Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 31 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Prayitno
Abstrak :
Istilah ?Ramah Lingkungan? untuk kulit dapat diartikan sebagai kulit tersamak yang bebas krom. Hampir 80% penyamakan saat ini menggunakan krom, karena kemudahan dalam proses dan keunggulan dalam sifat-sifat fisis kulit samaknya. Namun saat ini masyarakat menghendaki suatu produk yang ramah lingkungan. Bahan penyamak nabati dapat dikatakan sebagai bahan penyamak ramah lingkungan sebab limbah produknya mudah terdegradasi. Salah satu kelemahan dalam penggunaan samak nabati adalah kemampuan penyerapan airnya yang tinggi. Pada penelitian ini digunakan bahan water repellent yang mempunyai sifat untuk menekan kemampuan penyerapan air. Maksud dari penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh dari water repellent pada penyerapan air, sifat-sifat fisis dan morfologi kulit yang disamak dengan bahan penyamak nabati. Penelitian dilakukan dengan memvariasi jumlah water repellent dari 5; 7,5; 10; 12,5 dan 15%. Sifat-sifat fisis yang didapatkan kemudian dibandingkan dengan analisis sidik ragam dengan taraf kepercayaan 95%. Hasil penelitian menunjukkan adanya penurunan dalam sifat penyerapan airnya walaupun tidak signifikan dari 77,6% menjadi 65,39%, penurunan kuat sobek dari 41,64 menjadi 20,05 kg/cm, kuat tarik dari 227,10 menjadi 163,53 kg/cm2 dan kemuluran dari 57,11 menjadi 49,68% masing-masing untuk water repellent berturut-turut 5 dan 15%, kuat bengkuk dan WVA tidak ada perubahan yang signifikan, sedangkan untuk WVP maksimum terjadi pada penggunaan water repellent 12,5%. Hasil SEM menunjukkn adanya lapisan tipis pada serat kulit yang dapat menghambat penyerapan air. ......The term of eco-friendly leather can be interpreted as chrome-free tanned leather. Recently, almost 80% of leather is tanned using chrome tanning agent because of the ease in processing and excellence of the physical properties. Nevertheless, people nowadays want an eco-friendly leather product. Vegetable tanning materials can be said as eco-friendly tanning material because their waste degrades easily. One of the weaknesses in the use of vegetable tanning is a high water absorption capability. In this research used a water repellent material that has the properties to suppress the ability of water absorption. The purpose of the research was to determine the effect of water repellent on physical properties and morphology of leather tanned by vegetable tanning materials. Because one of the weaknesses in the vegetable tanning is its high water absorption capability, in this research, water repellent was used and varied by 5; 7.5; 10; 12.5; and 15% . Physical properties obtained were compared with analysis of variance with the significance level of 95%. The water repellent increased from 5% to 15%. The results showed a decrease in water absorption capability from 77.6% to 65.39%, tearing strength from 41.64 to 20.05 kg/cm, tensile strength from 227.10 to 163.53 kg/cm2, and elongation at break from 57.11 to 49.68%, strong swelling and WVA have no significant changes, while for WVP, the maximum use of water repellent at 12.5%. SEM results indicate the presence of a thin layer on the leather fiber that can inhibit the absorption of water.
[Place of publication not identified]: Balai Besar Kulit, Karet, dan Plastik, 2016
530 KKP 32:2 (2016)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Arum Yuniari
Abstrak :
Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui pengaruh suhu vulkanisasi terhadap sifat mekanis dan kinetika vulkanisasi komposit NBR. Formulasi komposit menggunakan dua macam carbon black yaitu N-330 dan N-774. Kinetika vulkanisasi ditentukan dengan alat Moving Die Rheometer, dimana proses vulkanisasi berlangsung dikaitkan dengan torsi dan waktu. Proses pembuatan vulkanisat menggunakan hydraulic press pada suhu 150ºC dan 160ºC. Sifat mekanis komposit NBR yang diamati adalah tegangan putus, perpanjangan putus, kekerasan dan kuat sobek. Kinetika vulkanisasi didekati dengan persamaan Arrhenius dikaitkan dengan mekanisme reaksi dan diasumsikan orde satu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kinetika vulkanisasi dapat didekati dengan persamaan dari data reometer. Surface area carbon black sangat kuat mempengaruhi sifat mekanis dan rate constant (k) dari komposit NBR. Carbon black N 330 merupakan bahan pengisi yang bersifat sebagai penguat dan memberikan sifat mekanis tertinggi dibandingkan carbon black jenis lainnya. ......The aim of this research was to study the effect of vulcanization temperature on mechanical properties and curing kinetics of NBR composites. The composites were formulated by using two types of carbon black i.e. N-330 and N-774. The curing kinetics was determined using Moving Die Rheometer. The network formation processes were related to torque and time. The vulcanizates were obtained by compression molding in a hydraulic press at 150°C and 160°C. The mechanical properties observed include tensile strength, elongation at break, hardness, and tear strength. Kinetics studies were approached by Arrhenius equation and the reaction mechanism was assumed following first order reaction. The results showed that curing kinetics can be approached by the equation from the rheometer data. The surface area of carbon black strongly influenced the mechanical properties and rate constant (k) of NBR composite. Carbon black N-330 can be used as a desirable reinforcing filler which gave a higher mechanical properties than the other type of carbon black
[Place of publication not identified]: Balai Besar Kulit, Karet, dan Plastik, 2016
530 KKP 32:2 (2016)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Hesty Eka Mayasari
Abstrak :
Karakteristik termal suatu material penting untuk dipelajari untuk mengetahui stabilitas termal bahan tersebut.Etilen propilen diena monomer (EPDM) adalah salah satu karet sintetis yang banyak digunakan dalam industri karena ketahanan terhadap aging, ozon, dan kimia yang baik. Pada studi ini akan dipelajari parameter kinetika dan sifat dekomposisi termal vulkanisat EPDM dengan metode termogravimetri dari berbagai variasi sistem vulkanisasi (efisien, semi-efisien, dan konvensional) dan variasi carbon black (CB) (50,60, dan 70 phr) sebagai bahan pengisi.Dekomposisi terjadi dalam dua tahap; oksidasi EPDM dan hilangnya bahan mudah menguap kemudian dekomposisi EPDM. Parameter kinetika dekomposisi termal didekati dengan persamaan Coats Redfern. Energi aktivasi dan massa yang terdekomposisi meningkat dengan berkurangnya kandungan CB. Vulkanisat EPDM dengan bahan pengisi CB memiliki ketahanan cukup baik terhadap dekomposisi termal. Proses dekomposisi dapat dilihat secara detail pada paper ini. ......The thermal characteristics of a material are important to learn in order to know the thermal stability of the materials. Ethylene propylene diene monomer (EPDM) is a synthetic rubber that is widely used in industry due to its resistance to aging, ozone, and chemicals. The kinetic parameters and thermal decomposition of vulcanized EPDM were studied using thermogravimetric method with various vulcanization systems (efficient, semi-efficient, and conventional vulcanization system) and various carbon black (CB) as filler (50, 60, and 70 phr). Decomposition consist of two stages; the oxidation of EPDM and volatile matter loss then decomposition of EPDM. Kinetic parameters of the thermal decomposition were approximated by the Coats Redfern equation. Activation energy and decomposed mass increases with decreasing content of CB. Vulcanized EPDM with CB as filler has fairly good resistance against thermal decomposition. The decomposition process can be viewed in detail in this paper
[Place of publication not identified]: Balai Besar Kulit, Karet, dan Plastik, 2016
530 KKP 32:2 (2016)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
EPDM dan NR merupakan polimer yang tidak misibel dan kompatibel. Penambahan kompatibiliser maleat anhidrat diharapkan menghasilkan campuran yang kompatibel dengan sifat mekanik yang baik. Pencampuran EPDM dan NR dilakukan menggunakan alat two roll mill, dengan rasio EPDM/NR adalah: 100/0, 80/20, 70/30, 60/40, 50/50, dan 40/60 phr. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh rasio EPDM/NR terhadap sifat reologi, aging, termal dan swelling dari campuran EPDM/NR. Hasil penelitian menunjukkan penambahan NR mempengaruhi torsi maksimum, waktu scorch dan waktu vulkanisasi optimum. Penambahan EPDM memberikan sifat aging, termal dan swelling lebih baik. ......The blends of EPDM and NR are immiscible in nature and incompatible. Introducing maleic anhydride as a compatibilizer into the blends was expected to produce compatible blends with balanced mechanical properties. The purpose of this research was to determine the effect of EPDM/NR ratio on the rheological, aging, thermal and swelling properties of the blends. The variation of EPDM/NR ratio were 100/0, 80/20, 70/30, 60/40, 50/50, and 40/60 phr. The blends were mixed using two roll mill. The results showed that the addition of NR affects the maximum torque, scorch time, and optimum vulcanization time. In the blends, EPDM plays an important role in improving aging, swelling, thermal properties.
[Place of publication not identified]: Balai Besar Kulit, Karet, dan Plastik, 2016
530 KKP 32:1 (2016)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Sugihartono
Abstrak :
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kemampuan gelatin, ferro sulfat dan aluminium sulfat serta kombinasi gelatin dengan ferro sulfat atau aluminium sulfat untuk pemisahan krom total (krom valensi 3 dan krom valensi 6) pada limbah cair industri penyamakan kulit. Pemisahan krom total pada limbah cair dilakukan dengan menggunakan gelatin dan ferro sulfat atau aluminium sulfat dengan rasio 4:0; 3:1; 2:2; 1:3; dan 0:4 (b/b). Hasil penelitian menunjukkan bahwa gelatin, ferro sulfat, dan aluminium sulfat, mampu memisahkan kandungan krom total pada limbah cair industri penyamakan kulit. Kombinasi antara gelatin dengan ferro sulfat atau aluminium sulfat sebagai flokulan dapat bersinergi untuk pemisahan kandungan krom total pada limbah cair industri penyamakan kulit. Kombinasi antara gelatin dan aluminium sulfat dengan rasio 3:1 (b/b) dapat memisahkan kandungan krom total sebesar 94,75%, limbah menjadi lebih jernih, dan derajat kekeruhan turun sebesar 74,47%. Kandungan krom total pada limbah pasca pemisahan menjadi sebesar 0,61 ppm. Keadaan ini telah memenuhi syarat baku mutu limbah cair bagi usaha dan khususnya untuk kegiatan industri penyamakan kulit. ......The aim of the study was to determine the ability of gelatin, ferrous sulfate, aluminium sulfate, and combination of gelatin with ferrous sulfate or aluminium sulfate for total chromium content (trivalent chromium and hexavalent chromium) separation from tannery wastewater. Reduction of total chromium content in the wastewater was conducted using combination of gelatin and ferrous sulfate or gelatin and aluminium sulfate with a ratio of 4:0;3:1;2:2; 1:3; and 0:4 (w/w). The results showed that gelatin, ferrous sulfate, and aluminium sulfate, were able to reduce total chromium content in the wastewater. Combination of gelatin/ferrous sulfate or gelatin/aluminium sulfate as flocculants provide synergistic work in reducing the total chromium content. A 94.75% removal of total chromium content was achieved by combining gelatine and aluminium sulfate with a ratio of 3:1, clearer wastewater, and followed by reduction of degree of turbidity up to 74.47%. The total chromium content after treatment was 0.61 ppm, which met the requirements of wastewater for business and or daily activities especially for tanning industry.
Yogyakarta: Balai Besar Kulit, Karet, dan Plastik, 2016
530 KKP 32:1 (2016)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Rejected tanned leather is tanned lether product with damages of more than 30% of its total surface area, but can be improved by embossing. Embossing is the provision of patterns that influences the properties of articles and contributes to the closure of the defects on the surface of leather. This study aims to determine the influence of urethane binder and embossing motives to the quality of rejected leather for shoe upper applications. Variables investigated were urethane binder composition (100, 150, and 200 part in 1000 part of base coat) and embossing motives (crocodile, ostrich, shark fish, and milled motive). The quality of the leather was then tested in terms of organoleptic properties (feel, flexibility, visual appearance), mechanical properties (tear strength, tensile strength, elongation at break, rub fastness (dry, wet), adhesive strength of cover paint (dry, wet), and flexing resistance), physical properties (WVP and WVA), as well as morphology (SEM). The results showed that the addition of urethane binder and embossing patterns affect the quality of shoe upper leather, i.e. in general covering the leather defects and increasing the visual appearance (organoleptic properties), and changing the collagen network structure (based on SEM test). Visually preferred skin is skin with the addition of 200 parts of the urethane binder and crocodile patterned leather.

Kulit tersamak reject adalah produk dengan jumlah luasan kerusakan lebih besar dari 30%, namun dapat diperbaiki dengan embossing. Embossing adalah metode pemberian motif yang dapat mempengaruhi sifat artikel dan dapat memberikan kontribusi terhadap penutupan cacat-cacat pada permukaan kulit. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan binder uretan dan motif embossing pada kulit reject terhadap kualitas kulit bagian atas sepatu. Variabel penelitian terdiri atas jumlah binder uretan (100, 150, dan 200 gram dalam 1000 gram campuran lapisan dasar) dan motif embossing (kulit buaya, burung unta, ikan hiu, dan milled). Pengujian mutu kulit terdiri atas pengujian organoleptis (pegangan, kelemasan, kenampakan), mekanik (ketahanan sobek, kekuatan tarik, kemuluran, ketahanan gosok cat (kering dan basah), kekuatan rekat cat tutup kering dan basah, ketahanan bengkuk), fisis (water vapor permeability (WVP), water vapor absorption (WVA)), dan morfologi (scanning electron microscopy (SEM)). Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan binder uretan dan motif embossing berpengaruh terhadap mutu kulit bagian atas sepatu, yaitu secara umum dapat menutup cacat-cacat dan menambah keindahan visual dan mengubah struktur jaringan kolagen (hasil uji SEM). Secara visual kulit yang disukai adalah kulit dengan penambahan binder uretan sebesar 200 bagian dan bermotif kulit buaya.
[s.l.]: Balai Besar Kulit, Karet dan Plastik, 2016
530 KKP 32:1 (2016)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Sutyasmi
Abstrak :
The purpose of this study was to determine the effect of the use of mimosa, to manufacture environmentally friendly leather for jacket by using the C-RFP system (C=Conditioning, R=Rapid, F=Fass (drum), P=Powder), on physical, organoleptic, and morphology properties of leather. It was also to obtain a formula for vegetable tanning with C-RFP system. Pickled skins are conditioned (pre-tanning) using Sodotan TSN and Sodotan APR, and then Sodotan TSN was chosen due to it meets the requirements of SNI leather for jacket (SNI 4593:2011). Then, pickled skins were tanned with mimosa and applied C-RFP system or rapid tanning without water added. Mimosa, used in this research, were 15%, 20%, and 25% and fatliquor were 12.5%, 15%, and 17.5%. Furthermore, The leather were finished into an environmentally friendly leather for jackets, and then tested for physical and organoleptic properties based on the SNI 4593:2011 as well as leather morphology (SEM). The physical test result shows that for mimosa 15%, 20% and 25%, and for fatliquor 15% and 17.5% are fullfill the SNI.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penggunaan mimosa terhadap pembuatan kulit jaket ramah lingkungan menggunakan sistem C-RFP (C=Conditioning, R=Rapid, F=Fass (drum), P=Powder), ditinjau dari sifat fisis, organoleptis, dan morfologi kulit. Selain itu juga memperoleh resep untuk penyamakan kulit nabati dengan sistem C-RFP. Kulit pikel dikondisikan (pre-tanning) menggunakan Sodotan TSN dan Sodotan APR untuk selanjutnya dipilih Sodotan TSN karena diperoleh hasil kulit jaket ramah lingkungan yang memenuhi persyaratan SNI kulit jaket (SNI 4593:2011). Kulit pikel selanjutnya disamak menggunakan mimosa dengan sistem C-RFP/ samak cepat yaitu penyamakan tanpa air. Mimosa yang digunakan adalah 15%, 20%, dan 25% dan minyak yang digunakan adalah sebesar 12,5%, 15%, dan 17,5%. Kulit kemudian difinish menjadi kulit jaket ramah lingkungan, dan selanjutnya kulit diuji fisis, organoleptis sesuai dengan SNI 4593:2011 dan uji morfologi kulit (SEM). Hasil uji fisis kulit yang memenuhi SNI adalah penggunaan mimosa 15%, 20%, dan 25%, serta penggunaan minyak 15% dan 17,5%.
Balai Besar Kulit, Karet, dan Plastik, 2016
530 KKP 32:1 (2016)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Bambang Sugiyono
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji karakteristik kompon karet ban dalam sepeda dengan menggunakan bahan pelunak minyak minarek dan minyak kernel kelapa sawit. Rancangan yang digunakan pada penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap Faktorial (RALF) dengan 2 (dua) faktor, yaitu konsentrasi minyak yang digunakan (5 phr, 10 phr dan 15 phr) dan jenis minyak sebagai bahan pelunak (minyak minarek dan minyak kernel kelapa sawit). Hasil penelitian diperoleh untuk parameter kekerasan semua perlakuan tidak memenuhi persyaratan SNI ban dalam dari karet untuk sepeda motor (SNI 06-1542-1989), sedangkan parameter Tegangan putus dan Perpanjangan putus untuk semua perlakuan memenuhi persyaratan SNI ban dalam sepeda (SNI 06-7066-1989). Nilai tegangan putus untuk masing-masing perlakuan yaitu A1B1 = 109,67 kg/cm2, A1B2 = 108,67 kg/cm2, A2B1 = 123,33 kg/cm2, A2B2 = 120,67 kg/cm2, A3B1 = 142,33 kg/cm2, dan A3B3 = 141,33 kg/cm2. Nilai perpanjangan putus yaitu A1B1 = 640 %, A1B2 = 639 %, A2B1 = 675,33%, A2B2 = 668,67%, A3B1 = 691,67%, dan A3B3 = 685,33%.
Yogyakarta: Balai Besar Kulit, Karet, dan Plastik, 2016
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Asmuwahyu Saptorahardjo
Abstrak :
ABSTRAK
Tinjauan dilakukan terhadap latar belakang tumbuhnya industri Bioplastik termasuk masalah mikroplastik. Pemahaman pengertian Bioplastik dan tata cara standard pengujiannya diuraikan dari sudut praktis industri. Proses compounding sebagai satu dari prosesproduksi campuran biopolimer dengan polimer sintetis diuraikan dengan mempergunakan kasus bahwa baku starch cassava. Enviplant sebagai resin bioplastik produk compounding diuraikan sifat mekanis, hasil biodegradasinya maupun aplikasinya.
Yogyakarta: Balai Besar Kulit, Karet, dan Plastik, 2016
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Mochamad Chalid
Abstrak :
ABSTRAK
Polimer adalah suatu material unik yang memiliki entitas terkecil berupa rantai molekul yang sangat panjang (makromolekul), dengan unit pengulangan (monomer0 berupa struktur kimia tertentu. Ruang kosong 9free volum) pada produk polimer yang relatif lebih besar, berdampak pada sifat-sifatnya seperti polimer termoplastik yang elastik, transparan, dan energi manufaktur yang rendah. Jumlah hubung silang antar rantai molekulnya dapat menjadi faktor rekayasa produkpolimer menjadi elastisitik (elastomer atau karet) atau sangat kaku (termoset). Lebih lanjut,tuntunan sifat produk dapat dipenuhi dengan rekayasa bahan bakunya, seperti modifikasi struktur rantai molekul, penambahan jenis dan komposisi aditif, dan rekayasa parameter proses seperti: suhu, pengadukan, dan kecepatan solidfikasi. Cara-cara pemodifikasian tersebut mengakibatkan perkembangan industri polimer-plastik menjadi sangat pesat. Tingkat kebutuhan plastik akan berbanding lurus dengan jumlah penduduk suatu negara, terlebih negara Indonesia sebagai negara yang memiliki jumlah populasi terbesar di ASEAN.

Indonesia harus melakukan antisipasi berupa pengembangan teknologi produk polimer plastik yang terintegrasi dan melibatkan semua pihak yang terkait, yakni pemerintah, lembaga pendidikan dan riset, pihak pengguna yakni industri dan masyarakat. Paper ini menjelaskan secara singkat tentang tantangan dan pengembangan teknologi polimer plastik di Indonesia, baik yang dari sisi teknologi maupun sisi lainnya seperti: sumber daya manusia, jejaring kerja, paradigma stake-holders, dan kebijakan.
Yogyakarta: Balai Besar Kulit, Karet, dan Plastik, 2016
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4   >>