Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 257 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Mazrul Aziz
Abstrak :
Impeachment presiden adalah suatu peristiwa konflik politik, dilemmatis, Iuar biasa, dan sensitif bagi rakyat dan bangsa Amerika, guna mewujudkan nilai-nilai budaya demokrasi. Dilematis, dalam arti karena wacana impeachment yang kontroversial akibat misinterpretasi dan miskonsepsi terhadap pasal-pasal konstitusi yang beresiko tinggi bagi sejarah dan citra bangsa dikemudian hari jika gegabah membuat keputusan menurunkan seorang presiders yang popular dimata rakyat. Presiden Bill Clinton dipersalahkan atas dasar etika amoral tapi dia tidak bersalah menurut hukum dan konstitusi, karena tindak amoral tidak tertuang dalam tuntutan impeachment. Luar biasa dalam arti sangat langka terjadi walaupun ada preseden terdahulu tahun 1 868 terhadap Presiden Andrew Johnson. Justru itu, proses impeachment menuntut kebijaksanaan penuh kehati-hatian serta pertimbangan matang bagi semua pihak. Sensitif maksudnya karena proses impeachment menuntut perhatian serius rakyat Amerika menyangkut status presiden mereka karena presiden merupakan simbol negara, kedudukan paling terhormat dan agung bagi masyarakat Amerika. Konflik kepentingan dari kelompok oposisi partai dan kelompok agamais konservatif telah memanfaatkan wacana agama dibalik konspirasi perebutan kekuasaan. Mayoritas opini publik yang berkembang dan sikap pragmatisme pemikiran generasi modern masyarakat Amerika berpikir realistis dan sanggupmembilah privacy dari dinas pemerintahan. Mereka menyetujui pelaksanaan impeachment tapi menolak memberhentikan Clinton. Dengan solusi yang tepat, Senat Amerika mengakomodir aspirasi rakyat tersebut sehingga impeachment berakhir gagal. Aspek-aspek positif profesionalisme, prestasi kinerja Clinton ikut mempengaruhi gagalnya tuntutan impeachment terhadap dirinya karena dia berhasil menjadikan booming-nya perekonomian Amerika, menutup deficit anggaran Federal yang minus $.290 milliar sampai akhir 1992, sehingga surplus $.9.5 milliar tahun 1999, mereformasi pendidian, meningkatkan kesejahteraan sosial rakyat, GDP dan income per kapita rakyat. Penelitian ini bertujuan memperlihatkan bagaimana konflik politik yang terjadi dan opini masyarakat yang berkembang di Amerika dalam polarisasi pro dan kontra opini terhadap impeachment Presiden Clinton. Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan kwalitatif serta kajian dengan metode analisis deskriptif-interpretatif dan metode content analysis. Buku-buku dan bahan-bahan ilmiah kepustakaan digunakan sebagai teori pendukung terhadap analisis data-data tertulis yang relevan dari media peta, koran-koran, majalah, jurnal, internet, proquest dan lain-lainnya. ......The Impeachment of President Bill Clinton, apparently is a political event, on the horns of dilemma, unusual, and very sensitive for all the Peoples of the United States to implement the values of American Democracy. A dilemma here implies that the discourse of impeachment toward Bill Clinton is very controversial due to the fact of misinterpretation, and misperception about the Constitution which is very risky for the country in the long future to unseat the popular president like Bill Clinton. Clinton is blamed in terms of moral-ethic but not in terms of Laws and Constitution. It is unusual because it is very uncommon, and scarcely happening, though, there was a previous precedent toward the impeachment president Andrew Johnson in 1868. Therefore, the process of impeachment should be carefully handled, with a wise consideration for all sides. Sensitive here implies that the impeachment process requires serious attention from American Peoples concerning the status of their president because a president is a noble symbol of the Nation and highly honorable for all Americans Conflict of interest from opposition party, and interest group of religious conservatives, have made use the religious discourse as the reason behind the conspiracy to unseat President Clinton. Majority of opinion growing in American societies, as well as the pragmatic attitude of American modern societies, think realistically to isolate the matter of privacy from the state duties. The accurate solution of Senate could considerably accommodate the people aspiration so that the impeachment process finally resulted in failure. Positive aspects of Clinton., his professional performance, and effective lobbies, have exactly influenced the decision of impeachment process. In addition, prestigious performance and popularity of Clinton have made spectacular achievements in American History, to push America as the world leader, and to pursue the American dreams "the City upon the Hill". Majority of American peoples refused to unseat Clinton from White House due to his prestigious success in his efforts to make economy of America booming, to cut the deficit federal budget from 1290 billion in 1992 to surplus $.9,5 billion in 1999, to reform education, and social security. The goal of the research is to show how the growing issues between pro and contra towards impeachment President Clinton. The research of this thesis uses the qualitative-approach with the deep studies by means of the descriptive interpretative-analysis and the methods of content analysis. Books and scientific materials from library are used as the theories to support the analysis toward the relevant-written articles collected from multiple-resources such as books, and mass media press, such as magazines, journals, bulletins, newspapers, internets, and pro-quests.
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2001
T204
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Franz S. Astani
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan adalah untuk menunjukkan bukti bahwa hipotesis yang diajukan peneliti: "Keberhasilan Bill Gates dan Industri Microsoft adalah karena dilandasi, diaktifkan dan digunakannya nilai-nilai budaya Amerika dalam Strategi Bisnis Industri Microsoft".
Microsoft telah berhasil menjadi suatu perusahaan yang menjadi idaman bagi eksekutif dan pekerja khususnya dibidang komputer untuk tempatnya bekerja dan mengembangkan karirnya. Microsoft telah menjadi perusahaan dengan Rasio Laba-Penjualan dan Rasio Laba-Asset yang tertinggi didunia versi beberapa majalah top seperti: Fortune, Time, dalam beberapa tahun terakhir ini. Microsoft telah menjadi "blue-chip" dipasar modal Amerika Serikat. Sebagai individu, Bill Gates telah dinobatkan sebagai orang terkaya didunia dalam beberapa tahun terakhir pula. Yang menarik adalah bahwa Eksekutif yang pernah bekerja atau masih bekerja di Microsoft telah menjadi orang-orang kaya, yang bergelimang uang, mendapatkan nama dan kemahsyuran disamping kemampuan yang piawai dalam bidang perangkat lunak komputer (Software).
Mengapa Bill Gates dan Industri Microsoft telah berhasil sedemikian rupa dan sedemikian cepatnya?. Nilai-nilai budaya Amerika yang mana yang mendasari sikap tindak Bill Gates dan tertuang dalam Strategi Bisnis Industri Microsoft ?
Penelitian ini dilakukan dengan mengadakan studi kepustakaan dengan metode pendekatan kualitatif.
Fokus penelitian ini adalah: (1) Menentukan nilai-nilai budaya yang terseleksi yang menjadi dasar bersikap tindak bagi Bill Gates dan Industri Microsoft; (2) Menentukan konsep, visi dan manajemen Bill Gates yang menjadikan industri Microsoft berkembang pesat dan merajai dunia perangkat lunak (software); (3) Menentukan nilai-nilai budaya Amerika yang terseleksi yang mendasari Strategi Bisnis Microsoft.
Hasil penelitian membuktikan bahwa nilai-nilai budaya Amerika yang terseleksi: kompetisi, demokrasi, frontier, kebebasan, bekerja keras, menuntut ilmu pengetahuan, pencapaian prestasi, sikap hidup yang aktif, inovatif, originalitas, pencerahan, sangat berpengaruh dan mendasari strategi bisnis industri Microsoft dan sikap tindak Bill Gates.
The Success Story of Bill Gates and Microsoft Industries based on its Business
Strategies, which supported by the American Culture.

The purpose of this research is to find evidence which will prove my hypothesis: "The Success Story of Bill Gates and Microsoft industries because based on, actified and applied the American Culture within its Business Strategies".
Microsoft have been successfully to be one of the most desired company of the executives and workers to work in or to give their services in, especially for those who work in the software and computers businesses. Microsoft already proved itself to be valuable company and the best achievement with highest Profit-to-Sales and Profit-to-Assets Ratio covered by famous international magazines such as: Time, Fortune. Microsoft also proved itself as a blue-chip company in United States Capital Market so far. Simultaneously, Bill Gates has been crowned as the richest man in the world.
This research done through observation in library and used qualitative method.
Focus of this research are: (I) To observe and decide the selected cultural values which influence Bill Gates and Microsoft Industries; (2) To decide vision, concept and Bill Gates Management Style which drive and enlarge Microsoft Industries so far; (3) To decide the selected cultural values which applied within Business Strategies of Microsoft.
My research proved that the selected American cultural values, such as: competition, democracy, frontier, freedom, hard-working, science-quest habits, achievement, active life style, innovation, originalities, enlighten proved influenced and to be a foundation of Microsoft Industrial Strategy Business and Bill Gates behavior.
2001
T776
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irwan Iding
Abstrak :
ABSTRAK
Masalah yang dihadapi oleh sebagian besar rakyat Amerika dalam menegakkan kepercayaan rakyat Amerika mengenai pelaksanaan prinsip equal justice dalam kasus-kasus penyalahgunaan kekuasaan adalah merupakan hal yang kompleks. Masalah ini sesungguhnya berpangkal dari tradisi masyarakat Amerika tentang bagaimana mereka memandang pemimpin politik dan sistem pemerintahannya.

Bila dilihat dari tradisi masyarakat Amerika, maka pada satu sisi ada kecenderungan masyarakatnya kurang menghargai kepemimpinan politik di pemerintahannya. Hal ini dikarenakan adanya pengaruh dan sikap sementara orang Amerika yang anti pemerintahan. Sindiran-sindiran dalam bentuk karikatur maupun kata-kata telah menjadi tradisi di masyarakat Amerika di dalam memandang para politisinya (Lerner, 1987:356-357). Hal yang sama juga dikemukakan oleh Gabriel (1991:23) bahwa para pemimpin politik di Amerika selalu diterima dengan penuh curiga dan dikritik pedas. Kecaman dan kritik semacam ini seringkali muncul sebagai akibat praktis dari tindakan yang diambil oleh para pemimpinnya.

Sementara, di sisi lain, masyarakat Amerika justru bangga dengan sistem pemerintahannya (Burns, dalam Stevens, 1988:293) yang diproklamirkan sebagai sistem demokrasi yang terbaik di dunia. Menurut John A. Moore Jr. dan Myron Roberts (1985:44), masyarakat Amerika percaya dengan pelaksanaan demokrasi di negaranya. Demokrasi berarti kekuasaan yang diatur oleh rakyat. Sistem tersebut menuntut kekuasaan politik dijalankan berdasarkan pilihan rakyat melalui mayoritas pemilih yang menggunakan hak suaranya, dan dengan cara demikian masyarakat Amerika memiliki alternatif untuk memilih ketika menggunakan hak suaranya. Di dalam sistem demokrasi di Amerika, perebutan kekuasaan secara militer tidak pernah akan terjadi, karena mereka percaya terhadap proses pemilihan sebagai cara yang dapat menyelesaikan perbedaan-perbedaan sosial maupun politik.

Namun, menurut Lerner (1989:362), perlu disadari pula bahwa ide demokrasi di Amerika mengandung pengertian ganda. Pengertian pertama memberikan jaminan perlindungan kebebasan individu melalui pembatasan kekuasaan pemerintah -- separation of powers, civil liberties, rule of law - dan perlindungan kebebasan dan hak milik terhadap gangguan yang sewenang-wenang oleh negara. Kedua, ide demokrasi mengenai penerapan atas perlakuan sama yang menekankan pada "rule of the majority" dalam menerapkan "social equality" sebagai dasar pemerintahan.

1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Endang Purwaningsih
Abstrak :
Bulan sabit dan bintang Islam tengah berkembang di sebuah masyarakat multikultural, walaupun pada awalnya, banyak mengalami hambatan untuk menerangi kehidupan keluarga Muslim. Kini cahaya Islam mampu menembus kegelapan masyarakat Amerika berkat adanya peran serta berbagai organisasi Islam di Amerika dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Islam dalam analisis fungsional, dapat dilihat sebagai petunjuk yang benar bagi manusia yang mengharapkan kebahagiaan kidup di dunia dan akhirat. Bagi keluarga Muslim di Amerika khususnya di Pacific Northwest, Islam merupakan cahaya untuk menyinari kehidupan masyarakat Muslim dan non Muslim. Untuk itu, dibutuhkan tempat bagi cahaya Islam agar mampu bertahan dari terpaan budaya multikultural. Salah satunya adalah melalui organisasi-organisasi Islam. Di samping itu, masalah pluralisme kebudayaan memang merupakan keharusan dalam suatu masyarakat beragam secara etnis. Namun motif-motif di balik pluralisme, harus dapat diterjemahkan dan dipahami secara benar oleh keluarga Muslim tanpa meninggalkan aqidah Al-Qur'an dan Al-Hadits. Melalui The American Moslem Foundation, keluarga Muslim terutama di Pacific Northwest dapat terlayani urusan sosial keagamaannya, yang terkait erat dalam kehidupan sehari-hari. The American Moslem Foundation akan berjalan terus dengan berbagai programnya terutama di bidang pemakaman, agar kehidupan masyarakat Muslim di Amerika dapat terus berkembang. Penulisan tesis ini bertujuan untuk menunjukkan dan memperlihatkan berbagai upaya penegakan Islam yang dilakukan oleh masyarakat Muslim di Amerika baik untuk keluarga-keluarga Muslim Amerika maupun masyarakat non-Muslim. Selain itu, juga bertujuan untuk menunjukkan dan memperlihatkan transformasi budaya Islam dan nilai-nilai normatif agama Islam dalam mengikuti perkembangan masyarakat dan kebudayaan Amerika. Sekaligus memperlihatkan pentingnya fungsi The American Moslem Foundation, sebagai salah satu organisasi Islam dan sarana menegakkan serta mengembangkan ajaran Islam di kalangan keluarga Muslim Amerika melalui program penyediaan pemakaman. Tesis ini menggunakan penelitian dari sumber kepustakaan dan menggunakan pendekatan budaya sebagai kajian analisisnya dengan melihat perubahan sosial yang terjadi pada keluarga Muslim di Amerika sebagai proses evolutif yang lama dan lambat. Karena permasalahan yang terjadi pada tesis ini berhubungan dengan segala sesuatu yang berkaitan dengan kehidupan keluarga Muslim di Amerika, terutama bagaimana masyarakat Muslim membutuhkan pemakaman Islam sebagai sarana untuk melestarikan budaya sekaligus merupakan proses interaksi yang tentunya sangat terkait erat dengan kebudayaan masyarakat setempat, maka penulisan tesis ini memakai kajian teori akulturasi.
A Crescent moon and a star of Islam being develop within the multicultural society, although at the beginning have an obstacle to light-up the life of Muslim's family. Now, the shine of Islam run through the darkness of American society by the blessing of all part of Islam's organization in the existence of national and country in the state of America. Islam in the functional analysis can be considered as the right way of human being who is wishing of happiness in the world and the great beyond. For the American Muslim family Islam is a light to shine American Muslim and non-Muslim life. Therefore, is needed an implement to hold on shine of Islam from multicultural. One of the ways through an organization of Islam. The problem of cultural pluralism is in ethnic society. Yet, the motives behind of the pluralism have to be interpret and make sense as real as by the Muslim's family without leaving the doctrine of AI-man and Al Hadits. By the American Moslem Foundation, the American Muslim's family especially in the Pacific Northwest be able to serve their own social religion's cases, which connecting with their daily life. The AMF run through the program especially in the field of the cemetery to develop the American Muslim society. The objective of this thesis is to show and indicate the efforts of the existence of Islam that has been done by the American Muslim society whether Muslim or non-Muslim. Besides, to show Islamic cultural transformation and the normative values of Islam to follow the society and the cultural development in the state of America. At once to show the important function of the American Moslem Foundation as one of the Islamic organization and the implement to establish as well as to develop the doctrine of Islam within the American Muslim's family by providing the Moslem cemetery program. The research of this thesis use the sources from library and cultural approach as the analysis theory by considering the social changing in the American Muslim family as long and slow evolutif process. The problem of this thesis is how the American Moslem family need the cemetery as the means of preserving culture of Islam with interaction process that exactly fixed with the local cultural society, therefore, the thesis use Acculturation theory.
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2000
T5453
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sutini Paimin
Abstrak :
Kaum wanita Amerika sudah mengalami ketidaksetaraan ratusan tahun yang lalu. Mereka merasa bahwa sebagai warga Amerika mereka tidak diberi kesempatan yang sama dengan pria yaitu mendapat pendidikan yang sama dengan pria serta mendapat kesempatan bekerja di luar rumah. Dengan adanya ketidaksetaraan ini, kaum wanita kelas menengah yang tergabung dalam kelompok feminisme menentangnya. Kaum wanita ini berkumpul di Seneca Falls pada tahun 1848 dan mencetuskan suatu deklarasi yang disebut Declaration of Sentiment and Resolutions yang isinya adalah pria dan wanita diciptakan sama. Atas dasar inilah kaum wanita menuntut persamaan hak dan kesempatan dengan pria. Perjuangan feminisme mulai berhasil ketika pada tahun 1920 kaum wanita mendapatkan hak pilih mereka setelah menunggu selama 72 tahun. Selain itu, mereka juga sudah mendapat kesempatan bekerja di luar rumah ketika Perang Dania II pecah sekitar tahun 1945. Mereka menggantikan tenaga kerja pria yang harus pergi berperang. Sejak itu, tenaga kerja wanita terus bertambah bahkan melampaui angka tenaga kerja pria. Meskipun secara kuantitas jumlah tenaga kerja wanita lebih besar dari pria tetapi kualitas pekerjaan mereka lebih rendah dari pekerjaan pria. Karena banyaknya tenaga kerja wanita serta rendahnya kualitas pekerjaan mereka, muncullah tindakan yang tidak menyenangkan dari pria terhadap wanita yang dikenal dengan tindakan pelecehan seksual. Pelecehan seksual terhadap wanita di lingkungan kerja adalah bentuk diskriminasi terhadap wanita serta bentuk pelanggaran terhadap Title VII of the Civil Rights Act of 1964. Salah satu kasus pelecehan yang sangat terkenal di Amerika adalah kasus pelecehan seksual oleh Thomas terhadap Hill. Kasus ini terjadi pada tahun 1981 tetapi oleh Hill baru diungkapkan pada tahun 1991 ketika Thomas dicalonkan oleh Presiden Bush sebagai hakim di Supreme Court. Umumnya kasus pelecehan terjadi karena adanya unsur ras, jender dan power (kekuatan). Dalam kasus Hill, Thomas adalah atasannya dan Hill adalah sekretarisnya. Kedudukan mereka tidak sejajar sehingga tindakan pelecehan dapat terjadi. Tuduhan Hill terhadap Thomas mengundang kontrovesi baik di kalangan masyarakat maupun di kalangan senator. Bagi kaum wanita yang tidak bekerja di luar rumah, mereka lebih percaya kepada Thomas karena ia pria kulit hitam yang berhasil di pekerjaan yang biasanya dilakukan pria kulit putih. Sementara itu, kaum wanita yang bekerja di luar rumah lebih mempercayai Hill karena menurut mereka pelecehan seksual memang terjadi di lingkungan kerja mereka. Senator Partai Republik yang sangat mendukung Thomas menginginkan agar pengukuhan Thomas segera dilaksanakan. Sedangkan Partai Demokrat menginginkan agar tuduhan terhadap Thomas dibuktikan dahulu kebenarannya. Hill akhirnya dikalahkan dan Thomas dimenangkan. Masalah yang dibahas di sini adalah bahwa kekalahan Hill lebih banyak dipengaruhi oleh unsur ras daripada jender ataupun politik kepentingan. Sekalipun Hill sebagai korban pelecehan mengatakan yang sesungguhnya tetap saja ia tidak dipercayai karena ia tidak dapat membuktikan kebenarannya. Tujuan penulisan ini ialah untuk menunjukkan bahwa kasus pelecehan seksual Hill gagal diselesaikan karena faktor ras lebih berpengaruh daripada faktor jender atau faktor politik kepentingan. Hal ini dikarenakan adanya kolaborasi kepentingan antara presiden yang berkuasa saat ini dengan para senator dari Partai Demokrat dan Republik, dengan Clarence Thomas, dan juga dengan kelompok minoritas kulit hitam. Metode penulisan yang dipakai adalah studi kepustakaan dengan pendekatan deskriptif interpretatif sebagai sumber informasi utama ditunjang oleh informasi dari internet dan CD-ROM.
Sexual Harassment towards Women at Working Environment: Anita Hill vs. Clearance Thomas's Case American women had experienced inequality since hundred years ago. They felt that as American citizen they were not given equal opportunity in getting the same education as well as getting the rights to work out side the home. The feminist group whose members were middle class women opposed this inequality. These women gathered in Seneca Falls in 1848 and declared what was called as Declaration of Sentiments. This declaration stated that all men and women were created equal. Based on this statement, women demanded equality of rights as well as opportunity with men. In 1920, the struggle of feminism equality was successful because they got their right to vote after waiting for 72 years. Beside that, they had also got a chance to enter the work force especially when World War II broke in 1945. Since then, the women labor force even outnumbered their constituent that was men's labor. Even though the number of women who entered the labor force was greater but their occupation was considered lower than men's job. Due to this condition, unwelcome advances or acts from men to women happened which was known as sexual harassment. Sexual harassment towards women at working environment is a form of discrimination and the violation of Title VII of the Civil Rights Act off 964. One of the sexual harassment cases which were famous in America was Anita Hill's case. This case happened in 1981 and was emerged by Hill in 1991 when Thomas was nominated as a judge at the Supreme Court by President Bush. Generally, sexual harassment happens because of race, gender and power factors. In Hill's case, Thomas was her supervisor while Hill was his secretary. Their position was unequal so the unwelcome advances might happen. Hill's allegation towards Thomas arouses controversy both in the society and among senators. American women who didn't enter the workforce, they believed Thomas more than Hill because he was a Blackman who was successful in white men's world. On the other hand, women who worked outside believed Anita Hill because sexual harassment did happen in their working environment. Republican senators who strongly supported Thomas wanted no delay for his confirmation, while Democratic senators suggested investigating Thomas due to Hill's allegations. However, Hill at last was defeated and Thomas was supported. The problem discussed in this thesis is that Hill's sexual harassment case is mainly influenced by race factor than gender or politics factor. The purpose of this writing is to show that Hill's sexual harassment case is unresolved. It is due to the race factor which is more decisive than the other two factors, namely gender and politics factors. This is caused by the collaboration between the president at that time with the Republican and Democratic senator as well as Clarence Thomas and the minority group that is African Americans. Method of writing in this thesis is purely library research with descriptive interpretative approach as the main source supported by the information from internet and CD-ROM.
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2001
T5531
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nina Fivi Oktavia
Abstrak :
Masa-masa awal terpilihnya Franklin D. Roosevelt pada tahun 1933 sebagai presiden Amerika adalah masa dimana Amerika serikat sedang berada pada keadaan terberat karena terpaan depresi terbesar dalam sejarah Amerika, yang dimulai tahun 1929. Pada saat itu Roosevelt menghadapi berbagai tantangan baik yang disebabkan oleh depresi ekonomi itu sendiri maupun oleh berbagai pihak yang tidak menyetujui segala kebijakan dalam pemerintahannya, termasuk dalam hal ini pihak kongres dan mahkamah agung.

Karena besarnya tantangan tersebut, Roosevelt mencoba untuk mendapatkan dukungan sebesar-besarnya dan masyarakat Amerika terhadap segala kebijakannya. Dalam hal ini, Roosevelt kemudian dikenal sebagai presiden yang mempelopori gaya sosialisasi politik yang baru yaitu dengan cara mencari dukungan rakyat lewat pendekatan melalui radio. Melalui radio, Roosevelt yang sejak semula mempunyai kelebihan kemampuan retorik, berusaha menjangkau rakyatnya dalam mensosialisasikan berbagai kebijakannya agar dapat diterima oleh rakyat.

Tindakan Roosevelt ini bukannya tidak beralasan. Radio, sejak ditemukannya pada akhir abad 18, berkembang begitu pesat dan langsung menduduki tempat di hati setiap rakyat Amerika. Radio merupakan hal yang baru bagi masyarakat Amerika dan mampu menyajikan hal-hal yang sangat berbeda dari media yang ada sebelumnya yaitu surat kabar. Radio mampu memberikan pengaruh yang besar dalam menggerakkan dan mempengaruhi pendapat suatu masyarakat. Radio pada saat itu bahkan mampu menggeser kedudukan surat kabar dalam penyajian siaran beritanya, yang diyakini masyarakat lebih cepat dan hangat, dan lebih murah dan praktis. Berbagai potensi yang dimiliki radio inilah yang menyebabkan ia menjadi rentan terhadap kemungkinan menjadi alat pembentuk monopoli pendapat dan corong bagi pihak-pihak yang mampu secara jeli memanfaatkan radio untuk kepentingannya.

Masalah yang muncul dan menjadi pembahasan dalam tesis ini adalah apakah radio memang mempunyai pengaruh besar dalam berhasilnya Roosevelt mendapat dukungan rakyatnya, dan jika memang demikian akan dilihat lebih lanjut bagaimana cara Roosevelt dalam menggunakan media ini dan apakah ada kemungkinan terjadinya perbedaan antara retorika Roosevelt yang mendapat sambutan begitu antusias dari masyarakat dengan berbagai kenyataan sosial yang ada yang menjadi konsekuensi dari pelaksanaan kebijakan Roosevelt.

Melalui penelitian ini, dapat dilihat bahwa ternyata potensi yang dimiiiki radio dapat dimanfaatkan oleh Roosevelt dengan menggabungkan juga potensi retorika yang ada padanya. Lewat media inilah Roosevelt mensosialisasikan sebagian besar kebijakannya dan radio inilah yang menjadi salah satu faktor terpenting dalam keberhasilannya merebut simpati rakyat Amerika masa itu.

Penelitian ini juga membuktikan bahwa dengan sosialisasi semacam itu, Roosevelt dapat mengoptimalkan potensi radio sebagai pembentuk opini publik positif terhadapnya dan sekaligus dapat menutupi setiap kekurangan-kekurangan dari berbagai kebijakannya, serta dapat menggiring masyarakat Amerika ke arah pendapat dan dukungan yang ia inginkan.
Rhetorics Using Radio by President Franklin D. Roosevelt and Social RealityThe early years of Franklin D. Roosevelt?s administration as the United States? president were the hardest time for American people because of the great depression beginning in 1929. At that time, Roosevelt faced a lot of challenges, which were caused both by the depression and by some people who do not like him and his policies.

Because of those challenges, Roosevelt tried to get as much support as he could from the American people to support his policies. He is well known then as the president who pioneers a new style of politics socialization by using radio as his media to get people's support. By that medium, Roosevelt, who had very good rhetoric ability, tried to reach his people in socializing his policies in order to get the American people's support.

Roosevelt had reasons for what he did in getting people's support. Radio at that time was a very phenomenal medium for American people. It provided very different things compared to newspaper. Successfully, radio finally could get newspaper's position in presenting news program, because people considered radio to be quicker and hotter in presenting news. Moreover, it was cheaper and easy to get. These potentialities of radio make it easier to be the vehicle of some people who want to use it for their assessment for many things.

The problem which arouse here in this thesis then is whether radio had a big influence in Roosevelt's successfulness in getting people's support or not. If the answer is `yes', then how Roosevelt could use it effectively and whether there are some possibilities that what Roosevelt said in his radio program was different compared to the social reality as a consequences of Roosevelt's policies.

By this research, it can be seen that Roosevelt could use the potentialities of radio effectively. He used it by combining his rhetoric potentiality and radio's potentialities. By this medium, Roosevelt socialized most of his programs and policies and this medium became a very important factor of Roosevelt's successfulness in getting people's support and sympathy.

This research proves too, that by this kind of socialization, Roosevelt could maximize radio's potentialities both in shaping a positive public opinion about him and in covering negative sides of his policies and programs and finally, he also could drive the American people to be always become supporters of his programs and policies.
2001
T5302
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indah Uziana Paramita
Abstrak :
Peranan wanita dewasa ini semakin berkembang dalam berbagai bidang pekerjaan termasuk dalam bidang militer, Tetapi keinginan wanita militer untuk dilibatkan dalam perang menimbulkan silang pendapat yang cukup tajam di masyarakatnya keinginan ini dianggap sangat kontroversial karena melampaui batas-batas kewajaran seorang wanita, Padahal keikutsertaan mereka dalam perang adalah sangat penting bagi seorang militer dalam meningkatkan karirnya. Oleh karena itu sikap ambivalensi masyarakat Amerika telah menjadi hambatan bagi militer wanitanya. Permasalahan yang dikemukakan penulis adalah hal-hal yang menyebabkan masyarakat Amerika bersifat ambivalen terhadap keinginan wanita militer untuk diikutsertakan dalam perang. Padahal bila ditinjau dari sejarah keterlibatan mereka bukanlah hal yang baru walaupun dengan tugas-tugas yang terbatas. Untuk menjawab permasalahan ini penulis menggunakan teori patriarki gender dan demokrasi sebagai landasan dalam menjawab permasalahan yanga ada. Metode penelitian yang digunakan adalah dengan pendekatan kualitatif melalui studi kepustakaan, film Courage Under Fire dan G.I. Jane, majalah-majalah koran dan media elektronik internet. Penelitian ini dimaksudkan untuk menjawab permasalahannya yaitu penyebab sikap ambivalensi masyarakat Amerika terhadap wanita dalam perang. Hasil dari penelitian ini menyimpulkan bahwa penyebab sikap ambivalensi masyarakat Amerika terhadap wanita dalam perang adalah karena adanya benturan nilai-nilai budaya dalam masyarakatnya. Nilai budaya patriarki yang sudah ada jauh sebelum deklarasi kemerdekaan dikumandangkan dan datangaya nilai demokrasi yang menjadi bagian dari berdirinya bangsa Amerika. Kedua nilai tersebut mempunyai pengaruh yang sangat besar pada masyarakatnya, sehingga memunculkan sikap pro dan kontra, yang pada akhirnya menyebabkan sikap ambivalensi terhadap wanita dalam perang.
The Ambivalence of American Society Towards Woman in CombatNowadays, American women take part a lot in any fields of jobs including in the military services. Yet, women's involvement in combat is still highly controversial in American society. In this thesis I want to address the ambivalence in American attitude towards women in combat. As a matter of fact, historically, women's contribution to war is not something new even though the military duties are still limited. Addressing the issue, the writer applies theories of gender, patriarchy and democracy. The methodology used is qualitative, done through literary research, and analysis of two films: Courage Under Fire and G.I. Jane. This thesis concludes that the cause of the ambivalence in the American society is the clash of the patriarchal and the democratic values. These values have been a great influence to the American society. As a result, of the clash of these values, American society shows ambivalent attitude about the woman in combat.
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2001
T5612
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Umi Prahastuti Soebiono
Abstrak :
President Roosevelt telah memberikan dasar globalisasi politik dan ekonomi bagi strategi kebijakan luar negeri Amerika Serikat setelah berakhirnya Perang Dunia II. Semenjak selesainya Perang Dunia II Amerika Serikat telah terlibat dalam percaturan dunia internasional dibidang politik dan ekonomi menghadapi Uni Soviet. Kemenangan dalam peperangan dan kemakmuran dalam negeri membawa dampak positive bagi rakyat Amerika. Rakyat Amerika percaya pada kebijakan pemerintah baik di dalam maupun diluar negeri. Para pemimpin Amerika Serikatpun menginginkan agar faham demokrasi dapat dilestarikan dan dikembangkan seluas-luasnya demi untuk kesejahteraan dan perdamaian dunia. Agar dapat dicapai cita-cita kesejahteraan dan perdamaian dunia ditempuh berbagai jalan kebijakan oleh para pemimpin Amerika Serikat, sebagai realisasinya adalah memaklumkan "Perang Dingin" dan memberikan bantuan ekonomi kepada negara-negara yang membutuhkan terutama negara-negara dunia ketiga. Kebijakan ini dibuat untuk mengimbangi kekuatan saingan mereka negara Uni Soviet. Pada akhir tahun 50 an untuk membendung lebih effective lagi masuknya faham komunis Uni Soviet keseluruh pelosok dunia, selain beberapa kebijakan yang telah dilakukan juga diadakan "pembinaan persahabatan" dengan lawan politiknya. Washington dan Moskow semenjak saat ini menghadapi "Perang Dingin" dengan menjalankan "Strategi perdamaian", taktik yang dijalankan adalah taktik mata-mata, propaganda dan adu domba. Thesis ini dibuat untuk menjelaskan manfaat dari badan Peace Corps, sebagai salah satu strategi kebijakan luar negeri J.F.Kennedy. Dibentuk untuk dipakai sebagai alat pemerintah dengan tujuan dapat menyebarkan dan melestarikan faham demokrasi maupun menuju kesejahteraan dan perdamaian dunia "Peace Corps" adalah merupakan strategi damai Amerika Serikat berbentuk "missi moral" melalui pendidikan dan ilmu pengetahuan. Badan "Peace Corps" dipilih dari para tenaga muda Amerika agar dapat saling berbagi pengalaman kepada masyarakat negara-negara dunia ketiga untuk menuju pada kemajuan, kecerdasan dan perdamaian dunia maupun mengcounter infiltrasi dari Uni Soviet. Kesimpulan kami adalah Kennedy telah berperan banyak dalam percaturan politik luar negeri Amerika khususnya menangani Perang Dingin dengan merangkul negara-negara dunia ketiga demi untuk tercapainya perdamaian dunia dan kesejahteraan umat manusia.
President Roosevelt has formulated American foreign policy goals for the postwar world as based on universal political and economic freedom. It has only been since World War II that the United States has consistently been involved in shaping the world according to American ideals of politic and economic against Soviet Union. Victorious in that great struggle its homeland undamaged from the revages of war the nation was confident of its mission at home and abroad. US leaders wanted to maintain the democratic structure they had defended at tremendous cost and to share the benefits of prosperity as widely as possible. To realize these goals, US leaders formulated several policies such economic aid to export capital and technical assistance to Europe and to underdeveloped countries and declared cold war. It aims was to preserve. the political and physical integrity from the danger of a communist takeover. As early as the mid-1950's Washington and Moskow announced the policy of "peaceful coexistence" in which war between the United States and Soviet Union was not inevitable and both system could coexist peacefully and changed the strategy more humanistic. Washington and Moskow Used similar tactics throughout the Cold War was, including overthrowing unfriendly governments, helping repress rebellions against unfriendly states, and waging wars. This thesis will explain how benefit the Peace Corps as one of Kennedy's foreign policy strategy. It is designed to maintain the democratic structure, to promote world peace and friendship and to promote understanding between the American people and other peoples. The Peace Corps recruit the best of American's young minds to wage the struggle for America superiority through education and technical expertise. The Peace Corps represented the benevolent side of Kennedy's commitment to activism, counter intergency embodied its more insidious dimensions. My concluding thought is Kennedy were quite different with other American leader would play a central role in carrying forward the Cold War, and winning the " hearts and minds" of developing countries, work together with Third World to save the world.
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2001
T7214
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elly M. Susanto
Abstrak :
Tesis ini berjudul Peran Publik Dua Ibu Negara Amerika Serikat: Eleanor Roosevelt dan Jacqueline Bouvier Kennedy. Tesis ini berisikan analisa peran publik kedua ibu Negara yang hidup pada zaman 1930-an dan 1960-an. Masalah ini menarik karena dari sekian Ibu Negara hanya beberapa orang saja yang mempunyai kegiatan di dunia publik. Dalam pengkajian dan penelitian masalah tesis, penulis menggunakan sumber-sumber tertulis kepustakaan baik sumber primer maupun sekunder dari perpustakaan Program Kajian Wilayah Amerika dan USIS. Adapun metode yang digunakan dalam tesis ini metode kualitatif. Hasil penelitian tesis membuktikan bahwa peraanan publik kedua Ibu Negara Eleanor Roosevelt dan Jacqueline B. Kennedy sangat menonjol disebabkan adanya Self-Esteem yang kuat yang mereka miliki dan kemampuan kedua Ibu Negara mengambil kesempatan yang ditawarkan oleh zamannya.
This thesis is on the public role of two First Ladies in America in the 1930s and 1960s. This topic is very interesting because from the many First Ladies in the History of the United States only a few are active in public life. In achieving the objective of my research I have applied the qualitative method by way of library research: collecting data from both primary and secondary sources from the library of The American Studies program and USIS. The outcome of my research proves that there is a strong Self-Esteem in both Eleanor Roosevelt and Jacqueline Bouvier Kennedy that makes their role in public very outstanding. In addition, the opportunities at that time support them to develop their ability accordingly.
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2001
T8988
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zuharty
Abstrak :
Pendidikan dwibahasa dalam konteks sekolah negeri Amerika yang berkembang sejak 1968 adalah pengajaran untuk siswa yang tidak berbahasa Inggris oleh seorang guru yang menggunakan bahasa ibu siswa sekurangnya sebahagian waktu belajarnya dalam sehari. Pendidikan dwibahasa dilaksanakan seiring dengan banyaknya imigran masuk ke Amerika, dan ditentukan sebagai pilihan terbaik dalam menjawab masalah pendidikan anak-anak imigran yang tidak berbahasa Inggris tersebut. Pendidikan dwibahasa dalam pelaksanaannya diwarnai pro-kontra pendukung dan penentangnya. Masing-masing kubu mempertahankan pendapat mereka dengan argumentasi masing-masing. Disamping itu, prakarsa-prakarsa yang dibidani oleh pihak penentang ikut meramaikan suasana pendidikan dwibahasa itu. Penulisan tesis ini bertujuan untuk memperlihatkan bahwa dalam permasalahan pendidikan dwibahasa di Amerika Serikat, ideologi multikultural berhadapan dengan ideologi monokultural, dan akan ditunjukkan mana yang lebih dominan berdasarkan konteks kepentingan-kepentingan yang dikemukakan kedua belah pihak. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kepustakaan dengan pendekatan kualitatif, dengan mengandalkan sumber primer, yaitu pro-kontra pendidikan dwibahasa yang diperoleh dari data kepustakaan, dan didukung oleh sumber sekunder yang meliputi buku-buku sejarah, artikel internet, jurnal serta CD-ROM.
Pro-Contra of Bilingual Education in California after 1980sBilingual education in the context of American public school programs since 1968 refers to instruction of children who do not speak English by a teacher who uses their native language at least part of the day. Bilingual education was established as a result of the influx of immigrants into America, so that it was decided to be the best choice to overcome the problems faced by immigrants' children in education. The implementation of bilingual education has been accompanied by both its proponents and opponents. Each group maintain their views with their own arguments. Besides, some initiaves `created' by the opponents have `fueled' the atmosphere which is against the bilingual education so that the programs of bilingual education do not go smoothly. This thesis is intended to show that the problem of bilingual education in the United States is the reflection of the conflict between multicultural ideology versus monocultural ideology, and which of the two ideologies is more dominant based on the context of interests of the two parties. The methods used in this investagation is library research, with qualitative approach, which relies on the primary sources, they are the pros and the cons of bilingual education collected from library data, and supported by secondary sources including history books, Internet articles, journals, and CD ROMs.
2001
T10506
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>