hal ini menyebabkan respon hipoksia. Namun, hipoksia yang terus menerus dapat menyebabkan kerusakan jaringan ireversibel. Beberapa herbal secara tradisional sudah digunakan dalam penanganan gangguan-gangguan organ akibat hipoksia. Penggunaan herbal tradisional ini sebagian besar belum memiliki studi keamanan dan efikasinya. Pada studi eksperimental ini, dipilih campuran akar kucing dan pegagan akan dilihat efikasinya terhadap ginjal tikus Sprague dawley paska hipoksia. Studi ini akan menggunakan ekstrak akar kucing (Acalypha indica Linn) dan pegagan (Centella asiatica). Kedua herbal ini telah digunakan secara tradisional untuk efek anti-inflamasi, penurun demam, dll. Studi ini akan menggunakan kombinasi ekstrak dibandingkan dengan plasebo dan pirasetam dan juga akan melihat seberapa lama pemberian ekstrak yang memiliki efek yang paling baik. Pada studi ini akan diukur aktivitas spesifik dari karbonik anhidrase sebagai indikator dari respons hipoksia dan akan dibandingkan aktivitas spesifiknya pada tiap grup perlakuan. Penelitian ini menggunakan 42 sampel, dimana 2 diantaranya drop-out, sehingga hanya 40 data yang dianalisis. Dari analisis statistik, ditemukan bahwa ekstrak ini memiliki efek signifikan dibandingkan dengan plasebo saat diberikan selama 7 hari (p=0,004, CI 95%: 0,0448-0,3492). Kesimpulan yang didapatkan bahwa terapi ini memiliki hasil yang menurunkan aktivitas spesifik enzim karbonik anhidrase paling efektif pada pemberian 7 hari. ......Hypoxia forces cells to adapt in order to survive. This adaptation causes what is called the hypoxic response. However, continuous hypoxia will cause several irreversible tissue injuries. Several herbal medications have been used traditionally for diseases associated with hypoxia such as chronic kidney disease. These herbals has been used traditionally for medical purposes such as anti-inflammatory agent, anti-pyretic, etc. However, most of these herbals have not been proven for its efficacy nor its safety. In this study, we used a combination of Acalypha indica Linn and Centella asiatica extracts to determine its efficacy on post-hypoxic Sprague dawley kidneys. This experimental study used these combinations and compared it to placebo and piracetam and also sought for the effective duration. The Carbonic Anhydrase enzyme will be used as an indicator of hypoxic response and its concentration will be measured for comparison between groups. The experiment used 42 samples, in which 2 dropped-out, and 40 datas were analyzed. After statistical analysis, we found that the combination have significant effect when given in 7 days (p= 0.004, CI95% 0.0448-0.3492). In conclusion, therapy using these herbal extracts will have a reducing effect on Carbonic Anhydrase level when given for 7 days.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>