Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Uji Arum Ismartini
Abstrak :
Homeschooling merupakan metode pengajaran yang baru di Indonesia. Dalam homeschooling, anak disekolahkan di rumah dengan orang tua atau dengan mendatangkan tutor ke rumah. Lembaga Pendidikan L (LPL) merupakan lembaga yang menerapkan metode homeschooling di Indonesia dengan mendatangkan tutor ke rumah. Dengan metode ini, LPL telah membantu sebagian orang tua mengenai pendidikan anaknya. Salah satu program yang ditawarkan LPL adalah Program Pengenalan Islam (PPI). PPI menawarkan pengajaran agama Islam dengan metode yang berbeda dari metode yang diterapkan di sekolah. Pendekatannya yang individual membuat anak mendapat kesempatan untuk merasakan pengalaman batiniah yang seharusnya mereka peroleh saat mempelajari agama Islam. Namun, PPI sebagai program yang baru tidaklah lepas dari kekurangan, dan oleh karenanya dilakukan evaluasi ini. Evaluasi ini dilakukan dengan meninjau sasaran pembelajaran PPI dari tiga teori pendidikan, yaitu teori perkembangan kognitif Piaget, teori perkembangan moral Kohlberg, dan taksonomi afektif Krathwohl. Sebagai tambahan, peneliti juga berusaha memperbaiki format modul PPI sehingga sesuai dengan format modul standar. Adapun tujuan dilakukannya evaluasi ini adalah untuk memberi masukan pada PPI LPL yang sudah ada sehingga terdapat kesesuaian antara kondisi belajar yang diciptakan dengan kondisi yang diharapkan. Setelah melalui analisis mendalam terhadap PPI, terdapat beberapa usulan perbaikan dari aspek format modul, dan sasaran pembelajaran dari setiap pertemuan. Umumnya, sasaran pembelajaran tersebut kurang sesuai dengan teori perkembangan kognitif Piaget, perkembangan moral Kohlberg, dan taksonomi Krathwohl. Saran-saran yang diberikan terhadap sasaran pembelajaran merupakan penyelarasan sasaran pembelajaran terhadap tahap perkembangan anak usia 3-6 tahun.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2004
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Uji Arum Ismartini
Abstrak :
ABSTRAK
Anak merupakan harta yang paling beiiiarga bagi orangtua. Khususnya bagi ibu, anak yang lahir dengan sehat dan tidak berkelainan memilild simbol bahwa ibu mampu memberikan ketuninan yang baik. Berbedajika anak yang dilahirkan memilild kelainan Down Syndrome. Hal ini dapat membuat ibu mengalami shock dan kekecewaan yang hebat (Ashman & Eikins, 1994), karena kelainan Down Syndrome dapat terlihat dengan jelas, sehingga dapat menimbulkan reaksi lingkungan yang d£Q}at berpengaruh teriiadap penerimaan ibu. Selain itu hadin^ra anak Down Syndrome akan berpengaruh pada pengaturan waktu luang dan ekonomi keluarga Harapan ibu juga akan menurun setelah mengetahui keterbatasan-keterbatasan yang dimilild anak Untuk dapat menerima kondisi anaknya, ibu membutuhkan waktu yang relatif cukup panjang. Diawali dengan perasaan shock, sedih dan kecewa (primary phase). Kemudian dalam diri ibu akan timbul rasa marah, bersalah, ambivalensi dan maiu (secondary phase). Kondisi ini akan terns berlangsung hingga ibu menyadari bahwa anaknya membutidikan intervensi yang tepat (tertiary phase) (Kubler-Ross dalam Gargiulo, 1985). Pada saat ini dapat dikatakan bahwa ibu sudah dapat menerima kondisi anaki^a, walaupun penerimaaniQra tidak akan pemah sempuma karena perasaan sedih dan depresi akan selalu muncul (Gargiulo, 1985). Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi proses penerimaan ibu antara lain adalah sikap lingkungan dan kerabat dekat (significant others), reaksi abnormal anak, kesenjangan yang timbul antara harapan dan kenyataan, serta tingkat ekonomi dan orientasi pendidikan. Kesemuanya itu saling berinteraksi dengan proses yang ibu alami d^am menerima kondisi anak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana proses penerimaan ibu anak Down Syndrome yang berusia kurang dari lima tahun. Penerimaan ibu merupakan hal yang penting bagi anak Down Syndrome, karena semakin cepat ibu dapat menerima kondisi anak, semakin cepat ibu dapat mengambil tindakan selanjutnya untuk meningkatkan kemampuan anak. Lima tahun pertama merupakan masa yang relatif berat bagi ibu, dimana ibu memperoleh diagnosa yang akurat, kemudian mengalami berbagai emosi yang berfluktuasi, hingga akhimya dapat menerima kondisi anak (Tumbull, dkk. dalam Heward, 1996). Taliun-tahun selanjutnya ibu sudah mulai dapat mengorganisasi kehidupan seharihari, dan kekhawatiran pada anak sudah mulai berkurang. Untiik dapat mengetahui proses penerimaan teisebut, digunakan pendekatan kualitatif dengan metode single case study. Sampel diperoleh melalui prosedur typical purposeful sampling. Data penelitian diperoleh melalui wawancara dan observasi terhadap tiga orang ibu yang memiliki anak Down Syndrome benisia kurang dari lima tahun dan tinggal bersama anak teisebut. Untuk memenuhi etika penelitian, maka identitas asli dari subjek disamarkan sedemikian rupa sehingga tidak tersebar luas. Penelitian ini divalidasi dengan menggunakan metode member checks. Data yang diperoleh dianalisa dengan cara koding. Hasil dari penelitian mi menunjukkan bahwa pada ketiga ibu muncul reaksi-reaksi primary, secondary, dan tertiary phase. Hanya saja, tidak semua ibu mengalaminya. Misdnya saja sebagian ibu merasa shock dengan hadimya anak Dawn Syndrome, namun ada ibu yang tidak merasa shock. Kemudian, sebagian ibu tidak malu dengan kondisi anaknya, tetapi ada pula ibu yang malu dan risi dengan kondisi anakya. Dari ketiga subjek juga diketahui bahwa reaksi ^ef and depression teijadi sejak anak Dawn Syndrome lahir dan masih berlanjut faingga saat ini. Sedangkan adaptasi teihadap anak yang merupakan bagian dari tertiary phase tennyata muncul sejak awal, beberapa saat setelah anak didiagnosa mengalami Dawn Syruirome. Ketiga subjek juga menunjukkan bahwa reaksireaksi yang mereka ^ami tidak berurutan, seperti ibu yang tidak mengalami reaksi tertentu, kemudian "lompat" pada reaksi selanjutnya. Selain itu juga diketahui reaksi-reaksi yang merupakan bagian dari secondary phase temyata muncul pada saat ibu sedang berada pada primary phase. Begitu juga dengan tertiary phase yang muncul saat ibu sedang berada pada secondary phase, sehingga dapat dikatakan bahwa proses penerimaan yang dilewati ibu anak Dawn Syndrome mengalami tumpang tindih. Hal ini sebenamya merupakan fenomena yang wtgar, karena tergantung sepenuhnya pada keunikan individu masing-masing (Gargiulo, 1985). Dari hasil penelitian juga dapat disimpulkan bahwa pada akhimya ketiga subjek dapat menerima kondisi anak mereka, tenitama karena adanya dukungan dari orang terdekat dan lingkungan. Berdasarkan hasil penelitian maka disarankan pada ibu yang memiliki anak Down Syndrome untuk mengjkuti program parent support group, sehingga dapat berbagi cerita dengan ibu-ibu lain yang juga memiliki anak Down Syndrome. Selain itu bagi konselor yang terlibat dalam parent support group, (hsarankan untuk memfokuskan pada tahap penerimaan yang dialami ibu, sehingga dapat memberikan penanganan yang lebih tepat. Kemudian bagi yang berminat untuk melakukan penelitian lebih lanjut, dapat digunakan metode lain dalam kerangkan kualitatii^ kemudian menggunakan sumber data yang lebih bervariasi. Dengan demikian hasil yang diperoleh dapat lebih kaya.
2001
S2804
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library