Hasil Pencarian

Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 10 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Suripto
"Mengelola rumah sakit bukanlah hal yang sangat sederhana dengan biaya yang sederhana pula, melainkan memerlukan kerjasama berbagai kornponen yang ada melalui upaya yang strategis dan dukungan sumberdaya yang handal, sehingga Pendapatan merupakan hal yang sangat berarti dari seluruh kegiatan rumah sakit sebab Pendapatan tersebut merupakan bagian dari tambahan biaya operasional rumah sakit.
Pendapatan rumah sakit dapat dijadikan sebagai salah satu acuan tentang peningkatan pelayanan diunit unit tersebut sebagai bagian dari kinerja keuangan unit dan keadaan ini akan dipengaruhi oleh kinerja pelayanan yang dilakukan masing masing unit.
Gambaran pendapatan ini ingin diketahui secara rinci selama 5 tahun yaitu dari tahun 1999 sampai dengan 2003 dengan melihat gambaran pendapatan dari; Pendapatan Rawat jalan, Pendapatan Rawat inap, Serta pendapatan pelayanan penunjang, baik dari penggunaan kapasitas ruangan, jenis / kelompok layanan, serta bagamana gambaran laporan keuangan yang ada sehingga nantinya dapat dipakai sebagai salah satu acuan untuk menentukan perencanaan pada masa yang akan datang.
Dan pengumpulan data sekunder dilakukan suatu analisis yang bersifat evaluatif untuk mengikuti perkembangan pendapatan selama 5 tahun sehingga dari hasil analisis ini diperoleh gambaran masing-masing unit pelayanan serta kontribusinya dalam besaran penerimaan rumah sakit, baik itu dibandingkan dengan pengeluaran maupun biaya operasional lain sehingga kemampuan rumah sakit dalam pemenuhan pembiayaan operasional yang berasal dari pendapatannya seenndiri dapat diketahui.
Dengan membuat beberapa trend dan proyeksi pendapatan rumah sakit maupun pengeluaran maka hal ini berguna sebagai bahan evaluasi kegiatan apakah rumah sakit mempunyai prospek yang baik dalam meningkatkan pendapatannya serta mampu untuk menekan biaya secara efisien sehingga mampu untuk dipersiapkan menjadi Badan Layanan Umum.

Managing a hospital is not a simple thing to do with simple cost but it needs collaboration from many components through strategic effort and reliable resources support. So the revenue is very valuable thing from all activities in hospital because it is part of additional operating cost of hospital.
Hospital revenue can be a model for service improvement in the units of hospital as a part of unit's financial performance. It is influenced by service performance that conducted in each unit.
The study would like to explain about the description of revenue for 5 years from 1999 until 2003 by assessing the revenue of outpatient, inpatient and ancillary services either from room usage, type of services, and existing financial statement. So, it could be used as one of references to make a planning in the future.
Secondary data analysis used evaluative approach in order to assess the progress for 5 years. From analysis result above would be obtained the description of revenue in each unit and its contribution in the scale of hospital revenue both compared with expenses and other operating costs. In the result, the hospital capability in performing operating cost that got from its revenue could be assessed.
By making some trend and projection models of hospital cost and revenue could be used as program evaluation subject whether the hospital had good prospect in increasing its revenue, was able to do the cost containment efficiently and to prepare itself became a Public Service Board."
Lengkap +
Depok: Universitas Indonesia, 2004
T13121
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suripto
"Pesatnya pertumbuhan di berbagai negara menyebabkan pembangunan lapangan golf tumbuh menjamur termasuk di Indonesia. Banyaknya lapangan golf yang dibangun seolah-olah tak terkendali dan telah menimbulkan banyak masalah seperti konflik dalam pemanfaatan lahan, marginalisasi penduduk setempat, dan bahaya pencemaran lingkungan, namun pembangunan lapangan golf yang baru tetap berlangsung.
Masalah penting dari pengelolaan lapangan golf adalah dampaknya pada lingkungan, karena golf adalah olah raga yang ideal di daerah beriklim sejuk. Untuk membangun lapangan golf di daerah tropis dan kering, developer harus menciptakan ekosistem buatan yang memerlukan banyak bahan kimia serta siraman air sehingga dapat mempengaruhi pengambilan lapangan golf akan mempengaruhi proses penyerapan air ke dalam tanah yang akan mempengaruhi kandungan air tanah di tempat tersebut.
Peneliti mengadakan penelitian tentang "Dampak Lapangan Golf pada Kondisi Air Permukaan", sebagai studi kasus peneliti memilih lokasi Jagorawi Golf and Country Club Kelurahan Cimpaeun, Kecamatan Cimanggis Kota Depok Propinsi Jawa Barat .
Hasil penelitian menunjukkan, ada beberapa aktivitas di lapangan golf yang dapat mempengaruhi kondisi air permukaan, aktivitas tersebut adalah: proses pemadatan, proses penyiraman dan penggunaan pupuk.
Aktivitas pemeliharaan lapangan golf memberi pengaruh negatif bagi lingkungan fisik, berupa:
Berkurangnya infiltrasi air ke dalam tanah sehingga meningkatnya aliran permukaan, Terjadi penurunan kualitas air, terutama di aliran sungai, untuk parameter: amoniak, nitrit, bahan organik, dan kebutuhan oksigen biologis (BOD).
Bagi lingkungan sosial memberi pengaruh positif berupa:
1) Kesempatan Kerja dan Berusaha. Kesempatan kerja sebagai tenaga satuan pengamanan, tenaga perawatan lapangan, dan pelayan pemain (caddy) banyak mengambil dari penduduk setempat. Berdampak negatif pada golongan petani yang lahan pertaniannya tergusur sehingga hilang matapencahariannya atau harus pindah ke tempat lain.
2) Peningkatan Pendapatan, adanya lowongan pekerjaan dengan terbukanya kesempatan kerja di lapangan golf dapat menambah penghasilan penduduk setempat
Agar dapat meningkatkan upaya pemeliharaan lingkungan terutama di sekitar lapangan golf, maka disarankan:
Penentu kebijakan (policy maker) agar selalu memonitor kegiatan pengelola lapangan golf dan secara tegas menuntut mereka secara hukum apabila terdapat pelanggaran terhadap kelestarian lingkungan.
Penentu kebijakan mewajibkan pengelola lapangan golf untuk membuat unit pengolahan limbahnya.
Pengelola lapangan golf agar membuat saluran terbuka di sekeliling lapangan golf dan memiliki jumlah balong yang cukup untuk menampung air buangan dan aliran permukaan, kemudian dapat menggunakannya kembali.
Perlunya ditetapkan baku mutu untuk limbah yang dikelurkan dari kegiatan pemeliharaan lapangan golf.

Golf Course Impact on Surface Water Condition (Case Study: on Jagorawi Golf and Country Club Cimpaeun Village, Cimanggis Sub-District, Depok City, West Java)The fast growing in various countries including in Indonesia, has caused development of golf course like flourishing growth of mushroom in the rainy season. The construction of numerous golf course seems to be uncontrolled and has caused various problems like conflicts in land exploitation, marginalization of local residents, and danger of environment contamination. Development of new golf course, however, will never stop.
The crucial problem golf course management is its impact on environment, because golf is ideal sport in regions with moderately cool climate. To construct golf course in tropical and dry areas, developer should create a synthetic ecological system that needs a lot of chemicals and water, that can affect the water supply and utilization in the surrounding areas. The process of soil compacting of the golf course affects the recharge process of water into ground, which in turn affects the water replenishment on the location.
The researcher has performed a research on" Golf Course Maintenance Impact on Surface Water Condition", as a case study the researcher has chosen the location of Jagorawi Golf and Country Club at Cimpaeun Village, Cimanggis Sub-District, Depok City, West Java.
The result of the study shows, that there are activities golf course maintenance that may affect surface water conditional, namely The sprinkler process, and the use of pesticide and manure.
The activities on golf course have a negative impact to the physical environment, namely:
Hydrological condition, the impact of golf course construction from hydrological point of view is the increase of stream on the ground surface as a result of soil compaction and the decrease of rainwater infiltrating into the soil.
The water quality. The impact on the quality of water such as the Ammonia and Nitrit content, the organic matter and biological oxygen demand.
The positive impact on social environment comprising:
Employment and business Opportunity. Employment opportunity for security guards, golf course maintenance workers, and caddies which area available for the local people. The negative impact on the local farmers, whose farms have to be remove and have to remove to another location or lose their earnings.
Increase of income, opportunity of employment offered by golf course may increase the income of the local people
To improve the environmental management in surrounding areas for the sake of promoting the socioeconomic condition of the community, the following activities become a necessity.
a policy maker, who shall be responsible to monitor activity of golf course manager and shall have the authority to take measure against any infringement of the rules and regulations of environment preservation,
a golf course have Water Treatment Plant (WTP),
a golf course manager, who can make irrigation surround the golf course and have many lakes to containment the effluent water and the increase of stream,
It's Necessary that effluent water from the golf course maintenance.
"
Lengkap +
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2004
T13399
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suripto
"Untuk mendorong pelaksanaan pembangunan Daerah, Pemerintah Pusat melalui berbagai Program telah mengalokasikan berbagai dana bantuan yang dikemas ke dalam Bantuan Sektoral maupun Bantuan Inpres, yang salah satunya berbentuk Program Bantuan Pembangunan Daerah Tingkat II (Inpres Dati II). Penyaluran dana Program Bantuan Inpres Daerah Tingkat II kepada Daerah Tingkat II diberikan ke dalam 4 (empat) tahap, yaitu triwulan I sebesar 25% dari total bantuan, triwulan II sebesar 25% dari sisa bantuan, triwulan III sebesar 25%, dan triwulan IV sisanya sebesar 25%.
Dalam implementasinya, dana bantuan tersebut harus dapat terserap secara optimal yaitu pada triwulan I sebesar 25% dari total bantuan, triwulan II sebesar 50%, triwulan III sebesar 75%, dan pada triwulan IV sebesar 100%. Data yang ada pada Kabupaten Daerah Tingkat II Bandung dan Kabupaten Daerah Tingkat II Bekasi dalam 5 (lima) tahun anggaran yang lalu yaitu 1991/1992 - 1995/1996 menunjukkan, bahwa realisasi daya serap keuangan tidak sesuai target.
Berangkat dari permasalahan tersebut, maka penelitian dilakukan untuk mengetahui lambannya daya serap keuangan Program Bantuan Inpres Dati II dan mengkaji secara mendalam faktor-faktor yang mempengaruhinya, yaitu koordinasi, desentralisasi, dan mutulkualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang terlibat dalamnya. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui dan menganalisa kinerja faktor yang mempengaruhi tersebut.
Penelitian ini adalah deskriptif kualitatif, sementara untuk mendapatkan data dalam melakukan analisa dilakukan 2 (dua) pendekatan, yaitu pengkajian literatur, data, laporan (data sekunder) dan mengkaji informasi yang terjaring melalui wawancara yang sangat mendalam dan tidak terstruktur dengan para pejabat yang terlibat langsung sebagai key informan.
Hasil penelitian terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi lambannya realisasi daya serap keuangan Program Inpres Dati II, menunjukkan mekanisme koordinasi antar satuan kerja/dinas yang terkait tidak berjalan sebagaimana mestinya, belum ada pemberian kewenangan (desentralisasi) yang lebih besar kepada Pemerintah Daerah Tingkat II, dan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang terlibat belum memadai, dan belum tersebar secara merata sesuai kebutuhan daerah."
Lengkap +
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1997
T7432
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suripto
"Dalam rangka mempercepat penurunan angka kematian ibu dan angka kematian bayi, Kebijakan Penempatan bidan desa perlu didukung dengan Program pembentukan pondok bersalin desa (Polindes), agar bidan desa tersebut dapat memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu dan dapat meningkatkan jangkauan pelayanan.
Oleh karena itu penelitian ini dilakukan untuk memperoleh informasi tentang pemanfaatan Polindes tersebut sebagai sarana pelayanan KIA dan KB, khususnya di wilayah Kabupaten Kabupaten Sukabumi.
Penelitian ini merupakan studi pendahuluan tentang pemanfaatan Polindes, untuk itu dipergunakan penelitian studi kualitatif, agar didapatkan informasi yang lebih rinci, sehingga hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: 1) Proses pembentukan Polindes di Kabupaten Sukabumi telah melibatkan berbagai pihak baik pemerintah meliputi Kepala desa, dan petugas puskesmas, maupun masyarakat meliputi LKMD, dan tokoh-tokoh masyarakat, seperti hainya dalam pembentukan upaya kesehatan bersumber daya masyarakat yang lain, 2) Keterlibatan sektor terkait meliputi hubungan, kerja sama, dan koordinasi antara kepala desa, LKMD, dan bidan dalam pelaksanaan Polindes belum berjalan dengan balk sehingga perkembangan Polindes belum seperti yang diharapkan. 3) Kemampuan bidan desa sudah cukup memadai terutama dalam menjalankan tugas pokok memberikan pelayanan kesehatan dasar. Hanya kemampuan dalam menjaiankan manajemen pengelolaan Polindes masih kurang. 4) Sebagian besar Polindes di kabupaten Sukabumi belum dilengkapi perlengkapan yang memadai. 5) Persepsi masyarakat terhadap Polindes, sebagian besar sudah mengetahui Polindes, dan dibutuhkan oleh masyarakat, namun belum ditunjang perilaku masyarakat terhadap pemanfaatan Polindes, walaupun lokasi Polindes dapat dijangkau oleh seluruh masyarakat, serta biaya pelayanan kesehatn jugs dapat di jangkau warga masyarakat. 6) Pembinan bidan desa di Polindes oleh petugas puskesmas sudah baik,. 7) Kategorisasi Tingkat perkembangan Polindes di Kabupaten Sukabumi masih sangat lamban dan sebagian besar masih dalam kategori tingkat pratama atau strata 1. 8). Pemanfaatan Polindes masih kurang karena baru dimanfaatkan oleh sebagian masyarakat, dan belum optimal.
Untuk disarankan kepada: 1). Pengelola Program Polindes di Depkes Pusat, untuk melakukan; a) untuk melakukan pelatihan manajemen pecan serta masyarakat pada bidan pengelola Polindes, agar mereka dapat menjalankan Polindes dengan baik; b) agar mengadakan bantuan paket perlengkapan Polindes terutama desa tertinggal. 2) Untuk Dinas Kesehatan Kabupaten Sukabumi, agar : a) agar melakukan pembahasan pembentukan Polindes di Tingkat Kabupaten agar mendapat dukungan politis dari Pemda setempat. b) mengusulkan pengadaan perlengkapan Polindas dari APED, c) agar melakukan percepatan pembentukan Polindes di setiap desa. 3) Untuk bidan Pengelola Polindes; a) Perlu meningkatkan hubungan, kerja sama, dan koordinasi dengan sektor-sektor terkait untuk mendapat dukungan dari berbagai pihak. b) Perlu peningkatan penyuluhan kepada masyarakat secara lebih intensif dan diarahkan pada pemanfaatan Polindes. 4) Untuk Kelapa Desa dan LKMD, agar berperan serta aktif dalam pengelolaan dan pengembangan Polindes. 5) Untuk Penelitian, perk) dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pemanfaatan Polindes.

To accelerate the decrease in the maternal and child mortality, the policy of rural midwives placement should be supported by the Village Maternity Home (Polindes) Establishment program to make them able to provide health services of quality, and improve the extent of services.
Accordingly, this study is carried out for gathering information about the utilization of Polindes as the instrument of KIA (Maternal and Child Health) and KB (Family Planning) services, especially in the regency of Sukabumi.
This is a preliminary study of the utilization of Polindes that it employs the qualitative method for a detailed information to make it show that (1) the process of establishing Polindes in the Regency of Sukabumi has involved many parties including village head, agents of Health Centre of Puskesmas or community such as LICMD (Village Social Activities Group) and social figures as in the establishment of health care of other human resources, 2) the involvement of relevant sectors including cooperation, and coordination among the village head, LICMSD and midwives in the implementation of Polindes does not work well that the Polindes development is not as it should be. 3) the ability of rural midwives is sufficient particularly in handling main duties of providing basic health services. They only lack ability in handling the Polindes management. 4) Polindes in the Regency of Sukabumi is mosly not well-equipped. 5) Social perception Polindes indicates that it is familiar and required by the community but it is not used to a maximum although it is not far from the entire community and the health treatment cost is reasonable. 6) Rural midwives development at Polindes by the Puskesmas agency is good. 7) Categorization of growth rate of Polindes in the regency of Sukabuani is stagnant and most still lie in Strata -1 (first category). 8) The utilization of Polindes remains insufficient deficient since it is not used to an optimum.
It is suggested to : I) the Polindes Program management under the Central Ministery of Health: a) to manage training of social roles for midwives managing Polindes (Village Maternity Home) in order to handle it well; b) to provide Polindes facility package especially for any under-developed village. Z) the Health Agency of Sukabumi Regency: a) to discuss the establishment of Polindes on Regency level for a political support from the local government, b) to propose the facilities of Polindes and APED (local budget), c) to accelerate the Polindes establishment in any villages. 3) Midwives managing Polindes: a) to improve cooperation and coordination with the related sectors for any supports from many parties, b) to improve counseling with the community intensively towards the utilization of Polindes. 4) Head Village and LKMD (Village Social Activities Group) to play active roles in Polindes management and development. 5) to carry out further research of the factors affecting the Polindes utilization."
Lengkap +
Depok: Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suripto
"Penelitian ini bermula dari pemikiran bahwa prestasi belajar anak dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik faktor internal maupun eksternal. Inteligensi merupakan internal kognitif dan kemandirian belajar merupakan internal non kognitif (kepribadian) yang berpengaruh terhadap prestasi belajar. Faktor eksternal yang berpengaruh ,terhadap prestasi belajar antara lain lingkungan keluarga terutama status sosial ekonomi orang tua dan pola asuh yang diterapkan orang tua terhadap anak-anaknya.
Penelitian ini mengkaji keterkaitan antara inteligensi anak, status sosial ekonomi orang tua, pola asuh dan kemandirian belajar anak dengan prestasi belajar anak dalam mata pelajaran PMP, Bahasa Indonesia, UPS, Matematika dan IPA.
Sampel penelitian diambil 12 SD secara random dari semua siswa kelas VI yang jumlahnya 417 anak. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan tes inteligensi dari Raven, angket status sosial ekonomi orang tua, angket pola asuh menurut anak dan menurut orang tua, angket kemandirian belajar anak dan hasil tes Ebtanas yang meliputi mata pelajaran PMP, Bahasa Indonesia, IPS, Matematika dan IPA.
Data yang diperoleh diolah dengan menggunakan analisis korelasi berganda. Dari penelitian ini ditemukan bahwa; secara bersama-sama prestasi belajar PMP, Bahasa Indonesia, IPS, Matematika dan IPA dipengaruhi secara positif oleh tingkat inteligensi anak, status sosial ekonomi orang tua, pola asuh, dan kemandirian belajar anak. Keempat variabel tersebut memberi kontribusi terhadap prestasi belajar PMP 21.821%, Bahasa Indonesia 19.017%, IPS 27.899 %, Matematika 18.380 %, IPA 24.418 %.
Secara sendiri-sendiri; (1) prestasi belajar PMP dipengaruhi secara positif oleh tingkat inteligensi anak, dan status sosial ekonomi orang tua, tetapi tidak dipengaruhi secara positif oleh pola asuh dan kemandirian belajar anak, dengan p masing-masing .0001, .0007, 2689, dan 1026. (2) Prestasi belajar Bahasa Indonesia dipengaruhi secara positif oleh tingkat iteligensi anak, status sosial ekonomi orang tua, dan kemandirian belajar anak, tetapi tidak dipengaruhi secara positif oleh pola asuh yang dilakukan orang tua, dengan p masing-masing .0001, .0043, .0088, dan .7948. (3) Prestasi belajar IPS dipengaruhi secara positif oleh tingkat inteligensi anak, dan status sosial ekonomi orang tua, tetapi tidak dipengaruhi secara positif oleh pola asuh dan kemandirian belajar anak, dengan p masing-masing .0001, .0027, 4161, dan 7854. (4) Prestasi belajar Matematika dipengaruhi secara positif oleh tingkat inteligensi anak, dan kemandirian belajar anak, tetapi tidak dipengaruhi secara positif oleh status sosial ekonomi orang tua dan pola asuh, dengan p masing-masing .0001, .0077, .0829, dan .1035. (5) Prestasi belajar IPA dipengaruhi secara positif oleh tingkat inteligensi anak, dan status sosial ekonomi orang tua, tetapi tidak dipengaruhi secara positif oleh pola asuh dan kemandirian belajar anak, dengan p masing-masing 0001, .0003, .3152, dan .1298."
Lengkap +
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suripto
"Tesis ini dimaksudkan untuk rnendalami bagaimana prelindungan hak cipta bagi penulis buku di Indonesia. Hal ini mengingat bahwa buku merupakan jendela dunia sebab dengan buku kita bisa belajar apa saja untuk mengasah penalaran dan intelegensia bangsa. Namun demikian bagi penulis buku saat ini terganjal oleh maraknya praktek-praktek pembajakan buku yang dapat mematahkan semangat para penulis maupun penerbit, dan banyak pihak yang dirugikan dengan praktek semacam ini.
Penulis mengajukan permasalahan bagaimana Undang-Undang Hak Cipta melindungi penulis buku, faktor-faktor apa saja yang menyebabkan terjadinya pembajakan buku dan akibatakibatnya, siapa saja yang dirugikan dan bagaimana usaha penegakan hukumnya. Akibat yang jelas adalah timbulnya kerugian dari bidang ekonomi karena hak ekonomi penulis terampas, juga penerbit maupun negara. Dengan adanya pembajakan buku yang matting hanyalah para pelaku dengan modal seadanya akan mendapatkan hasil yang berlimpah. Sebaliknya penulis, penerbit dan negara yang rugi. Mengingat hal semacam ini Undang-undang Hak Cipta mencoba mengatur dan memuat sanksi yang cukup keras terhadap para pembajak, namun patut disayangkan Undang-undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta sampai sekarang belum ada peraturan pelaksanaannya, sedangkan para penegak hukum belum optimal dalam penegakan Undang-Undang Hak Cipta, sering dijumpai aparat kurang mendukung pemberantasan pembajakan buku. Apabila terjadi pembajakan buku dan pelakunya tertangkap tidak diproses jalur hukum tetapi diselesaikan secara ekonomi dalam arti dengan damai. Jalan ini sebenarnya tidak terlalu salah karena lebih menguntungkan, namun dalam pembelajaran penegakan hukum tidak akan terwujud, karena membuka terjadinya praktek KKN. Kondisi yang demikian ini dapat dikarenakan budaya hukum di Indonesia masih relatif rendah, padahal budaya hukum merupakan kunci bagi tercapainya suatu pembangunan sistem hukum di suatu negara.
Akhirnya penulis mengambil kesimpulan dan mengajukan saran sebagai berikut :
a. Hak cipta penulis buku sudah terakomodasi dalam Undang-Undang Hak Cipta, dan aturan internasionalpun sudah dicakup di dalamnya karena Indonesia sudah meratifikasi konvensi internasional yang menyangkut hal itu.
b. Pembajakan buku di Indonesia dipengaruhi berbagai aspek, baik aspek social budaya, hukum maupun ekonomi.
c. Dalam penegakkan hukum masih terjadi hambatan-hambatan yang terutama di bidang struktur, dan budaya hukum.
Saran :
a. Penegakkan hukum dalam kasus pembajakan buku seyogyanya diterapkan secara konsisten, melalui pendekatan hukum bukan pendekatan ekonomi.
b. Prinsip pengadilan yang cepat dan murah diusahakan secepat mungkin dapat diwujudkan sehingga masyarakat akan lebih memilih penyelesaian melalui jalur hukum bukan pendekatan ekonomi.
c. Segera diterbitkan peraturan pelaksanaan Undang-Undang No. 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta."
Lengkap +
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2005
T14483
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suripto
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adakah kesamaan pemeriksaan CDR oleh dokter dibandingkan dengan menggunakan optical coherence tomography OCT . Studi ini menggunakan desain studi cross-sectional yang dilakukan pada pasien yang melakukan pengobatan di RSCM Kirana pada Januari-Juni 2016. Data yang digunakan adalah data dari rekam medis pasien. Berdasarkan hasil analisis data, didapatkan jumlah bola mata yang diolah sebanyak 89 bola mata yang dilakukan pemeriksaan oleh dokter PPDS mata dan OCT. Setelah data diolah, didapatkan bola mata dengan selisih v-CDR le; 0.1 sebanyak 55 bola mata, selisih v-CDR > 0.1 sebanyak 34 bola mata. Tidak ditemukan hubungan bermakna antara selisih v-CDR dengan jenis kelamin pasien, usia pasien, bola mata, dan jenis glaukoma, tekanan intraocular, kelainan refraksi sferis, kelainan refraksi silinder, jenis kelamin dokter, dan tahapan dokter PPDS mata. Didapatkan jumlah selisih v-CDR > 0.1 yang cukup besar sehingga perlu dilakukan penelitian yang berfokus pada dokter PPDS mata yaitu pada pengalaman dalam melakukan pemeriksaan cup-disc ratio dan kemampuan dokter PPDS saat menjalani program studi dokter umum, serta mengurangi bias pemeriksa dengan melakukan blinding. Hasil penelitian ini menunjukkan masih terdapat perbedaan hasil pemeriksaan yaitu sebanyak 34 bola mata.

This research is aimed to evaluate the differences in cup disc ratio examination by doctor compared to optical coherence tomography OCT . Cross sectional study was conducted on patient that went to RSCM Kirana on January June 2016. Data obtained from patient rsquo s medical record. After processing the data collected, there was 89 eyeballs that was processed and evaluated by doctor and OCT. After processing the data about the evaluation on the eyeballs, there are differences in v CDR le 0.1 on 55 eyeballs, differences in v CDR 0.1 on 34 eyeballs. There are no significant correlation between differences in v CDR with patient rsquo s gender, patient rsquo s age, eyeball, and type of glaucoma, intraocular pressure, spherical refractive error, cylindrical refractive error, doctor rsquo s gender, and residency rsquo s stage. There are differences in evaluating v CDR 0.1 which is considered many therefore there should be research focusing in assessing ophthalmology resident performance such as experience in evaluating cup disc ratio and skills when studying for general medical doctors, and reducing doctors confounding factor by using blinding technique. The result for this research is there are differences in cup disc ratio examination in 34 eye balls used in this research."
Lengkap +
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
S70384
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yustinus Suripto
"Penelitian dan tulisan-tulisan yang berhubungan dengan bidang linguistik bahasa Jawa telah banyak dilakukan dan ditulis baik dalam bahasa Indonesia, bahasa Jawa, bahasa Belanda maupun bahasa Inggris. Tulisan-tulisan itu ada yang berbentuk disertasi, laporan penelitian, makalah yang dimuat dalam majalah ilmiah atau yang di bahas dalam diskusi ilmiah ataupun yang telah diterbitkan. Sebagai contoh, Gloria Poedjosoedarmo dkk., Beberapa masalah sintaksis Bahasa Jawa (1981), Soedjito dkk., system Morfologi Kata Kerja Bahasa Jawa Dialek Jawa Timur (1981), Uhlenbeck, Studies in Javanese Morphology (1978), Soepomo Poedjosoedarrno, Morfologi Bahasa Jawa (1979).
Dari tulisan mengenai bidang linguistik bahasa Jawa yang ada, belum ada yang nembahas prefiks (N-) secara khu_sus dan terinci. Oleh karena itu penulis berusaha menulis dalam bentuk skripsi ini, yaitu tentang prefiks (N-) yang banyak dipakai dalam proses morfologi bahasa Jawa dengan tujuan agar dapat dipahami kedudukan dan peranannya. Dalam pembahasan selanjutnya akan tampak bahwa prefiks (N-) tidak hanya berperan sebagai awalan, tetapi juga dapat bertindak sebagai afiks gabung dalam bentuk (N-(_) _i) dan (N- (_)-ake) selain dapat berfungsi sebagai pembentuk ka_ta kerja, ternyata prefiks (N-) juga dapat berfungsi mengubah kelas kata, bila diletakkan pada bentuk dasar dari jenis kata benda, kata sifat, kata bilangan, dan sebagainya.
Skripsi ini sifatnya deskriptif. Data diperoleh dari penelitian kepustakaan pada novel bahasa Jawa Kembang Kanthil karangan Senggono, Mendung Kesaput karangan Ag. Suharti, Tunggak-Tunggak Jati karangan Esmlet, Anteping Tekad karangan Ag. Suharti dan novel-novel sejenis yang berbahasa Jawa sejauh novel itu menunjang skripsi ini. Novel-novel tersebut dipakai sebagai sumber data karena bahasa yang dipakai dalam novel-novel itu adalah bahasa Jawa aru lagi pula bahasa ngoko banyak ditampilkan sehingga mudah untuk menganalisisnya. Data-data yang tampil dalam novel tersebut yang ada kaitannya dengan prefiks [N-) diinventarisir serta dikelompokkan hanya secara morfologis, namun dianalisis juga secara sintaksis agar didapat hasil yang lebih memuaskan."
Lengkap +
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1987
S11448
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bambang Suripto
"Previous studies indicated that there were two common types? performance explanations
disclosures by Indonesian company?s managers in annual report: (1) performance attribution
and (2) accounting explanation (Suripto 2013). Performance attribution disclosures were more
useful and expensive than accounting explanation (Aerts et al. 2013). This study is conducted
to obtain empirical answers for two research questions: (1) whether firm characteristics affect
performance attribution disclosure extent in the annual report and (2) whether performance
attribution information is useful to evaluate company earnings persistency. Content analysis
was conducted on 594 annual reports to obtain data performance attribution disclosures. The
empirical test results showed that firm?s size and corporate governance have a positive effect on
performances attribution disclosures. In addition, the research results showed that performance
attribution disclosures were useful for evaluating revenue persistence.
Abstrak
Penelitian sebelumnya menunjukkan terdapat dua jenis informasi penjelasan kinerja yang biasa
diungkap oleh manajer perusahaan Indonesia dalam laporan tahunan: (1) penjelasan atribusi dan
(2) penjelasan akuntansi (Suripto 2013). Pengungkapan informasi penjelasan atribusi lebih berguna
dan lebih mahal dibandingkan dengan penjelasan akuntansi (Aerts et al. 2013). Penelitian ini
dilakukan untuk memperoleh jawaban empiris atas dua pertanyaan riset: (1) apakah karakteristik
perusahaan memengaruhi luas pengungkapan informasi penjelasan atribusi dalam laporan
tahunan dan (2) apakah informasi penjelasan atribusi berguna untuk mengevaluasi persistensi
laba perusahaan. Analisis konten dilakukan terhadap 594 laporan tahunan untuk memperoleh data
mengenai pengungkapan informasi atribusi kinerja. Hasil pengujian empiris menunjukkan ukuran
perusahaan dan tata kelola perusahaan berpengaruh positif terhadap pengungkapan informasi
penjelasan atribusi. Selain itu, hasil riset menunjukkan pengungkapan informasi penjelasan atribusi
berguna untuk mengevaluasi persistensi pendapatan."
Lengkap +
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN Yogyakarta, 2014
J-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Bambang Suripto
"This study examines the impact of earnings management to impression management in Management
Discussion and Analysis (MD&A). Earnings management is measured using an index that includes accrual
discretional, income smoothing, and loss avoidance reporting. Impression management is measured using
an index that includes the use of self-serving attribution and accounting explanation bias. Impression
management data are obtained by content analysis of the MD&A sections of 594 annual report companies
in the period between 2004 and 2009. Empirical test results show that earnings management, performance
level, performance changes, and economic conditions negatively affects impression management. The study
results are usefull for regulators to formulate and enforce the Bapepam rules No. VIII.G.2 about annual
report to minimize the possibility managers conducting earnings and impression management.
Abstract
Penelitian ini menguji pengaruh manajemen laba terhadap manajemen impresi dalam Analisis dan
Pembahasan Manajemen (MD&A). Manajemen laba diukur menggunakan indeks yang mencakup akrual
diskresional, perataan laba, dan penghindaran pelaporan rugi. Manajemen impresi diukur menggunakan
indeks yang mencakup atribusi self-serving dan bias penjelasan akuntansi. Data manajemen impresi
diperoleh melalui analisis konten bagian MD&A 594 laporan tahunan perusahaan dari tahun 2004 sampai
2009. Penelitian ini berhasil memberikan bukti bahwa manajemen laba, tingkat kinerja, perubahan kinerja,
dan kondisi ekonomi berpengaruh negatif pada manajemen impresi. Hasil penelitian berguna bagi regulator
dalam merumuskan dan menegakkan aturan Bapepam No. VIII.G.2 mengenai laporan tahunan guna
meminimalkan kemungkinan manajer melakukan manajemen laba dan manajemen impresi."
Lengkap +
STIE YKPN Yogyakarta, 2013
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library