Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hanifah Arief
Abstrak :
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh fenomena keadaan pasien penyakit jantung koroner (PJK) di Rumah Sakit Jantung Dan Pembuluh Darah Harapan Kita yang mengalami kecemasan dalam menghadapi kematian. Serangan penyakit jantung koroner bisa kapan saja terjadi, dengan gejala rasa sakit dan nyeri pada dada, camas, tercekik atau rasa terbakar. Dapat pula terjadi palpitasi (jantung berdebar), berkeringat dingin, posing atau sampai kehilangan kesadaran. Bagi seorang mukmin kematian adalah beristirahat ditempat yang penuh kedamaian (QS Al-Fajar : 27-29). Artinya kematian tidak perlu dicemaskan, karena kematian adalah gerbang memasuki dunia baru yang lebih indah, dan bahagia bagi mereka yang meiliki bekal. Variabel yang diduga dapat menetralisir kecemasan menghadapi kematian adalah salat tahajjud dan sabar. Hal ini sebagaimana yang di isyaratkan dalam QS Al-Baqarah : 153. jadi penelitian ini mempertanyakan apakah Peranan Salat Tahajjud Dan Sabar terhadap Kecemasan Menghadapi Kematian? (Studi Kasus Penyakit Jantung di Rumah Sakit Jantung Dan Pembuluh Darah Harapan Kita). Penelitian ini dilakukan terhadap 6 (enam) orang pasien rawat inap dimana tiga orang subyek melaksanakan salat tahajjud dan sabar, dan sebagai pembandingnya diambii tiga orang sabyek sisanya yang tidak melaksanakan salat tahajjud, atau tidak sabar, atau tidak kedua-duanya. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan studi kasus dalam mengungkap fakta di lapangan, yang menggunakan alat penelitian melalui wawaneara sebagai instrumen utama dalam mengumpulkan data dan observasi sebagai metode penunjang. Hasil penelitian di temukan bahwa pasian rawat inap yang menjadi subyek merasakan sebagian gejala yang berbeda tentang PJK, terutama gangguan kecemasan menghadapi kematian. Subyek yang melakukan salat tahajjud merasakan unsur meditasi dan relaksasi cukup tinggi, sehingga merasakan ketenanggan. Apalagi kalau dilakukan secara khusyu, dapat mengurangi gangguan berbagai mental, diantaranya gangguan kecemasan menghadapi berbagai kecemasan, karena dalam sabar mengandung unsur-unsur dapat mengendalikan diri, tidak mengeluh, menerima kenyataan. Hasil penelitian menunjukan bahwa salat tahajjud dan sabar berperan terhadap kecemasan menghadapi kematian. Hal ini dapat dilihat perbandingan antara tiga orang subyek yang melaksanaka salat tahajjud dan sabar, tga orang subyek yang tidak melaksanakan salat tahajjud dan tidak sabar, atau tidak kedua-duanya.
The phenomenon of coronary heart disease patient condition at RSJPD HK that experiencing anxiety facing dying time (terminally ill) has been the background of this research. Coronary attack might take place at anytime with the symptoms' such as ; chest hurt, anxiety, choke or feeling like burning. Sometimes the following symptoms also happen : palpitation, cool perspiration, headache or unconciousness. For mu'min, to die is to rest in a fully peace place (Q.S. Al Fajar : 27-29). To die is not necessary to be worried of because it is a gate to enter a more beautiful new life and brings happiness for those who have enough preparation (fully prepared). Anxiety towards dying time can probably be netralized by salat tahajjud and patiency, a couple of independent variables, these are indicated in QS. AI Baqarah : 153. Therefore, this study attempt to answer the question of what is the role of salat tahajjud and facing on anxiety facing dying time (Case Study on Heart Disease Patient at RSJPD HK). This study involves six hospitalized patients, three of them rutinely do the salat tahajjud and be patient, in contrary three others don't do the salat Tahajjud or inpatient or not salat and inpatient simultaneously. This study uses qualitative approach with case study with using facts through interview as the main instrument in collecting data and observation as the supporting methods. Based on the result, it is found that the hospitalized patient as the subject of this research pointing out themselves differently on a variety of symptoms of coronary heart disease, especially anxiety facing dying time. The salat tahajjud subjects feels that the meditation and relaxation elements are high enough to make them calm and peace, especially if they do it intensively (khusyu'). It can reduce mental disturbancy such as anxiety facing dying time.As well as patient subject feel themselves have the ability to overcome the anxiety because patiency contains elements such as self control, incomplaint, stay with the fact. The result of this research indicates that salat tahajjud and patiency play their roles on reducing anxiety facing dying time. This is reflected on the comparation between three subject that do salat tahajjud and being patient and the others three subject that don't do salat Tahajjud and/or impatient, nor both.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2006
T17608
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Khoirul Huda
Abstrak :
Banyak temuan riset para ahli yang kerap dilansir media menyatakan bahwa tingkat stress dan problem sosial masyarakat perkotaan semakin meningkat dan tambah kompleks. Gejala ini ditengarahi karena semakin merebaknya budaya hedonis¬konsumeristik pada kehidupan masyarakat, terutama kehidupan di kota-kota besar seperti Jakarta. Di sisi lain, berkembang egoisme individu yang kian liar mengejar kebutuhan demi pemuasan nafsu duniawi yang tak pernah ada habisnya. Konsekuensinya adalah telah terjadi perubahan perilaku dan kepribadian masyarakatan perkotaan yang mengalami disorientasi sosialnya, sehingga ia tak hanya mengalami alienasi dan keterasingan diri, tetapi juga berakibat pada tindakan-tindakan individu yang menyimpang dari norma hukum dan agama bahkan destruktif, baik terhadap diri sendiri, keluarga maupun orang lain. Berbagai upaya untuk mengeliminir serta merubah kepribadian tidak sehat tersebut sudah gencar dilakukan, termasuk salah satunya adalah dengan memperbaiki kondisi lingkungan sosial individu yang bermasalah, yaitu aspek pendidikannya. Pendekatan yang diusung dari teori Barat ini mengasumsikan bahwa lingkungan sosial seseorang, seperti keluarga, sekolah dan masyarakat sekitar merupakan pengaruh paling dominan membentuk kepribadian individu. Menurut Islam pembentukan kepribadian tidak hanya ditentukan oleh faktor fiisik-lingkungan di mana individu tumbuh kembang dan beraktivitas. Lebih dari itu, Islam memandang bahwa kepribadian individu selain dibentuk oleh faktor pendidikan (lingkungan) juga diperlukan injeksinasi spiritual-religius. Dalam konteks ini dakwah Islam, yaitu amar ma'ruf nahi munkar semestinya dilakukan dengan metode dan pendekatan ramah, dialogis, penuh kearifan dan kontekstual. Dengan begitu nilai-nilai dan ajaran dakwah yang disampaikan benar-¬benar menampakan wajah Islam yang rahmafan lil'alamin. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh dakwah majelis taklim Tarbiyatul Mu'awanah terhadap kepribadian muslim di kawasan Ciganjur Jakarta Selatan, dengan menggunakan metode analisa kualitatif. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui wawancara mendalam dengan para jama'ah pengajian (subyek), pengamatan langsung dan dokumentasi.Untuk mendapatkan gambaran umum tentang pola dan hubungan antar kategori digunakan analisis kasus perkasus dan kemudian dilakukan analisis antar kasus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kegiatan dakwah di majelis taklim Tarbiyatul Mu'awanah memiliki peranan signifikan terhadap pembentukan kepribadian muslim. Hal ini dapat dilihat dari aspek-aspek dinamika kepribadian subyek (muslim) sebelum dan sesudah mengikuti pengajian, dalam mana sebelumnya kebanyakan dari mereka belurn memiliki kepribadian muslim, tapi setelah aktif mengikuti pengajian telah memiliki kepribadian muslim seperti yang diharapkan. Misalnya berpenampilan saleh dan lebih religius, sudah mau menutup aurat, berkepribadian pelopor, disiplin, sabar, menjaga kebersihan dan kesucian, suka menolong orang lain dan gemar beraktivitas sosial serta bertanggung jawab.
A lot of research works, as often written in newspapers, show that the stress level and social problems of urban community are getting higher and more complicated. On the one hand the phenomenon is partly due to the hedonism and consumerism which grow among the urban society, especially in big cities like Jakarta. On the other hand, individual egoism develops strappingly to pursue materials for satisfying never fulfilled individual greed. These social phenomenon results in the behavioral changing and personality of the urban community as indicated by their social disorientation which in turn lead them to alienation and destructive actions which against law. And in the end of the day, the individual, his family and others will suffer from his/her own acts. Many kinds of efforts conducted by government or NGOs are brought into being to rehabilitate and even eliminate unhealthy personality of the community members, among others, through the betterment of social environment of the unhealthy individuals, especially by means of education. And the social environment such as society, family, and schools are supposed to be the crucial factors in shaping individual personalities. Personality building, according to Islamic teaching, is not only determined by physical environment factors where an individual lives but also by education and particularly by religious-spiritual injections. In line with the attempt to create the betterment of the unhealthy personality of the community members, Islamic preaching methods, amar ma'ruf nahi munkar, should be conducted through sociable, peaceful, and contextual approaches. These will promote Islamic values which emphasize Islam as rahmataIiI'alamin to all community members. The research is aimed at the investigation on the preaching influence to Muslim personalities in the area of Ciganjur, Southern Jakarta with qualitative analysis methods. Data collection is carried out through intensive interviews with the Islamic gathering members (subjects), direct observation, and study of document on preaching activities. The general depiction of the pattern and categorical relation is obtained by the use of case by case analysis which is followed by inter case study. The research findings show that preaching activities have significant influence on the changing of the personalities of Islamic gathering members. It is identified through the changing sides felt by the members before and after joining the preaching activities. Most of the respondents didn't know and have Islamic personalities but after active participation in the preaching programs, they obtain the Islamic personalities as expected such as wearing Islamic clothes (covering aurat), having pioneer spirits, being punctual, maintaining cleanliness, being helpful and socially active, etc.
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2007
T 20766
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zaenal Muttaqin
Abstrak :
Dalam melaksanakan amanah Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang tujuan Pendidikan Nasional Bab II Pasal 3 yaitu peningkatan kualitas sumber daya manusia yang bermartabat, beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak mulia, maka berbagai upaya dalam dunia pendidikan dilakukan untuk peningkatan kualitas SDM tersebut. Diantara upaya yang dilakukan adalah dengan pengembangan strategi belajar melalui Self-regulated learning strategy. Self-regulated learning strategy adalah strategi intervensi psiko-edukatif agar anak dapat menentukan sendiri pilihan-pilihan kegiatan belajarnya, target dan cara mencapai target yang telah ditetapkan dan kesanggupan untuk mengelola lingkungan yang kondusif sehingga meraih hasil belajar maksimal. Self-regulated learning (SRL) sangat dibutuhkan karena sangat membantu siswa berprestasi. Regulasi diri dalam belajar (Self-regulated learning) sangat berhubungan dengan sistem belajar mengajar di kelas, bimbingan guru, bimbingan orang tua dan factor lainnya seperti penguatan sikap raja' (harap) dan religiusitas. Jalaluddin (2005) mengungkapkan bahwa harapan (raja *) mendorong seseorang untuk untuk optimis, berdoa dan berusaha untuk meraih kemuliaan atau kesuksesan dalam berbagai hal termasuk didalamnya sukses dan berprestasi dalam belajar. Selain itu menurut Culliford (2002) bahwa orang dengan komitmen agama yang tinggi akan meningkat kualitas organisasi diri dan ketahanan mentalnya karena memiliki self control, self esteem & confidence yang tinggi. Juga pendapat Mc. Collough (2009) yang menyatakan bahwa orang yang beragama lebih mampu menata diri (self-regulated) daripada mereka yang tidak beragama, mengorganisasi diri -termasuk dalam belajar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hipotesa yang ditengahkan dapat diterima yaitu ada hubungan yang signifikan antara raja’ (harapan) dan religiusitas dengan self-regulated learning. Oleh karena itu pentingnya digalakkan pemahamn raja' dan penerapan realigiusitas yang berkesinambungan. Diharapkan dengan raja' dan religiusitas akan membantu peningkatan self-regulated learning anak. ......In carrying out the mandate of Constitution No. 20 year 2003 on National Education goals Chapter II, Article 3, i.e. improving the quality of human resources which are dignified, faithful, noble, and pious to God Almighty, various efforts has been made in education to improve the quality of human resources . Among the efforts is the development of leaming strategies through self-regulated leaming strategy. Self-regulated leaming strategy is a strategy of psycho- educational intervention for children in order to determine their own choices of leaming activities, targets, and how to achieve the targets set and the ability to manage a conducive environment so the maximum results of leaming can be achieved. Self-regulated leaming (SRL) is required because it help students to achieve a maximum result. Self-regulated leaming is related to teaching and leaming systems in the classroom, teachers, and parents guidance and other factors such as the strengthening of raja' (expectations) and religiosity. Jalaluddin (2005) explained that the expectations (raja1) to encourage someone to to be optimistic, praying and trying to gain glory or success in various aspects, including success and achievement in leaming. Clliford (2002), beside, explained that people with high religious commitment will increase the quality of self-organization and mental endurance for having advanced self control, self esteem and confidence. Mc. Collough (2009) said, religious people are more capable to regulate themselves than those who are not; to make themselves well-organized—including leaming activities. The results showed that the hypothesis presented is acceptable, means there is significant relation between raja' (expectations) and religiosity with self- regulated leaming. Based on the conclusions and results of analysis made, researcher advise every stakeholders the importance of intensified understanding of raja' and the application of sustainable realigiosity. Hopefully with the raja’ and religiosity will help to increase self-regulated leaming for children.
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2009
T26843
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Emmalia Sutiasasmita
Abstrak :
Berbagai cara pendekatan manusia kepada Allah SWT., dapat dilakukan meialui banyak jalan yang dapat dipilih, salah satunya dengan jalan menjadi penari whiriing yang masih terlihat fenomenal di sekitar rnasyarakat Islam, khususnya di Jakarta. Untuk itu akan menjadi sebuah wawasan yang baik untuk dikaji, maka tesis ini bertujuan untuk mengetahui kécerdasan spiritual pada penari whirling yang berada dalam sebuah kelompok pengajian, yaitu Rumi Cafe, dengan memakai metode kualitatil§ dan mcnggunakan pendekatan studi kasus pada empat penari whirling. Menari whirling adalah kegiatan ritual kelornpok sufi yang melibatkan kekuatan fisik dan non fisik atau mistisismc pada para penarinya, gemkan tariannya adalah berputar, diiringi oleh musik spesifik para Sufi, dengan mengambil acuan dari tarian whirling Jalaluddin Rumi, di mana dalam seluruh penampilannya terdapat arti yang khusus sebagai persembahan kepada Illahi Rabb, dengan tujuan meridekatkan dirinya kepada Allah SWT. Oleh karenanya diperlukan kecerdasan spiritual untuk mcnjadi seorang darwis. Kcccrdasan spiritual adalah suatu pemahaman yang ccpat dan tepat terhadap sesuatu yang immaterial, yang ditandai dengan adanya makna, nilai-nilai, transcndcn, yang cliscbut juga sebagai landasan pemaknaan mclalui bergimgsinya IQ dan EQ, terhadap segala sesuatu yang dihadapi clalam kelangsungan kehidupan setiap manusia. Untuk mengetahui tingkat kecerdasan spiritual pada penari whirling, dalam penelitian ini, dengan mengeksplorasi seluruh aspek-aspck keccrdasan spiritual, yaitu: Meaning, Values, Transcendence, Connecting dan Becoming. Sedangkan manfaat yang diperoleh dari seorang darwis yang telah mempunyai kecerdasan spiritual, dilihat dalam perilaku keseharian dan kcadaan/perasaan batiniahnya dengan menggunakan pcndckatan psikologi Ilinnspersonal, yang meliputi: kesadamn ruh dan aktualisasi, kesadaran kosmis, pengalaman mistik, pengalaman puncak dan ekstase. Kescluruhan aspek-aspek dan manfaar yang diperoleh para penari whirling tersebut terkait erat dengan faktor-faktor yang berada disekelilingnya yaitu, Allah SWT. Diri sendizi, orang lain dan dunia fisik hasil pcnelitian tentang kecerdasan spiritual yang ada pada para penari whirling dj Rumi Cafe, mcnunjukkan bahwa seluruh faktor kecerdasan spiritual telah dapat dipahami dan diternpatlcan sesuai dengan tuntutan masing-masing serta diterapkan atau disesuaikan kc dalam scluruh aspek kecerdasan spiritual, sehingga manfaatnya dapat rnernaknai kehidupan para penaxi whirling, serta hidupnya lebih bermakna, terlihat dari perilaku dan disiplin dalam kesehariannya. Dengan demildan dapat disimpulkan bahwa kecerdasan spiritual merupakan sebuah dasar bagi kchidupan scorang penaii whirling.
Many ways can be done to bring humans closer to Allah SWT., one is becoming a whirling dervish dancer - which seems to be a phenomenon in the moslem society, especially in Jakarta. That would make a good insight to be assessed, therefore this thesis Mves to discover the spiritual intelligence of the whirling dervish dancers in Rumi Café Jakarta, using qualitative methodology and case-study approach on four of it`s dancers. "Whirling dervish" is a spiritual rite of the sufi which includes physical and non-physical (mysticism) powers. The moves are whirling, accompanied by a specific music of the sufi, referring to the whirling dance of Jalaluddin Rumi, in which every perlbrmances has a special meaning to bring oneself closer to Allah SWT. That`s why spiritual quotient is needed to be a dervish dancer. Spiritual intelligence is a quick and right understanding of immaterial matters, marked by meaning, values, transcendenoe , or the bases of meaning through the functioning of IQ and EQ, to face every happenings in every human beings lives. To found out the spiritual intelligence level of the dancers, the whole aspects of spiritual quotients - Meaning, Values, T ranscendence. Connecting and Becoming were explored. While the benefits of high spiritual quotient level of a dancer were observed in daily manners and emotions, using Transpersonal psychology which includes: Spirit Awareness and Actualization, Cosmic Awareness, Mystic Experience, Peaking and Ecstasy. These whole aspects and benefits gained by the dancers are tightly related with surrounding factors like God Seyf Other People, and Physical Worlds. The result shows that the spiritual intelligence has been understood and applied at all designated place in every aspects of spiritual intelligence, and the benefits give more meanings to the lives of the dervish, as reflected in their daily manners and disciplines. Thereby it can be concluded that spiritual intelligence is a base for the life ofa whirling detvish dancer.
Depok: Universitas Indonesia, 2010
T33422
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Zulfaifo Iqomaddin
Abstrak :
Penelitian ini bertujua untuk mengetahui pengaruh religiusitas dan kecerdasan emosional terhadap konsep diri pada Santri Remaja di Pesantren Tradisional. Hipotesis yang diajukan adalah (1) Terdapat pengaruh signifikan religiusitaS terhadap knnsep diri pada santri remaja di pesantren tradisional. (2) Terdapat pengaruh signifikan kecerdasan emosional terhadap konsep diri pada santri remaja di pesantren tradisional. (3) Terdapat pengaruh signifikan kecerdasan emosional dan religiuisitas secara bersama-sama terhadap konsep diri pada santri remaja di pesantren tradisional. Alat pengungkap data yang digunakan adalah Skala Religiusitas, yang terdiri 1. Skala Religiusitas 2. Skala Kecerdasan Emosional dan Skala Konsep Diri Responden penelitian ini adalah santri remaja di pesantren tradisional. Jumlah keseluruhan subjek sebanyak 40 orang, Pemilihan subjek dilakukan dengan incidental sampling. Disain Penelitian ini adalah non eksperimen dengan pendekatan kuantitatif serta menggunakan metode ex post facto, Regresi linier digunakan untuk menganalisa data dengan bantuan SPSS. Hasil penelitian diketahui bahwa; (1) Terdapat pengaruh signffikan Religiusitas terhadap Konsep Diri sebesar 75,3 %. (2) Terdapat pengaruh signifikan Kecerdasan Emosional terhadap Konsep Diri sebesar 80, 1%. (3) Terdapat pengaruh yang signifikan Religiusitas dan Kecerdasan Emosional secara bersama-sama terbadap Konsep Diri sebesar 82,0%, sedangkan sisanya yaitu 18,0% (100% - 82,0%) dapat dijelaskan oleh faktor-faktor penyabab lainnya.
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2009
T26960
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library