Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 87 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Lestaria Aryanti
"ABSTRAK
Frozen shoulder merupakan suatu keadaan dimana terjadi kekakuan pada sendi bahu yang diawali dengan rasa nyeri dan berakibat berkurangnya lingkup gerak sendi kesegala arah. Seringkali keadaaan ini timbul tanpa alasan yang jelas, tetapi dapat pula dihubungkan dengan berbagai keadaan seperti angina/insufisiensi coroner, hemiplegia, parkinson, tumor pada daerah apex paru-paru, tumor pada payu dara, akibat pemakaian obatobatan, diabetes melitus dan lain sebagainya.(1, 3, 4, 5, 6,11,13,18,26). Keadaan ini merupakan 'self limiting disease' (2,8,22,23,24). Reeves (23) meneliti penderita Frozen Shoulder selama 5 sampai 10 tahun (dengan rata-rata 30 bulan } pada 41 penderita, semua kembali pulih dengan baik secara spontan. Dengan waktu penyembuhan antara 1 sampai 4 tahun setelah timbulnya gejala. Simmand meneliti bahwa setelah 3 tahun dari 21 penderita hanya 5 penderita yang berfungsi normal, 9 penderita masih terdapat kelemahan dan nyeri serta 6 penderita terdapat kelemahan dan keterbatasan gerak. Karena gangguan fungsi yang dialami serta rasa nyeri me nyebabkan penderita mencari berbagai pertolongan kepada tenaga kesehatan seperti dokter spesialis syaraf, spesialis rheumatologi, spesialis bedah tulang, maupun pada dokter rehabilitasi medik. Pengobatan yang diberikan dalam bidang rehabilitasi medik bertujuan untuk menghilangkan rasa sakit dan mengembalikan lingkup gerak sendi pada keadaan yang normal. (6.1618,20)
Penanganan dalam bidang rehabilitasi medik dapat berupa terapi panas/dingin, terapi latihan fisik, manipulasi dengan atau tanpa anestesi, ultra sound, medikamentosa seperti analgesik dan steroid. Dari semua jenis terapi ini, latihan gerak merupakan bagian yang terpenting. Tanpa latihan gerak, maka sulit diharapkan hasil yang baik. Pengobatan ini bukan merupakan pengobatan standard, tetapi disesuaikan dengan keadaan penderita. (18, 10) Lamanya pengobatan dan jenis terapi yang diberikan menyebabkan biaya yang dikeluarkan oleh penderita menjadi cukup besar.
Terapi latihan fisik yang merupakan salah satu terapi dibidang rehabilitasi medik merupakan terapi yang mudah dilaksanakan baik dirumah maupun di rumah sakit. Melakukan latihan terapi fisik di rumah sakit sampai sembuh sempurna tentunya tidak ekonomis, untuk itu latihan dirumah secara teratur dapat mengatasi masalah tersebut. Sebagian besar keberhasilan-keberhasilan terapi ditunjang oleh latihan fisik tersebut. Sepanjang pengetahuan penulis belum ada penelitian dibidang rehabilitasi medik di Indonesia untuk membandingkan hasil terapi latihan fisik pada penderita Frozen Shoulder yang dilakukan dirumah dengan latihan fisik yang dilakukan dirumah sakit. Oleh karena itu perlu di lakukan penelitian dengan tujuan agar dapat menilai efek terapi latihan fisik tersebut pada pemulihan rasa sakit dan fungsi dari bahu serta efisiensi dalam jumlah biaya yang diperlukan selama pengobatan penderita Frozen Shoulder.
Meskipun penelitian ini merupakan penelitian pendahuluan, diharapkan akan diperoleh pengertian yang lebih mendalam tentang manfaat latihan fisik yang dilakukan dirumah?"
1990
T58521
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suharyuni Suharmadji Argadikusuma
"Dengan makin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, maka berkembang pula peralatan yang dipergunakan oleh dokter baik peralatan diagnostik maupun terapetik.
Demikian pula dalam bidang ilmu Rehabilitasi Medik. Salah satu jenis alat tersebut adalah alat terapetik yang menggunakan arus listrik dan dipakai untuk pemanasan jaringan ("diathermy") dengan mengubah arus listrik menjadi arus eletromagnetik gelombang ultra pendek ("ultra short wave diathermy") atau elektromagnetik gelombang mikro ("micro wave diathermy") (1) (2) (3).
Beberapa kepustakaan menyebutkan pemakaian diatermi gelombang pendek bermanfaat pada panatalaksanaan lesi yang terletak dalam dan sulit dicapai oleh alat modalitas yang lain (4) (5).
Akhir-akhir ini disebutkan pula alat ini berfaedah pada terapi keluhan-keluhan ginekologis (6) (7).
Pada adneksitis, seringkali infeksi oleh bakteri gonorrhoe disertai kuman lain, sehingga penyembuhan tidak sempurna, timbul penyumbatan dan perlekatan antara tuba dengan ovarium atau jaringan sekitarnya dan penyakit kronis (8) (9).
Selain penggunaan antibiotika yang dapat mencakup beberapa jenis kuman, diatermi ternyata bermanfaat untuk menunjang keberhasilan terapi stadium kronis ini (1) (2). Disini pemanasan menyebabkan peningkatan vaskularisasi yang akan membantu penyembuhan penyakit dan membantu terapi antibiotika menjadi lebih efektif.
Tehnik pemakaian yang sesuai adalah dengan metode kondensor secara "cross fire techniques". Cara pemberian yang terdiri dari 2 bagian dengan tehnik pemasangan elektroda saling tegak lurus, memungkinkan ke empat dinding rongga panggul dipanasi (2) (10).
Untuk keberhasilan terapi ini, penilaian rasa nyeri merupakan hal yang penting. Telah dikenal beberapa cara, salah satu diantaranya yang cukup dapat diandalkan adalah Visual Analogue Scale {VAS). VAS merupakan cara yang cukup popular karena caranya mudah, murah dan dapat diulang (11) (12).
Akhir-akhir ini kasus adneksitis lebih banyak ditemukan, hal ini mungkin berhubung dengan spektrum penyakit hubungan seksual yang semakin luas (6). Demikian pula dengan jumlah rujukan dari bagian kebidanan ke Unit Rehabilitasi Medik. Selain itu di Indonesia, penelitian khusus mengenai hal ini belum pernah dilakukan.
Oleh karena itu penulis merasa perlu melakukan penelitian dengan tujuan umum yaitu membantu upaya peningkatan kualitas pengobatan serta mempercepat proses penyembuhan penyakit adneksitis kronis serta tujuan khusus menilai adakah kecenderungan manfaat terapi diatermi sebagai terapi penunjang pada pengobatan penyakit tersebut.
Walaupun penulis telah melakukan berbagai upaya penelusuran bahan rujukan dari berbagai sumber antara lain: Perpustakaan Pusat FKUI, Pusat Inforrnasi Kedokteran dan Kesehatan (PIKK), perpustakan di Tokyo Jepang, perpustakaan beberapa pabrik obat dan lain-lain, tetapi penulis masih merasakan banyaknya kekurangan-kekurangan mengenai hal tersebut, tetapi walaupun begitu hasil penelitian ini diharapkan akan memberi manfaat terhadap penderita adneksitis kronis dan akan diperoleh pengertian lebih mendalam tentang potensi terapi, ini?"
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1990
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hutabarat, Tetty
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia , 1994
T-pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Indriani
"Tujuan : Mengetahui efektifitas terapi latihan Brandt & Daroff pada keseimbangan postural penderita Vertigo Posisi Paroksismal Jinak (VPPJ). Rancangan & Metode : Eksperimental (pre and post treatment) dengan intervensi terapi latihan Brandt & Daroff selama 4 minggu, pada 31 penderita VPPJ yang datang berobat di Poliklinik NO-THT, Syaraf dan Rehabilitasi-Medik RSUPN-CM Jakarta selama kurun waktu April s/d Mei 1999 dan memenuhi kriteria penerimaan. Ukuran Keluaran Utama : • Keluhan VPP J : vertigo, dizziness, mual. • Tanda klinis subyektifVPPJ : Tes Romberg, tes Stepping, tes Hallpike. • Tanda klinis obyektif VPPJ : Tes keseimbangan postural/ posturografi. Basil: Dengan uji McNemar, didapatkan perbaikan yang bennakna pada keluhan dan tanda klinis subyektif penderita VPP J. Dengan uji Wilcoxon, didapatkan perbedaan yang bermakna pada nilai rata-rata gambaran keseimbangan postural penderita VPPJ sebelum dan sesudah latihan. Kesimpulan : Terapi latihan Brandt & Daroff dapat memperbaiki gangguan keseimbangan postural dan mengurangi keluhan serta tanda klinis subyektif penderita Vertigo Posisi Paroksismal Jinak.

Objective : To evaluate the effectiveness of Brandt and Darotrs exercise on postural balance in BPPV patients. Design and Method : Experimental (pre and post treatment) with interventional Brandt and DarofT's exercise for 4 weeks in 31 BPPV patients who were coming to ENT, Neurology and Medical Rehabilitation Clinics from April to May 1999, fulfilled the inclusion criteria. The Outcome Measurements : The complaints ofBPPV Subjective clinical signs of BPPV Objective clinical sign of BPPV Results: : Vertigo, dizziness, nausea. : Romberg test, Stepping test, Hallpike test. : Posturography I postural balance test. MacNemar test showed significant improvement in subjective clinical symptoms and signs of BPPV patients. Wilcoxon test indicated significant differences of the mean of postural balance descriptions in BPPV patients before and after training. Conclusions : Brandt and Darotrs exercise could improve postural imbalance and alleviate subjective symptoms and signs of BPPV patients."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia , 1999
T59105
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Pradewi Indriyastuti
"ABSTRAK
Amputasi anggota gerak bawah, merupakan keadaan yang mempengaruhi kehidupan pasien yang tidak terpikirkan sebelumnya. Amputasi dilakukan akibat trauma , infeksi, keganasan atau gangguan metabolisme selain itu amputee juga bisa terjadi akibat kelainan kongenital. Untuk penanggulangan penderita amputee, banyak disiplin kerja yang terkait agar dapat tercapai kemampuan fungsional yang mandiri, antara lain peranan dokter, perawat, psikolog, pekerja sosial medik & pembuat protesa. Peran mereka sangat besar dalam usaha membuat seseorang mandiri ini.
Dengan melakukan latihan-latihan amputee anggota gerak bawah dapat mencapai kemandirian. Kemampuan penderita amputasi untuk mencapai kemandirian, perlu melalui beberapa tahapan. Beberapa tahapan (fase) yang perlu ditempuh seorang amputee yaitu : fase I : selama di Rumah sakit, persiapan pasien yang diamputasi dari segi medis, psikososial dan prostetik yang disebut fase urus diri (selfcare);fase III setelah pulang dari Rumah sakit disebut fase penyesuaian diri yaitu penyesuaian pemakaian protesa, untuk dapat melakukan kegiatan sehari - hari (?ADM') secara optimal untuk komunikasi luas, fase III meningkatkan kemampuan lebih luas untuk mengatasi keterbatasan (handicap) melalui berbagai jenis kegiatan sehari-hari, bergaul dan beradaptasi, sehingga tercapai kepuasan diri seperti sebelum amputasi atau bahkan lebih.
(1) Hal ini telah lama mendapat perhatian para ahli (pakar) dan sampai saat ini masih terus merupakan tantangan, baik bagi setiap amputee, maupun pakar-pakar untuk mencapai cita-cita ini. Banyak penderita amputasi yang belum dapat melakukan kemampuan-kemampuan ini, sehingga kemampuan ini dapat digunakan sebagai contoh bagi amputee lainnya.
Di Indonesia belum ada data mengenai cacat amputasi. Di RSCM sendiri baru tercatat 40 kasus amputee sejak tahun 1986-1989.terdiri dart Laki-laki . 37 kasus (93 %),dan perempuan 3 kasus (7%). Etimologi amputasi adalah sebagai berikut : kongenital 4 kasus (.O%), trauma 21 kasus (52%), vascular 3 kasus (8%), dan yang sampai mendapatkan protesa 12 amputee (30%).
Salah satu usaha yang dapat dilakukan bagi penderita amputee untuk mencapai peningkatan kemampuan untuk mencapai kemandirian ialah melalui latihan kesegaran jasmani berupa latihan-latihan aerobik; latihan ini dipakai untuk menentukan tingkat kemampuan jalan penderita amputee dengan mempergunakan protesa, sehingga dapat tercapai kesegaran jasmani dengan penilaian secara kardiologis dan penilaian kecepatan berjalan menurut jenis amputasi pada penderita amputee ini. Kemampuan ini yang diteliti dan dinilai.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu para pakar untuk mencapai usaha menolong "amputee" pada segi kemandiriannya dalam waktu yang secepatnya.
Penelitian ini hanyalah merupakan penelitian pasca amputasi, baik atas lutut maupun bawah lutut.
Yang dianalisa adalah :
--Berapa lama penderita mencapai fase self care (fase urus diri) di rumah sakit.
--Alat bantu yang diperlukan setelah fase urus diri di rumah sakit.
--Mencari patokan aktivitas sehari-hari di rumah pada fase II (penyesuaian diri) dengan keadaan panjang puntung dengan menggunakan protesa, dalam kegiatan aktivitas sehari-hari untuk mendapatkan panjang puntung yang optimal dengan"menentukan banyak langkah permenit yang sesuai dengan jenis amputasi?
akan berlangsung lama dan sudah dapat dijadikan pelajaran untuk melakukan tindakan yang tepat di kemudian hari. Penulis mempunyai kesimpulan bahwa instrumen Stock Index Option LQ-45 dengan kontrak Call option dapat diperdagangkan di BEJ. Syarat untuk meluluskannya adalah dibuat transaksi dengan harga patokan lebih variatif lagi. Diperkenaikan juga transaksi kontrak dengan Put Option. Pencarian terhadap strategi-strategi hedging juga alcan menjadi motivator untuk diperdagangkannya instrumen Stock Index Option LQ-45 di Bursa Efek Jakarta.
"
1990
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hendro Rahaswanto
"Latar Belakang
Masalah olahraga (senam) pada masa nifas masih merupakan sesuatu yang jarang dilaksanakan oleh ibu-ibu. Hal ini disebabkan oleh adanya kebiasaan dan anjuran yang menyatakan bahwa sebelum 40 hari tidak boleh melakukan kegiatan yang agak berat, termasuk olah raga dan tidak boleh keluar rumah. Kelelahan yang sangat akibat persalinan karena tidak pernah olah raga atau latihan pada masa sebelum, sedang dan sesudah hamil merupakan hal yang perlu diperhatikan.(1)
Beberapa kepustakaan menyatakan bahwa berolah raga adalah suatu kesanggupan dan kemampuan tubuh, untuk melakukan penyesuaian terhadap beban fisik yang diberikan kepadanya, tanpa menimbulkan kelelahan yang berlebihan.(2,3)
Kehamilan, persalinan dan nifas adalah proses normal dalam siklus seorang ibu; tetapi perubahan organ-organ tubuh pada keadaan tertentu, dapat menimbulkan penyulit yang berbahaya untuk ibu atau kehamilan itu sendiri . (1--10 )
Sebagai akibat persalinan terjadi kelemahan-kelemahan ligamen yang tergolong dalam fasia endopelvika dan otot serta fasia dasar panggul, sehingga prolaps genitalis sering terjadi segera sesudah melahirkan atau pada masa nifas. Frekuensi prolaps genitalis lebih sering dijumpai pada wanita-wanita yang telah melahirkan, wanita berusia lanjut dan wanita dengan pekerjaan berat.
Bila tidak ada kontra indikasi, latihan senam panggul pada masa nifas diharapkan dapat membimbing ibu yang telah melahirkan; meningkatkan kekuatan otot-otot perut, punggung dan dasar panggul sehingga lekas kembali kepada keadaan semula. Hal ini merupakan prophilaksis terhadap terjadinya prolaps genitalis, dan upaya perbaikan dalam sistem pernapasan dan peningkatan kerja jantung. (2-5, 9, 11-14,16)
Hipotesa nol :
Senam panggul yang dilakukan secara teratur pada periode masa nifas akan meningkatkan secara cepat kekuatan m.levator ani.
Tujuan Penelitian
Tujuan Umum Meningkatkan kesegaran jasmani dan mengembalikan bentuk tubuh kepada keadaan semula dari post partum.
Tujuan Khusus : Menguji kebenaran bahwa senam panggul ('pelvic fitness program') akan meningkatkan kekuatan otot dasar panggul (m.levator ani).
"
1990
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tobing, Indriati M.S.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1990
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maryana Ugahary
"Latar Belakang Penelitian. Warm up merupakan suatu latihan pendahuluan yang dirancang mempersiapkan tubuh untuk mengikuti aktivitas olah raga. Terdapat beberapa macam warm up yaitu:
1. Warm up pasif : pemanasan tubuh dengan sumber dari, luar seperti mandi air hangat, pancuran air hangat, diatermi.
2. Warm up aktif : pemanasan tubuh dengan cara melakukan gerakan tubuh seperti berlari-lari, bersenam, bersepeda dan lain-lain. Warm up aktif dapat terdiri dari beberapa tahap, yaitu:
a) Jalan atau lari perlahan (jogging), untuk meningkatkan aliran darah sehingga menghasilkan suhu tubuh yang lebih tinggi di seluruh tubuh.
b) Latihan kalistenik yaitu gerakan tubuh yang ritmis sistematik yang biasanya dilakukan tanpa alat atau beban, terdiri dari gerakan melengkung (bending), berputar (twisting), mengayun (swinging), menendang (kicking) dan melompat (jumping) dan latihan lain seperti push up, sit up, chin up (7). Latihan kalistenik biasanya dilakukan dari atas ke bawah mulai leper, lengan dan bahu, abdomen, punggung dan tungkai.
c) Latihan peregangan ,(stretching) untuk otot otot yang diperlukan dalam olah raga yang bersangkutan. Untuk pelari diperlukan peregangan otot bahu dan tricep, punggung, panggul, quadricep, hamstring, gastrocnimeus dan achilles_ Latihan peregangan yang dipakai sebaiknya yang secara statik yaitu setelah otot diregang penuh secara aktif, maka otot dipertahankan pada posisi ini selama beberapa waktu. Waktu yang diperlukan untuk mempertahankan peregangan ini sekurangnya 6 detik agar serabut kolagen dalam otot, tendon, ligamen, mendapatkan perobahan plastisitasnya.
d) Tahap terakhir yaitu tahap koordinasi, dipusatkan pada teknik olah raga yang bersangkutan dengan mempraktekkan gerakan-gerakan spesifik, misalnya untuk olah raga lari jarak pendek dapat berupa latihan start dan beberapa sprint pendek 20 ? 40 meter.
Seluruh warm up dapat berlangsung sekurangnya 15 - 20 menit sebagai akibat dari warm up suhu tubuh ditingkatkan. Hal ini merupakan satu dari beberapa faktor yang meningkatkan kemampuan (performance), karena meningkatnya suhu tubuh menyebabkan :
1. Meningkatnya kecepatan kontraksi dan relaksasi otot sehingga otot akan bekerja lebih efisien.
2. Hemoglobin membawa lebih banyak oksigen serta dissosiasinya juga lebih cepat.
3. Efek yang sama dengan hemoglobin juga terjadi pada myoglobin.
4. Proses metabolisme meningkat.
5. Hambatan pada pembuluh darah menurun.
Pada latihan peregangan yang merupakan bagian dari warm up, memberi kelenturan otot yang periting untuk meningkatkan kemampuan pada olah raga atau perlombaan terutama pada pelari jarak pendek yang memerlukan kecepatan.
Hogberg dan Ljunggren memeriksa efek warm up (dalam bentuk lari kecepatan sedang dikombinasi dengan kalistenik) terhadap kecepatan lari 100 meter, 400 meter, 800 meter, pada atlet yang terlatih baik. Didapatkan untuk lari 100 meter perbaikan 0,5 - 0,6 detik, untuk lari 400 meter perbaikan 1,5 - 3 detik, untuk lari 800 meter perbaikan 4 - 6 detik dibandingkan tanpa warm up.
Sebagian besar penyelidik membuat kesimpulan bahwa suatu warm up cenderung meningkatkan kemampuan, meskipun belum ada kesamaan dalam menentukan Jenis, intensitas dan lama warm up.
Mengenai lamanya warm up, Hogberg dan Ljunggren juga mengamati hasil lebih baik sesudah warm up 15 menit dibanding sesudah 5 menit pada lomba lari 100 m, tetapi selanjutnya perbaikan tidak bermakna bila warm up diperpanjang dari 15 menit - 30 menit.
Lari sprint 400 meter yang merupakan endurance sprinter memerlukan energi aerobik + 30%, energi anaerobik ± 70% sedangkan sprint 100 meter hampir seluruhnya memerlukan energi anaerobik.
Sebagai cara yang mudah untuk menentukan apakah intensitas dan lama warm up sudah cukup, yang merupakan tanda adanya kenaikan suhu tubuh yaitu dengan melihat apakah atlet yang menjalankan warm up sudah mulai berkeringat. Bila diinginkan cara yang lebih ilmiah yaitu dengan mengukur kenaikan suhu tubuh.
Berdasarkan hal tersebut diatas, penulis ingin melakukan penelitian sampai seberapa jauh pengaruh intensitas dan lama warm up terhadap kecepatan lari pada pelari jarak pendek."
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1990
T58508
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Een Suhenda Achyani
"ABSTRAK
Upaya untuk suatu usaha yang tiba-tiba dengan beban fisik yang berat tanpa didahului oleh pemaaasan yang tepat me-rupakan komponen yang diperlukan. pada beberapa 'keadaan pe-nanggulangan darurat. Pada keadaan tersebut ? dibutuhkan pe-nyesuaian sistem kardiovaskuler dalam waktu yang sangat pen-dek / singkat, dan penyesuaian sistem kardiovaskuler ini da-pat dipantau melalui pemeriksaan frekuensi denyut jantung atau denyut nadi, tekanan darah dan elektrokardiogram (1,2).
Barnard dkk., dalam penelitiannya menyatakan bahwa pem-berian kerja fisik yang berat secara tiba-tiba tanpa didahului oleh pemanasan, dapat menimbulkan respon yang bervariaai pada tekanan darah sistolik, akan tetapi ;selalu. menuriinkan tekanan darah diastolik segera setelah pemberian kerja fisik yang berat dihentikan. Apabila kerja fisik itu diberikan setelah raelakukan peraanasan, maka kenaikan tekanan darah sis-toliknya akan lebih rendah dari pada tanpa pemaiiasah, tekan-r an diastoliknya senantiasa tetap menurun. Freknensi" denyut jantung baik pada kerja fisik yang didahului ? tnaupun tanpa didahului oleh pemanasan akan memperlihatkan kenaikan. Penelitiannya memperlihatkan kenaikan denyut jantung yang didahului pemanasan ( 16? 1 2 per menit ), ternyata lebih tinggi
2.
Dari ke 16 orang percobaan yang berusia antara 21 - 52 tahun tanpa melihat apakah orang percobaan itu olah-ragawa-H atau bukan, didapat hasil 11 orang percobaan memperlihatkan peningkatan tekanan darah sistolik, 3 orang memperlihatkan penurunan tekanan darah sistolik dan 2 orang percobaan tidak memperlihatkan perubahan tekanan darah sistoliknya (33i -
I.2. PERMASALAHAN.
Apakah hal yang sama seperti pada peaelitian Barnard ini, dapat terjadi pada kelorapok umur tertentu dan pada olah-ragawan maupun bukan olah-ragawan, karena pada ' :kenyataannya baik tekanan darah maupun denyut jantung '"dapat " dipengaruhi oleh usia maupun kegiatan jasmanij seseorang (1,2,4,5,6,7,8,
II,13,16,18,19,23,24,25,28).
1.3. TDJUAN PEN.ELIT1AN.
a. Tujuan Khusus.
Untuk mengetahui pengaruh pemanasan terhadap perbedaan perubahan frekuensi denyut jantung dan tekanan darah, pada olahragawan dan bukan olah-ragawan, setelah penghenti-an pemberian kerja fisik.
b. Tujuan Umum.
Dengan pemanasan diharapkan dapat mengurangi bahkan mencegah kemungkinan terjadinya ketidak-mampuan adaptasi dari sistem kardiovaskuler terhadap kerja fisik."
1990
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gultom, Hulman
"Olahraga memegang peranan penting karena olahraga merupakan salahsatu komponen dari berbagai segi program rehabilitasi yang bertujuan memulihkan fungsi individu secara keseluruhan. Akhir-akhir ini program rehabilitas semakin populer tidak hanya dalam penanganan penyakit-penyakit tetapi juga dalam olahraga. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk: 1. mengukur derajat peningkatan kekuatan otot tubuh setelah pemanasan 15 menit da dengan tanpa pemanasan 2. membandingkan perubahan peningkatan kekuatan pada beberapa otot tubuh tertentu setelah mengalami pemanasan 15 menit."
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1989
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9   >>